Você está na página 1de 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan
perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal.
Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan
suatu negara untuk memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia, di lingkungan
ASEAN, merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang
berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan segera untuk
memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat
menyeluruh dan lebih bermutu.
Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, Angka
Kematian Bayi sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup. Di Provinsi Jawa Tengah
Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2016 sama dengan tahun 2015 yaitu 99,9 per
1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami sebagian
besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha yang sangat
penting untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang menyeluruh
dan bermutu yaitu dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence based. Dimana
bukti secara ilmiah telah dibuktikan dan dapat digunakan sebagai dasar praktek
terbaru yang lebih aman dan diharapkan dapat mengendalikan asuhan kebidanan
sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih bermutu dan menyeluruh dengan
tujuan menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian perinatal.

B. Tujuan
1. Mengetahui evidence based dalam asuhan kebidanan pada neonatus.
2. Mengetahui evidence based dalam asuhan kebidanan pada bayi.
3. Mengetahui evidence based dalam asuhan kebidanan pada balita.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Evidence Based dalam Asuhan Kebidanan pada Neonatus


1. Perawatan Tali Pusat Terbuka
Saat bayi dilahirkan, tali pusar (umbilikal) yang menghubungkannya
dengan plasenta ibunya akan dipotong meski tidak semuanya. Tali pusar yang
melekat di perut bayi, akan disisakan beberapa senti. Sisanya ini akan dibiarkan
hingga pelan-pelan menyusut dan mengering, lalu terlepas dengan sendirinya.
Agar tidak menimbulkan infeksi, sisa potongan tadi harus dirawat dengan benar.
Menurut Depkes RI 2016 perawatan tali pusat yaitu jangan memberikan
apapun pada tali pusar, rawat tali pusat terbuka dan kering, bila tali pusar kotor
atau basah cuci dengan air bersih dan sabun mandi dan keringkan dengan kain
bersih.
Jurnal penelitian :

2
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tahun 2018 yang menyebutkan
bahwa terdapat perbedaan antara perawatan tali pusat terbuka dan tertutup.
Perawatan tali pusat terbuka akan lebih cepat kering dan puput daripada
perawatan tali pusat tertutup dengan dibungkus menggunakan kassa steril.
Waktu rerata yang dibutuhkan lepasnya tali pusat bayi dengan metode tertutup
yaitu 6.55 hari sedangkan dengan metode terbuka 5.43 hari. Dalam penelitian ini
dijelaskan bahwa tali pusat dianjurkan terbuka agar terkena udara secara leluasa
karena karena akan lebih cepat kering . Pada luka terbuka terdapat bakteri
anaerob yang tidak tahan terhadap oksigen, Salah satu cara untuk mematikannya
adalah dengan membiarkan luka terpapar uadara. Tali pusat tertutup rapat
dengan apapun akan memperlambat pelepasan tali pusat dan membuatnya
menjadi lembab. Kelembapan tali pusat merupakan faktor yang memperlambat
pelepasan tali pusat. Lamanya pelepasan tali pusat dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya timbulnya infeksi, cara perawatan tali pusat, kelembaban tali
pusat dan kondisi lingkungan sekitar neonatus.

2. Penundaan Penjepitan Tali Pusat


Jurnal :

3
Dari hasil penelitian tahun 2016 di atas didapatkan hasil bahwa nilai rata-
rata kadar Hb pada bayi yang dilakukan penundaan pengkleman dan
pemotongan tali pust > 3 menit adalah 14,5 gr% sedangkan pada kelompok
pengkleman dan pemotongan tali pusat ≤ 3 menit kadar Hb 12,4 gr% dan ada
pengaruh penundaan pengkleman dan pemotongan tali pusat terhadap kadar zat
besi bayi baru lahir. Kadar Hb dan eritrosit yang cukup memungkinkan tingkat
oksigenasi yang optimal dan dapat menyediakan sumber Fe yang sangat
bermanfaat bagi bayi. Sumber Fe yang cukup dangat penting untuk kehidupan
selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan sel akan Fe, termasuk produksi eritrosit.
Penjepitan tunda akan meningkatkan jumlah eritrosit yang ditransfusikan ke
bayi, hal tersebut tercermin dalam peningkatan kadar Hb bayi baru lahir. Kadar
Hb bayi baru lahir memegang peran penting dalam menyuplai oksigen pada
masa transisi fetus ke bayi saat proses persalinan. Konsentrasi Hb yang cukup
pada bayi baru lahir menentukan tingkat oksigenasi otak, sehingga penjepitan
dini dianggap tidak fisiologis dan bisa merugikan bayi.

3. Perawatan Metode Kangguru


BBLR membutuhkan bantuan dan waktu untuk penyesuaian kehidupan
di luar rahim. Mereka juga memerlukan bantuan untuk tetap hangat dan
mendapatkan ASI yang cukup untuk tumbuh. Satu cara untuk menolong bayi
mendapatkan kebutuhan ini adalah menjaga bayi tetap kontak kulit dengan kulit
ibunya. Perawatan metode kanguru adalah suatu cara agar BBLR terpenuhi
kebutuhan khusus mereka terutama dalam mempertahankan kehangatan suhu
tubuh (Kemenkes RI, 2010).
Untuk melakukan PMK, tentukan bayi memiliki berat lahir <2500 gram,
tanpa masalah/komplikasi. Syarat melakukan PMK bayi tidak mengalami
kesulitan bernapas, bayi tidak mengalami kesulitan minum, bayi tidak kejang,
bayi tidak diare, ibu dan keluarga bersedia dan tidak sedang sakit.
Pelaksananaan PMK, posisi yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan PMK
sebagai berikut :
a. Bayi telanjang dada ( hanya memakai popok, topi, kaos tangan, kaos
kaki) ditelakkan telungkup di dada dengan posisi tegak atau diagonal.
Tubuh bayi menempel atau kontak langsung dengan ibu.

4
b. Atur posisi kepala, leher dan badan dengan baik untuk mengindari
terhalangnya jalan nafas. Kepala menoleh kesamping dibawah dagu
ibu ( ekstensi ringan ).
c. Tangan dan kaki bayi dalam keadaan fleksi seperti posisi “katak”
d. Kemudian “fiksasi” dengan selendang atau baju kanguru
e. Ibu mengenakan pakaian atau blus longgar sehingga bayi berada
dalam satu pakaian dengan ibu. Jika perlu, gunakan selimut.
f. Selain ibu, ayah dan anggota keluarga lain bisa melakukan metode
kanguru.
Jurnal penelitian :

Berdasarkan hasil penelitian tahun 2015 perawatan metode kanguru


terbukti dapat meningkatkan suhu tubuh, menstabilkan pernafasan dan
menaikkan berat badan. Hasil penelitian ini di dapatkan rata-rata berat badan
bayi sebelum perawatan metode kanguru adalah 1738,60 gram, sedangkan
setelah dilakukan perawatan metode kanguru berat badan bayi meningkat
menjadi 1766,90 gram, dimana terdapat peningkatan berat badan sebanyak
28,30 gram. Kenaikan berat badan pada perawatan metode kanguru terjadi

5
karena bayi dalam keadaan rileks, beristirahat dengan posisi yang
menyenangkan, menyerupai posisi dalam rahim, sehingga kegelisahan bayi
berkurang dan tidur lebih lama. Demikian juga hal nya dengan pernafasan, akan
berpengaruh terhadap metabolisme dalam tubuh. Bayi dengan Perawatan metode
kanguru frekuensi meyusui akan lebih teratur dan tepat waktu. Bayi dengan
perawatan metode kanguru mempunyai suhu tubuh relatif normal, denyut
jantung dan pernafasan teratur. Perawatan metode kanguru dapat menyebabkan
peningkatan kadar glukosa lebih tinggi pada bayi. Peningkatan kadar glukosa
akan menyebabkan sel melakukan metabolisme dengan baik sehingga proses
pertumbuhan sel menjadi lebih baik.

B. Evidence Based dalam Asuhan Kebidanan pada Bayi


1. Pijat Bayi
Jurnal :

Hasil riset tahun 2015 menunjukkan responden sebelum dilakukan


pemijatan ditemukan belum dapat meniru bunyi kata-kata yang sebagian besar
6
bayi pada usianya sudah dapat meniru bunyi kata-kata. Selain itu, responden
mengalami keterlambatan pada aspek motorik halus berupa mencari benang, dan
menggaruk manik-manik. Setelah dilakukan pemijatan terdapat peningkatan
perkembangan karena responden sudah dapat melakukan tugas perkembangan
yang sebelumnya belum dapat dilakukan oleh responden. Selain adanya
perubahan pada tumbuh kembang motorik kasar, motorik halus, personal sosial
dan bahasa sebelum dan setelah pijat bayi, berdasarkan data pendukung dari
hasil laporan dan tanya jawab dengan ibu masing-masing bayi didapatkan data
bahwa bayi mereka tidurnya lebih tenang, bayi tidak rewel dan nafsu makannya
juga meningkat.

2. Makanan pendamping asi (MP-ASI)


Sampai usia 6 bulan kebutuhan gizi dan kalori bayi 100% bisa terpenuhi
sari ASI saja. Asi terus diberikan sampai anak berusia 2 tahun, namun pada saat
bayi berusia 6 bulan harus mendapatkan makanan pendamping asi (MP ASI )
mengingat kebutuhan gizinya tidak cukup terpenuhi dari ASI saja.
Di dalam buku KIA jelas tertera jenis MP ASI, pemberian serta cara
pemberiannya. Tabel dibawah ini memperlihatkan pentahapan kebutuhan kalori
bayi serta berapa yang terpenuhi dengan pemberian ASI yang maksimal.
Makanan Makanan Makanan
Umur ASI
Lumat Lembek Keluarga
0-6 bulan
6-9 bulan
9-12 bulan
12-24 bulan
>24 bulan

Pemberian MP ASI berarti memberikan makanan lain sebagai


pendamping ASI pada bayi usia 6-12 bulan yang dilanjutkan dengan makanan
keluarga. Pemberian MP ASI yang tepat dan baik merupakan makanan yang
dapat memenuhi kebutuhan gizi baik jumlah maupun kandungannya sehingga
bayi dan anak dapat tumbuh kembang dengan optimal. Makanan pendamping
ASI diberikan secara bertahap sesuai dengan usia.

7
Mulai usia 6 bulan bayi perlu mendapat MP ASI berupa makanan lumat
seperti bubur, nasi saring, kentang rebus yang dihaluskan, pisang, dan biskuit
yang dihaluskan. Makanan lumat konsistensinya lebih sesuai dengan
kondisi usus bayi pada saat ini dan kemampuannya untuk menggerakan rahang
naik turun layaknya mengunyah makanan. Jika bayi membutuhkan susu formula
karena alasan kebutuhan medis, pemberiannya diteruskan sesui dengan
kebutuhannya dan pada usia 6 bulan mulai diperkenalkan MP ASI sebgaimana
bayi lainnya serta sesuai dengan tahapan usianya.
Terlambat memberikan MP ASI menimbulkan resiko sebagai berikut :
a. Anak tidak mendapatkan kecukupan gizi yang dibutuhkan, bila berlangsung
lama akan menyebabkan gizi kurang bahkan gizi buruk.
b. Nafsu makan anak akan berkurang atau tidak optimal.
c. Berpengaruh terhadap daya tahan tubuh sehingga anak mudah sakit atau
mudah menderita penyakit tertentu.
d. Anak cenderung menolak menerima beraneka makanan yang kurang
dikenalnya.

C. Evidence Based dalam Asuhan Kebidanan pada Bayi


1. Deteksi Dini Tumbuh Kembang pada Balita
Masa anak dibawah 5 tahun (usia 12-59 bulan). Pada masa ini kecepatan
pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan
motorik serta fungsi ekskresi. Periode penting dalan tumbuh kembang anak
adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita
akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas
yang diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi
penyimpangan tumbuh kembang balita dilakukan pada masa “kritis” tersebut.
Melakukan stimulasi sesuai tahapan pertumbuhan dan perkembangan dan
kondisi anak yang memadai artinya merangsang otak balita sehingga
perkembangan kemampuan gerak, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian pada anak berlangsung secara optimal sesuai dengan umur dan
kondisi anak.

8
Berikut ini beberapa contoh alat permainan balita dan perkembangan
yang distimulasi :
a. Pertumbuhan fisik atau motorik kasar : sepeda roda 3 atau 2, bola, mainan
yang ditarik atau didorong.
b. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin.
c. Kecerdasan atau kognitif : buku bergambar, buku cerita, puzzle, lego,
boneka, pensil warna, radio.
d. Bahasa : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio tape, televisi.
e. Menolong diri sendiri : gelas atau piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos
kaki.
f. Tingkah laku sosial : alat permainan yang dapat dipakai bersama misalnya
congklak, kotak pasir, bola, tali.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Evidence Based dalam asuhan kebidanan membantu mengembangkan
keprofesionalitasan dan ilmu dasar akademis. Dalam melakukan asuhan kebidanan
neonatus, bayi dan balita yang berdasarkan evidence based kita dapat melakukan
tindakan yang diterapkan dengan mengikuti perkembangan dalam bidang kesehatan
diantarnya meliputi perawatan tali pusat, penundaan pemotongan tali pusat, metode
kanguru, pijat bayi, MP ASI dan pemantauan tumbuh kembang pada balita.

B. Saran
Diharapkan tenaga kesehatan dan masyarakat mengetahui tentang Evidence
Based dalam asuhan kebidanan pada neonatus, bayi dan balita sehingga dapat
memberikan pelayanan yang optimal.

10
DAFTAR PUSTAKA

Angesti Nugraheni dkk. Perbedaan Perawatan Tali Pusat Terbuka dan Kasa Kering
dengan Lama Pelepasan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir. Diterbitkan pada
tahun 2018.

Elvi Destariyani. Pengaruh Penundaan Pengkleman dan Pemotongan Tali Pusat


terhadap Kadar Zat Besi Bayi Baru Lahir di BPM Kota Bengkulu tahun 2015.
Diterbitkan tahun 2016.

Raras Nugrohowati,dkk. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Tumbuh Kembang Bayi Usia 0
– 12 Bulan di Desa Margodadi Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman 2015.
2015

Silvia, dkk. Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Perubahan Berat Badan
Bayi Baru Lahir Rendah. Diterbitkan 2015

Pusdiklat Nakes. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta; Gavi

11

Você também pode gostar