Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
= ( − )
Sehingga :
= jika >
= jika <
= 0 jika =
Tugas
Implementasikan rangkaian penanding jenis zero crossing detector, dengan tegangan refrensi
1V, amatilah dan analisalah hasilnya!
19
3.2 Rangkaian penanding histerisis
Seperti halnya zero crossing detector, keluaran rangkaian ini adalah VCC dan VEE.
Hal yang membedakannya adalah batasnya berupa histerisis. Dengan memanfaatkan
umpan balik positif membentuk batas histerisis. Batas tersebut terdiri dari 2 batas yaitu
batas atas dan batas bawah. Selama tegangan masukkan di antara kedua batas tersebut,
keluaran mengikuti keluaran sebelumnya. Kelebihan dari rangkaian ini, memiliki
kemampuan untuk mereduksi pantulan (bounching).
Gambar 3.2 Rangkaian penanding jenis histerisis dengan tegangan refrensi 0V.
Histerisis Memiliki 2 batas, yaitu upper thresshold (thu) sebagai batas atas dan
lower thresshold (thl) sebagai batas bawah. Dalam rangkaian pada gambar 3.2 Vref = 0.
Karena sinyal masukkan pada terminal negatif, maka keluaran memilliki phasa yang
keterbalikan dengan masukkannya.
ℎ = +
+
ℎ = +
+
Contoh:
Berdasarkan rangkaian berikut, tentukan sinyal masukkan dan sinyal keluarannya!
Jawab:
2
ℎ = 15 − 0 = 1.36
20 + 2
20
2
ℎ = (−15) − 0 = −1.36
20 + 2
Tugas
Implementasikan rangkaian penanding jenis histerisis, dengan R = 15KΩ, R = 10KΩ, dan
tegangan refrensi pada terminal negatif 1V, amatilah dan analisalah hasilnya jika masukkan
dari terminal positif!
21
4. Mendesain Rangkaian Op-Amp Berdasarkan Persamaan Lapalce
Mendesain rangkaian menggunakan laplace cukup didasarkan pada orde rangkanian.
Beberapa fenomena dalam rangkaian elektronika dalam menerapkan desain berupa
persamaan laplace yang diharapkan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan respon yang
telah didesain sebelumnya.
1
( ) = ( ) +
Maka
1 1
( ) = ( )
1
+
( ) 1
( ) = =
( ) +1
..............................................................................................................................3
22
Perhatikan gambar 4.2 berikut:
+1
( ) =
1
( ) = ( ) ||
1
= +
( ) +1
1 + +
=
( ) +1
+1
( ) =
+( + )
( ) = ( ) +
+1
( ) = +
+( + )
+( + + ) +1
( ) =
+( + )
Sedangkan :
1
( ) = ( )
( ) = ( ) ( )
Maka:
1 1
( ) = ( )
( )
( + )
+
( )
( ) = =
( ) +( + + ) +1
............................................................................................................................4
23
Berdasarkan rangkaian pada gambar 4.2 merupakan hubungan seri dua rangkaian
pada gambar 4.1. Jika menentukan fungsi alih pengganti dari dua buah fungsi alih yang
dihubungkan secara seri pada laplce merupakan perkalian keduanya. Maka fungsi alihnya
adalah:
′
( ) = ( ) ( )
′ 1 1
( ) =
+1 +1
′ + +2
( ) =
+( + ) +1
............................................................................................................................5
Adanya perbedaan antara persamaan 4 dan persamaan 5, hal ini karena ada efek
pembebanan yang terjadi pada C1 dan R2. Agar tidak terjadi efek pembebanan, maka di
antara kedua rangkaian tesebut diberikan op-amp sebagai buffer, tampak seperti pada
gambar 4.3 hasilnya akan mengikuti kaidah laplace.
24
Tugas
1. Implementasikan rangkaian seperti pada gambar 4.1, gambar 4.2, dan gambar 4.3 dengan
= = 1 Ω, dan = =1 . Gambar respon frekuensinya. Amatilah dan
analisalah berdasarkan hasil ketiga rangkaian tersebut!
2. Tentukan fungsi alih dari:
a. RC seri
b. RC paralel
c. R terhubung seri dengan RC paralel
d. C terhubung seri dengan RC paralel.
e. R terhubung palelel dengan RC seri
f. C terhubung paralel dengan RC seri
4.2 Sallen-Key
Metode ini memberikan pendekatan dalam mendesain rangkaian berdasarkan
persamaan laplace. Seperti rangkaian pada gambar 4.1 memiliki fungsi alih ( ) = .
25
Berdasarkan gambar 4.3, menunjukkan bahwa terjadi redaman pada frekuensi
tinggi, tampak bahwa rangkaian ( ) merupakan LPF (Low Pass Filter). Jika
rangkaiannya diubah seperti pada gambar 4.4 berikut:
1
( ) = ( ) +
Maka
1
( ) = ( )
1
+
( ) =
+1
Dengan dikalikan sekawannya agar penyebut tidak mengandung unsur imaginer, maka:
− −
( ) =
− −1
Sehingga respon frekuensinya seperti pada gambar 4.5 tampak bahwa persamaan
tersebut meredam frekuensi rendah, tampak bahwa rangkaian ( ) merupakan HPF
(High Pass Filter). Kedua filter tersebut disebut filter orde 1 (karena pangkat variabel
laplace pada penyebut terbesar adalah 1) dengan frekuensi cut-off (ω) adalah:
− −1=0
1
=
26
1
=
2
Berdasarkan persamaan dan respon frekuensinya bahwa jika pada pembilang tidak
mengandung variabel laplace (S) maka persamaan tersebut merupakan rangkaian LPF.
Sehingga rangkaian yang sesuai adalah seperti rangkaian pada gambar 4.1. Dan jika pada
pembilang mengandung cariabel laplace (S) maka persamaan tersebut merupakan HPF.
Sehingga rangkaian yang sesuai adalah seperti rangkaian pada gambar 4.4. Agar menjadi
filter aktif, maka VOut dihubungkan dengan rangkaian penyangga agar tidak terjadi efek
pembebanan yang dapat menggeser fungsi alih rangkaian.
Untuk persamaan laplace yang memiliki orde 2 (pangkat variable laplace
tertingggi adalah 2), Sallen-key memiliki cara untuk mempermudah menentukan
rangkaian yang sesuai. Untuk topologi LPF unity gain (penguatan = 1) seperti pada
gambar 4.6 memiliki fungsi alih:
1
( ) =
1+ ( + ) +
jika
= ( + )
=
Maka dengan memisalkan nilai C1 kemudian digunakan untuk menentukan nilai C2
seperti pada persamaan berikut:
4
≥
27
Setelah diperoleh nilai C1 dan C2, kemudian menentukan nilai R1 dan R2 seperti
pada persamaan berikut:
∓ −4
, =
4
Sedangkan untuk topologi HPF unity gain (penguatan = 1) seperti pada gambar 4.7
memiliki fungsi alih:
( ) =
1+2 +
Jika
=2
=
Maka, dengan memisalkan nilai C, maka dapat ditentukan nilai R2 dengan persamaan:
=
4
=
4
28
Contoh:
Berdasarkan persamaan laplace berikut dengan frekuensi cut-off 10KHz, maka tentukan
rangkaiannya!
1. ( ) = .
2. ( ) =
.
Jawaban no.1
a = 1.5, b = 2, dan misal C1 = 1nF, maka:
4 2
≥1
1.5
≥ 3.5556
Maka nilai C2 = 4.7nF
1.5 4.7 10 ∓ 1.5 (4.7 10 ) − 4 2 10 4.7 10
, =
4 10 10 4.7 10
7.05 10 ∓ 3.4789 10
, =
59.0619 10
7.05 10 − 3.4789 10
= = 6046.3683Ω ≈ 6 Ω
59.0619 10
7.05 10 + 3.4789 10
= = 17826.8901Ω ≈ 18 Ω
59.0619 10
Sehingga rangkaiannya adalah
Jawaban no.2
a = 1.5, b = 2, dan misal C1 = 1nF, maka:
1.5
= = 11936.6207Ω ≈ 12 Ω
4 10 10
2
= = 42441.3183Ω ≈ 42 Ω
4 10 (11936.6207)10
29
Sehingga rangkaiannya adalah :
Tugas
1. Tentukan Rangkaian berdasarkan persamaan:
1.5
( ) =
1 + 1.5 + 2
3
( ) =
1 + 1.5 + 2
2. Implementasikan rangkaian tersebut!
30