Você está na página 1de 10

JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO.

2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

Analisa Pengaruh Variasi Media Quenching Terhadap Sifat Mekanik Baja


Hasil Produk Kelompok Usaha Pandai Besi “Sehati Jaya”
Desa Waiheru Kota Ambon

Alexander A. Patty1)
1)
Teknik Mesin Politeknik Negeri Ambon
Email : a.andaria@yahoo.co.id

Abstract
This research aims to analyze the influence of variation of mechanical properties of quenching medium steel
hardness results and value products business group Smiths “Sehati Jaya” village Waiheru town of ambon.
The research method used was experimental. The material used is low carbon steel. Carburizing process by
using hardwood charcoal nani and warming temperature is carried out on the 9100 C with a time of 1 hour detention.
Then proceed with the cooling is done with a variation of quenching media. Hardness testing performed before and
after the low-carbon steel for carburizing and results products business group the blacksmith.
The results showed that the average hardness values for products of parang 63,65 HRD to HRD, 63,95 products
16,30 of Bethel HRD to HRD and 32,17 to 23,46 of HRD products crowbar to the HRD with 27,46 confidence level
95% statistically. Low-carbon steel (ST 37) after the kaburasi and cooled with water, polymer, dromus, lubricant
SAE 20-50 hardness values obtained 45.7 HRD up to 46.1 HRD. This suggests that the increase in carbon steel
hardness value higher than the value of the violent group the blacksmith products results “Sehati Jaya” village of
Waiheru town of Ambon.

Keywords : quenching, hardness, low carbon steel

1. PENDAHULUAN menunjang pengoperasian dan hasil produksi dengan


Pengrajin-pengrajin tradisional (forging) di Maluku kualitas produk yang lebih baik.
salah satunya Kelompok Usaha Pandai Besi "Sehati Jaya" Media quenching yang sering digunakan untuk
Desa Waiheru Kota Ambon seringkali menghasilkan pengerasan baja adalah udara, air dan oli. Air adalah
produk menggunakan material baja seperti pegas ayun paling dominan sebagai media quench dalam perlakuan
mobil. Kelompok usaha atau industri rumah tangga ini panas oleh pengrajin, akan tetapi dalam banyak kasus
terletak di pulau Ambon tepatnya di desa Waiheru yang pendinginan dengan air menghasilkan tingkat distorsi
berjarak +15 Km arah timur laut kota Ambon, yang telah dan tegangan sisa yang tinggi akibat perbedaan
beroperasi sejak tahun 1980-an dengan melibatkan tenaga temperatur yang tajam selama pendinginan.
kerja berjumlah 10 orang. Proses produksi yang Selain ketiga media quenching tersebut,
berlangsung saat ini memerlukan waktu yang lama penggunaan polimer dan drumus sebagai media
akibat masih mengandalkan tenaga manusia untuk quench dalam perlakuan panas adalah alternatif
menghasilkan produk. Industri tersebut menggunakan lain untuk meningkatkan kekerasan tanpa
tungku pemanas terbuka berbahan dasar batu bata menyebabkan terjadinya distorsi dan tegangan sisa
semen dengan sistem pemompaan udara dari blower akibat perbedaan temperatur selama pendinginan
listrik untuk menunjang proses pemanasan yang berlangsung.
dikerjakan secara manual. Waktu produksi per hari 8 Berdasarkan uraian diatas, maka penulis berkeinginan
jam, dengan hasil produk per hari kurang lebih 100 buah melakukan suatu penelitian dengan judul : Analisa Pengaruh
yang dipasarkan di kota Ambon bahkan ke daerah-daerah Variasi Media Quenching Terhadap Sifat Mekanik Baja
diluar pulau Ambon. Hasil Produk Kelompok Usaha Pandai Besi "Sehati
Kendala utama dari industri ini adalah teknologi Jaya" Desa Waiheru Kota Ambon.
produksinya yang masih terbatas dan kurang efisien. Dan
dampak dari jumlah kelompok pengrajin besi yang banyak, 2. TINJAUAN PUSTAKA
maka kebutuhan akan material atau bahan baku untuk 2.1. Baja Karbon
diproduksi semakin meningkat, sehingga untuk Baja karbon merupakan salah satu jenis logam
mendapatkan material tersebut sangatlah terbatas dan yang banyak digunakan dengan unsur karbon sebagai
sukar. Untuk itu diharapkan proses peningkatan kekerasan salah satu dasar campurannya.
baja karbon rendah dapat menjadi salah satu solusi untuk Sifat baja pada umumnya sangat dipengaruhi oleh
memenuhi kebutuhan bahan baku bagi pengrajin besi presentase karbon dan struktur mikro. Berdasarkan
tradisional dengan harga yang lebih murah sehingga lebih kandungan karbon, baja dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
50
JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO. 2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

1. Baja karbon rendah 2.3. Pendinginan (Quenching)


Baja yang mengandung karbon kurang dari 0,30%. Quench (celup cepat) adalah salah satu
Baja karbon rendah dalam perdagangan dibuat dalam perlakuan panas dengan laju pendinginan cepat yang
bentuk pelat, profil, batangan untuk keperluan dilakukan dalam suatu media pendingin misal air atau
tempa, pekerjaan mesin, dan lain-lain. oli. Setelah lapisan kulit mengandung cukup karbon,
2. Baja karbon menengah proses dilanjutkan dengan pengerasan yaitu dengan
Baja sedang mengandung karbon 0,3%C-0,6%C pendinginan untuk mencapai kekerasan yang tinggi.
(medium carbon steel). Baja karbon sedang lebih Proses pengerasan dapat dilakukan dengan cara:
keras serta lebih kuat di bandingkan dengan baja a. Pendinginan langsung (Direct Quenching) adalah
karbon rendah. Didalam perdagangan biasanya pendinginan secara langsung dari media karburasi.
dipakai sebagai alat-alat perkakas, baut, poros b. Pendinginan tunggal (Single Quenching) adalah
engkol, roda gigi, ragum, pegas dan lain-lain. pemanasan dan pendinginan dari benda kerja
3. Baja karbon tinggi setelah benda kerja tersebut di karburasi dan
Baja karbon tinggi mengandung 0,6%C – 1,5%C dan telah didinginkan pada suhu kamar.
memiliki kekerasan tinggi namun keuletannya lebih c. Double Quenching adalah proses pendinginan
rendah, hampir tidak dapat diketahui jarak tegangan atau pengerasan pada benda kerja yang telah di
lumernya terhadap tegangan proporsional pada karburasi dan didinginkan pada temperatur kamar
grafik tegengan regangan. Baja ini biasanya kemudian dipanaskan lagi diluar kotak karbon
digunakan untuk keperluan alat-alat konstruksi yang pada temperatur kamar lalu dipanaskan kembali
berhubungan dengan panas yang tinggi atau dalam pada temperatur austenit dan baru didinginkan
penggunaannya akan menerima atau mengalami cepat.
panas, misalnya landasan, palu, gergaji, pahat, kikir,
bor, bantalan peluru, dan sebagainya (Amanto,
1999).

2.2. Proses Karburasi (Carburizing)


Pengarbonan (carburizing) merupakan suatu proses
penambahan kandungan karbon pada permukaan baja
untuk mendapatkan sifat baja yang lebih keras pada
permukaannya. Kondisi ini sangat diperlukan untuk
komponen-komponen yang mensyaratkan tahan aus.
Pada proses pengerasan baja ST 37 dengan metode
karburasi dapat di bagi menjadi tiga tahap :
1. Penambahan karbon (Carburizing) dalam media
padat.
Proses karburasi dengan menggunakan medium Gambar 2.1. Diagram pendinginan (Quenching)
karburasi yang padat disebut juga sebagai "Pack
Caburizing" 2.4. Pengujian Kekerasan
2. Menggunakan medium cair atau Liquid Kekerasan dapat didefinisikan sebagai ketahanan
Carburizing bahan terhadap penetrasi pada permukaannya. Uji
Pada karburasi yang menggunakan medium cair atau kekerasan dapat dilakukan menggunakan pengujian
Liquid Carburizing biasanya pemanasan benda kerja secara Rockwell. Brinell dan Vickers. Pengujian yang
menggunakan garam cair (salt bath) yang terdiri dilakukan dalam penulisan ini adalah dengan
dari campuran sodium cyanide (NaCN) atau menggunakan metode pengujian Rockwell. Dengan
potasium cyanide (KCN) yang berfungsi sebagai menggunakan beban 100 Pa dan menggunakan indenter
karburasi agent yang aktif, dengan Na2CO3 yang intan (diamond) yang berbentuk kerucut.
berfungsi sebagai energizer dan penurun titik cair
garam.
3. Menggunakan medium gas atau Gas Carburizing
Pada proses karburasi meggunakan medium gas atau
gas carburizing, baja dipanaskan didalam dapur
pemanas dengan tekanan (atmosfer) yang banyak
mengandung gas CO dan gas hydrokarbon misalnya
methana, ethana, propana, dan lain – lain. Proses ini
dilakukan pada tungku pit (pit furnace). Pemanasan
dilakukan pada temperatur 9000 C - 9400 C. Gambar 2.2 Pengujian kekerasan Rockwell

51
JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO. 2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

2.5. Pengendalian Kualitas Produk h) Baca harga kekerasan bahan yang diuji pada dial dan
Salah satu tujuan dari pengendalian proses secara angka yang di tunjukan oleh jarum utama yang
statistik adalah untuk mengurangi sampai seminimal tertulis dengan tinta hitam, satuan pengukuran
mungkin variasi yang timbul dalam proses dan kekerasan adalah HRC.
meningkatkan ketelitian dari suatu proses sesuai target i) Putar kembali handweel perlahan-lahan ke posisi
(standart) yang ditetapkan. Salah satu alat yang dapat semula dan atur benda pada tempat yang belum
digunakan adalah grafik pengendalian (control chart). mengalami pengujian
j) Ulangi langkah a-i sebanyak 15 kali untuk setiap
2.6. Mengestimasi Mean Jika Sampel Berukuran specimen.
Kecil (n < 30) dan Deviasi Standard Tidak k) Catat data hasil pengukuran sebagai data awal
Diketahui
Jika deviasi standard populasi tidak diketahui dan 2. Proses Karburasi
ukuran sampel kecil (n < 30). Estimate interval dari a) Benda uji baja karbon setelah diambil data kekerasan
mean populasinya berbentuk : awal, benda uji dililitkan dengan kawat baja sebagai
tempat pengait untuk mempermudah proses
x  t  x   x  x  t x pengangkatan dalam keadaaan panas.
2v 2v b) Menimbang arang kayu nani seberat 500 gr dan 500
Dimana: gr serbuk tulang sapi lalu dimasukan dalam kotak
t sementasi.
v = Nilai kritis t yang tergantung pada tingkat
2 c) Benda uji diletakan bersamaan kedalam kotak
kepercayaan dan derajat kebebasan sementasi ditimbun dengan arang kayu nani hingga
α = 1 – tingkat kepercayaan (sering disebut chance menutupi permukaan seluruhnya supaya sebentar
of error) didalam proses karburasi, arang tersebut bisa
v = derajat kebebasan (df) = n – 1 menyatu pada permukaan benda uji.
d) Masukan kotak sementasi ke dalam oben pemanas,
III. Metodologi dan oven di tutup, nyalakan oven pemanas lihat
Metode yang digunakana dalam penelitian ini temperatur awal oven 27°C. tunggu sampai
adalah metode eksperimental nyata (true experimental). temperatur akhir pemanas 900°C. dengan penahanan
Parameter proses yang divariasikan adalah media waktu 1 jam.
quenching (oli, air, polimer dan dromus). Proses e) Matikan oven pemanas, lalu buka oven pemanas,
pemanasan dilakukan pada temperatur 9000C dengan keluarkan kotak sementasi dari dalam oven pemanas
waktu penahanan 1 jam dilanjutkan dengan proses dengan menggunankan gancu.
quenching. Perlakuan panas dilakukan terhadap baja f) Angkat ketiga benda uji tersebut dari dalam kotak
karbon rendah (ST 37). Kemudian dilakukan pengujian sementasi menggunakan gancu, dan benda uji
terhadap nilai kekerasan hasil produk kelompok usaha pertama dimasukan ke media pendingin berupa
pandai besi dan material baja karbon rendah (ST 37). polimer, benda kedua dimasukan ke media pendingin
Sedangkan pengolahan data menggunakan software oli SAE 20-50, benda uji ketiga ke dalam air, benda
minitab dan Microsoft excel. Metode analisis data uji keempat ke dalam dromus.
menggunakan analisis statistik berdasarkan hasil g) Angkat benda uji tersebut dari dalam media
pengukuran terhadap sampel hasil produk. pendingin, bersihkan dengan menggunakan majun
lalu ambil nilai kekerasannya dengan proses
3.1. Langkah-Langkah Penelitian pengujian kekerasan.
Adapun langkah-langkah penelitian sebagai berikut : h) Setelah proses karburasing semua benda uji diambil
1. Pengujian kekerasan nilai kekerasannya menggunakan mesin uji
a) Persiapkan benda uji dan gosok permukaan benda kekerasan (Hardness Testing Machine) Mitutoyo seri
dengan menggunakan kertas plas. AR-20.
b) Persiapkan anvil (landasan uji) pada dudukannya
c) Pasangkan identor berbentuk piramida intan
d) Pilih beban pada angka 100 kg
e) Letakan benda uji pada anvil (landasan uji)
f) Atur jarum penunjuk dan kencangkan hingga ke
posisi jarum utama dan jarum bantu menunjukan
angka 0.
g) Tekan tombol start dan biarkan mesin berproses
selama bebrapa detik hingga lampu menyala.

52
JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO. 2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN “Sehati Jaya” yaitu parang, betel dan linggis yang
4.1. Pengujian Kekerasan Sampel Produk dikelompokan maka diperoleh nilai kekerasan seperti
Dari pengujian kekerasan terhadap sampel produk pada tabel dibawah ini.
yang dihasilkan oleh kelompok usaha pandai besi

Tabel 4.1. Nilai Kekerasan Produk Parang


Nilai Kekerasan Nilai Kekerasan X R
No Sampel
X1 X2 (Rata-Rata) (Beda)
1 P1 63.4 64 63.7 0.6
2 P2 64.2 63.4 63.8 0.8
3 P3 63.1 64.2 63.65 1.1
4 P4 64 63.6 63.8 0.4
5 P5 64.1 63.9 64 0.2

Tabel 4.2. Nilai Kekerasan Produk Betel


Nilai Kekerasan Nilai Kekerasan X R
No Sampel
X1 X2 (Rata-Rata) (Beda)
1 P1 17.8 15.4 16.6 2.4
2 P2 24.6 20.7 22.65 3.9
3 P3 23.1 17.6 20.35 5.5
4 P4 32.9 26.1 29.5 6.8
5 P5 40.6 23.3 31.95 17.3

Tabel 4.3. Nilai Kekerasan Produk Betel


Nilai Kekerasan Nilai Kekerasan X R
No Sampel
X1 X2 (Rata-Rata) (Beda)
1 P1 26.3 29.4 27.85 3.1
2 P2 24.4 24.5 24.45 0.1
3 P3 27.6 25 26.3 2.6
4 P4 22.3 26.7 24.5 4.4
5 P5 24.2 23.9 24.05 0.3

4.2. Uji Statistik Hasil Pengujian Sampel Produk produk dalam upaya meminimal variasi dan
Dari hasil pengujian kekerasan sampel produk pada meningkatkan ketelitian. Hasil uji kualitas hasil produk
table 4.1 sampai dengan 4.3 maka dilakukan analisa data secara statistik untuk melihat apakah hasil produk
pengujian secara statistik untuk pengendalian kualitas terkontrol atau tidak.

Gambar 4.1. Hasil Pengujian Kualitas Produk Parang Gambar 4.2. Hasil Pengujian Kualitas Produk Betel
53
JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO. 2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

Gambar 4.5. Grafik Uji Normal Nilai Kekerasan Produk


Betel
Gambar 4.3. Hasil Pengujian Kualitas Produk Linggis

Dari hasil perhitungan dan penggambaran grafik


terlihat bahwa semua nilai R tersebut terkendali secara
statistik, maka langkah berikutnya membuat grafik
Pada perhitungan dan pemgambaran grafik X terlihat
bahwa, semua berada dalam batas kontrol, maka dapat
dikatakan proses pembuatan ketiga jenis produk
terkontrol secara statistik.

4.3. Estimasi Besaran Nilai Kekerasan Produk


Sampel
1. Uji Normal Data, Perhitungan Estimasi Interval Mean Gambar 4.6. Grafik Uji Normal Nilai Kekerasan Produk
Populasi Linggis
Data hasil pengujian kekerasan, didapat besaran nilai Pada output gambar grafik diatas, bila diperhatikan
kekerasan untuk masing-masing produk, yang kotak di sisi kanan output jelas terlihat bahwa besaran
digunakan sebagai sampel dapat dilihat pada tabel -1 P-Value adalah untuk masing-masing produk sebesar
diatas, kemudian dilakukan pengujian normalitas data 0.135, 0.650, dan 0.151 dimana hasil ini lebih besar dari
untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal. nilai α = 0.05, maka variabel dinyatakan berdistribusi
Persyaratan normalitas data ini merupakan persyaratan normal.
mutlak sebelum dilakukan perhitungan estimasi interval
mean populasi untuk data yang kurang dari 30 (n < 30), 4.4. Estimasi Interval Mean Populasi Nilai
dan deviasi standart populasi tidak diketahui. Kekerasan dari Produk
Untuk Uji normalitas digunakan program statistik Pada penelitian ini sampel data yang diambil
Minitab Versi 14 untuk mempermudah proses pengujian sejumlah 5 (lima), dengan demikian dikategorikan
dengan metode Anderson-Darling. kedalam (n < 30), sementara deviasi standart populasi
tidak diketahui. Dengan demikian Estimasi Mean
Populasi jika sampel berukuran kecil (n < 30) dan
Deviasi Standard Populasi tidak diketahui,
dilakukan dengan distribusi mean sampling akan
mengikuti distribusi-t (sering disebut distribusi student-
t) hasilnya dapat dilihat sebagai berikut :
 One-Sample T Nilai Kekerasan Produk Parang
(HRD)
N Mean StDev SE Mean 95% CI
5 63,8000 0,1225 0,0548 (63,6479; 63,9521)
 One-Sample T Nilai Kekerasan Produk Betel
(HRD)
N Mean StDev SE Mean 95% CI
Gambar 4.4. Grafik Uji Normal Nilai Kekerasan Produk 5 24,2400 6,3910 2,8581 (16,3045; 32,1755)
Parang
 One-Sample T Nilai Kekerasan Produk Linggis
(HRD)
N Mean StDev SE Mean 95% CI
54
JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO. 2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

5 25,4600 1,6090 0,7196 (23,4622; 27,4578) Populasi Nilai


Dari hasil perhitungan ini dapat dirangkum besaran Kekerasan
Estimasi Interval Mean Populasi ketiga jenis produk Parang 63,8000 0,1225 (63,6479 s/d
dengan tingkat kepercayaan 95%, seperti terlihat pada 63,9521)
tabel berikut. Betel 24,2400 6,3910 (16,3045 s/d
32,1755)
Tabel 4.4. Estimasi Interval Mean Populasi Linggis 25,4600 1,6090 (23,4622 s/d
Nama Standar Estimasi 27,4578)
Mean
Produk Deviasi Interval Mean

4.5. Pengujian Kekerasan Baja Karbon Rendah (ST pengarbonan padat dengan media pendingin polimer,
37) air, dromus, pelumas SAE 20-50 dengan waktu
Hasil pengujian kekerasan menggunakan metode penahanan 1 jam adalah sebagai berikut :
Rockwell dengan beban 100 Pa melalui proses

Tabel 4.5. Nilai Kekerasan untuk Specimen 1 Menggunakan


Media Pendingin Polimer
Nilai Kekerasan
Kekuatan Tekan (HRD)
Titik Pengujian
(Pa) Sebelum Sesudah
Karburasi Karburasi
1 100 35 73
2 100 34.5 73
3 100 34 71
4 100 35 75.5
5 100 35 72.5
6 100 34.5 75
7 100 36 77.5
8 100 35.5 76.5
9 100 34 71.5
10 100 35 76
Nilai rata-rata 34.9 74.2
(Sumber : Data hasil pengujian)

Gambar 4.7. Grafik nilai kekerasan pada spesimen 1

55
JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO. 2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

Tabel 4.6. Nilai Kekerasan untuk Specimen 2 Menggunakan


Pendinginan Air
Nilai Kekerasan
Kekuatan Tekan (HRD)
Titik Pengujian
(Pa) Sebelum Sesudah
Karburasi Karburasi
1 100 33 72
2 100 35 73.5
3 100 36 74
4 100 35.5 74
5 100 36 78.5
6 100 35 73.5
7 100 36 73.5
8 100 35.5 74
9 100 36 71.5
10 100 36.5 73.5
Nilai rata-rata 35.5 73.8
(Sumber : Data hasil pengujian)

Gambar 4.8. Grafik nilai kekerasan pada specimen 2

Tabel 4.7. Nilai Kekerasan untuk Specimen 2 Menggunakan


Pendinginan Dromus
Nilai Kekerasan
Kekuatan Tekan (HRD)
Titik Pengujian
(Pa) Sebelum Sesudah
Karburasi Karburasi
1 100 35 73
2 100 34.5 73
3 100 34 73.5
4 100 35 73
5 100 35 73.5
6 100 34.5 74
7 100 36 74
8 100 35.5 74.5
9 100 34 73.5
10 100 35 74
Nilai rata-rata 34.9 73.6
(Sumber : Data hasil pengujian)
56
JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO. 2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

Gambar 4.9. Grafik nilai kekerasan pada specimen 3

Tabel 4.8. Nilai Kekerasan untuk Specimen 4 Menggunakan


Media Pelumas SAE 20-50
Nilai Kekerasan
Kekuatan Tekan (HRD)
Titik Pengujian
(Pa) Sebelum Sesudah
Karburasi Karburasi
1 100 34 74.5
2 100 34.5 74.5
3 100 34 76.5
4 100 35 74.5
5 100 34 74
6 100 34.5 70.5
7 100 35 72.5
8 100 35.5 72
9 100 34 73.5
10 100 34 76
Nilai rata-rata 34.5 73.9
(Sumber : Data hasil pengujian)

Gambar 4.10. Grafik nilai kekerasan pada specimen 4

57
JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO. 2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

4.6. PEMBAHASAN nilai kekerasan rata-rata adalah 63.79 HRD, produk


Dari data hasil pengujian yang dilakukan terhadap betel nilai kekerasan rata-rata adalah 24.21 HRD dan
baja karbon (ST 37) maka disajikan dalam grafik produk linggis nilai kekerasan rata-rata adalah 25.43
hubungan antara nilai kekerasan dengan variasi media HRD.
quenching seperti pada gambar dibawah ini. Hal ini disebabkan karena pada proses perlakuan
panas untuk baja karbon (ST 37), suhu pemanasan untuk
mencapai tempertur austenite dan waktu penahanan
dikontrol sehingga semakin banyak karbon yang dapat
diserap oleh baja sehingga kekerasannya meningkat.
Selain itu, dengan menggunakan media pendingin yang
berbeda sangat mempengaruhi kecepatan pendinginan.
Sedangkan proses perlakuan panas yang dilakukan oleh
kelompok pandai besi “Sehati Jaya” desa Waiheru masih
tradisional karena menggunakan tungku pemanas
terbuka dimana suhu pemanasan hanya berdasarkan
pengamatan warna tanpa dikontrol dan tidak ada waktu
penahanan. Hal ini mempengaruhi kualitas hasil
produksi dan waktu produksi yang lebih panjang.
Dari hasil pengujian ini dapta disimpulkan bahwa
Gambar 4.11. Variasi Media Quenching Terhadap Nilai material baja karbon rendah (ST 37) dapat menjadi
Kekerasan solusi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku bagi
pengrajin pandai besi. Karena nilai kekerasannya dapat
Gambar 4.11 menunjukan bahwa ada peningkatan ditingkatkan sehingga dapat dijadikan bahan baku bagi
nilai kekerasan ketika benda setelah di karburasi pengrajin besi tradisional.
kemudian di celup ke dalam media pendingin. Dan
ternyata harga kekerasan lebih tinggi dibandingkan V. KESIMPULAN
dengan media pendingin air, dromus dan pelumas SAE Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang
20-50. telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
Hal ini di sebabkan karena setelah proses berikut :
karburasi, ketika dilakukan proses pendinginan 1. Dengan variasi media quenching yang berbeda akan
menggunakan polimer maka akan terbentuk selimut uap berpengaruh terhadap nilai kekerasan. Hal ini dapat
dengan temperatur rendah yang akan menghambat laju dilihat dari hasil yang diperoleh dari pengujian
pendinginan sehingga pendinginan akan berjalan lambat. kekerasan yaitu tingkat kekerasan 73.6 HRD sampai
Sehingga akan mengontrol retak dan distorsi yang sering dengan 74.2 HRD lebih tinggi dari hasil produk
terjadi pada media pendingin air. kelompok usaha pandai besi “Sehati Jaya” desa
Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa ada Waiheru Kota Ambon yaitu produk parang nilai
peningkatan nilai kekerasan sedikit lebih tinggi bila kekerasan rata-rata adalah 63.79 HRD, produk betel
dibandingkan dengan media pendingin air, dromus dan nilai kekerasan rata-rata adalah 24.21 HRD dan
pelumas. produk linggis nilai kekerasan rata-rata adalah 25.43
Setelah dilakukan pengujian kekerasan terhadap HRD dengan tingkat kepercayaa 95% secara
row material berupa sampel produk yang dihasilkan statistik.
oleh kelompok pandai besi “Sehati Jaya” desa Waiheru 2. Material baja karbon rendah (ST 37) dapat
maka diperoleh nilai kekerasan rata-rata untuk produk digunakan dan menjadi solusi untuk memenuhi
parang sebesar 63,6479 HRD sampai 63,9521 HRD, kebutuhan bahan baku bagi pengrajin pandai besi.
produk betel sebesar 16,3045 HRD sampai 32,1755 Karena nilai kekerasannya dapat ditingkatkan
HRD dan untuk produk linggis sebesar 23,4622 HRD sehingga dapat dijadikan bahan baku bagi pengrajin
sampai 27,4578 HRD dengan tingkat kepercayaa 95% besi tradisional.
secara statistik. Sementara hasil pengujian terhadap
material yaitu baja karbon rendah (ST 37) dengan 7. DAFTAR PUSTAKA
penahanan waktu (holding time) 1 jam dan didinginkan Ali Alhamidi. 2008. Penggunaan Polyvinil Alkohol (PVA)
dengan polimer, air, dromus, pelumas SAE 20-50 sebagai media quench terhadap kekerasan, struktur
diperoleh nilai kekerasan 73.6 HRD sampai dengan 74.2 mikro dan distorsi dimensi baja AISI 1045.
HRD. REINTEK Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ini menunjukkan bahwa peningkatan nilai Terapan.Vol. 3 No. 2 Tahun 2008.
kekerasan baja karbon lebih tinggi dibandingkan dengan Boyer, Howard E. 2002. Practical Heat Treating,
nilai kekerasan hasil produk kelompok pandai besi American Society for Metal., ASM International.
“Sehati Jaya” desa Waiheru, yaitu hasil produk parang Dwi Eny Djoko Setyono. 2006. Bidang Sumberdaya Laut
58
JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO. 2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

Pusat Penelitian Oceanografi. LIPI-Jakarta. Lembaga Penelitian Institut Teknologi Bandung.


Elvis A. Sumaraw. 2010. Pengaruh Heat Treatment Bandung.
Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Baja CrMoV Sri Nugroho dan Gunawan Dwi Haryadi. 2005.
Dengan Media Quench Yang Berbeda. Majalah Sains Pengaruh Media Quenching Air Tersirkulasi
dan Teknologi. Vol. 5 No.2 hal.66-73. Juni 2010. (Circulated Water) Terhadap Struktur Mikro Dan
Dr. Ir. Harinaldi.,M.Eng., 2002. Prinsip-Prinsip Statistik Kekerasan Pada Baja AISI 1045. Jurnal Rotasi Vo. 7.
Untuk Teknik dan Sains. Erlangga. Jakarta No. 1 Tahun 2005.
James F. Shackelford. 2007. Introduction To Materials Stanley Zinn. 2010. Quenching for Induction Heating.
Science For Engineers. Pearson Education. Rochester. New York.
Rochim Suratman. 1994. Paduan Proses Perlakuan Panas.

59

Você também pode gostar