Você está na página 1de 16

1.

Mekanisme Tidur dan Organ yang Mengontrolnya


Tidur merupakan suatu proses yang normal pasti dialami setiap manusia. Seperti halnya siklus
dalam tubuh lainya, siklus bangun tidur dikontrol oleh otak. Bagian otak yang mengontrol yaitu RAS dan
Hipotalamus
Siklus bangun tidur dinamakan irama circadian. Siklus ini dikontrol oleh bagian pada hipotalamus
bernama Nukleus Supraciasmaticus. Nukelus ini mengatur “jam biologis” tubuh. Nukelus ini
menghasilkan “Protein jam” yang dikode oleh gen pada nucleus ini sendiri dan mengelilingi sitosol.
Seiring berjalannya hari, protein ini makin banyak dan akhirnya membuat efek inhibisi yaitu

menghambat produksinya sendiri. Protein ini lalu diurai dalam nukelus sehingga lama kelamaan efek
inhibitoriknya berkurang dan protein ini diproduksi lagi. Begitu seterusnya protein ini diproduksi.
Jam biologis juga melakukan sinkronisasi dengan keadaan diluar. Dalam sinkronisasi ini SCN
bekerja sama dengan hormon melatonin yang dihasilkan oleh kelenjar Pineal. Jam biologis disesuaikan
dengan kondisi siang dan malam pada lingkungan. Terdapat sel pada ganglion retina yang khusus
mendeteksi gelap dan terang. Sel ini akan menghasilkan Melanopsin. Melanopsin yang dihasilkan akan
memberi sinyal ke kelenjar Pineal melalui traktus Retikulohipotalamikus. Kelenjar Pineal yang
mendapatkan sinyal lalu akan menginterpretasikannya dan menyesuiakan jam biologis. Kelenjar Pineal
akan menghasilkan banyak hormon melatonin pada saat gelap dan kadarnya akan menurun pada saat
terang.
Struktur kedua yang mengatus siklus bangun tidur adalah RAS atau Reticular Activating System
yang berjalan sepanjang batang otak dan mengirimkan sinyalkan ke korteks serebri. RAS merupakan

1
struktur yang menjebatani antara tidur dan bangun. Arousal atau keadaan dimana seorang terbangun
dari tidur disebabkan karena aktivnya RAS. RAS bisa diaktifkan lewat suara yang keras, rasa nyeri atau
Nosiseptor, pergerakan, dan cahaya yang terang. Sekali RAS aktif, RAS akan membuat korteks serebri
menjadi aktif dan orang akan kembali kesadarannya atau disebut Consciousness. Saat kita sedang
beraktifitas sehari-hari, RAS lah yang menjaga kita tetap terjaga dan tidak mengantuk secara tiba-tiba.
Sinyal yang dapat menghambat RAS salah satunya adalah Adenosin. Adenosine merupakan
produk dari pemecahan ATP. Seiring bertambahnya hari, kadar adenosine akan bertambah lalu
berikatan pada resptor A1 dan saraf Cholinergic. Berikatannya dengan Cholinergic akan menghambat
produksi Asetilkolin dimana neurotransmiter ini berfungsi untuk membuat orang tetap terjaga. Dengan
begitu RAS perlahan akan tidak aktif dan membuat orang mengantuk dan tertidur. Beberapa senyawa
seperti kafein dapat menghambat pengikatan Adenosin dengan reseptor A1 dengan cara berikatan
dengan reseptor Adenosin. Dengan begitu RAS akan tetap aktif.

Proses Tidur
Tidur dibagi menjadi 2 jenis yaitu Non Rapid Eye Movement (NREM) dan Rapid Eye Movement

(REM). NREM juga disebut juga tidur gelombang lambat. Stadium ini berlangsung selama 30 – 45 menit.

2
Pada akhir dari stadium ini akan memasuki REM atau tidur paradoksal, disebut demikian karena pada
REM ini gelombang tidurnya mirirp seperti saat kita terjaga atau sadar.
NREM dibagi menjadi 4 tahap :
- Stage 1 transisional stage. Tahap ini merupakan peralihan antara sadar dan memasuki tidur.
Berlangsung selama 1 – 7 menit.
- Stage 2 Linght Sleep. Pada tahap ini orang sudah memasuki tidur dalam pada tahap awal.
- Stage 3 moderate deep sleep. Berlangsung setelah 20 menit orang tertidur. Temperatur dan
tekanan darah akan menurun.
- Stage 4 tidur dalam. Pada tahap ini seseorang betul-betul tertidur pulas, metabolisme otak
menurun, temperatur dan tonus otot sedikit menurun.

2. Klasifikasi Gangguan Tidur


Prevalensi gangguan tidur setiap tahun cendrung meningkat, hal ini juga sesuai dengan
peningkatan usia dan berbagai penyebabnya. Kaplan dan Sadock melaporkan kurang lebih 40-50% dari
populasi usia lanjut menderita gangguan tidur. Gangguan tidur kronik (10-15%) disebabkan oleh
gangguan psikiatri, ketergantungan obat dan alkohol. Menurut data internasional of sleep disorder,
prevalensi penyebab-penyebab gangguan tidur adalah sebagai berikut: Penyakit asma (61-74%),
gangguan pusat pernafasan (40-50%), kram kaki malam hari (16%), psychophysiological (15%),
sindroma kaki gelisah (5-15%), ketergantungan alkohol (10%), sindroma terlambat tidur (5-10%),
depresi (65). Demensia (5%), gangguan perubahan jadwal kerja (2- 5%), gangguan obstruksi sesak
saluran nafas (1-2%), penyakit ulkus peptikus (<1%), narcolepsy (mendadak tidur) (0,03%-0,16%)
Sekitar sepertiga dari semua orang Amerika memiliki gangguan tidur di beberapa titik dalam hidup
mereka. Antara 20% dan 40% dari orang dewasa melaporkan kesulitan tidur di beberapa titik setiap
tahun, dan sekitar 17% dari orang dewasa menganggap masalah yang serius. Gangguan tidur adalah
alasan umum untuk kunjungan pasien di seluruh obat. Sekitar sepertiga dari orang dewasa mengalami
sindrom kurang tidur. Dua puluh persen orang dewasa melaporkan insomnia kronis.
Gangguan tidur dikelompokka menjadi 2 kategori utama yaitu Disomnia dan Parasomnia.
Dissomnia adalah gangguan tidur yang memiliki karakteristik terganggunya jumlah, kualitas atau waktu
tidur. Parasomnia adalah perilaku abnormal yang muncul pada saat tidur atau pada ambang batas
anntara terjaga dan tidur.
Untuk disomnia dibagi menjadi 5 kelompok yaitu :
a. Insomnia ;menurut istilah berarti "tidak atau tanpa tidur"

3
Jika insomnia muncul sewaktu terutama saat sedang stres bukanlah suatu yang abnormal.
Namum insomnia yang terus ada dan memiliki karakteristik kesulitan berulang untuk tidur atau
untuk tetap tidir merupakan pola perilaku abnormal.
Setiap tahun ada 3 orang dewasa di Amerika mengalami gangguan tidur kronis. Insomnia
kronis yang bertahan selama sebulan atau lebih menunjukkan ada masalah gangguan
fisikmatau psikologik. Gangguan todur kronis yang tidak disebabkan oleh gangguan fisik atau
psikologis atau obat atau pengobatan disebut insomnia primer.
b. hipersomnia
Berarti lebih dsri normal tidurnya dan merupakan rasa kantuk yang berlebihan sepanjang
hari yang berlangsug sampai sbulan atau lebih, rasa kantuk yang berlebihan kadang disebut
"mabuk tidur". Dapat berbentuk kesulitan untuk bangun setelah periode tidur (8 sampai 12
jam) atau mungkin ada pola episode tidur yang muncul hampir setiap hari dalam bentuk tidur
siang yang diharapkan atau tidak diharapkan (seperti tidak sengaja tidir saat menonton tv).
Gangguan kantuk disiang hari mempengaruhi 0,5 sampai 5% dari populasi orang dewasa.
c. Narkolepsi
Gngguan tidur yang memiliki ciri episode tidur yang tidakmdapst di elakkan dan terjadi
secara tiba tiba. Orang dengan narkolepsi mengalami serangan tidir dimana ,ereka mendadak
tertidur tanpa adanya pertanda pada waktu waktu yang berbeda sepanjanh hari. Mereka tetap
tertidir untuk jangka waktu rata rata sekitar 15 menit. Ornag tersebut dapat berada dalam
perbincangan dengan orang lain pada suatu saat dan jayuh tertidur di lantai pada sast
beriktnya.
d. Breathing relsted sleep disorders
Gangguan tidur yang terkait dengan pernafasan, orang dengan gangguan tersebut
mengalami gangguan tidur akibat dari masalah masalah ganghuan pernafasan. Gangguan tidur
yang berkala ini dapat mengakibatkan insomnia atau rasa kantuk yanh berlebihan di siang hari,
subtipe gangguan ini dibedakan berdasarkan penyebab masalah pernafasan. Tipe yang palig
umum adalah obstructive sleep apnea yang ditandai episode berulang dari gangguan
pernafasan menyeluruh atau sebagian selama tidur. Kesulitan bernafas diakibatkan oleh aliran
udara yang tersumbat pada bagian atas jalan udaea yang serigkalj disebabkan oleh kerusakan
struktur seperti langit langit mulut yang terlalu tebal, pembesaran tonsil atau adenoid.
Gangguan ini diperkirakan terjadi pada 1 sampai 10% populasi dewasa. Lebih banyak pada
laki laki paruh baya dengan perbandingan 2 : 1. Lebih sering pada obesitas, disebabkan

4
penyempitan jalan udara akibat pembesaran jaringan lunak. Orang orang yang menderita tidir
apnea dilaporkan memiliki kuzlitas hidup yang lebih buruk dari mereka yang tidak menderita.
Gangguan ini merupakan masalah kesehatan karena berhubungan dengzn penigkatan resiki
hipertensi, stroke dan serangan jantung.
e. Cirdian rhythm sleep disorders
Irama tidur sangat terganggu karena ketidakcocokan antara tututan jadwal tidur
yangtelah ditetapkan oleh seseorang dengan siklus internal tidur - bangun orang tersebut.
Ketidakcocokan menyebabkan insomnia atau hipersomnia. Ketidakcocokan ini terus menerus
berlangsung sehingga menimbulkan distress yang signifikan atah hendaya dala bidang
sosial,ekerjaan dan fungsi lain.

Parasomnia di bagi menjadi 3 bentuk umum yaitu :


a. Gangguan mimpi buruk
Proses terjaga dari tidur secara berulang ulang karena mimpi yang menakutkan.
ganghuan ini lebih banyak dialami oleh orang orang yang selamat dari bencana alam misalnya
gempa bumi, banjir ataupun letusan guhung api, mimpi buruk biasanya muncul pada sazt tidur
REM pada periode setengah terakhir dari tidur atau ketika larut malam menjelang tidur.
meskipun mimpi buruk berisi aktifitas motorik yang hebat, tapi aktifitas ini juga dihambat oleh
proses biologis yang sama juha menghambat gerakan individu sehingga tidak dapat berherak
atau lu,puh.
b. Ganggua teror dalam tidur
Gangguan ini biasanya terjadi pada anak anak dimulai dengan tangisan atau teriakan yang
keras dan menyayat dimalam hari, lalu duduk seperti ketakutan dan menunjukkan proses
terjaga yang ekstrim seperti kerigat berlebihan , detak jantung dan pernafasan kuat. Anak
mulai bicara tidak koheren (melantur), tapi tetap tidur, jika sudah benar benar bangun ia tidak
,enhenali orangtuanya dan mendoring agar menjauh. Setelah beberapa menit tidur lagi dengan
nyenyak dan saat bangu tidak mengingat apa yangterjadi malam tadi. Prevalensinya 1-6%
pada anak anak. Lebih sering pada anak laki laki. Padanorang dewasa prevalensinha kurang
dari 1%.
c. Gangguan tidur sambil berjalan
Episode berulang orng yang sedang tidir bangkit dari tempat tidurnya dan berjakan
disekitar ru ah sambil terap tertidur.

5
Episode ini cemderung terjadi saat tidur yang kebih dalam dimana mimpi tidak hadir.
Timbulnya gangguan ini sexara berulangnukanb menyebabkan stres pribadi yang ber,akna atah
ketidakmampuan untuk berfungsi. Gangguan ini banya, dialami oleh anak anak yang
mempengaruhi sekitar 1-5% anak anak menurutestimasi antara 10-30% anak anak pernah
mengalami setidak tidaknya satumkali episode jalan dalam tidur. Prevalensi pada ornag
dewasa belum diketahuj mungkin saja sebanyam 7% dari orang dewaaa pernah mengalami 1
kali episode berjalan dalam tidur.
Penyebab dari gangguan inj belu diketahui, najjm ada dugaan faktorgenetik dan ligkungan
turut terlibat dalam hal ini,

Pada Skenario yang didapatkan, pasien mengalami gangguan tidur disertai dengan gangguan
Somatoform yaitu Hipokondriasis. Hipokondriasis yang dirasakan pasien membuat pasien mengalami
gangguan tidur dan makin memperparah hipokonriasis. Dari skenario, selain gangguan somatoform
didapatkan juga Diferensial Diagnosis lain yaitu gangguan Panik

3. Gangguan Somatoform – gangguan Somatisasi


Gangguan somatisasi dicirikan dengan gejala-gejala somatik yang banyak dan tidak dapat
dijelaskan bedasarkan pemeriksaan fisik maupun laboratorium.keluhan yang diutarakan pasien sangat
melimpah dan meliputi berbagai sistem organ, seperti gastrointestinal, seksual, saraf, dan bercampur
dengan keluhan nyeri. Gangguan ini bersifat kronis, berkaitan dengan stresor psikologis yang bermakna,
serta perilaku mencari pertolongan medis yang berlebihan. Dikenal juga sebagai Briquet’s syndrome.

Etiologi somatisasi:

 Faktor psikososial: penyebab gangguan somatisasi tidak diketahui. Secara psikososial, gejala-
gejala gangguan ini merupakan bentuk komunikasi sosial yang bertujuan untuk menghindari
kewajiban, mengekspresikan emosi, atau menyimbolkan perasaan. Aspek pembelajaran
(learning behavior) menekankan bahwa pengajaran dari orangtua, contoh orantua, dan budaya
mengajarkan pada anak untuk menggunakan somatisasi. Faktor sosial, kultur, dan etnik juga ikut
terlibat dalam pengembangan gejala-gejala somatisasi.
 Faktor biologis: data genetik mengindikasikan adanya transmisi genetik pada gangguan
somatisasi. Terjadi pada 10-20% wanita turunan pertama, sedangkan pada saudara laki-lakinya

6
cenderung menjadi penyalahguna zat dan gangguan kepribadian antisosial. Pada kembar
monozigot terjadi 29% dan dizigot 10%.

Gambaran klinis:

Pasien dengan gangguan somatisasi memiliki banyak keluhan somatik dan riwayat medik yang
panjang dan rumit. Gejala-gejala umum yang sering dikeluhkan adalah mual, muntah, sulit menelan,
sakit pada lengan dan tungkai, nafas pendek, amnesia, komplikasi kehamilan dan menstruasi. Sering kali
pasien menganggap dirinya menderita sakit sepanjang hidupnya. Gejala pseudoneurologik sering
dianggap sebagai gangguan neurologik namun tidak patognomonik. Misalnya, gangguan koordinasi atau
keseimbangan, paralisis atau kelemahan lokal, sulit menelan atau merasa ada gumpalan di tenggorokan,
afonia, retensi urin, halusasi, hilangnya sensasi raba atau sakit, penglihatan kabur, buta, tuli, bangkitan,
atau hilang kesadaran bukan karena pingsan. Penderitaan psikologik dan masalah interpersonal
menonjol, dengan cemas atau depresi merupakan gejala psikiatri yang paling sering muncul. Ancaman
akan bunuh diri sering dilakukan, namun bunuh diri aktual sangat jarang, biasanya pasien
mengungkapkan keluhannya secara dramatik, dengan muatan emosi dan berlebihan. Pasien-pasien ini
biasanya tampak mandiri, terpusat pada dirinya, haus penghargaan dan pujian, dan manipulatif.

Terapi gangguan somatisasi

Penanganan sebaiknya dengan satu orang dokter, sebab apabila dengan beberapa dokter pasien
akan mendapatkan kesempatan lebih banyak mengungkapkan keluhan somatiknya. Interval pertemuan
sebulan sekali. Meskipun pemeriksaan fisik harus tetap dilakukan untuk setiap keluhan somatik yang
baru, doter atau terapis harus mendengarakan keluhan somatik sebagai ekspresi emosional dan bukan
sebagai keluhan medik.

Psikoterapi, baik yang individual maupun kelompok akan menurunkan pengeluaran dana
perawatan kesehatannya terutama unuk rawat inap di rumah sakit. Psikoterapi membantu pasien untuk
mengatasi gejala-gejalanya, mengekspresikan emosi yang mendasari dan mengembangkan strategi
alternatif untuk mengungkapkan perasaannya.

Terapi psikofarmakologi dianjurkan apabila terdapat gangguan lain (komorbid). Pengawasan


ketat terhadap pemberian obat harus dilakukan karena pasien dengan gangguan somatisasi cenderung
menggunakan obat-obatan berganti-ganti dan tidak rasional.

7
4. Gangguan Panik

Gangguan panik umumnya ditemukan pada penderita usia mudatetapi bisa ditemukan pada usia
berapapun dan sebagian besar berkaitan dengan gangguan depresi. Dapat disertai dengan kondisi
komorbid seperti hipokondriasis , gangguan kepribadian dan gangguan penggunaan zat.

Etiologi

Faktor genetik

Gangguan panik berhubungn dengan abnormalitas struktur dan fungsi otak. Pada penderita
ditemukan abnormalits pada neurotranmiter gaba dan norepinefrin serta disregulasi pada
sistem saraf perifer maupun sistem saraf pusat.

Faktor genetik

Keturunan pertama penderita dengan gangguan panik memiliki peningkatan risiko 4-8 kali
mengalami serangan yang sama.

Faktor psikososisal

Penderita dengan gangguan panik umumnya mengalami gangguan sosialisasi dengan


keluarga pada masa ank-anak sehinggah mempengaruhi gaya interaksi pasien dngan orang lain.

1. Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III :


 Tidak ada gejala yang mengarah pada ansietas fobik
 Diagnostik pasti dapat ditegakan jika tibul beberapa kali serangan anxietas berat dalam
rentang waktu sekitar 1 bulan.
 Dalam konsisi dalam situasi yang tidak berbahaya
 Dalam situasi yang tidak diduga
 Dengan konsisi penderita bebas dari gejala cemas diantara serangan panik
2. Tata laksana
 Non terapi medikamentosa
 Terapi relaksasi
 Terapi kognitif perilaku
 Psikoterapi dinamik

8
 Terapi medikamentosa
 SSRI : sertralin, fluoksetin, flukvosamin, escitalopram. Pengobatan ini diberikan 3-6
bulan untuk mencegah terjadinya kekambuhan
 Alprazolam awitan kerja cepat diberikan 4-6 minggu kemudian dosis diturunkan
perlahan sampai dihentikan
3. Indikasi rawat
 Pasien mengganggu keamanan disekitarnya
 Dalam pemeriksaan ditemukan depresi berat serta ide bunuh diri
 Adanya keterbatasan menjalani aktivitas sehari-hari
4. Prognosis

Gangguan panik bersifat kronis dan dapat timbul serangan berulang.

Tanda dan Gejala


Gangguan panic terutama ditandai dengan serangan panic yang berulang. Serangan panic terjadi
spontan dan tidak terduga, disertai dengan gejala otonomik yang kuat, terutama system kardiovaskular
dan system pernafasan. Serangan sering dimulai selama 10 menit, gejala meningkat secara cepat.
Kondisi cemas pada gangguan panic biasanya terjadi secara tiba-tiba, dapat meningkat hingga sangat
tinggi disertai gejala-gejala yang mirip gangguan jantung, yaitu rasa nyeri dada, berdebar-debar, keringat
dingin, hingga merasa seperti tercekik. Hal ini dialami tidak terbatas pada situasi atau rangkaian kejadian
tertentu dan biasanya tidak terduga sebelumnya (Elvira & Hadisukanto, 2010).
DSM IV menekankan bahwa sekurang-kurangnya serangan pertama harus tidak diperkirakan
untuk memenuhi kriteria diagnosis untuk gangguan panic (Maslim, 2001).
Gejala yang ditimbulkan antara lain:
 Serangan dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat selama 10 menit.
 Gejala utama dan khas adalah ketakutan yang kuat dan suatu perasaan ancaman kematian
dan kiamat.
 Pasien biasanya tidak mampu untuk menyebutkan sumber ketakutannya dan mungkin
merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian.
 Tanda-tanda fisik seperti takikardia, sesak napas dan berkeringat.

9
 Sekurangnya satu serangan telah terjadi paling sedikit 1 bulan atau lebih dengan
kekhawatiran yang menetap mengalami serangan tambahan, perubahan perilaku bermakna
berhubungan dengan serangan.
 Permasalahan somatik akan kematian dari gangguan jantung atau pernapasan mungkin
merupakan perhatian utama selama serangan panik.

Menurut Kaplan & Sadock, 2010, kriteria diagnosis yaitu :


Suatu serangan panik secara tiba-tiba akan menyebabkan minimal 4 dari gejala-gejala somatik
berikut:
 Palpitasi
 Berkeringat
 Gemetar
 Sesak napas
 Perasaan tercekik
 Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman
 Mual dan gangguan perut
 Pusing, bergoyang. melayang. atau pingsan
 Derealisasi atau depersonalisasi
 Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila
 Rasa takut mati
 Parastesi atau mati rasa
 Menggigil atau perasaan panas
Terdapat beberapa kondisi medis yang menyerupai serangan panik, diantaranya:
 Hyper/hypothyroid
 Hyperparatiroid
 Prolaps Mitral
 Gangguan putus alkohol
 Hipoglikemia

Diagnosis dan Kriteria Diagnosis

10
Menurut PPDGJ-III gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak
ditemukan adanya gangguan anxietas fobik. Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa
kali serangan anxietas berat dalam masa kira-kira satu bulan :
a. Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya.
b. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya (unpredictable
situation)
c. Dengan keadaan yang relatif dari gejala-gejala anxietas pada periode diantara serangan-serangan
panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga anxietas antisipatorik) yaitu anxietas yang
terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi. (Maslim, 2001)

5. Gangguan Somatoform – Hipokondriasis


Hipokondriasis didefinisikan sebagai seorang yang berokupasi dengan ketakutan atau keyakinan
menderita penyakit serius serta memiliki interpretasi yang tidak realistis maupun akurat terhadap gejala
atau sensasi fisik , meskipun tidak ditemukan penyabab medis.
Etilogi :

1. Skema kognitif yag salah


Mereka salah menginterpretasikan sensasi fisik dimana mereka menambah dan memperbesar
sensasi somatik yang dialaminya karena memiliki ambang dan toleransi yang rendah.
2. Model pembelajaran sosial
Permintaan menjadi pasien sakit yang sedang menghadapi masalaah berat karena tak dapat
menangggungnya. Peran sakit ini memberikan peluang bagi seseorang untuk menghindari
kewajiban berat, menunda tantangan yang tak dikehandaki dan mendapat permakluman agar
tidak memenuhi tugas dan tanggung jawabnya.
3. Teori psikodinamik
Adanya dorongan agresivitas dan permusuhan yang ditunjukkan kepada orang lain yang
dipindahkan ke dalam keluhan-keluhan somatik (mekanisme represi dan displacemnet). Yang
berasal dariketidakpuasan, penolakan dan kehilangan dimasa lalu namun mengekspresikan
dimasa sekarang dengan mencari bantuan dan kepedulian orang lain .
Hipokondriasis juga salah satu pertahanan rasa bersalah dan tanda kepedulian yang tinggi
terhadap diri sendiri dimana rasa sakit sebagai penebusan dan peniadaan (undoing) yang

11
dihayati sebagai hukuman terhadap masa lalu (nyata maupun imajinasi) dan perasaan bahwa
dirinya jahat serta berdosa.

Gejala :

1. Pasien memiliki satu penyakit fisik yang serius yang melandasi keluhannya padahal seluruh hasil
pemeriksaaan tidak menunjukkan adanya kelainan dan pasien tidak mau mempercayai hasil
pemeriksaan tersebut.
2. Preokupasi pasien menimbulkan penderitaan bagi dirinya dan mengganggu kemampuannya
untuk berfungsi secara baik baik dibidang sosial, interpersonal dan pekerjaan, karena mereka
menekankan pada rasa takut akan suatu penyakit tertentu.
3. Meskipun DSM-IV-TR menyebutkan bahwa gangguan ini nharus berlangsung selama 6 bulan
namun jika sudah mulai muncul gejala hipokondial maka didiagnosis sebagai Gangguan
Somatoform yang tak tergolongkan, sebagai respon terhadap tekanan yang biasanya akan hilang
bila tak ada lagi tekanan namun bisa menjadi kronik bila diperkuat orang-orang dalam sistem
sosial pasien atau oleh profesi kesehatan.

Pengobatan Hipokondriasis:

Farmakoterapi digunakan sebagai tambahan untuk psikoterapi dan perawatan pendidikan.


Tujuan dari farmakoterapi adalah untuk mengurangi gejala penyerta dan gangguan lainnya (misalnya
depresi), untuk mencegah komplikasi. Setiap obat memiliki kelebihan dan kekurangan.

1. Antidepresan
Obat ini biasanya digunakan untuk depresi atau kecemasan komorbiditas dengan
hypochondriasis, meskipun dalam beberapa kasus mereka mengurangi gejala hypochondriacal
tanpa adanya gangguan lain. Mereka diindikasikan untuk digunakan pada orang dewasa dengan
depresi, kecemasan (misalnya, gangguan panik, OCD, fobia sosial, kecemasan umum, gangguan
stres pasca trauma), dan bulimia nervosa gangguan.
Off-label uses termasuk insomnia, attention-deficit / hyperactivity disorder, gangguan dysphoric
premenstrual, dan kondisi lain. Semua SSRI (misalnya, fluoxetine [Prozac], sertraline [Zoloft],
paroxetine [Paxil], citalopram [Celexa], escitalopram [Lexapro], fluvoxamine [Luvox]), salah satu
selektif norepinefrin dan serotonin inhibitor (yaitu, venlafaxine [Effexor XR] ), 2 TCA (yaitu,
clomipramine [Anafranil], imipramine [Tofranil]), dan satu MAOI (yaitu, tranylcypromine [Parnate])

12
telah terdaftar; yang terakhir harus digunakan dengan hati-hati karena pembatasan diet dan
interaksi obat. Data bupropion (Wellbutrin) dan mirtazapine (Remeron) tidak cukup untuk
menjamin daftar, tetapi mereka juga dapat digunakan.
Prinsip umum pada pasien ini adalah untuk memulai dengan dosis rendah dan kemajuan lambat,
kecuali darurat psikiatri (misalnya, keinginan bunuh diri) hadir. Setelah didirikan, antidepresan
ditoleransi dan berkhasiat harus dilanjutkan sebagai diindikasikan untuk kondisi komorbiditas
(misalnya, 6-12 mo untuk depresi tunggal atau tanpa batas waktu untuk depresi berulang dan
gangguan kecemasan). Jika digunakan untuk hypochondriasis sendiri, untuk pemeliharaan dosis,
menyesuaikan dosis untuk mempertahankan pasien pada dosis terendah yang efektif, dan menilai
kembali pasien secara berkala untuk menentukan kebutuhan untuk perawatan lanjutan.

Fluoxetine (Prozac)
Selektif menghambat reuptake presinaptik serotonin dengan minimal atau tidak berpengaruh pada
reuptake norepinefrin atau dopamin

Paroxetine (Paxil)
Inhibitor selektif ampuh neuronal serotonin reuptake. Juga memiliki efek yang lemah pada
norepinefrin dan dopamin reuptake neuronal

Sertraline (Zoloft)
Selektif menghambat reuptake serotonin presinaptik, minimal atau tidak berpengaruh pada
reuptake norepinefrin, dan penghambatan secara klinis tidak signifikan dari reuptake dopamin.

Venlafaxine (Effexor XR)


Selektif menghambat serotonin reuptake presinaptik, norepinefrin (pada dosis sekitar 150 mg PO
qam), dan dopamin (pada dosis sekitar 150-225 mg qam).

Clomipramine (Anafranil)
Mempengaruhi penyerapan serotonin sementara mempengaruhi penyerapan norepinefrin ketika
dikonversi menjadi metabolit desmethylclomipramine nya.

Fluvoxamine (Luvox)

13
Inhibitor selektif ampuh neuronal serotonin reuptake. Tidak mengikat secara signifikan untuk alpha-
adrenergik, histamin, atau reseptor kolinergik dan, dengan demikian, memiliki efek samping yang
lebih sedikit daripada TCA.

Imipramine (Tofranil)
Menghambat reuptake norepinefrin atau serotonin di neuron presinaptik.

Phenelzine (Nardil)
Biasanya disediakan untuk pasien yang tidak mentolerir atau menanggapi antidepresan generasi
kedua siklik atau tradisional.

Citalopram (Celexa)
Selektif menghambat reuptake serotonin presinaptik, minimal atau tidak berpengaruh pada
reuptake norepinefrin.

Escitalopram (Lexapro)
Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dan S-enansiomer citalopram. Digunakan untuk
pengobatan depresi. Mekanisme aksi dianggap potensiasi aktivitas serotonergik di CNS yang
dihasilkan dari penghambatan SSP reuptake neuronal serotonin. Onset lega depresi dapat diperoleh
setelah 1-2 minggu, yang lebih cepat dari antidepresan lainnya.

2. Agen reseptor-blocking beta-adrenergik


Bersaing dengan agonis beta-adrenergik untuk reseptor beta-reseptor yang tersedia.
Propranolol menghambat-beta 1 reseptor (terletak terutama di otot jantung) dan beta-2 reseptor
(terletak terutama di bronkus dan otot pembuluh darah), menghambat chronotropic, inotropik, dan
tanggapan vasodilatasi terhadap stimulasi beta-adrenergik.
Propranolol (Inderal)
Memiliki aktivitas membran-menstabilkan dan mengurangi automaticity kontraksi.

3. Benzodiazepin

14
Diindikasikan untuk pengobatan gangguan kecemasan dan serangan panik, dengan atau tanpa
agoraphobia, yang umumnya komorbiditas dengan hypochondriasis. Gunakan dengan hati-hati
karena pasien dengan hypochondriasis mungkin telah meningkatkan risiko penyalahgunaan zat
atau ketergantungan.
Alprazolam (Xanax)
Untuk manajemen serangan panik. Mengikat reseptor di beberapa situs dalam SSP, termasuk
sistem limbik dan formasi reticular. Efek dapat dimediasi melalui sistem reseptor GABA.

4. Obat antipsikotik
Telah terbukti mengurangi morbiditas terkait dengan gangguan ini, terutama di hadapan
komorbiditas kecemasan atau kekhawatiran hypochondriacal yang meniru obsesi atau delusi.
Karena potensi efek merugikan jangka-panjang yang serius (misalnya, tardive dyskinesia), konsultasi
dengan psikiater direkomendasikan untuk mengevaluasi kebutuhan obat antipsikotik. Data tidak
cukup untuk daftar antipsikotik lainnya, meskipun mereka telah digunakan pada pasien dengan
hypochondriasis.

Pimozide (Orap)
Diindikasikan untuk sindrom Tourette untuk menekan motor dan tics phonic. Off-label digunakan
untuk psikosis, delusi hypochondriacal dan parasitosis, dan Huntington chorea.

Risperidone (Risperdal)
Mengikat reseptor dopamin D2 dengan 20 kali afinitas yang lebih rendah daripada reseptor
serotonin. Meningkatkan gejala negatif psikosis dan mengurangi kejadian EPS. Diindikasikan untuk
pengobatan gangguan psikotik, termasuk schizophrenia dan gangguan bipolar mania; juga
digunakan untuk tidur.

Olanzapine (Zyprexa)
Mengikat dopamin D2 dan reseptor serotonin. Meningkatkan gejala negatif psikosis dan
mengurangi kejadian EPS. Diindikasikan untuk pengobatan gangguan psikotik, termasuk
schizophrenia dan gangguan bipolar mania; juga digunakan untuk tidur

15
Sumber Pustaka

Tanto chris, dkk 2014. Kapita selekta kedokteran jilid II edisi IV. Jakarta : Media Aesculaplus
Maslim, Rusdi. dr. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta :
FK Unila Atma Jaya
FK Universitas Indonesia. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : FK Universitas Indonesia
emedicine.medscape.com/article/290955-medication#1
Tortora J. Gerard, Derickson Bryan. 2009. Principal of anatomy and Physiology, 12th edition. USA. John
Willey & Sons.
Sherwood Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Ed. 6. Jakarta. EGC.

16

Você também pode gostar

  • Penyembuhan Luka
    Penyembuhan Luka
    Documento4 páginas
    Penyembuhan Luka
    Wilem Bunganaen
    Ainda não há avaliações
  • Mata Tenang Visus Turun Perlahan
    Mata Tenang Visus Turun Perlahan
    Documento2 páginas
    Mata Tenang Visus Turun Perlahan
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Terapi Oksigen
    Terapi Oksigen
    Documento4 páginas
    Terapi Oksigen
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • VULVITIS
    VULVITIS
    Documento3 páginas
    VULVITIS
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Trauma Servikal
    Trauma Servikal
    Documento4 páginas
    Trauma Servikal
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Stroke
    Stroke
    Documento1 página
    Stroke
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Faktor Penyembuhan Lukaaa
    Faktor Penyembuhan Lukaaa
    Documento3 páginas
    Faktor Penyembuhan Lukaaa
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • EFLORESENSIII
    EFLORESENSIII
    Documento34 páginas
    EFLORESENSIII
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Alur Diagnosis Iu Indo
    Alur Diagnosis Iu Indo
    Documento7 páginas
    Alur Diagnosis Iu Indo
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Alur Diagnosis Iu
    Alur Diagnosis Iu
    Documento6 páginas
    Alur Diagnosis Iu
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Alur Diagnosis Iu
    Alur Diagnosis Iu
    Documento6 páginas
    Alur Diagnosis Iu
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Alur Diagnosis Iu Indo
    Alur Diagnosis Iu Indo
    Documento7 páginas
    Alur Diagnosis Iu Indo
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Alur Diagnosis Iu
    Alur Diagnosis Iu
    Documento1 página
    Alur Diagnosis Iu
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Pantai Nihiwatu
    Pantai Nihiwatu
    Documento4 páginas
    Pantai Nihiwatu
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • VULVITIS
    VULVITIS
    Documento3 páginas
    VULVITIS
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • (Untuk Laporan) Pengaruh Obat DM Dan Hipertensi Terhadap Skenario
    (Untuk Laporan) Pengaruh Obat DM Dan Hipertensi Terhadap Skenario
    Documento2 páginas
    (Untuk Laporan) Pengaruh Obat DM Dan Hipertensi Terhadap Skenario
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Anatomi Fisiologi
    Anatomi Fisiologi
    Documento3 páginas
    Anatomi Fisiologi
    Maria Jozilyn
    Ainda não há avaliações
  • Terapi Oksigen
    Terapi Oksigen
    Documento4 páginas
    Terapi Oksigen
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • VULVITIS
    VULVITIS
    Documento3 páginas
    VULVITIS
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Terapi Oksigen
    Terapi Oksigen
    Documento4 páginas
    Terapi Oksigen
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Trauma Servikal
    Trauma Servikal
    Documento4 páginas
    Trauma Servikal
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Trauma Servikal
    Trauma Servikal
    Documento4 páginas
    Trauma Servikal
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Terapi Oksigen
    Terapi Oksigen
    Documento4 páginas
    Terapi Oksigen
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Trauma Servikal
    Trauma Servikal
    Documento4 páginas
    Trauma Servikal
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Scenario 2
    Scenario 2
    Documento1 página
    Scenario 2
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Karbo 2
    Karbo 2
    Documento2 páginas
    Karbo 2
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Skenario 1
    Skenario 1
    Documento13 páginas
    Skenario 1
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Terapi Oksigen
    Terapi Oksigen
    Documento4 páginas
    Terapi Oksigen
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Scenario 2
    Scenario 2
    Documento1 página
    Scenario 2
    Agatha
    Ainda não há avaliações
  • Karbo 1
    Karbo 1
    Documento3 páginas
    Karbo 1
    Agatha
    Ainda não há avaliações