Você está na página 1de 14

Pratikum

Perkerasan Jalan
AS - 11
PEMERIKSAAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN
MESIN ABRASI LOS ANGELES

(SNI 03-2456-1991)

1. Tujuan

1. 1. Tujuan Praktikum.

 Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prosedur


pemeriksaan keausan agregat kasar dengan menggunakan mesin abrasi los
angeles dengan baik dan benar.

 Agar mahasiswa mampu mengoprasikan mesin abrasi los angeles dengan


baik dan benar.

 Agar mahasiswa mampu menganalisa dan melaporkan data hasil


pemeriksaan keausan agregat kasar dengan baik dan benar.

1. 2. Tujuan Pemeriksaan.

Untuk memeriksa nilai keausan agregat kasar yang dinyatakan dengan


persen, agregat kasar yang aus / hancur apakah nilai tersebut sudah memenuhi
spesifikasi Umum binamarga devisi 6 tahun 2010 revisi 3.

2. Teori Dasar

Keausan adalah perbandingan antara berat bahan aus lewat saringan no. 12
(1,70 mm) terhadap berat semula dalam persen. Untuk menguji kekuatan
agregat kasar dapat menggunakan bejana Rudolf ataupun dengan alat uji los
angeles test.

Mesin yang digunakan pada percobaan pengujian agregat kasar adalah


mesin los angeles, Mesin ini berbentuk silinder dengan diameter 170 cm yang
terbuat dari baja. Dalam pengujian ini menggunakan bola-bola baja yang
berukuran 4-6 cm sebagai nilai bantu untuk menghancurkan agregat. Jumlah
bola yang digunakan tergantung dari tipe gradasi dan agregat yang diuji.

KELOMPOK IV D3 TEKNIK SIPIL


Pratikum
Perkerasan Jalan
Dimesin los angeles terdapat sirip yang berfungsi sebagai pembalik material
dan lama pengujian tergantung dari jumlah berat material.

Uji keausan dengan menggunakan mesin los angeles dapat dilakukan


dengan 500 atau 1000 putaran dengan kecepatan 30-33 rpm, keausan pada 500
putaran menurut spesifikasi Umum bina marga devisi 6 tahun 2010 revisi 3,
pemeriksaan bahan jalan maksimum 40%.

Berdasarkan spesifikasi Umum bina marga devisi 6 tahun 2010 revisi 3,


keausan agregat tergolong sebagai berikut :

a. Apabila nilai keausan yang diperoleh > 40%, maka agregat yang diuji tidak
baik digunakan dalam bahan perkerasan jalan.

b. Apabila nilai keausan yang diperoleh < 40%, maka agregat yang diuji baik
digunakan dalam bahan perkerasan jalan.

Pada perkerasan jalan baik perkerasan kaku (rigid pavement) ataupun


perkerasan lentur (flexible pavement), agregat akan mengalami proses lainnya
seperti pemecahan, pengikisan akibat cuaca, pengikisan ketika pencampuran,
pengikisan akibat penghamparan dan pemadatan.Setelah jalan dapat
dioprasikan, agregat juga masih mengalami proses pengausan oleh roda-roda
kendaraan. Oleh karena itu diperlukan pengujian untuk mengetahui daya tahan
terhadap keausan.

Pada konstruksi pekerjaan jalan, penggunaan agregat yang tidak memenuhi


syarat keausan akan mengakibatkan terganggunya kestabilan konstruksi
perkerasan dan terganggunya pelekatan aspal terhadap agregat, maka dari
dilakukan pengujian keausan agregat kasar yang menggunakan mesin los
angeles untuk memastikan agregat yang akan digunakan untuk perkerasaan
jalan telah sesuai dengan spesifikasi Umum binamarga devisi 6 tahun 2010
revisi 3.

KELOMPOK IV D3 TEKNIK SIPIL


Pratikum
Perkerasan Jalan
3. Prosedur Praktikum

3. 1. Peralatan Yang Digunakan.

1) Mesin Abrasi Los Angeles terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua
sisinya dengan diameter 71 cm (28”), silinder bertumpu pada dua poros
mendatar. Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji. Penutup lubang
terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu.
Dibagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 8,9 cm
(3,56”).
2) Saringan No. 12 dan saringan – saringan lain seperti lain seperti tercantum
dalam daftar No.1.
3) Timbangan dengan ketelitian 5 gram.
4) Bola–bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1,78”) dan berat masing–
masing antara 400 gram sampai 440 gram.
5) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (100
± 5)º.

3. 2. Penyiapan Sampel.

1) Berat benda uji dan gradasi benda uji sesuai daftar no. 1

2) Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu (100±5)oC.

3. 3. Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Los Angele.

1) Memasukkan Benda uji dan bola-bola baja ke dalam mesin Los Angeles.
2) Memutar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm, 500 putaran untuk
gradasi A,B,C dan D ; 1000 putaran untuk gradasi E,F dan G.
3) Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring
dengan saringan no.12 butiran yang tertahan di atasnya, dicuci bersih,
selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan suhu (110  5)oc sampai beban
tetap.

KELOMPOK IV D3 TEKNIK SIPIL


Pratikum
Perkerasan Jalan
4 Perhitungan dan pelaporan.

4. 1. Perhitungan Keausan Pada Sampel I.


ab
Keausan = x 100 %
a

Keterangan:
a = Berat benda uji semula (gram).
b = Berat benda uji tertahan saringan No. 12 (gram).

Dari hasil percobaan di ketahui :

a. Berat benda uji semula (a) = 5000 gr

b. Berat benda uji tertahan saringan No. 12 (b) = 3878,0 gr

c. Sehingga : Keausan (abrasi) I

5000−3878,0
= 22,44%
5000

4. 2. Perhitungan Keausan Pada Sampel II.


ab
Keausan = x 100 %
a

Keterangan:
a = Berat benda uji semula (gram).
b = Berat benda uji tertahan saringan No. 12 (gram).

Dari hasil percobaan di ketahui :

a. Berat benda uji semula (a) = 5000 gr

b. Berat benda uji tertahan saringan No. 12 (b) = 3878,0gr

c. Sehingga : Keausan (abrasi) II

5000−3878,6
= 20.52 %
5000

KELOMPOK IV D3 TEKNIK SIPIL


Pratikum
Perkerasan Jalan

Keausan I  Keausan II
Keausan rata-rata : =
2

22,44+22,43
= = 33,655 %
2

5. Diskusi

Pemeriksaan keausan agregat dengan mesin los angeles merupakan pengujian


untuk menentukan tingkat keausan agregat.

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, diperoleh nilai keausan agregat pada
sampel pertama sebesar 22.44% dan pada sampel kedua sebesar 20.54% sehingga
diperoleh nilai keausan agregat rata-rata sebesar 21.48 % yang berarti memenuhi
syarat, karena nilai keausan agregat tersebut lebih kecil dibandingkan dengan
nilai spesifikasi keausan agregat standar yaitu harus < 40 % sesuai dengan
spesifikasi Umum bina marga devisi 6 tahun 2010 revisi 3, Dari hasil percobaan
tersebut berarti sampel yang diuji telah memenuhi spesifikasi sebagai bahan untuk
perkerasan jalan.

6. Kesimpulan Dan Saran

5. 1. Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, diperoleh persentase dari nilai
rata-rata yaitu sebesar 21.48 %, maka dapat disimpulkan bahwa agregat
tersebut dapat digunakan sebagai bahan perkerasan jalan karena sesuai dengan
spesifikasi yaitu < 40%.

KELOMPOK IV D3 TEKNIK SIPIL


Pratikum
Perkerasan Jalan
5. 2. Saran

Saran dari kami agar penghitung putaran secara otomatis pada mesin abrasi
los angeles diperbaiki untuk menjaga ketelitian perhitungan putaran mesin
abrasi los angeles,karena menurut kami perhituangan putaran secara manual
kurang efisien.

KELOMPOK IV D3 TEKNIK SIPIL


Pratikum
Perkerasan Jalan
PS-01

DCP

(Dynamic Cone Penetrometer )

1. Tujuan

1.1 Tujuan Praktikum


1. Agar Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prosedur
pemeriksaan
Dynamic Cone Penetrometer (DCP) dengan baik dan benar,

2. Agar Mahasiswa mampu mengoprasikan alat/mesin pada saat pengujian


DCP
dengan baik dan benar

3. Agar Mahasiswa mampu melaporkan data hasil pemeriksaan Dynamic


Cone
Penetrometer (DCP) dengan baik dan benar

1.2 Tujuan Dynamic Cone Penetrometer (DCP)


1. Untuk mengetahui ketebalan lapisan dangkal dari tanah lunak atau
kedalaman
sampai batuan.

2. Untuk menentukan daya dukung tanah dangkal secara cepat. Pada


perencanaan
perkerasan jalan, baik jalan raya maupun jalan inspeksi pada tanggul
saluran

irigasi.

3. Untuk pengukuran dengan cepat sifat-sifat struktur jalan yang sudah


adexisting
dengan konstruksi lapisan perkerasan jalan raya yang materialnya lepas
atau tak terikat.

KELOMPOK IV D3 TEKNIK SIPIL


Pratikum
Perkerasan Jalan

2. Teori Dasar

DCP atau Dynamic Cone Penetration adalah alat yang digunakan untuk
mengukur daya dukung tanah dasar jalan langsung di tempat. Daya dukung
tanah tersebut diperhitungkan berdasarkan pengolahan atas hasil DCP yang
dilakukan dengan cara mengukur berapa dalam (mm) ujung konus masuk
kedalam tanah dasar tersebut setelah mendapatkan tumbukan palu geser pada
landasan batang utamanya. Korelasi antara banyaknya tumbukan penetrasi
ujung conus dari alat DCP kedalam tanah akan memberikan gambaran
kekuatan tanah dasar pada titik-titik tertentu. Maka makin dalam conus yang
masuk untuk setiap tumbukan artinya makin lunak tanah dasar tersebut

Alat DCP dapat mengukur tanah sedalam 80 cm secara menerus jika


suatu pelebaran jalan telah ditentukan atau maksimum 120 cm dimana batas
lapisan perkerasan yang mempunyai kekuatan berbeda sudah diidentifikasi dan
ketebalan lapisannya sudah diketahui.

Koreksi antara pengukuran dengan DCP dan CBR telah ditetapkan


menurut Van Varen 1969, K lyen dan Van heerden 1983 dan smith and draft
1983 agar hasilnya dapat diinterpretasikan dan dibandingkan dengan
spesifikasi CBR untuk desain lapisan perkerasan jalan.

3. Prosedur Praktikum

3.1 Peralatan yang digunakan

1. Alat DCP

2. Palu seberat 8 kg

3. Conus dengan sudut 60°

KELOMPOK IV D3 TEKNIK SIPIL


Pratikum
Perkerasan Jalan

3.2 Penyiapan sampel

Persiapan alat dan lokasi pengujian, sebagai berikut:

1. Sambungkan seluruh bagian peralatan dan pastikan bahwa sambungan


batang atas dengan landasan serta batang bawah dan kerucut baja sudah
tersambung dengan kokoh;
2. Tentukan titik pengujian, catat Sta./Km, kupas dan ratakan permukaan
yang akan diuji;

3. Buat lubang uji pada bahan perkerasan yang beraspal, sehingga didapat

lapisan tanah dasar;


4. Ukur ketebalan setiap bahan perkerasan yang ada dan dicatat.

3.3 Pengujian Dynamic Cone Penetrometer

a) Letakkan alat DCP pada titik uji di atas lapisan yang akan diuji;

b) Pegang alat yang sudah terpasang pada posisi tegak lurus di atas dasar yang
rata dan stabil, kemudian catat pembacaan awal pada mistar pengukur kedalaman;

c) Mencatat jumlah tumbukan;

1) Angkat penumbuk pada tangkai bagian atas dengan hati-hati


sehingga menyentuh batas pegangan;

2) Lepaskan penumbuk sehingga jatuh bebas dan tertahan pada


landasan;

3) Lakukan langkah-langkah pada 6.c).1) dan 6.c).2) di atas, catat


jumlah tumbukan dan kedalaman pada formulir 1-DCP, sesuai ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:

(a) untuk lapis fondasi bawah atau tanah dasar yang terdiri dari bahan yang tidak
keras maka pembacaan kedalaman sudah cukup untuk setiap 1 tumbukan atau 2
tumbukan;

KELOMPOK IV D3 TEKNIK SIPIL


Pratikum
Perkerasan Jalan
(b) untuk lapis fondasi yang terbuat dari bahan berbutir yang cukup keras, maka
harus dilakukan pembacaan kedalaman pada setiap 5 tumbukan sampai dengan 10
tumbukan.

4) Hentikan pengujian apabila kecepatan penetrasi kurang dari 1 mm/3


tumbukan. Selanjutnya lakukan pengeboran atau penggalian pada titik tersebut
sampai mencapai bagian yang dapat diuji kembali.

d) Pengujian per titik, dilakukan minimum duplo (dua kali) dengan jarak 20 cm
dari titik uji satu ke titik uji lainnya. Langkah - langkah setelah pengujian;

1) Siapkan peralatan agar dapat diangkat atau dicabut ke atas;

2) Angkat penumbuk dan pukulkan beberapa kali dengan arah ke atas sehingga
menyentuh pegangan dan tangkai bawah terangkat ke atas permukaan tanah;

3) Lepaskan bagian-bagian yang tersambung secara hati-hati, bersihkan alat dari


kotoran dan simpan pada tempatnya;

4) Tutup kembali lubang uji setelah pengujian.

4. Perhitungan

Diketahui : a) Lapisan ke-1 : Jumlah pukulan (n) = 2

Pembacaan alat (h0) = 16,7 cm

b) Lapisan ke-2 : Jumlah pukulan (n) = 2

Pembacaan alat (h0) = 20,4 cm

KELOMPOK IV D3 TEKNIK SIPIL


Pratikum
Perkerasan Jalan
4.1 Ketebalan lapisan (h2)

h2 = (Pembacaan alat ke-2) – (Pembacaan alat ke-1)

= 20,4 cm – 16,7 cm

= 3,7 cm

4.2 Kedalaman Penetrasi Pukulan (h2)

D2 = Ketebalan Lapisan (h2)

Jumlah pukulan (n)

3,7
= 10

= 0,37 cm/blow

4.3 Nilai CBR Lapisan ke-2

= 10^ (1,635 – 1,129 log D2)

= 10^ (1,635 – 1,129 log 21,55)

= 1,348 %

4.4 Nilai h2 CBR1/3

= 10,7 (1,348%)%

= 14,427

4.5 CBRAVG =

𝑩 𝑩 𝑩 𝑩 𝑩 𝑩 𝑩 𝑩 𝑩 𝑩
𝒉𝟏 √𝑪𝑩𝑹𝟏+𝒉𝟐 √𝑪𝑩𝑹𝟐+𝒉𝟑 √𝑪𝑩𝑹𝟑+𝒉𝟒 √𝑪𝑩𝑹𝟒+𝒉𝟓 √𝑪𝑩𝑹𝟓+𝒉𝟔 √𝑪𝑩𝑹𝟔+𝒉𝟕 √𝑪𝑩𝑹𝟕+𝒉𝟖 √𝑪𝑩𝑹𝟖+𝒉𝟗 √𝑪𝑩𝑹𝟗+𝒉𝟏𝟎 √𝑪𝑩𝑹𝟏𝟎
𝒉𝟏+𝒉𝟐+𝒉𝟑+𝒉𝟒+𝒉𝟓+𝒉𝟔+𝒉𝟕+𝒉𝟖+𝒉𝟗+𝒉𝟏𝟎

KELOMPOK IV D3 TEKNIK SIPIL


Pratikum
Perkerasan Jalan
𝟐𝟔,𝟑𝟓 + 𝟏𝟎,𝟑𝟎 + 𝟐𝟖,𝟎𝟐 + 𝟏𝟓,𝟑𝟐 + 𝟑𝟏,𝟗𝟐+ 𝟑𝟓,𝟕𝟑 + 𝟑𝟏,𝟖𝟓 + 𝟑𝟕,𝟒𝟖 + 𝟒𝟒,𝟎𝟑 + 𝟒𝟓,𝟐𝟏
= 𝟏𝟔,𝟕+𝟐𝟎,𝟒+𝟑𝟏,𝟎+𝟑𝟖,𝟎+𝟒𝟗,𝟕+𝟔𝟎,𝟎+𝟔𝟗,𝟖+𝟖𝟎,𝟑+𝟗𝟎,𝟒+𝟏𝟎𝟎,𝟎

= 28,71%

5. Diskusi

Kondisi tanah sudah memenuhi persyaratan dalam penggunaan alat


DCP, yaitu tanahnya harus basah. Dan alat yang digunakan lengkap. Tidak ada
kendala yang didahapi pada saat pemukulan awal sampai akhir

Lampiran

KELOMPOK IV D3 TEKNIK SIPIL


Pratikum
Perkerasan Jalan

(Sumber : Fakultas Teknik Sipil 2018)

(Sumber : Fakultas Teknik Sipil 2018)

(Sumber : Fakultas Teknik Sipil 2018)

6. Kesimpulan dan saran


6.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan dilapangan dari perhitungan diperoleh, sehingga dapat
disimpulkan bahwa:
 Kedalaman lapisan (ho) total adalah 100 cm

KELOMPOK IV D3 TEKNIK SIPIL


Pratikum
Perkerasan Jalan
 Nilai yang diperoleh daya dukung tanah (CBRavg) adalah sebesar
28,71 %
sehingga memenuhi syarat nilai kuat dukung tanah ≥ 6% oleh karena itu
tidak di
butuhkan tanah timbunan.

6.2 Saran
 Dalam melakukan percobaan dilapangan sebaiknya dilakukan ketelitian
dalam
penggunaan dan pembacaan alat tetap diutamakan.
 Berhati-hatilah saat menggunakan alat DCP, mengingat alat DCP
terbuat dari
material berat.

KELOMPOK IV D3 TEKNIK SIPIL

Você também pode gostar