Você está na página 1de 9

Laporan Praktikum Ke-2 Tanggal Mulai : 5 Maret 2015

MK. Analisis Zat Gizi Makro Tanggal Selesai : 6 Maret 2015

ANALISIS KADAR AIR DAN KADAR ABU METODE GRAVIMETRI

Oleh:

Kelompok 4 P4
Anisa Kurniasani I14130028
Isna Nur Arifina I14130060
Muhammad Farhan Afif I14130061
Andini Retno Y. I14130103
Humairoh Sholehah I14130119

Asisten Praktikum:
Dimas Bagus Arief Fikri Aziz
Rica Monica
Deya Silviani

Koordinator Praktikum:
Prof. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ANALISIS KADAR AIR DAN KADAR ABU METODE GRAVIMETRI

Anisa Kurniasani1, Isna Nur Arifina1, Andini Retno Yulianti1, Muhammad Farhan Afif1, Humairoh
Sholehah1, Dimas Bagus Arief Fikri Aziz2, Rica Monica2, Deya Silviani2
1
Kelompok 4 AZG Makro, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, 16680 Bogor, Indonesia
2
Asisten praktikum AZG Makro, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, 16680 Bogor,
Indonesia

ABSTRACT

Analysis of moisture content and ash content of food will be done by gravimetric methods AOAC official method
925.10 for water content and the official AOAC 923.03 method for ash content. Gravimetric analysis is the process of
isolation and measurement of the weight of an element or a particular compound. Practicum aims to define and study the
analysis of moisture content and ash content using the gravimetric method with foodstuffs sago flour, rice flour, wheat
flour and taro flour. Practicum conducted on Thursday, March 5th, 2015 at 13:00 to 16:00 pm at the Laboratory of Food
Chemistry and Analysis 1, the Department of Community Nutrition, Faculty of Human Ecology, Bogor Agricultural
University. The sample used is corn starch, rice flour, wheat flour and taro flour. Procedures used in the analysis of the
water content are empty aluminum is heated in an oven 130°C for 15 minutes and then the cup was weighed and put a
sample of 2 grams and then weighed again, then heated in an oven for an hour and weighed again to obtain the final
weight. Ash content analysis performed by heating an empty porcelain cup in the furnace temperature 550°C for 15
minutes and then the cup was weighed and put a sample of 3 grams and weighed along with the cup. Samples were
charred to not smoke, then put in a furnace where the temperature is 550°C for 2-3 hours to obtain the final weight of the
cup and its contents. In the analysis of the water content of the sample obtained with the highest percentage of water
content of sago flour (13.43%), whereas the ash content analysis, wheat flour has the greatest percentage of ash content
(59.75%). This indicates that the sample used corn starch has the highest water content than the other three samples,
while samples of wheat flour used to have the highest anorganic contents than the other three samples.

Keyword: ash content, moisture content, gravimetric, sago flour

ABSTRAK

Analisis kadar air dan kadar abu bahan pangan akan dilakukan dengan metode gravimetri AOAC official method
925.10 untuk kadar air dan AOAC official method 923.03 untuk kadar abu. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan
pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Praktikum ini bertujuan untuk menetapkan dan mempelajari analisis
kadar air dan kadar abu menggunakan metode gravimetri dengan bahan pangan tepung sagu, tepung beras, tepung terigu
dan tepung talas. Praktikum dilakukan pada hari Kamis, 5 Maret 2015 pukul 13.00-16.00 WIB di Laboratorium Kimia
dan Analisis Pangan 1, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Sampel yang
digunakan adalah tepung sagu, tepung beras, tepung terigu dan tepung talas. Prosedur yang dilakukan dalam analisis
kadar air yaitu cawan aluminium kosong dipanaskan dalam oven 130oC selama 15 menit kemudian cawan ditimbang dan
dimasukkan sampel sebanyak 2 gram lalu ditimbang kembali, selanjutnya dipanaskan dalam oven selama satu jam dan
ditimbang kembali sehingga didapat berat akhir. Analisis kadar abu dilakukan dengan memanaskan cawan porselin
kosong dalam tanur suhu 550oC selama 15 menit kemudian cawan ditimbang lalu dimasukkan sampel sebanyak 3 gram
dan ditimbang beserta cawannya. Sampel diarangkan sampai tidak berasap, kemudian dimasukkan ke dalam tanur yang
suhunya 550oC selama 2-3 jam hingga didapatkan berat akhir cawan dan isinya. Dalam analisis kadar air didapatkan
sampel dengan persentase kadar air tertinggi adalah tepung sagu (13.43%), sedangkan pada analisis kadar abu, tepung
terigu mempunyai persentase kadar abu paling besar (59.75%). Hal ini menunjukkan bahwa sampel tepung sagu yang
digunakan memiliki kandungan air paling tinggi dibandingkan ketiga sampel lain, sedangkan sampel tepung terigu yang
digunakan mempunyai kandungan bahan anorganik yang paling tinggi dibandingkan ketiga sampel lainnya.

Kata kunci: gravimetri, kadar abu, kadar air, tepung sagu

PENDAHULUAN isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau


senyawa tertentu. Bagian terbesar dari
Analisis kadar air dan kadar abu bahan penentuan secara analisis gravimetri meliputi
pangan akan dilakukan dengan metode transformasi unsur atau radikal senyawa murni
gravimetri. Analisis gravimetri adalah proses stabil yang dapat segera diubah menjadi
bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti, 15 menit lalu didinginkan di dalam desikator.
sehingga dapat diketahui massa tetapnya [1]. Setelah itu, cawan ditimbang dan dimasukkan
Metode kering biasa digunakan untuk sampel sebanyak 2 gram lalu ditimbang
menentukan total mineral (sebagai abu) pada kembali cawan dengan sampelnya. Setelah
bahan yang larut/tak larut pada air, abu yang ditimbang, dipanaskan dalam oven selama satu
tidak larut pada asam; penentuan kandungan jam lalu didinginkan dalam desikator.
logam. Metodenya mudah, secara rutin Terakhir, cawan dan isinya ditimbang berat
digunakan dalam secara luas, biasanya tidak akhirnya.
ada penambahan bahan kimia. Sedangkan
metode basah bisa dilakukan pada suhu yang
relatif rendah dan larutan dapat dijaga stabil, 2.3.2 Analisis kadar abu metode gravimetri
alatnya sederhana dan oksidasinya cepat. Cawan porselin kosong dipanaskan
Kelemahannya pelarutnya sangat korosif, sulit dalam tanur suhu 550oC selama 15 menit
digunakan untuk analisis rutin yang sampelnya setelah itu didinginkan dalam desikator.
banyak, membutuhkan operator yg ahli. Selanjutnya, cawan ditimbang, kemudian
Berdasarkan paparan di atas diperlukan dimasukkan sampel tepung sagu sebanyak 3
sebuah praktikum untuk melatih mahasiswa gram dan ditimbang beserta cawannya.
agar terampil dan paham dalam menganalisis Sampel diarangkan sampai tidak berasap,
kadar air dan kadar abu suatu bahan pangan. kemudian dimasukkan ke dalam tanur yang
Praktikum ini bertujuan untuk menetapkan dan suhunya 550oC selama 2-3 jam. Sampel
mempelajari analisis kadar air dan kadar abu dikeluarkan lalu didinginkan dalam desikator.
menggunakan metode gravimetri dengan Terakhir, berat akhir cawan dan isinya
bahan pangan tepung sagu, tepung beras, ditimbang.
tepung terigu dan tepung talas.

HASIL
METODE
Sampel yang digunakan dalam
2.1 Waktu dan Tempat penetapan kadar air dan kadar abu adalah
Praktikum dilakukan pada hari Kamis, berbagai macam tepung yaitu tepung terigu,
5 Maret 2015 pukul 13.00-16.00 WIB di tepung sagu, tepung talas, dan tepung beras
Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan 1, yang dianalisa dengan metode Gravimetri
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas AOAC official method 925.10 untuk kadar air
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. dan AOAC official method 923.03 untuk kadar
abu. Tepung terigu adalah tepung yang dibuat
2.2 Alat dan Bahan dari biji gandum. Tepung terigu mengandung
Alat-alat yang digunakan dalam banyak zat pati, yaitu karbohidrat kompleks
praktikum analisis kadar air metode gravimetri yang tidak larut dalam air. Tepung terigu
adalah timbangan analitik, sudip,oven, mengandung protein dalam bentuk gluten,
desikator, gegep besi, dan cawan aluminium. yang berperan dalam menentukan kekenyalan
Bahan yang digunakan adalah tepung sagu. makanan yang terbuat dari bahan terigu[2].
Sedangkan alat-alat yang digunakan pada Tepung sagu adalah tepung yang berasal dari
praktikum analisi kadar abu metode gravimetri teras batang pohon sagu (Metroxylon sp).
yaitu timbangan analitik, sudip, tungku Tepung sagu biasa digunakan sebagai salah
pemanas, desikator, tanur dan gegep besi. satu bahan baku kue atau penganan lainnya.
Tepung sagu kaya dengan karbohidrat (pati)
2.3 Prosedur Kerja namun sangat miskin gizi lainnya. Tepung
talas dapat digunakan sebagai bahan industry
2.3.1 Analisis kadar air metode gravimetri makanan seperti biscuit ataupun makanan
Sampel yang digunakan adalah tepung sapihan. Tepung talas memiliki ukuran granula
sagu. Langkah pertama, cawan aluminium yag kecil, yaitu sekitar 70-80%. Tepung beras
kosong dipanaskan dalam oven 130oC selama merupakan produk pengolahan beras yang
paling mudah. Tepung beras mengandung PEMBAHASAN
banyak zat gizi makro maupun mikro. Berikut
adalah hasil pengamatan analisis kadar air Kadar air merupakan banyaknya air
pada beberapa jenis tepung. yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan
Tabel 1 Hasil pengamatan analisis kadar air dalam persen. Kadar air merupakan salah satu
No Sampel Kadar air (%bb) karakteristik yang sangat penting pada bahan
1 Tepung sagu 13.43 pangan, karena air dapat mempengaruhi
2 Tepung terigu 12.54 penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan
3 Tepung beras 11.65 pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut
4 Tepung sagu 13.14
5 Tepung terigu 12.62
menentukan kesegaran dan daya awet bahan
6 Tepung talas 8.70 pangan tersebut. Kadar air yang tinggi
menyebabkan mudahnya bakteri, kapang, dan
Perhitungan kadar air (%): khamir untuk berkembang biak, sehingga akan
(x−y)x 100% terjadi perubahan pada bahan pangan[3].
= Prinsip penentuan kadar air metode
(x−a)
(7.6800−7.4171)x 100% gravimetri oven[4] dalam SNI 01-4493-1998
= yaitu pengukuran kandungan air secara
(7.6800−5.6805)
= 13.14 % gravimetri dengan cara menguapkan air yang
Keterangan: ada dalam bahan dengan jalan pemanasan,
a = berat cawan kosong (g) kemudian bahan ditimbang sampai berat
x = berat cawan dan sampel awal (g) konstan yang berarti semua air sudah
y = berat cawan dan sampel akhir (g) diuapkan. Pada metode ini bahan
Analisis selanjutnya dilakukan untuk dipanaskan pada suhu tertentu hingga semua
mengetahui kadar abu pada tepung sagu. air menguap yang ditunjukkan oleh kehilangan
Tepung sagu yang digunakan untuk analisis berat bahan yang konstan saat suhu tertentu.
kadar abu metode gravimetri ini sebesar 3 Prinsip metode ini adalah selisih berat bahan
gram. Berikut adalah hasil pengamatan analisis sebelum dan sesudah dipanaskan
kadar abu pada tepung sagu. menunjukkan kadar air bahan. Metode ini
Tabel 2 Hasil pengukuran kadar abu dapat digunakan untuk semua produk pangan,
No Sampel Kadar abu (%bb) kecuali produk yang mengandung komponen
senyawa “volatile” (mudah menguap) atau
1 Tepung sagu 0.09
produk yang terdekomposisi atau rusak pada
2 Tepung terigu -784.76 pemanasan 100oC[5].
3 Tepung beras 0.13 Pada praktikum penetapan kadar air
4 Tepung sagu 0.10 dengan metode gravimetri, sampel yang
5 Tepung terigu 59.75 dianalisa ada dua yaitu tepung sagu A yang
6 Tepung talas 1.24 dilakukan kelompok satu dan tepung sagu B
yang dilakukan kelompok empat, tepung
Perhitungan kadar abu (%): beras, tepung terigu A dan tepung terigu B.
(c−a)x 100% Akan tetapi sampel yang akan dibahas hanya
= tepung sagu A dan tepung sagu B yang
(b−a)
(24.6108−24.6069)x 100% masing-masing ditambahkan sebanyak 2 g.
= Berdasarkan data pada tabel 1, hasil
(28.6036−24.6069)
= 0.0975 % = 0.10 % pengamatan analisis kadar abu pada tepung
Keterangan: sagu A dan tepung sagu B tidak berbeda jauh
a = berat cawan kosong (g) (masih dalam rentang 13%). Presentase hasil
b = berat cawan dan sampel awal (g) analisis kadar air pada tepung sagu A sebesar
c = berat cawan dan sampel akhir (g) 13.43% dan kadar air tepung sagu B sebesar
13.14%. Standar mutu pati sagu menurut SNI
01 – 3729 – 1995 yaitu mengandung kadar air
(%bb) maksimal 13%[6]. Nilai yang diperoleh
tepung sagu A tersebut lebih besar sekitar
0,4% jika dibandingkan dengan persentase yang berasal dari sisa hasil pembakaran pada
kadar tepung sagu yang ditetapkan oleh suatu bahan pangan. Kadar abu suatu bahan,
Standar Nasional Indonesia (SNI), sedangkan erat kaitannya dengan kandungan mineral dari
persentase hasil analisis tepung sagu B suatu bahan[5]. Fungsi dari kadar abu tersebut
melebihi batas maksimum tetapi tidak yaitu mengetahui bahwa semakin tinggi kadar
terlampau jauh. Hasil yang diperoleh melebihi abu suatu bahan pangan, maka semakin buruk
batas maksimum dapat disebabkan oleh kualitas dari bahan pangan tersebut[7]. Prinsip
beberapa faktor yakni pengambilan sampel analisis metode ini adalah bahan dipanaskan
yang tidak representative, adanya kontaminasi pada suhu tertentu sehingga semua air
alat seperti gegep saat pengambilan cawan menguap yang ditunjukan oleh berat bahan
aluminum, dan tidak meratanya sampel di yang konstan setelah periode pemanasan
dalam cawan. Adapun pengaruh dari beberapa tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi
kelemahan metode gravimetri pada analisis menunjukan jumlah air yang dikandungnya.
kadar air yaitu bahan lain disamping air juga Metode ini terutama digunakan untuk bahan-
ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan bahan yang stabil terhadap pemanasan yang
uap air misalnya alkohol, asam asetat, minyak tinggi. Metode ini juga dapat digunakan untuk
atsiri dan lain-lain; dapat terjadi reaksi selama produk-produk seperti pada metode oven
pemanasan yang menghasilkan air atau zat vakum untuk produk yang banyak
mudah menguap. Contoh gula mengalami mengandung sukrosa atau glukosa[4].
dekomposisi atau karamelisasi, lemak Percobaan ini diawali dengan mencari
mengalami oksidasi; serta bahan yang dapat berat cawan porselen kosong yang akan
mengikat air secara kuat sulit melepaskan dipakai dalam penetapan kadar abu. Pada
airnya meskipun sudah dipanaskan[7]. tahap pertama, cawan ditandai pada bagian
Penetapan kadar air yang didasarkan pada bawah dengan menggunakan pensil. Hal ini
proses pemisahan air dari komponen lain bertujuan agar cawan porselen tidak tertukar
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran dengan cawan milik kelompok lain. Setelah
partikel bahan, suhu pengeringan, kondisi itu, cawan dipanaskan di tungku pemanas
fisika-kimia air di dalam bahan, waktu selama 5 menit. Pemanasan pada tungku
pengeringan, dan penggunaan atau pemanas bertujuan untuk mencegah cawan
pencampuran dengan bahan atau zat stimulan porselen pecah ketika dimasukkan kedalam
tertentu. tanur bersuhu 550° C. Setelah itu cawan
Pada prosedur praktikum analisis kadar dimasukkan kedalam tanur selama 15 menit.
air, tahap pemanasan cawan alumunium Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kadar
kosong di dalam oven pada suhu (130±3)oC air dalam cawan. Kemudian, cawan
selama 1 jam berfungsi untuk menghilangkan dikeluarkan dari tanur dan dimasukkan ke
kadar air dalam cawan. Setelah dipanaskan, dalam desikator. Fungsi deksikator yaitu untuk
cawan dimasukkan kedalam desikator yang menyerap air dan untuk mencegah cawan
berfungsi untuk mendinginkan terkontaminasi uap air dari udara karena di
(mengembalikan suhu), menyerap air, dan dalam deksikator terdapat silika gel yang
mencegah cawan terkontaminasi uap air dari sifatnya higroskopis untuk menyerap air di
udara karena di dalam deksikator terdapat sekitar[9]. Cawan yang telah didinginkan lalu
silika gell yang sifatnya higroskopis untuk ditimbang sampai diperoleh berat konstan.
menyerap air di sekitar karena cawan masih Setelah mendapatkan berat cawan kosong, hal
bersifat higroskopis atau mudah menyerap uap selanjutnya adalah mengabukan sampel.
air [8]. Silika gel adalah bahan berbentuk butiran Cawan berisi sampel dipanaskan pada tungku
kaca transparan, ada yang berwarna biru dan pemanas sampai tidak berasap. Pemanasan
merah jambu transparan, dimana warna akan pada tungku pemanas bertujuan untuk
berfungsi sebagai indikator banyaknya air menghilangkan karbon yang ada pada sampel.
yang diserap[8]. Karbon ini akan berupa asap, dikhawatirkan
Kadar abu adalah banyaknya zat apabila cawan berisi sampel langsung
anorganik dalam suatu bahan pangan yang dimasukkan ke dalam tanur tanpa dipanaskan
ditentukan dari pengurangan berat suatu bahan terlebih dahulu tanur akan dipenuhi asap gas
karbon tersebut. Pemanasan pada tungku didapatkan sampel tepung sagu memiliki
pemanas ini juga membuat senyawa pada persentase kadar air tertinggi yang
sampel lebih stabil[10]. Setelah tidak ada lagi menunjukkan bahwa kandungan air tepung
asap, cawan berisi sampel dimasukkan ke sagu paling banyak dibandingkan ketiga
dalam tanur bersuhu 550°C. Tujuannya adalah sampel lain, sedangkan sampel tepung terigu
untuk menghilangkan air baik yang terdapat mempunyai persentase kadar abu paling tinggi
secara fisik maupun kimia dan zat-zat organik yang menunjukkan bahwa kandungan bahan
yang terdapat dalam sampel sehingga yang anorganik pada tepung terigu paling banyak
tersisa hanya abu dari contoh tersebut. Sampel dibandingkan ketiga sampel lainnya.
akan berbentuk abu, selanjutnya cawan berisi Saran yang diberikan untuk praktikum
sampel dimasukkan kedalam desikator untuk ini adalah sebaiknya dalam melaksanakan
didinginkan. Sampel yang sudah dingin praktikum praktikan mengikuti prosedur
kemudian ditimbang. secara teliti agar diperoleh hasil yang tidak
Percobaan yang dilakukan dalam jauh berbeda dari literatur.
menganalisis kadar abu dari bahan pangan oleh
kelompok 1 dan 4 dengan melakukan metode
pengabuan kering atau dikenal dengan metode DAFTAR PUSTAKA
tanur, dalam analisis kadar abu ini dilakukan
dua kali pengulangan. Hasil yang didapatkan
dari analisis penentuan kadar abu pada sampel 1. Khopkar SM. 2003. Kimia Organik I.
tepung sagu. Hasil pengukuran penentuan Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press.
kadar abu tepung sagu (A) yang digunakan 2. Nursantiyah. 2009. Implementasi
pada kelompok 1 adalah 3.0 gram dan kadar kebijakan. Depok (ID): Universitas
tepung sagu (B) kelompok 4 adalah 4.0 gram. Indonesia.
Untuk berat cawan, beran cawan dan sampel 3. Buckle KA, Edward RA, Fleet GH, dan
sebelum dikeringkan serta berat cawan dan Wootton M. 2008. Food Science. Jakarta
sampel setelah dikeringkan berturut-turut (ID): UI Press.
didapatkan hasil pada tepung sagu A sebesar 4. AOAC. 1995. Official Methods of Analysis
22.3886, 25.3848, 22.3914 dan untuk tepung of The Association of Analytical Chemists.
sagu B sebesar 24.6069, 28.6063, 24.6108. Washington D.C (US).
Persentase kadar abu pada tepung sagu A 5. Legowo AM, Nurwantoro. 2004. Analisis
pengulangan 1 adalah 0.093 % sedangkan Pangan. Semarang (ID): Universitas
kadar abu pada tepung sagu B adalah 0.0975 Diponegoro.
%. Nilai yang diperoleh tersebut lebih kecil 6. SNI. 1995. Mutu dan Uji Tepung Sagu.
jika dibandingkan dengan persentase kadar Badan Standarisasi Nasional Indonesia.
abu tepung sagu yang ditetapkan oleh Standar SNI 01 – 3729 – 1995
Nasional Indonesia (SNI). Menurut SNI 01- 7. Sudarmadji, Slamet dkk. 2003. Analisa
3729-1995, syarat mutu kandungan kadar abu Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta
dalam tepung sagu pada umumnya maksimum (ID): Liberty.
0.5%. Hasil yang diperoleh lebih kecil 8. Marlina N. 2006. Masa Pemakaian Silika
dibandingkan dengan SNI. Hal ini Gel Sebagai Desikan Pada Penentuan
menunjukkan bahwa analisis yang dilakukan Kadar Air. Bogor (ID): Pusat Penelitian
telah sesuai dengan prosedur percobaaan yang dan Pengembangan Peternakan.
ada. 9. Kamal M. 1998. Nutrisi Ternak I,
Rangkuman. Lab. Makanan Ternak,
Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak.
KESIMPULAN Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah
Mada.
Penetapan kadar air dan kadar abu 10. Fauzi M. 2006. Analisa Pangan dan Hasil
dengan metode gravimetri membutuhkan Pertanian. Jember (ID): Universitas
waktu yang cukup lama namun sederhana. Jember.
Data analisis kandungan air dan abu
LAMPIRAN PEMBAGIAN TUGAS

Nama NIM Pembagian Tugas Tanda Tangan


Anisa Kurniasani I14130028 Editor, Abstrak,
Kesimpulan dan Saran
Isna Nur Arifina I14130060 Metode

Muhammad Farhan Afif I14130061 Hasil dan Pembahasan


kadar abu
Andini Retno Y. I14130103 Hasil dan Pembahasan
kadar air
Humairoh Sholehah I14130119 Pendahuluan, Deskripsi
sampel

Você também pode gostar