Você está na página 1de 5

DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI PADA PENGUJIAN AUDIT

Standar auditing memberikan pedoman bagi auditor entitas yang mengirimkan,


memroses, memelihara, atau mengakses informasi penting secara elektronis. Contoh bukti
elektronik meliputi record transfer dana elektronik dan pesanan pembelian yang dikirimkan
melalui electronic data transfer (EDI).
Standar auditing mengakui bahwa jika ada sejumlah besar bukti audit dalam format
elektronik, mungkin tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi risiko deteksi hingga
tingkat yang dapat diterima dengan hanya melakukan pengujian substantif. Dalam situasi ini,
auditor harus melaksanakan pengujian pengendalian untuk mengumpulkan bukti guna
mendukung penilaian tingkat risiko pengendalian di bawah maksimum bagi asersi laporan
keuangan yang terpengaruh.
Namun, karena konsistensi yang melekat dalam pemrosesan TI auditor mungkin dapat
mengurangi luas pengujian atas pengendalian yang terotomatisasi. Setelah menentukan bahwa
pengendalian yang terotomatisasi berfungsi dengan baik, auditor dapat berfokus pada
pengujian berikutnya untuk menilai apakah setiap perubahan yang terjadi akan membatasi
efektivitas pengendalian tersebut. Pengujian semacam itu mungkin meliputi penentuan apakah
setiap perubahan telah terjadi pada program dan apakah perubahan tersebut telah diotorisasi
dan diuji secara layak sebelum diimplementasikan untuk menguji pengendalian atau data yang
terotomatisasi, auditor mungkin harus menggunakan teknik audit berbantukan computer atau
menggunakan laporan yang dihasilkan TI untuk menguji efektivitas operasi pengujian umum
TI, seperti pengendalian pengubahan program dan pengendalian akses.

KOMBINASI BUKTI
Untuk mendapatkan bukti yang tepat dan mencukupi sebagai respons terhadap risiko yang
diidentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor menggunakan kombinasi dari empat
jenis pengendalian yang selanjutnya. Kombinasi ini sering kali disebut bauran bukti ( evidence
mix ).
Analisis Audit 1. Klien ini adalah perusahaan besar yang memiliki pengendalian internal yang
canggih dan risiko inheren yang rendah. Karena itu, auidtor melaksanakan pengujian
pengendalian yang ekstensif dan sangat mengandalkan pengendalian internal klien untuk
mengurangi pengujian substantif.
Analisis Audit 2. Perusahan ini berukuran sedang, yang memiliki sejumlah pengendalian dan
beberapa risiko inheren. Auditor telah memutuskan untuk melakukan pengujian dalan jumlah
sedang bagi semua jenis pengujian kecuali prosedur analitis substanstif, yang akan
dilaksanakan secara luas.
Analisis Audit 3. Perusahaan ini berukuran sedang tetapi mempunyai segelintir pengendalian
yang efektif dan risiko inheren yang signifikan. Auditor menekankan pada pengujian rincian
saldo dan pengujian substantif atas transaksi, tetapi beberapa prosedur analitis substantif juga
dilakukan.
Analisis Audit 4. Rencana awal mengikuti pendekatan dalam audit 2. Namun, auditor
menemukan penyimpangan pengujian yang ekstensif dan salah saji yang signifikan meskipun
melakukan pengujian subnstantif atas transaksi dan prosedur analitis substantif. Karena itu,
auditor menyimpulkan bahwa pengendalian internal tidak efektif.

PERANCANGAN PROGRAM AUDIT


Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan penekanan
yang tepat pada keempat jenis pengujian lainnya, prosedur audit yang spesifik harus dirancang
untuk setiap pengujian. Prosedur – prosedur audit tersebut selanjutnya digabungkan sehingga
menjadi suatu program audit. Program audit pada kebanyakan audit dirancang dalam tiga
bagian tambahan, yaitu: pengujian pengendalian dan pengujian substansif golongan transaksi,
prosedur analitis substansif, dan pengujian rinci saldo. Dalam siklus penjualan dan penerimaan
piutang, auditor bisa menggunakan:
1. Suatu program audit pengujian pengendalian dan pengujian substansif golongan
transaksi untuk penjualan dan penerimaan kas.
2. Suatu program auditor prosedur analitis substansif untuk keseluruhan siklus
3. Program audit pengujian rinci saldo untuk kas, piutang usaha, kerugian piutang,
cadangan kerugian piutang, piutang lain-lain
PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF GOLONGAN
TRANSAKSI
Program audit untuk pengujian pengendalian dan pengujian substansif golongan transaksi
biasanya berisi penjelasan yang diperoleh selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko.
Program ini juga berisi deskripsi tentang prosedur yang dilaksanakan untuk memperoleh
pemahaman tentang pengendalian internal dan deskripsi tentang penilaian risiko pengendalian.
Apabila risiko pengendalian ditetapkan pada tingkat maksimum, hanya pengujian substansif
golongan transaksi yang akan digunakan, dengan catatan perusahaan yang kecil atau
perusahaan non-publik.
Prosedur Audit
Auditor menggunakan pendekatan 4 tahapan menurunkan penilaian risiko pengendalian
1. Menerapkan tujuan audit transaksi untuk golongan transaksi yang diaudit, misalnya
penjualan
2. Mengindentifikasi pengendalian kunci yang akan mengurangi risiko pengendalian
untuk setiap tujuan audit transaksi
3. Menetapkan pengujian pengendalian yang tepat untuk seluruh pengendalian internal
yang digunakan untuk mengurangi pene tapan awal risiko pengendalian dibawah
maksimum.
4. Untuk jenis-jenis kes ,alahan penyajian potensi yang berkaitan dengan setiap tujuan
audit transaksi, dirancang pengujian substansif golongan transaksi yang tepat,
dengan mempertimbangkan defisiensi dalam pengendalian internal dan hasil
pengujian pengendalian yang diharapkan pada tahap 3
PROSEDUR ANALITIS
Mengingat bahwa prosedur analitis relative murah, kebanyakan auditor menggunakan
prosedur ini hampir pada setiap audit. Prosedur analitis yang dilakukan pada pengujian
substantif. Auditor cenderung untuk tidak menggunakan data keseluruhan agar dapat
menetapkan angka yang diharapkan secara tepat. Prosedur analitis dengan menggunakan data
bulanan biasanya akan lebih efektif dalam mendeteksi kesalahan penyajian daripada yang
dihitung dengan menggunakan data tahunan, dan perbandingan antar bidang usaha selalu lebih
efektif daripada perbandingan dengan menggunakan data perusahaan sebagai keseluruhan.
Apabila penjualan dan piutang usaha didasarkan pada hubungan yang bisa diprediksi dengan
data non-keuangan, auditor biasanya menggunakan informasi tersebut untuk prosedur analitis.
PENGUJIAN RINCI SALDO
Untuk merancang prosedur audit pengujian terperinci saldo, auditor menggunakan suatu
metodologi yang berorientasi pada tujuan audit terkait saldo. Dalam merencanakan program
audit pengujian terperinci saldo untuk memenuhi tujuan tersebut, banyak auditor yang
mengikuti sebuah metodologi untuk piutang dagang. Rancangan prosedur ini biasanya
merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan proses perencanaan karena sifatnya yang
sangat subjektif dan memerlukan pertimbangan profesional yang besar. Berikut keputusan-
keputusan kunci dalam merancang prosedur audit pengujian terperinci
1. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien Yang Berpengaruh Terhadap Piutang Usaha
Sebagi bagian dari mendapatkan pemahaman atas bisnis dan industri klien, auditor
mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko-risiko bisnis klien yang signifikan untuk
menentukan apakah risiko-risiko tersebut mengakibatkan meningkatnya risiko salah saji dalam
laporan keuangan.
2. Tetapkan Materialitas Pelaksanaan dan Risiko Inheren untuk Piutang Usaha
Auditor harus memutuskan penilaian awal materialitas untuk audit secara keseluruhan dan
kemudian mengalokasikan totalnya ke saldo akun, untuk mendapatkan salah saji yang dapat
diterima untuk setiap saldo yang signifikan.
Risiko inheren ditetapkan dengan mengidentifikasi setiap aspek dari sejarah, lingkungan
atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan salah saji yang tinggi pada laporan
keuangan tahun ini. Risiko inheren juga dapat diperluas untuk masing-masing tujuan audit
terkait saldo. Risiko bawaan dapat tetap rendah untuk semua tujuan lainnya
3. Tetapkan Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Penerimaan Piutang
Pengendalian yang efektif akan mengurangu risiko pengendalian dan, demikian pula bukti
yang diperlukan untuk pengujian substantif transaksi dan oengujian terperinci saldo akan
berkurang. Sebaliknya, pengendalian yang tidak memadai akan menaikkan jumlah substantif
yang diperlukan.
4. Rancang dan Lakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Golongan
Transaksi untuk Siklus Penjualan dan Penerimaan Piutang
Pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi dirancang dengan ekspektasi
bahwa hasil tertentu akan dicapai. Prediksi ini akan berpengaruh pada rancangan pengujian
nterperinci transaksi. Sebagai contoh, biasanya, auditor merencanakan untuk melakukan
pengujian meluas atas pengendalian ketika risiko pengendalian dinilai rendah.
5. Rancang dan Lakukan Prosedur Analitis untuk Saldo Piutang
Auditor melakukan prosedur analitis untuk akun-akun seperti piutang dagang untuk dua
tujuan. Yaitu, untuk mengidentifikasi kemungkinan salah saji dalam saldo akun tersebut dan
untuk mengurangi pengujian audit yang terperinci.
6. Rancang Pengujian Rinci Saldo Piutang Usaha untuk Memenuhi Tujuan Audit Saldo
Pengujian rinci saldo meliputi prosedur audit, ukuran sampel, unsur yang dipilih dan saat
pengujian. Prosedur harus dipilih dan dirancang untuk setiap akun dan setiap tujuan audit
terkait saldo dalam setiap akun.
Kesulitan yang dihadapi auditor dalam merancang pengujian rinci saldo adalah perlunya
dilakukan prediksi atas hasil pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi, dan
prosedur analitis substantif sebelum hal – hal tersebut dikerjakan. Hal ini penting karena
auditor harus merancang pengujian terperinci saldo selama fase perencanaan, namun ketetapan
rancangan tersebut bergantung pada hasil pengujian-pengujian lainnya.
ILUSTRASI PROGRAM AUDIT
Standar audit mengharuskan auditor untuk menggunakan program tertulis. Format yang
digunakan mengaitkan prosedur audit dengan tujuan audit terkait saldo. Perhatikan bahwa
sebagian besar prosedur memenuhi lebih dari satu tujuan, dan bahwa lebih dari satu prosedur
audit digunakan untuk setiap tujuan. Untuk sebagian besar prosedur audit, ukuran sampel,
unsur yang dipilih serta pemilihan waktu juga dapat diubah.
Program audit dibuat setelah mempertimbangkan semua factor yang berpengaruh
terhadap pengujian rinci saldo dan didasararkan pada sejumlah asumsi tentang risiko inheren,
risiko pengendalian, dan hasil pengujian pengendalian, pengujian substantive golongan
transaksi, dan prosedur analitis substantive.

HUBUNGAN ANTARA TUJUAN AUDIT TRANSAKSI DENGAN TUJUAN AUDIT


SALDO DAN TUJUAN AUDIT PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Sebelumnya telah kita bahas pengujian k saldo harus dirancang untuk memenuhi tujuan
audit saldo untuk setiap akun dan luas pengujian tersebut dapat dikurangi ketika tujuan audit
transaksi telah terpenuhi oleh pengujian pengendalian atau pengujian substantif. Ketika semua
tujuan audit terkait transaksi sudah terpenuhi, auditor akan tetap lebih mengandalkan pengujian
substantif saldo untuk memenuhi tujuan audit terkait saldo berikut ini.
 Nilai realisasi
 Hak dan kewajiban
Pengujian substantif saldo tambahan juga hampir sama untuk tujuan audit terjkait saldo
lainnya, bergantung pada hasil-hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi.

Você também pode gostar