Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
Assalamualaikum wr.wb
Semoga semua ini bisa memberikan kebanggaan dan menuntun kita pada langkah yang
lebih baik lagi dalam menimba wawasan. Meskipun saya berharap isi dari makalah ini bebas dari
kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu saya sebagai penulis
mengharapkan kemakhluman dari kita semua atas kekhilafan yang ada.Akhir kata saya ucapkan
terima kasih atas partisipasinya
Wassalamualaikum wr wb
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap hasil pertanian berupa buah dan sayur
semakin tinggi sejalan dengan pertambahan penduduk. Untuk mengantisipasi kebutuhan tersebut
pemerintah melakukan kebijakan intensifikasi pertanian dengan harapan agar peningkatan
produksi buah dan sayur tidak mesti dibarengi dengan pemanfaatan lahan pertanian. Pestisida yang
merupakan salah satu hasil teknologi modern telah terbukti mempunyai peranan yang penting
dalam peningkatan produksi pertanian. Kenyataannya membuktikan bahwa di beberapa negara
yang sedang berkembang, produksi pertanian meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida.
Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada awalnya dianggap sebagai cara yang ampuh untuk
mematikan unsur-unsur pengganggu tanaman pertanian, kemudian penyebaran racun ke tanaman
pangan justru menimbulkan masalah baru yang lebih berat.(Sudargo,1997)
Resiko bagi keselamatan pengguna adalah kontak langsung terhadap pestisida, yang dapat
mengakibatkan keracunan, baik akut maupun kronis. Keracunan akut dapat menimbulkan gejala
sakit kepala, mual, muntah dan sebagainya, bahkan beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi
kulit dan kebutaan. Keracunan kronis tidak selalu mudah diprediksi dan dideteksi karena efeknya
tidak segera dirasakan, walaupun akhirnya juga menimbulkan gangguan. Selama ini, penggunaan
pestisida oleh petani bukan atas dasar keperluan pengendalian secara indikatif, namun
dilaksanakan secara “Cover Blanket System” artinya ada atau tidak ada hama tanaman, racun
berbahaya ini terus disemprotkan ke tanaman, teknik penyemprotan yang kadang melawan arah
angin menyebabkan petani memiliki kedudukan ganda yang di kenal sebagai pelaku dan penderita
keracunan pestisida. Sebagai pelaku karena sistem penggunaan yang tidak tepat sasaran, sehingga
dapat menimbulkan bahaya terhadap orang lain. Sebagai penderita, petani akan mengalami
ancaman keracunan akibat pekerjaannya.(IARC,1991)
1
1.2 Rumusan Masalah
Apa pengertian pestisida ?
Sebutkan klasifikasi dari pestisida ?
Apa saja sifat-sifat dari pestisida ?
Bagaiman gambaran klinis dari keracunan pestisida ?
Bagaiman cara penanggulangan dari keracunan pestisida ?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan
keanekaragaman hayati yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu subsektor
pertanian yang memiliki potensi untuk dikembangkan yaitu hortikultura. Hortikultura merupakan
bagian dari sektor pertanian yang terdiri atas sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan biofarmaka.
Hortikultura berperan sebagai sumber pangan, sumber pendapatan masyarakat, penyedia lapangan
kerja, perdagangan domestik dan internasional, serta peningkatan aktivitas industri pengolahan
yang bersifat meningkatkan nilai tambah. Adanya peranan penting hortikultura menjadi alasan
bahwa subsektor ini perlu menjadi prioritas pengembangan (Andarwati, 2011).
Upaya untuk meningkatkan produksi dengan tujuan agar tanaman tidak dirusak oleh hama
dan penyakit adalah dengan menggunakan pestisida. Penggunaan pestisida pada tanaman sayuran
di dataran tinggi tergolong sangat intensif, hal ini terutama disebabkan kondisi iklim yang sejuk
dengan kelembaban udara dan curah hujan yang tinggi menciptakan kondisi yang baik untuk
perkembangbiakan hama dan penyakit tanaman (Munarso, dkk., 2009).
Pestisida (Inggris : pesticide) berasal dari kata pest yang berarti hama dan cide yang berarti
mematikan/racun. Jadi pestisida adalah racun hama. Secara umum pestisida dapat didefenisikan
sebagai bahan yang digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest
(hama) yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan kepentingan makhluk
hidup.Pestisida sangat berbahaya bagi makhluk hidup, bahkan bisa menyebabkan kamatian.
Padahal bagi petani, pestisida hampir menjadi santapan keseharian, terutama saat budidaya
tanaman yang membutuhkan perawatan intensif. Pestisida bisa masuk melalui kulit, saluran
pernapasan bahkan tertelan melalui mulut. Kecerobohan pada saat penyemprotan menyebabkan
tubuh kita mengalami keracunan pestisida. (mualim,2002)
3
2.2 Klasifikasi pestisida
Pestisida dapat digolongkan menurut penggunaannya dan disubklasifikasi menurut jenis
bentuk kimianya. Dari bentuk komponen bahan aktifnya maka pestisida dapat dipelajari efek
toksiknya terhadap manusia maupun makhluk hidup lainnya dalam lingkungan yang bersangkutan.
Menurut (slamet,2005) :
Klasifikasi Bentuk Kimia Bahan active Keterangan
1. Insektisida Botani Nikotine Tembakau
Pyrethrine Pyrtrum
Rotenon -
Carbamat Carbaryl toksik kontak
Carbofuran toksik sistemik
Methiocorb bekerja pada
lambung
Thiocarb juga moluskisida
Organophosphat Dichlorovos toksik kontak
Dimethoat toksik kontak,
sistemik
Palathion
Malathion toksik kontak
Diazinon toksik kontak
Chlorpyrifos kontak dan ingesti
Organochlorin DDT
Lindane kontak, ingesti
Dieldrin persisten
Eldrin persisten
Endosulfan kontak, ingesti
gammaHCH kontak, ingesti
Herbisida Aset anilid Atachlor Sifat residu
Amida Propachlor
Diazinone Bentazaone Kontak
Carbamate Chlorprophan
Asulam
Triazine Athrazin
Metribuzine
Triazinone Metamitron Toksin kontak
Fungisida Inorganik Bordeaux mixture Protektan
Copper oxychlorid Proteoktan
Mercurous chloride
Sulfur
Benzimidazole Thiabendazole Protektan, sistemik
Hydrocarbon- Tar oil Protektan, kuratif
phenolik
4
2.3 Sifat Pestisida
A.Berdasarkan Fungsinya
Memberantas atau mencegah hama,penyakit yang merusak tanaman,bagian
tanaman atau hasil-hasil pertanian
Memberantas gulma
Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan
Mengatur atau merangsang tanaman atau bagian dari tanaman
Memberantas atau mencegah hama luar pada hewan peliharaan
Memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah tangga
B.Berdasarkan Struktur kimianya
Organophosphat
Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya dan
sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya dalam jumlah sedikit saja dapat
menyebabkan kematian, tetapi diperlukan lebih dari beberapa mg untuk dapat menyebabkan
kematian pada orang dewasa. Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma
dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal
menghidrolisis asetylcholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan
jumlah asetylkholin meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada
system saraf pusat dan perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang
berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.
Carbamate
Insektisida karbamat telah berkembang setelah organofosfat. Insektisida ini biasanya daya
toksisitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan dengan organofosfat, tetapi sangat efektif
untuk membunuh insekta.Struktur karbamate seperti physostigmin, ditemukan secara alamia
dalam kacang Calabar (calabar bean). Bentuk carbaryl telah secara luas dipakai sebagai insektisida
dengan komponen aktifnya adalah Sevine.Mekanisme toksisitas dari karbamate adalah sama
dengan organofosfat, dimana enzim achE dihambat dan mengalam karbamilasi.
5
Organochlorin
Organokhlorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa kelompok
yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan pertama kali disinthesis
adalah “Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut DDT.Mekanisme toksisitas dari DDT
masih dalam perdebatan, wlaupun komponen kimia ini sudah disinthesis sejak tahun 1874. Tetapi
pada dasarnya pengaruh toksiknya terfokus pada neurotoksin dan pada otak. Saraf sensorik dan
serabut saraf motorik serta kortek motorik adalah merupakan target toksisitas tersebut. Dilain
pihak bila terjadi efek keracunan perubahan patologiknya tidaklah nyata. Bila seseorang menelan
DDT sekitar 10mg/Kg akan dapat menyebabkan keracunan, hal tersebut terjadi dalam waktu
beberapa jam. Perkiraan LD50 untuk manusia adalah 300-500 mg/Kg.
DDT dihentikan penggunaannya sejak tahun 1972, tetapi penggunaannya masih
berlangsung sampai beberapa tahun kemudian, bahkan sampai sekarang residu DDT masih dapat
terdeteksi.(BTKL,2009)
6
2.5 Pencegahan dan Pengobatan
Cara yang paling baik untuk mencegah pencemaran pestisida adalah dengan tidak
menggunakan pestisida sebagai pemberantas hama. Mengingat akibat sampingan yang terlalu
berat, atau bahkan menyebabkan rusaknya lingkungan dan merosotnya hasil panen, penggunaan
pestisida mulai dikurangi. Cara-cara yang dapat ditempuh untuk mencegah atau mengurangi
serangan hama antara lain :
Pengobatan keracunan pestisida ini harus cepat dilakukan terutama untuk toksisitas
organophosphat.. Bila dilakukan terlambat dalam beberapa menit akan dapat menyebabkan
kematian. Diagnosis keracunan dilakukan berdasarkan terjadinya gejala penyakit dan sejarah
kejadiannya yang saling berhubungan. Pada keracunan yang berat , pseudokholinesterase dan
aktifits erytrocyt kholinesterase harus diukur dan bila kandungannya jauh dibawah normal,
kercaunan mesti terjadi dan gejala segera timbul.
Pengobatan dengan pemberian atrophin sulfat dosis 1-2 mg i.v. dan biasanya diberikan
setiap jam dari 25-50 mg. Atrophin akan memblok efek muskarinik dan beberapa pusat reseptor
muskarinik. Pralidoxim (2-PAM) adalah obat spesifik untuk antidotum keracunan organofosfat.
Obat tersebut dijual secara komersiil dan tersedia sebagai garam chlorin.(pohan,2004)
7
KESIMPULAN
Pestisida adalah bahan kimia untuk membunuh hama (insekta, jamur dan gulma). Sehingga
pestisida dikelompokkan menjadi :
- Insektisida (pembunuh insekta)
- Fungisida ( pembunuh jamur)
- Herbisida (pembunuh tanaman pengganggu)
Keracunan pestisida pada makhluk hidup menunjukkan gejala yang berbeda-beda,
tergantung pada jenis bahan aktif pestisida yang meracuni. Gejala keracunan biasanya tertera pada
kemasan, sehingga disarankan jangan memindahkan pestisida pada tempat lain apalagi wadah
kosong yang orang lain tidak bisa mengetahuinya dengan pasti. Usahakan pestisida selalu pada
kemasannya. Hal ini sangat penting untuk menentukan penanganan lebih lanjut saat mengalami
keracunan
DAFTAR PUSTAKA
Andarwati, A.,U., 2011. Efisiensi Teknisusahatani Kentang Dan Faktor Yang Mempengaruhi
Dikecamatan Baturkabupaten Banjarnegara. [online]
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51239/H11aua.pdf?sequence=1
[diakses 26 Mei 2014]
BTKL-PPM., 2009. Analisis Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Petani dan Lingkungan di
Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.
Makassar: Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Kelas 1
IARC, Occupational Expousures Insecticide Application And Some Pesticide,
WHO, 1991.
Munarso, S., J., Miskiyah, dan Broto W., 2009. Studi Kandungan Residu Pestisida Pada
Kubis, Tomat, Dan Wortel Di Malang Dan . Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian:
Vol.[online]http://pascapanen.litbang.deptan.go.id/assets/media/publikasi/bulletin/200
9_4.pdf
Mualim, K.2002.Analisis Faktor Resiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Keracunan
Pestisida Organofosfat Pada Petani Penyemprot Hama Tnaaman Di Kecamatan Bulu
Kabupaten Temanggung. (Tesis)
Pohan N., 2004. Pestisida dan Pencemarannya. [online] http://repository.
usu.ac.id/bitstream/123456789/1367/1/tkimia-nurhasmawaty7.pdf [diakses 26 Mei
2014]
Slamet, S., Bawahab N., 2005. Tingkat Aktivitas Kholinesterase, Pengetahuan dan Cara
Pengelolaan, Pestisida pada Petani/Buruh Penyemprot Apel di Desa Gubuk Klakah,
Jawa Timur, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Soemirat J., Toksikologi Lingkungan, Gadjah Mada University Press,Bandung, 2003
Spears R, Recognized and Possible Exposure to Pesticides dalam Handbook of Pesticide
Toxicology, vol. I, 245-271. 1991
Sudargo, T.1997.Perilaku dan Tingkat Keracunan Petani dalam Menggunakan Pestisida di
Kabupaten Brebes, Berita Kedokteran Masyarakat XII (e) UGM, Yogyakarta.