Você está na página 1de 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua yang ada di alam ini merupakan ciptaan (makhluk) Allah SWT. Allah SWT mempunyaisifat-sifat yang
agung, mulia, dan besar yang tidak terdapat pada semua rnakhluk-Nya. Oleh karena itu,semua makhluk-Nya harus
menyembah kepada-Nya. Namun. sifat-sifatAllah SWT tersebut tidak hanyatergambar dalam sifat wajib-Nya,
melainkan juga dari nama-nama baik yang menyertai-Nya (Asma’ulHusna).
Firman Allah SWT dalam QS Al Hasyr ayat 24 :
“Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama
Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada dilangit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.”
Apabila seseorang menyatakan diri mencintai Allah SWT, maka hal ini bisa dibuktikan dari seberapasering ia
menyebut nama-Nya. Menyebut Allah SWT dapat dilakukan dengan menyebut kalimat¬kalimattayyibah atau
menyebut nama-nama Allah SWT dalam Asmaul Husna. Keduanya merupakan proses zikir (mengingat) kepada
Allah SWT.
Firman Allah SWT dalam Alquran :
“Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu.”(QS. Al
A’raaf : 180)
Berdasarkan ayat di atas, kita diperintahkan untuk selalu menyebut nama-nama Allah SWT yangterhimpun dalam
Asmaul Husna. Semua kegiatan yang dilakukan sebaiknya didahului dengan menyebutnama-Nya (terwujud dalam
kalimat basmalah). Allah SWT memerintahkan untuk menyebut-Nya denganAsmaul Husna sebagai pujian dan
pengantar doa kepada-Nya. Dalam berdoa kita pasti meminta sesuatu.Dengan memuji nama-Nya terlebih dahulu,
harapan akan terkabulnya doa kita tentu akan semakin besar.Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah menjelaskan :
“Sesungguhnya Allah SWT mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu,barang siapa yang
menghafalkannya, maka ia akan masuk surga”. (HR. Bukhari)
Hal ini menunjukkan apabila kita mengenal Asma`ul Husna dengan bersungguh -sungguh,menghafal,
kemudian memahami maknanya serta beribadah kepada Allah maka akan menjadi penguatiman yang paling
besar, bahkan mengenal Asma` dan sifat -Nya merupakan dasar iman, di mana iman seseorang itu
kembali kepada dasar yang agung ini
B. Maksud dan Tujuan :
Maksud penulisan tugas makalah ini adalah :
1. Mengembangkan wawasan penulis tentang Aki dah khususnya Asma’ul husna.
2. Mengimplementasikan ilmu teori dan praktek yang diperoleh selama belajar
3. Mengenal Asma`ul Husna dengan bersungguh -sungguh,
menghafal,kemudian memahamimaknanya serta beribadah kepada Allah sebagai penguat ima
Bab II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asmaul Husna
Dalam Agama, Asmaa'ul husna (Bahasa Arab: ‫الحسنى هللا أسماء‬, asmāʾ allāh al-ḥusnā) adalah nama-nama Allah yang
indah dan baik. Asma berarti nama dan husna berarti yang baik atau yang indah, jadi asma'ul husna adalah nama
nama milik Allah yang baik lagi indah. Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan
menafsirkan nama-nama ini, karena nama-nama Allah adalah alamat kepadaDzat yang mesti kita ibadahi dengan
sebenarnya. Meskipun timbul perbedaan pendapat tentang arti, makna, dan penafsirannya akan tetapi yang jelas
adalah kita tidak boleh musyrik dalam mempergunakan atau menyebut nama-nama Allah Ta'ala. Selain perbedaaan
dalam mengartikan dan menafsirkan suatu nama terdapat pula perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut 99, 100,
200, bahkan 1.000 bahkan 4.000 nama, namun menurut mereka, yang terpenting adalah hakikat Dzat Allah SWT
yang harus dipahami dan dimengerti oleh orang-orang yang beriman seperti Nabi
Muhammad. Asma'ul husna secara Harfiah adalah nama-nama,
sebutan, gelar Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu
merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan kehebatan milik Allah. Para
ulama berpendapat bahwa kebenaran adalah konsistensi dengan kebenaran yang lain. Dengan cara ini,
umat Muslim tidak akan mudah menulis "Allah adalah ...", karena tidak ada satu hal pun yang dapat disetarakan
dengan Allah, akan tetapi harus dapat mengerti dengan hati dan keterangan Al-Qur'an tentang Allah Ta'ala.
Pembahasan berikut hanyalah pendekatan yang disesuaikan dengan konsep akal kita yang sangat terbatas ini. Semua
kata yang ditujukan pada Allah harus dipahami keberbedaannya dengan penggunaan wajar kata-kata itu. Allah itu
tidak dapat dimisalkan atau dimiripkan dengan segala sesuatu, seperti tercantum dalam surat Al-Ikhlas.
“ "Katakanlah: "Dia-lah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya
segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang
setara dengan Dia". (Al-Ikhlas 112:1-4)

Para ulama menekankan bahwa Allah adalah sebuah nama kepada Dzat yang pasti ada namanya. Semua nilai
kebenaran mutlak hanya ada (dan bergantung) pada-Nya. Dengan demikian, Allah Yang Memiliki Maha Tinggi.
Tapi juga Allah Yang Memiliki Maha Dekat. Allah Memiliki Maha Kuasa dan juga Allah Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Sifat-sifat Allah dijelaskan dengan istilah Asmaaul Husna .
B.MenghayatiMakna Dari Asmaul
Husna
Betapa maha luar biasanya yang namanya Asmaul Husna"Arrahmaan & Arrahiim" itu kalau kita mau
mendalaminya lebih jauh lagi. Kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari kita, semua ini tidak terlepas dari ke-
maha Rahman-an dan Rahim Allah semata.
Belum yakin, atau masih belum jelas??? Mari ikuti uraiannya lebih lanjut!
Nah, biasanya kita atau kebanyakan dari kita maunya hanya ingin menghapal atau mengingat, atau
mengetahui lebih jauh sejumlah 99 Asmaul Husna tersebut. Bahkan ada yang lebih extrem lagi, mencari-cari dan
meraba-raba ke sana-ke mari mencari yang satu lagi agar genap 100 bilangan Asmaul Husna tersebut. Dan bagi
yang tau, di jamin masuk surga. Begitu menurut anggapan sebagian manusia. Luar biasa, padahal Al-qur'an
menyebutkan hanya 99 itu, tapi uniknya manusia memang suka yang di luar Al-qur'an nampaknya.
Lalu kemudian apakah tugas kita hanya menghapal, mengingat di luar kepala semua asmaul husna itu,
bahkan di tambah dengan sedikit perjuangan mencari-cari jejak yang satu lagi?
Bukan kawan, bukan hanya sebatas itu Allah memperkenalkan 'Asma'nya kepada kita selaku makhluk ini. Ada yang
lebih prinsip lagi selain itu, yaitu kita hendaknya menghayati, memahami,mengenali, bahkan kalau bisa menerapkan
dalam perilaku hidup dan kehidupan. Dengan begitu akan memunculkan rasa kekaguman, ketakjuban, dan kecintaan
kita kepada Allah SWT sang pemilik nama..
Bayangkan, bagaimana kita tidak kagum, takjub,hormat dan cinta kepadanya karena dengan ke-maha
Rahman-Rahimnya, siapa pun Allah perlakukan dengan 'kemurahan dan kasih sayangnya' terlebih dahulu, jauh
mendahului kemurkaannya. Kecuali seseorang itu sudah sangat zalim terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
Beda kalau kita manusia.
Contohnya; Dalam keseharian Allah selalu memberikan rahmat dan karunia berupa makanan, minuman, dan
lain-lain kepada semua makhluk, entah itu makhluk yang kenal dengan Allah atau yang tidak kenal sekalipun. Entah
itu manusia yang beriman kepadanya ataupun yang durhaka kepadanya, Entah itu makhluk yang selalu menyebut-
nyebut kebaikan Allah maupun makhluk yang menjelek-jelekkan bahkan mendustakan Allah. Entah itu manusia
yang berbakti kepada orang tua maupun manusia yang durhaka kepada orang tuanya, dan lain-lain. Kesemuanya itu
Allah perlakukan dengan mengutamakan 'kemuarahan dan kasih sayangnya.
Bayangkan kalau sekiranya bukan Allah yang tuhan kita, sekiranya kita manusia yang jadi tuhan tentu kita
akan sesegeranya membinasakan makhluk-makhluk yang durjana itu. Yang kita perlakukan baik kecuali terhadap
mereka yang hanya taat kepada kita. Tapi tuhan tidak, tetap kemurahan dan kasih sayangnya yang diutamakannya.
Kalau kita manusia, biasanya kita akan memberikan sesuatu tentu hanya kepada orang yang baik kepada kita, yang
jahat jangan harap. Tapi tuhan tidak, jahat atau tidak jahat seseorang, Allah tidak lalu serta merta menghukumnya.
Kecuali seseorang itu sudah sangat luar biasa rusaknya, tak dapat di tolerir lagi baru Allah menegurnya sedikit
dengan teguran penyadaran.
C. Perilaku Yang Mencerminkan Keimanan Terhadap AsmauL Husna

1. Ar – Rahman ( Maha Pengasih


)

“Ketika kita berpergian atau berada di tempat – tempat umum ada saudara kita yang meminta sedekah kita sebagai
umat manusia mengamalkan sifat Allah yang maha pengasih dengan memberikan risky lebih yang kita miliki untuk
orang lain/yang meminta, (mendorong suara hati kita untuk mengasihi orang lain. Implementasi lain, yudha selalu
berusaha untuk senantiasa bersikap dan berperilaku baik kepada temannya, maupun orang lain, dengan tanpa
membeda-bedakan warna kulit, suku bangsa, ras dan agama. Mencerminkan sifat kedermawanan dari hati dan batin
kita untuk menolong dan membantu sesama. Kita sebagai umat manusia harus selalu bersikap dan bertutur kata dan
melakukan perbuatan positif yang berguna bagi orang lain dan diri kita. Serta selalu mengasihi tanpa ada benci
kepada setiap orang. Kita selalu mengasihi binatang, tumbuhan dengan cara melakukan perbuatan yang bermanfaat
dan tidak menyakitinya
.2. Ar – Rahim ( Maha Penyayang )
“Allah memiliki sifat maha penyayang, kita sebagai umat manusia harus saling menyayangi sesama manusia
dengan tanpa membeda – bedakan agama, ras, suku, dan bangsa, menyayangi makhluk hidup seperti hewan dengan
merawat dan memberi makan, Mungkin disaat sakit ada saudara kita yang sakit kita dapat menunjukan rasa sayang
kita dengan menjenguknya, dan menghibur suadara kita disaat sedih, kita juga dapat menunjukkan rasa sayang kita
dengan mengingatkan teman atau orang – orang yang ada disaekeliling kita bila melakukan suatu kesalahan,
kita selalu menyayangi Allah SWT dengan cara selalu beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan tidak berbuat
durhaka kepada-Nya. Contoh yang sederhana yang dapat kita terapkan dalam keluarga yaitu menyayangi orang tua
dengan mematuhi perintahnya.
3. Al – Malik ( Yang Merajai )
“kita sebagai mahkluk ciptaan Allah dapat mengamalkan sifat Allah yang maha merajai, dalam kehidupan
sehari – hari dengan menjadi pemimpin dalam suatu organisasi baik OSIS, kelas, contoh lain : Febri menjalankan
tugas kepemimpinan atau kekuasaan dengan niat ikhlas sematamata karena Allah SWT, untuk memperoleh rida dan
rahmat-Nya. Kiki selalu mencoba dan berusaha untuk berperilaku terpuji yang mendatangkan manfaat bagi diri
seseorang dan orang-orang yang dipimpinnya, serta menjauhi segala perilaku tercela yang menyebabkan kerugian
atau bencana baik bagi dirinya ataupun orang lain. Citra selalu berusaha untuk menjadi orang yang berjasa dan
bermanfaat bagi orang banyak dalam segala hal.”

4. Al – Quddus (Maha suci)


“Allah memiliki sifat yang mahasuci, kita sebagai umat manusia harus menerapkan suci dalam pikiran
,perbuatan dan perkataan . Suci dalam pikiran, Rina memberikan ide – ide, gagasan dengan pikiran yang suci dalam
artian memberikan ide yang murni dan jujur atas dasar pikiran sendiri. Suci dalam perbuatan, perkataan ,
Cika selalu menjaga kesucian dirinya dari segala noda dan dosa dengan perwujudan ia senantiasa berperilaku baik
dan bersih dari niat jahat, serta menjaga diri dari melakukan hal yang tidak bermanfaat atau haql hal yang negatif.”
5. As – Salam (Maha Sejahtera)
“Kita sebagai umat manusia dibumi ini membutuhkan kesejahteraan diri kita dan orang lain dan keluarga kita
dengan bekerja. Mensejahterakan orang lain dengan memberikan sedekah. Andrina selalu berdoa dan berusaha
untuk keselamatan dan kesejahteraan dirinya dan orang lain baik di dunia maupun di akhirat. Sebelum berangkat ke
sekolah koko selalu berdoa untuk keselamatan dirinya.”
6. Al Mu’min (Yang Terpercaya)
“Ketika kita menjadi pemimpin berarti kita diberi kepercayaan oleh banyak orang, kita harus menjaga dan
memegang kepercayaan itu. Fitri selalu berusaha untk menjadi orang yang terpercaya dengan cara senantiasa
bersikap dan berperilaku jujur, tidak suka berdusta karena apapun yang ia katakana nantinya akan dimintai
pertanggung jawaban baik didunia, maupun di akhirat, senantiasa memelihara amanat yang diberikan kepada kita,
tidak pernah berkhianat, dan senantiasa memenuhi janji. Kemal selalu berusaha memberikan rasa aman kepada
sesama, dengan cara tidak berperilaku jahat yang mengganggu keamanan atau kesentosaan sesama, dan mencegah
orang lain dari berperilaku yang dapat mengganggu keamanan sesame dan lingkungannya.

7. Al – Muhaimin (Maha Memelihara)


“Memelihara hewan dengan mengasihi dan memberi makan minum, mengasuh fakirmiskin dengan
memberikan pendidikan yang baik sehingga dapat tumbuh menjadi seorang yang berguna bagi bangsa, agama, Pak
Joko mengasuh anaknya dengan mengajarkan agama untuk bekal di akhirat nantinya. Khusnil selalu memelihara dan
merawat binatang peliharaannya dengan baik dengan cara selalu memberi makan setiap hari, selalu menjaga
kebersihannya, menyayanginya, dan tidak pernah menyakitinya.
8. Al – Aziz (Yang Mengalahkan)
“Nabi Muhammad tidak terkalahkan meskipun banyak kaum yang menentang beliau pada zamannya dan
mencoba menggagalkan segala usaha Nabi Muhammad untuk menyebarkan agama Islam. Tafri selalu menanamkan
rasa taat dan patuh kepada Allah SWT, dia sadar bahwa tidak seorang pun yang mampu mencegah dan menolak
perintah Allah SWT. Allah tidak akan terkalahkan dan tak mampu untuk dikalahkan. Makhluk yang paling kuat
sekalipun tak kan mampu mengalahkan Allah. Karena Allah adalah zat yang tak terkalahkan.”
9. Al – Jabbar (Maha Perkasa)
“Ade Rengga adalah salah satu dari umat manusia yang diberi kelebihan oleh Allah SWT yaitu kekuatan dan
keperkasaan, namun dia tidak sombong dan menggunakan keperkasaannya itu hanya untuk hal-hal yang positif
untuk membawa nama baik dirinya sampai di dunia internasinal.
10. Al-Mutakabbir (Maha Memiliki Kebesaran)
“Sabilul adalah salah satu siswa yang pintar dan tidak sombong dia mempunyai banyak medali dan piala
serta piagam, karena selalu mengikuti olimpiade dan selalu berhasil. Namun dia tidak sombong karena dia dapat
mengilhami bahwa Allah adalah Maha Besar.
1.AlKarim
Orang yang masih dalam perjalanan sangat teringin untuk cepat sampai kepada Allah s.w.t. Dia
terpesona melihat keadaan orang-orang yang telah sampai. Kadang-kadang timbul rasa tidak sabar untuk ikut sama
sampai kepada tujuannya. Perasaan tidak sabar akan menimbulkan harapan atau cita-cita agar ada seseorang yang
dapat menolong mengangkatnya. Orang yang diharapkan itu mungkin terdiri daripada mereka yang telah sampai
atau mungkin juga dia menaruh harapan kepada wali-wali ghaib dan malaikat-malaikat. Maksud dan tujuannya tidak
berubah, iaitu sampai kepada Allah s.w.t tetapi dalam mencapai maksud itu sudah diselit dengan harapan kepada
selain-Nya. Ini bermakna sifat bertawakal dan berserah dirinya sudah bergoyang. Sebelum dia terjatuh, Hikmat 47
ini menariknya supaya berpegang kepada al-Karim. Walau kepada siapa pun diletakkan harapan namun, harapan
dan orang berkenaan tetap mencari al-Karim. Tidak ada harapan dan cita-cita yang dapat melepasi al-Karim.
Al-Karim adalah salah satu daripada Asma-ul-Husna. Nama ini memberi pengertian istimewa tentang Allah s.w.t.
Al-Karim bermaksud:
1: Allah SWT Maha Pemurah.
2: Allah SWT memberi tanpa diminta.
3: Allah SWT memberi sebelum diminta.
4: Allah SWT memberi apabila diminta.
5: Allah SWT memberi bukan kerana permintaan, tetapi cukup sekadar harapan, cita-cita dan angan-angan hamba-
hamba-Nya. Dia tidak mengecewakan harapan mereka.
6: Allah s.w.t memberi lebih baik daripada apa yang diminta dan diharapkan oleh para hamba-Nya.
7: Allah Yang Maha Pemurah tidak kedekut dalam pemberian-Nya. Tidak dikira berapa banyak diberi-Nya dan
kepada siapa Dia memberi.
8: Paling penting, demi kebaikan hamba-Nya sendiri, Allah s.w.t memberi dengan bijaksana, dengan cara yang
paling baik, masa yang paling sesuai dan paling bermanafaat kepada si hamba yang
menerimanya. Sekiranya para hamba
mengenali al-Karim nescaya permintaan, harapan dan angan-angan tidak tertuju kepada yang lain melainkan
kepada-Nya. Allah al-Karim menciptakan makhluk dengan kehendak-Nya tanpa ada kaitan dengan sebarang
permintaan, cita-cita atau harapan sesiapa pun. Dia menentukan dan menetapkan hukum pada setiap kejadian-Nya
dengan kehendak-Nya juga. Dia menyediakan segala keperluan makhluk-Nya dan mempermudahkan makhluk-Nya
memperolehi rezeki masing-masing dengan kehendak-Nya juga. Tidak ada sesuatu yang campur tangan dalam
urusan-Nya membahagikan kebaikan kepada makhluk-Nya. Manusia terhijab
memandang kepada kemurahan al-Karim oleh sikap mereka sendiri. Mereka menerima sesuatu kebaikan al-Karim
sebagai perkara semulajadi sehingga mereka lupa perkara yang mereka anggap sebagai semulajadi itu sebenarnya
dijadikan, tidak ada sebarang kebetulan pada urusan Tuhan. Tuhan mengatur sesuatu dengan rapi, kemas dan
sempurna, tiada sebarang kecacatan dan tidak ada kebetulan. Pergantian siang dengan malam, perubahan cuaca,
keberkesanan sistem sebab-akibat adalah kurniaan al-Karim untuk manfaat makhluk-Nya, tanpa sesiapa meminta
Dia berbuat demikian. Sistem perjalanan darah, pernafasan, perkomahan, penghadhaman dan semua yang ada
dengan manusia adalah kurniaan al-Karim yang memberi tanpa diminta. Manusia tidur malamnya dan dikejutkan
oleh al-Karim pada siangnya tanpa diminta. Al-Karim menaburkan ikan-ikan di laut sebagai makanan manusia tanpa
diminta. Al-Karim menurunkan hujan dan menyuburkan pokok-pokok tanpa diminta. Tidak dapat dinilaikan betapa
besar dan banyaknya nikmat yang disediakan oleh al-Karim untuk makhluk-Nya tanpa mereka meminta. Makhluk
berbangsa manusia adalah yang paling banyak menikmati kemurahan al-Karim. Makhluk yang tidak
dibekalkan nafsu dan akal tidak tahu meminta. Mereka menerima apa sahaja yang al-Karim sediakan buat mereka.
Manusia yang dibekalkan nafsu dan akal selain menerima segala nikmat yang disediakan oleh al-Karim tanpa
mereka mengajukan permintaan, mereka juga mempunyai keinginan, harapan, cita-cita dan angan-
angan.
Al-Quran mengingatkan manusia supaya mengenang nikmat kebaikan dan kemurahan Allah al-Karim.
Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan (wahai umat manusia
dan jin)? ( Ayat 13 : Surah ar-Rahmaan )
Ayat di atas diulang sebanyak 31 kali dalam satu surah sahaja iaitu surah ar-Rahman. Wahai bangsa jin dan bangsa
manusia yang dipikulkan tanggungjawab pengabdian kepada Allah s.w.t! Perhatikan nikmat, rahmat, kasihan belas
dan kasih sayang-Nya, yang mana satu yang mahu kalian dustakan? Allah s.w.t menanyakan yang sama sebanyak 31
kali. Tiang Arasy bergegar sekiranya Allah s.w.t ajukan pertanyaan ini kepada para malaikat yang menanggung
Arasy. Apakah tidak hancur hati kamu mendengar pertanyaan Tuhan ini? Makhluk bangsa jin yang beriman
menyambut pertanyaan Tuhan ini dengan jawapan:
Ya Tuhanku! Tidak ada sesuatu pun dari kurnia Engkau, ya Rabbana, yang dapat kami dustakan.
Allah! Ar-Rahman! Al-Karim! Kepada siapa lagi hendak kamu ajukan permintaan? Kepada siapa lagi hendak kamu
sandarkan harapan? Bukankah Dia telah berfirman:

Ia telah menetapkan atas diri-Nya memberi rahmat. ( Ayat 12 : Surah al-An’aam )


Contohilah sikap Nabi Ibrahim a.s yang sentiasa bergantung kepada al-Karim dan tidak kepada yang lain. Beliau a.s
menolak pertolongan yang ditawarkan oleh malaikat Jibrail a.s. Beliau a.s yakin bahawa Allah al-Karim tidak akan
membiarkannya. Penyerahan Nabi Ibrahim a.s kepada al-Karim tidak sia-sia.
Kami berfirman: “Hai api, jadilah engkau sejuk serta selamat sejahtera atas Ibrahim!”. ( Ayat 69 :
Surah Anbiyaa’ )
Allah s.w.t, al-Karim, menerima penyerahan penuh Nabi Ibrahim a.s dan Dia melindungi hamba-Nya yang
bertawakal itu.
Berkata pula seorang yang mempunyai ilmu pengetahuan dari kitab Allah: “Aku akan membawanya kepadamu
dalam sekelip mata!” Setelah Nabi Sulaiman melihat singgahsana itu terletak di sisinya, berkatalah ia: “Ini ialah
dari limpah kurnia Tuhanku, untuk mengujiku adakah aku bersyukur atau aku tidak mengenangkan nikmat
pemberian-Nya. Dan (sebenarnya) sesiapa yang bersyukur maka faedah syukurnya itu hanyalah terpulang kepada
dirinya sendiri, dan sesiapa yang tidak bersyukur (maka tidak menjadi masalah kepada Allah), kerana
sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, lagi Maha Pemurah”. ( Ayat 40 : Surah an-Naml )
Al-Karim yang menyejukkan api dari membakar Nabi Ibrahim a.s, Dia jugalah yang membawa Balkis dan
istananya kepada Nabi Sulaiman a.s. Kurniaan Al-Karim tidak dapat diukur dan disukat. Dia memberi terlalu
banyak kerana Dia sangat Pemurah. Wahai Tuhan kami. Walau
bagaimana banyak sekalipun kami menyebut kebaikan Engkau namun ia tetap tidak mencukupi. Ampunilah kami
lantaran kelemahan kami menyatakan syukur yang selayaknya kepada
Engkau.
2. Al-Mu’min
Al-mu’min merupakan salah satu dari 99 sifat-sifat Allah Swt. (Asmaul Husna). Al-mu’min merupakan isim fa’il
dari kata amana, yang berarti maha pemberi keamanan atau maha mengaruniakan keamanan. Allah Swt. memiliki
sifat al-mu’min yang bermakna Allah adalah zat yang maha memberikan keamanan kepada makhluk ciptaanNya.
Diantara do'a-do'a yang sering kita panjatkan kepada Allah adalah : “Ya Allah, lindungilah kami dari marabahaya
dan ketakutan” . Ini merupakan bukti bahwa Allah Swt. adalah pemberi rasa aman dan ketenangan di hati manusia.

Allah Swt. berfirman dalam QS Al-Quraisy/106 : 3-4 :

3. ‫ْال َبيْتَّ َهذَا َربَّ فَ ْليَ ْعبُدُوا‬


Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah).
4. ‫ط َع َم ُه َّْم الذي‬ْ َ‫ن أ‬
َّْ ‫ن َوآ َمنَ ُه َّْم ُجوعَّ م‬
َّْ ‫خ َْوفَّ م‬
Artinya: yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari
ketakutan.

Contoh dan bukti sederhana bahwa Allah Swt. memiliki sifat Al-Mu'min dapat kita lihat pada diri kita
sendiri. Pada tubuh kita, Allah Swt. menciptakan alis di atas mata yang berfungsi melindungi mata dari air hujan
atau keringat yang jatuh, bulu mata melindungi mata kita dari debu dan binatang-binatang kecil. Bukti lain diluar
tubuh kita adalah seperti saat Rasulullah akan Hijrah dari Mekkah ke kota Madinah. Pada malam keberangkatannya,
di sekeliling rumah Nabi Muhammad Saw. telah dikepung oleh orang-orang dari suku Quraisy yang ingin
membunuh beliau. Akan tetapi, dengan sifat Al-Mu'min Allah telah memberikan keselamatan kepada Rasulullah.
Rasulullah Saw. dapat keluar dari rumah dengan aman dan meninggalkan kota Mekkah menuju Madinah. Orang
yang beriman kepada Allah akan selalu bersikap tenang dan tidak gegabah dalam menghadapi setiap keadaan dan
situasi yang paling genting atau kacau sekalipun. Semua orang
ingin mendapatkan rasa aman karena hal itu merupakan sebuah naluri dan sifat fitrah manusia baik secara pribadi
maupun sosial. Karena kecenderungan untuk mendapatkan rasa aman inilah, manusia sebagai khalifah di muka bumi
ini harus memberikan rasa aman tersebut kepada alam semesta. Rasulullah Saw. telah bersabda, “Demi Allah tidak
beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman.” Mendengar sabda Rasul tersebut, para sahabat
bertanya, “Siapakah yang engkau maksudkan ya Rasulullah?” Jawab rasulullah, “Yang tidak memberikan rasa aman
tetangganya dari gangguannya.” (HR Bukhori). Keamanan adalah kebutuhan
penting bagi kita sebagai seorang manusia. Kehidupan kita akan terasa nyaman dan berjalan dengan semestinya
karena adanya keamanan. Negara yang tidak aman pasti akan sulit melaksanakan
pembangunan. Ketahuilah bahwa keamanan dan rasa aman
yang kita peroleh tidak terlepas dari kekuasaan Allah. Ketenangan hati hanya bisa kita dapatkan bila kita dekat
dengan Allah, sering berdzikir, rajin membaca Al-Qur'an, rajin sholat, dan lain-lain. Ketidak nyamanan bukan hanya
diakibatkan oleh ulah manusia, tapi bisa juga karena binatang buas atau bencana alam seperti banjir, tsunami, gempa
bumi, tanah longsor dan lain - lain. Ada orang yang merasa dirinya tidak aman walaupun situasinya aman dan
tentram. Sebaliknya ada juga orang yang merasa, tenang, tidak gelisah walaupun situasi dan keadaan genting dan
kacau. Betapa indahnya kehidupan ini seandainya
setiap manusia memiliki sifat al-Mu’min. Ia akan memberikan rasa aman baik kepada sesamanya maupun kepada
makhluk Allah yang lain. Cara untuk memberikan rasa aman kepada orang lain dapat kita lakukan dengan bersikap
jujur, amanah dan dapat dipercaya. Jika kita bersikap tidak jujur, suka berkhianat serta senang mencari kesalahan
orang lain, maka hal itu dapat memicu ketidaknyamanan bagi kehidupan orang lain. Prilaku buruk seperti mencuri,
korupsi, berkelahi adalah perilaku-perilaku yang bertolak belakang dengan Asmaul Husna al-mu’min. Jika kita
mempercayai bahwa Allah memiliki sifat al-mu’min, maka berusahalah untuk menjadi khalifah yang dapat
mewujudkan sifat tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga kita dapat menjadi pemberi keamanan kepada
makhluk Allah yang lain.

3. Al-Wakil
Kata Al-wakil mengandung arti Maha Mewakili atau Pemelihara. Al-Wakil yaitu Allah SWT yangmemelihara dan
mengurusi segala kebutuhan makhluk-Nya, baik itu dalam urusan dunia maupun urusan
akhirat. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat
Az-Zumar ayat 62 : ُ‫ّللا‬ َّ ‫ق‬ َُّ ‫علَىَّ َوه ََُّو َّۖ ُكل َش ْيءَّ خَال‬
َ ‫ل‬
َّ ُ
‫ك‬ ‫ء‬
َّ ‫ي‬
ْ ‫ش‬َ ‫يل‬
َّ ‫ك‬ ‫و‬
َ Artinya : “Allah SWT pencipta segala sesuatu dan Dia Maha
Pemelihara atas segala
sesuatu.” Hamba Al-
Wakil adalah yang bertawakkal kepada Allah SWT. Menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT melahirkan
sikap Tawakal. Tawakal bukan berarti mengabaikan sebab-sebab dari suatu kejadian. Berdiam diri dan tidak peduli
terhadap sebab itu dan akibatnya adalah sikap malas. Ketawakkalan dapat diibaratkan dengan menyadari sebab-
akibat. Orang harus berusaha untuk mendapatkan apa yang
diinginkanya. Rosululloh SAW bersabda “Ikatlah
untamu dan bertawakkalah kepada Allah SWT.” Manusia harus menyadari bahwa semua usahanya adalah doa yang
aktih dan harapan akan adanya pertolongan-Nya. Allah SWT berfirman dalam surat Al-An’am ayat 102
َّ ‫ق ه ََُّو إال إلَ َّهَ ال َربُّ ُك َّْم‬
: ‫ّللاُ ذَل ُك َُّم‬ َُّ ‫ش ْيءَّ ُكلَّ خَال‬ َ ُ‫علَى فَا ْعبُدُوَّه‬َ ‫َيءَّ ُكلَّ َوه َُو‬
ْ ‫ َوكيلَّ ش‬Artinya : “(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu
ialah Allah SWT Tuhan kamu; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; pencipta segala sesuatu, maka
sembahlah Dia dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.” Contoh perilaku yang
dapat diteladani dari Sifat Al-Wakiil adalah kita harus berusaha keras dalam mengerjakan sesuatu. Setelah itu kita
tawakal (menyerahkan hasilnya kepada Allah). Niscaya Allah akan memberikan hasil yang baik. Manfaat jika kita
meneladani Asmaul Husna Al-Wakil ialah : Kita menjadi takut untuk melakukan perbuatan buruk. Kita menjadi
orang yang selalu ingin berbuat baik. Dan kita selalu ingin beribadah kepada allah
swt.

4. Al-Matin
Makna “al-Matîin” adalah Yang Maha sangat kuat. Dia Maha Mampu memberlakukan perintah dan ketentuan-Nya
kepada semua makhluk-Nya (tanpa ada satupun yang mampu menghalangi). Dia mampu memuliakan siapapun yang
dikehendaki-Nya dan mampu menjadikan hina siapapun yang dikehendaki-Nya. Allâh Azza wa Jalla mampu
menolong siapa yang dikehendaki-Nya serta tidak menolong siapa yang dikehendaki-
Nya. Allah SWT adalah Maha sempurna dalam kekuatan dan
kekukuhan-Nya. Kekukuhan dalam prinsip sifat-sifatnya. Oleh karena itu, sifat Al-Matin adalah kehebatan
perbuatan yang sangat kokoh dari kekuatan yang tidak ada taranya. Dengan begitu, kekukuhan Allah SWT yang
memiliki rahmat dan adzab terbukti ketika Allah SWT memberikan rahmat kepada hamba-hambanya. Kekuatan dan
kekukuhanya tidak terhingga dan tidak terbayangkan oleh manusia yang lemah dan tidak memiliki daya upaya. Jadi
karena kekukuhanya, Allah SWT tidak terkalahkan dan tidak tergoyahkan. Siapakah yang paling kuat dan
kukuh selain Allah SWT? Tidak ada satu makhluk pun yang dapat menundukan Allah SWT meskipun seluruh
makhluk di bumi ini bekerjasama. Allah SWT berfirman dalam surat Az-Zariyat ayat 58
: َّ‫ّللاَ إن‬ َُّ ‫ين ْالقُوةَّ ذُو الرز‬
َّ ‫اق ه ََُّو‬ َُّ ‫ ْال َمت‬Artinya : “Sungguh Allah SWT, dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi
sangat kukuh.” Dengan demikian, hamba Al-Matin adalah hamba yang dikaruniai dan
diberikan oleh Allah mengetahui rahasia sifat kekuatan dan kekukuhan Allah yang meliputi segala kekuatan. Hal
tersebut membuatnya berpegang teguh pada tali agamanya. Dan tidak ada sesuatupun yang dapat membuatnya
berpaling. Tidak ada kesuliatan yang melelahkannya, dan tidak ada yang dapat memisahkannya dari Yang Maha
Benar. Dan, dalam membela kebenaran tidak ada seorangpun yang dapat mengancam atau membuatnya diam.
Seorang hamba yang menemukan kekuatan dan kekukuhan Allah akan membuatnya menjadi manusia yang tawakal,
memiliki kepercayaan dalam jiwanya dan tidak merasa rendah di hadapan manusia lain. Ia akan selalu merasa
rendah di hadapan Allah. Hanya Allah yang maha menilai. Oleh karena itu, Allah melarang manusia bersikap atau
merasa lebih dari saudaranya, karena hanya Allah yang Maha Mengetahui baik buruknya seorang hamba. Allah juga
menganjurkan manusia bersabar, karena Allah Maha tahu apa yang terbaik untuk hamba-
Nya. Akhlak kita terhadap sifat Al-
Matin adalah : Beristiqamah (meneguhkan pendirian). Beribadah dengan kesungguhan hati, tidak tergoyahkan oleh
bisikan menyesatkan. Terus berusaha dan tidak putus asa, serta bekerjasama dengan orang lain sehingga menjadi
lebih kuat. kuat pendirian dan keteguhan hati, tidak mudah diberikan tipu
daya. 5.
Al-Jami’

Dalam QS Ali Imran/3 ayat 9 Allah SWT berfirman :


‫ك َربنَآ‬
ََّ ‫ْب الَّ ليَ ْومَّ الناسَّ َجام َُّع إن‬ َّ َ‫ال‬
ََّ ‫هللاَ إنَّ فيهَّ َري‬ َُّ ‫ْالميعَادََّ ي ُْخل‬
َّ ‫ف‬
Artinya: "Ya Rabb-kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari
yang tak ada keraguan padanya (hari kiamat)'. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji."
Jami’ asal katanya jama’ah yang berarti kumpulan, lebih dari satu atau banyak. Allah bersifat al-Jami’,
artinya Allah Maha Mengumpulkan/Mempersatukan.
Itulah asma Allah al-Jami’. Ada dua pelajaran yang dapat kita petik dari asma Allah al-Jami’.
Pertama, Allah akan mengumpulkan dan meminta pertanggungjawaban kita sebagai manusia nanti pada hari Akhir.
Sudah siapkah kita mempertanggungjawabkan tugas kita sebagai khalifah Allah di muka bumi ini?
Kedua, sebagai khalifah, manusia dipercaya Allah untuk mengatur kehidupan alam semesta ini. Kita harus
membumikan al-Jami’ dalam kehidupan kita. Kita harus dapat menjadi katalisator untuk membentuk persatuan dan
kesatuan mahkluk-makhluk Allah sehingga menjadi satu kesatuan sistem kehidupan yang utuh, harmonis dan saling
membutuhkan. Bayangkan jika sekelompok katak sawah mengasingkan diri, tidak mau menyatu karena
kepentingannya dalam sebuah ekosistem
sawah.
Maka akan matilah seluruh burung elang, karena katak sawah telah mengingkari tugasnya sebagai makhluk
yang Allah cipatakan sebagai makanan burung elang. Akibat dari pengingkaran kelompok katak sawah tersebut,
maka hancurlah ekosistem sawah yang harmonis tersebut.Jagalah persatuan dan kesatuan sistem kehidupan,
bertanggungjawablah pada tugas dan fungsi kita masing-masing. Jangan merasa diri yang paling baik atau paling
benar. Karena hanya Allah Swt. yang dapat memutuskan mana yang benar dan mana yang salah. Jangan sok tahu
dengan menghakimi orang lain bersalah, dan kemudian kita menarik diri dari tugas dan fungsi kita dalam sistem
kehidupan. Bukankah Allah Swt telah berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain,
boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan
jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah panggilan fasik
setelah beriman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. (QS Al-
Hujuraat/49:11)
Sebagai wakil dari al-Jami’ marilah kita berusaha untuk menjadi pemersatu dari segala unsur kehidupan di dunia ini
agar menjadi sebuah kehidupan yang harmonis dan
indah.

6.Al-Adl
Al-'Adl artinya Maha Adil. Al-‘Adl bearasal dari kata ‘adala yang berarti lurus dan sama. Keadillan Allah SWT
bersifat mutlak, tidak dipengaruhi oleh apapun dan oleh siapapun. Keadilan Allah SWT juga didasari dengan ilmu
Allah SWT yang Maha Luas. Sehingga tidak mungkin keputusan-Nya itu salah. Alloh adalah Pencipta segala
keindahan dan keburukan, kebaikan, dan kejahatan. Allah SWT bersifat adil pada ciptaan-Nya, dalam hal ini ada
rahasia yang sulit dimengerti. Tetapi setidak-tidaknya, kita memahami bahwa seringkali orang harus mengenal
lawan kata dari sesuatu untuk memahaminya. Orang yang tidak pernah merasakan kesedihan, tidak akan mengenal
kebahagiaan. Jika tidak ada yang buruk, kita tidak akan mengenal keindahan. Baik dan buruk sama pentingnya.
Alloh menunjukkan yang satu dengan yang lain, yang benar dengan yang salah, dan menunjukkan kepada kita
akibat dari masing-masingnya. Dia memperlihatkan pahala sebagai lawan kata dari siksaan. Lalu dipersilakan-Nya
kita untuk menggunakan penilaian kita sendiri. Sesuai dengan takdirnya, masing-masing mendapatkan keselamatan
dalam penderitaan dan rasa sakit, atau kutukan dalam kekayaan. Alloh mengetahui apa yang terbaik bagi makhluk-
Nya. Hanya Alloh yang mengetahui nasib
kita. Perwujudan dari nasib itu adalah
keadilan-Nya. Allah SWT berfirman dalam surat Al-An’am ayat 115
:‫ت‬َّْ ‫ك كَل َم َّةُ َوت َم‬
ََّ ‫عدْال ص ْد ًقا َرب‬ ََّ ‫ ْالعَلي َُّم السمي َُّع َوه ََُّو لكَل َماتهَّ ُمبََّد‬Artinya : “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur'an,
َ ‫ل ال َو‬
sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Orang yang adil adalah orang yang berjalan
lurus dan sikapnya selalu menggunakan ukuran yang sama, bukan ukuran ganda. Persamaan inilah yang
menunjukan orang yang adil tidak berpihak kepada salah seorang yang berselisih. dan seorang yang adil selalu
berpihak kepada yang benar, karena baik yang benar maupun yang salah sama-sama harus memperoleh haknya.
Maka orang yang adil akan melakukan sesuatu yang patut, tidak sewenang-wenang dan berusaha memutuskan
perkara secara adil sesuai hukum yang berlaku, tidak memihak kepada siapapun dalam memutuskan suatu perkara,
membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah. Adil juga dimaknai sebagai penempatan sesuatu pada
tempat yang semestinya. Perilaku yang dapat diteladani : Yang
pertama Adil terhadap Allah Ta’ala, yaitu dengan tidak berbuat syirik dalam beribadah kepada-Nya, mengimani
nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya, menaati-Nya dan tidak bermaksiat kepada-Nya, senantiasa berdzikir dan tidak
melupakan-Nya serta mensyukuri nikmat-nikmatNya dan tidak
mengingkarinya.
Yang kedua Adil terhadap sesama manusia, yaitu dengan memberikan hak-hak
mereka dengan sempurna tanpa menzhaliminya, sesuai dengan apa yang menjadi haknya. Yang
ketiga Adil terhadap keluarga (anak dan istri), yaitu dengan tidak melebihkan dan mengutamakan salah seorang di
antara mereka atas yang lainnya atau kepada sebagian atas sebagian yang
lainnya. Yang keempat Adil dalam
perkataan, yaitu dengan berkata baik dan jujur tidak berdusta, berkata kasar, bersumpah palsu, mengghibah saudara
seiman dan lain-lain. Yang kelima Adil dalam berkeyakinan, yaitu dengan meyakini perkara-
perkara yang disebutkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih dengan keyakinan yang pasti tanpa keraguan
sedikitpun dan tidak meyakini hal-hal yang tidak benar yang menyelisihi keduanya. Yang keenam Adil
dalam menetapkan hukum dan memutuskan perselisihan yang terjadi antara sesama manusia, yaitu dengan
menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber hukum dan pemutus perkara tersebut.

7.Al-Akhir
Al Akhir artinya yang maha akhir yang tidak ada sesuatupun setelah Allah SWT. Dia Maha Kekal tatkala
semua makhluk hancur, maha kekal dengan kekekalan-Nya. Adapun kekekalan makhluknya adalah kekekalan yang
terbatas, seperti halnya kekekalan surga, neraka, dan apa yang ada di
dalamnya. Surga adalah makhluk yang Allah
SWT ciptakan dengan ketentuan, kehendak, dan perintahnya. Nama ini disebutkan di dalam firman-Nya Q.S AL-
Hadid ayat 3 : ‫ل ه ََُّو‬ َُّ ‫َيءَّ ب ُكلَّ ۖ َوه ََُّو َو ْالبَاط‬
َُّ ‫ن َوالظاه َُّر َو ْاْلخ َُّر ْاْلَو‬ ْ ‫عليمَّ ش‬
َ Artinya : “Dialah Yang Awal dan Akhir Yang Zahir dan
Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala
seuatu.” Sebagai Dzat Yang Maha Akhir, Allah SWT
akan tetap abadi dan kekal. Keabadian dan kekekalan Allah SWT tersebut menunjukkan bahwa Dialah satu-satunya
tempat bergantung atas segala urusan kita, baik urusan di dunia maupun urusan-urusan yang akan kita bawa sampai
ke akhirat kelak. Sungguh sangat merugi orang-orang yang menggantungkan hidupnya pada selain Allah. Karena
sesungguhnya setiap yang ada di langit dan bumi ini akan hancur. Akan tetapi jika kita bersandar penuh pada Sang
Maha Kekal, pastinya kita tidak akan hancur dan terjerumus dalam kesesatan. Apa yang dimiliki oleh hamba-hamba
NYA, baik yang bersifat material dan spiritual adalah milik Allah dan akan kembali kepada-NYA. Dan Mahluk-
makhluk NYA akan mempertanggung jawabkan bagaimana kita menggunakan dan menjaga apa yang telah
dipinjamkan Allah kepada kita selama kita
hidup. Hamba yang bertanggung jawab,
melakukan perbuatannya dari awal hingga akhir karena ALlah SWT dan demi keridhoan-NYA semata. Orang yang
menegaskan al-Akhir akan menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya tujuan hidup yang tiada tujuan hidup
selain-Nya, tdak ada permintaan selain-Nya, dan segala kesudahan tertuju hanya kepada-Nya. Meneladani sifat ini
berarti kita menyadari bahwa tujuan akhir kita adalah kembali kepada Allah SWT. Karenanya kita harus
menyiapkan bekal menempuh hari akhir dengan berbuat amal saleh.

Bab III
PENUTUP

A. kesimpulan

Menghafal kata-kata Asma’ul Husna amat besar faedahnya bagi Umat Islam
d a n berpahala membacanya bila dilandasi keyakinan dan membenarkan isinya. Lebih dariitu, memahami dan
makrifat terhadap makna hakiki yang terkandung di dalamnya akanm e m b a w a k e a r a h p e n g a l a m a n d a n
penghayatan, atau dengan kata lain “
mendarahdaging
” d a l a m k e h i d u p a n . M a k a d i j a m i n a k a n M e n d a p a t k a n s u r g a k e i n d a h a n d a n kenyamanan
yang tiada tara.”

B. Saran

Beribadahlah kepada Allah berdasarkan Asma`ul Husna ini. Karena


D i a Maha Penerima Taubat, berdzikir dengan-Nya karena Dia Maha Mendengar,beribadah dengan raga karena Dia
Maha Melihat, dengan seterusnya.

Sebagai umat Muslim sudi kiranya Kita “memahami maknanya, dan mempercayainya”,atau mampu melaksanakan
kandungan-Nya, atau juga mempercayai kandungan makna-m a k n a n y a , m e n g h a f a l , m e m a h a m i
m a k n a n y a d a n m e n g a m a l k a n k a n d u n g a n n y a . I t u semua insya Allah dapat memperoleh curahan
rahmat Ilahi sesuai niat dan usahanya

Você também pode gostar