Você está na página 1de 32

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
koartasio Aorta merupakan stenosis atau penyempitan lokal atau segmen
hipoplastik yang panjang. Pertama kali ditemukan oleh Morgagni pada tahun
1760 pada autopsi dari seorang rahib, kemudian dijelaskan secara rinci
patoanatominya oleh Jordan (1827) dan Reynaud (1828).
Pada dewasa lokasi tersering koartasio aorta ditemukan pada pertemuan arkus
aorta dan aorta desenden, segera sesudah muara dari arteri subklavia kiri. Pada
keadaan tertentu, tetapi jarang dapat juga ditemukan pada aorta abdominalis.
Koartasio aorta dapat berupa kelainan tersendiri (Koartasio Aorta simple),
tanpa kelainan jantung lain. Dapat berupa koartasio aorta kompleks yang disertai
kelainan intra kardiak seperti katup aorta bicuspid, defek septum ventrikel,
kelainan katup mitral, serta ekstra kardiak berupa aneurisma sirkulus dari Willisi
atau sindrom Turner.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Koartasio Aorta?
2. Apa Etiologi dari Koartasio Aorta?
3. Apa patofisiologi dari Koartasio Aorta?
4. Apa manivestasi klinis dari koartasio aorta?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik untuk penyakit koartasio aorta?
6. Bagaimana penatalaksanaan untuk penyakit koartasio aorta?
7. Apa saja komplikasi akibat penyakit koartasio aorta?
8. Bagaimana prognosis dari penyakit koartasio aorta?
9. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatam untuk penyakit koartasio
aorta?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan koartasio aorta pada anak.

1
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami anatomi koartasio aorta.
b. Mengetahui dan memahami definisi koartasio aorta.
c. Mengetahui dan memahami etiologi koartasio aorta.
d. Mengetahui dan memahami pathofisiologi koartasio aorta.
e. Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis koartasio aorta.
f. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada koartasio aorta.
g. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan koartasio aorta.
h. Mengetahui dan memahami komplikasi dari koartasio aorta.
i. Mengetahui dan memahami prognosis koartasio aorta.
j. Mengetahui dan memahami pencegahan koartasio aorta.
k. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan koartasio aorta.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
KOARTASIO AORTA adalah obstruksi pada aorta akibat
penyempitan aorta yang sebagian besar terletak di distal percabangan
a.sublavia sisistra(choi dan Nolan, 2003). Lokasi koarktasio aorta
hampirselalu di tempat masuknyaduktus arteriusus (wahab 2003),tetapi
dapat juga di pra-atau pakcaduktus(prof.Dr.dr.A.Samik Wahab,Sp.A(K),
2009:231)
KOARTASIO AORTA adalah kelainan yang terjadi pada aorta
berupa adanya penyempitan didekat percabangan arteri subklavia kiri dari
arkus aorta dan pangkal duktus arteriousus battoli.(Arif Muttaqin, 2009 :
54)
Koartasio Aorta adalah penyempitan pada aorta, yang biasanya
terjadi pada titik dimana duktus arteriosus tersambung dengan aorta dan
aorta membelok ke bawah.( http://erfansyah.blogspot.com/2011/01/kep-
anak-koartasio-aorta.html)
Aorta adalah arteri utama pada tubuh. Aorta mengedarkan darah
Cabang pertama dari aorta mengalirkan darah ke tubuh bagian atas (lengan
dan kepala). Kemudian darah mengalir ke tubuh bagian bawah (perut dan
tungkai).

3
B. ETIOLOGI
Resiko terjadinya koartasio aorta meningkat pada beberapa
keadaan genetik, seperti sindroma Turner (disgenosis gonad : suatu
keadaan pada anak perempuan, dimana salah satu dari kromosom X nya
hilang sebagian atau hilang seluruhnya). Koartasio aorta juga berhubungan
dengan kelainan bawaan pada katup aorta (misalnya katup bikuspidalis).
Kelainan ini ditemukan pada 1 dari 10.000 orang. Biasanya terdiagnosis
pada masa kanak-kanak atau dewasa dibawah 40 tahun.
C. PATOFISIOLOGI
Koartasio aorta dapat terjadi sebagai obstruksi jukstaduktal
tersendiri atau atau hipoplasia tubuler aorta transversum mulai pada salah
satu pembuluh darah kepala atau leher dan meluas ke daerah duktus
(koartasio preduktal). Seringkali kedua komponem ada. Dirumuskan
bahwa koartasio dimulai pada kehidupan janin pada adanya kelainan
jantung yang menyebabkan aliran darah melalui katup aorta berkurang
(misalnya, katup aorta biskupid, VSD).
Sesudah lahir, pada koartosio jukstaduktal tersendiri, darah aorta
asendens akan menggalir melalui segmen sempit untuk mencapai aorta
desendens. walaupun akan menghasilkan hipertensi dan hipertrofi ventrkel

4
kiri. Pada umur beberapa hari pertama, duktus arterius paten dapat
berperan melebarkan area aorta justadukal dan memberi perbaikan
obstruksi sementara. Pada bayi ini terjadi shunt duktus dari kiri kekanan
dan mereka tidak sianosis. Sebaiknya, pada koartasio justadukal yang
lebih berat atau bila ada hipoplasia arkus transversum, darah ventrikel
kanan terejeksi melalui duktus untuk memasuk aorta desenden, seperti
dilakukan selama kehidupan janin. Perfusi tubuh bagian bawah kemudian
tergantung pada curah ventrikel kanan. Pada keadaan ini, nadi pemoralis
dapat teraba, dan perbedaan tekanan darah mungkin tidak membantu
dalam membuat diagnosis. Namun shunt dari kanan kekiri duktus akan
bermanifestasi sebagai sianosis diferensial dengan ekstremitas atas merah
(pink) dan ekstremitas bawah biru (sianosis).
Bayi – bayi demikian mungkin menderita hipertensi pulmonal dan
tahanan paskuler pulmonal yang tinggi. Tanda – tanda gagal jantung nyata.
Kadang – kadang, segmen hipoplastik isthmus aorta yang berat dapat
menjadi artetik sempurna, menghasilkan arkus aorta ternganggu dengan
arteria subklavia kiri keluar sebelah proksimal atau distal gangguan.
Dahulu, koartasio yang disertai dengan hipoplasia arkus dirujuk sebagai
tipe infantil, ”karena ia biasanya. Tipe dewasa disebut koartasio
jukstadukal saja, yang jika ringan biasanya tidak datang sampai masa anak
akhir. Istilah ini telah dinganti dengan istilah anatomi yang lebih tepat
yang disebut sebelumnya menggambarkan lokasi dan keparah defek.
Tekana darah naik pada pembuluh darah yang keluar sebelah
proksimal koartasio. Tekanan darah juga tekanan nadi dibawah konstrisi
lebih rendah. Hipertensi bukan karena obstruksi mekanik saja, tetapi juga
melibatkan mekanisme ginjal. Jika tidak dioperasi pada masa bayi,
koartasi aorta biasanya menimbulkan pertumbuhan sirkulasi kolateral yang
luas, terutama dari cabang – cabang thoraks dan subkapiler arteria aksilaris
dapat juga membesar sebagai saluran kolateral. Pembuluh darah ini
bergabung dengan cabang – cabang epigastrik inferior arteria femoral
membentuk saluran darah arterial untuk memintas daerah koartasio.

5
Pembuluh darah yang turut membentuk sirkulasi kolateral dapat menjadi
sangat besar dan berkelok – kelok pada awal masa dewasa.

D. PATHWAY

Faktor resiko

Genetik syndrom turner kelainan katub aorta

Kerusakan kromosom hilangnya kromosom wanita lansia

anak usia sudah tua

Pembentukan katub kurang sempurna

dewasa

Mempengaruhi pembuluh darah faktor eksogen

Obstruksi sublavia

Arterosklorosh

Suplai darah dan oksigen ke jaringan berkurang

Hipoksia

Kelelahan Antibodi menurun lambung

Intoleransi aktvitas dayatahan tubuh menurun asam lambung

Resiko infeksi mual

muntah

Anoreksia

Ketidak seimbangan nutrisi

6
E. MANIVESTASI KLINIS
Gejalanya mungkin baru timbul pada masa remaja, tetapi bisa juga
muncul pada saat bayi, tergantung kepada beratnya tahanan terhadap aliran
darah.
Gejalanya berupa:
1. pusing
2. pingsan
3. kram tungkai pada saat melakukan aktivitas
4. tekanan darah tinggi yang terlokalisir (hanya pada tubuh bagian
atas)
5. kaki atau tungkai teraba dingin
6. kekurangan tenaga
7. sakit kepala berdenyut
8. perdarahan hidung
9. nyeri tungkai selama melakukan aktivitas.

Pada usia beberapa hari sampai 2 minggu, setelah duktus ateriosus


menutup, beberapa bayi mengalami gagal jantung. Terjadi gangguan
pernafasan yang berat, bayi tampak sangat pucat dan pemeriksaan darah
menunjukkan peningkatan asam di dalam darah (asidosis metabolik).
1. Pada bayi dapat terjadi gagal jantung
2. Umumnya tidak ada keluhan, biasanya ditemukan secara kebetulan
3. Palpasi : raba arteri radialis dan femoralis secra bersamaan
 Pada arteri radialis lebih kuat
 Pada arteri femoralis teraba lebih lemah
4. Auskultasi :
 Terdengar bisng koartasio pada punggung yang merupakan bising
obtruksi
 Jika lumen aorta sangat menyempit terdengar bising kontinue pada
aorta.

7
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:
1. Angiografi koroner
2. CT scan dada
3. MRI dada
4. Ekokardiografi
5. USG Doppler aorta
6. Rontgen dada
7. EKG (menunjukkan adanya pembesaran ventrikel kiri)
8. Kateterisasi jantung.
G. PENATA LAKSANAAN
Pembedahan yang dilakukan untuk mencegah obtruksi pembuluh
aorta dengan dilakukan pelebaran arteri subklavia dan pangkalduktus
arterious battoli yaitu dengan “ Open Heart”
Kelainan ini sebaiknya segera diperbaiki pada awal masa kanak-
kanak untuk mengurangi beban kerja pada ventrikel kiri. Pembedahan
biasanya dilakukan pada usia prasekolah (biasanya umur 3-5 tahun). Jika
terjadi gagal jantung, segera diberikan prostaglandin untuk membuka
duktus arteriosus dan obat lainnya untuk memperkuat jantung serta
pembedahan darurat untuk memperbaiki aorta. Bagian aorta yang
menyempit dapat dibuang melalui pembedahan atau kadang dilakukan
tindakan non-bedah berupa kateterisasi balon untuk melebarkan bagian
yang menyempit. Pada pembedahan, bagian aorta yang menyempit
dibuang. Jika bagian yang terbuang hanya sedikit, kemudian dibuat
anastomisis (penyambungan kembali kedua ujung aorta) atau kedua ujung
aorta dijembatani oleh pencangkokan dakron.
Kekambuhan koartasio aorta jarang terjadi jika:
1. pembedahan dilakukan pada masa bayi atau masa kanak-kanak
2. sampai masa dewasa tidak ditemukan perbedaan tekanan darah antara
lengan dan tungkai.

8
3. Koartasio kambuhan biasanya diatasi dengan pelebaran balon non-
bedah atau dengan pencangkokan suatu bahan melalui prosedur
kateterisasi.
H. KOMPLIKASI
1. Perdarahan otak
2. Ruptur aorta
3. Endokarditis

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN COARTASIO AORTA
Skenario kasus
Seorang anak laki-laki umur 3 tahun bernama khudori diantar ke
puskesmas dengan keluhan batuk pilek, dan cepat lelah. Menurut cerita ibunya,
anak tersebut lahir prematur, bila menangis bibir tampak kebiruan. Nafsu
makan sedikit terganggu, tumbuh kembang dalam batas normal. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan data: RR 50 x/menit, denyut nadi: 120x/menit.
I. Biodata
A. Identitas Klien
Nama/Nama Panggilan : An. K
Tempat tgl lahir/usia : 3 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat : Garut, Bandung
Tgl masuk : 28 April 2015
Tgl pengkajian : 28 April 2015
Diaknosa medik : Coartasio Aorta
B. Identitas Orang tua
1. Ayah
Nama : Khandari Hidayat Al Fauzan
Usia : 45 tahun
Pendidikan : S2
Pekerjaan : Ka. Sekolah/PNS
Agama : Islam
Alamat : Garut, Bandung
2. Ibu
Nama : Khodijah Aulia Al Fauzi
Usia : S1
Pekerjaan : PNS

10
Agama : Islam
Alamat : Garut, Bandung
II. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama : Ibu pasien mengatakan anaknya
sering mengalami batuk pilek.
Riwayat penyakit sekarang : Ibu pasien mengatakan anaknya
sering cepat lelah.
1. Prenatal care
a. Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu di b
idan terdekat
Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu,
tapi oleh dokter dianjurkan untuk menjaga
kesehatannya dan menjaga pola hidup yang sehat.
b. Riwayat terkena radiasi :-
c. Riwayat berat badan selama hamil : 50 kg
d. Riwayat Imunisasi TT : -
e. Golongan darah ibu : A
f. Golongan darah ayah : B
2. Natal
a. Tempat melahirkan : Rumah Sakit Umum Dr.
Slamet
b. Jenis persalinan : Normal
c. Penolong persalinan : Dokter kandungan
d. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat
melahirkan dan setelah melahirkan : Normal
3. Post natal
a. Kondisi bayi : Normal
b. Komplikasi : tidak ada komplikasi
(Untuk semua Usia)

11
 Klien pernah mengalami penyakit : tidak terdet
eksi
 Pada umur : -
 Diberikan obat oleh : -
 Riwayat kecelakaan : -
 Riwayat mengkonsumsi obat-
obatan berbahaya tanpa
anjuran dokter dan menggunakan zat/subtansi ki
mia yang berbahaya : -
 Perkembangan anak dibanding saudara-
saudaranya : normal
c. Riwayat kesehatan keluarga
 Genogram
III. Riwayat Tumbuh Kembang
A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : 12 kg
2. Tinggi badan : 96 cm.
3. Waktu tumbuh gigi 10 bulan.
B. PerkembanganTiap tahap Usia anak saat
1. Berguling : 3 bulan
2. Duduk : 5 bulan
3. Merangkak : 5 bulan
4. Berdiri : 5 tahun
5. Berjalan : 8 tahun
6. Senyum kepada orang lain pertama kali :4 tahun
7. Bicara pertama kali : 1 tahun dengan menyebutkan : aaaaaaaaa
8. Berpakaian tanpa bantuan : -
IV. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
B. Pemberian susu formula
Alasan pemberian : Untuk menambah nutrisi bayi

12
Jumlah pemberian : setiap hari
Cara pemberian : melalui ibunya
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini.
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
0 bulan ASI 0-6 bulan
7 bulan Susu Formula 7 bulan ke atas

V. Riwayat Psikososial
 Anak tinggal bersama : orang tua di : rumah
 Lingkungan berada di : desa
 Rumah dekat dengan : Kota, tempat bermain lingkungan rumah
 kamar klien : ruangan anak
 Rumah ada tangga : -
 Hubungan antar anggota keluarga : baik
 Pengasuh anak : ibu
VI. Riwayat Spiritual
 Support sistem dalam keluarga :baik
 Kegiatan keagamaan : proses belajar
VII. Reaksi Hospitalisasi
A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
- Ibu membawa anaknya ke RS karena : ibu pasien cemas akan
kondisi anaknya
- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : Dokter
menceritakan kepada ibu pasien bahwa anaknya mengalami
kelainan pada jantungnya.
- Perasaan orang tua saat ini :Cemasy
- Orang tua selalu berkunjung ke RS : untuk memastikan kondisi
anaknya.
- Yang akan tinggal dengan anak : ibu dan ayahnya
B. Pemahaman tentang sakit dan rawat inap

13
VIII. Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Selera makan 3x sehari 2x sehari
B. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Jenis minuman Susu formula Susu formula
Frekuensi minum 3x sehari 2x sehari
Kebutuhan cairan - -
Cara pemenuhan - -
C. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Tempat pembuangan WC WC
Frekuensi 2x sehari 1x sehari
Konsistensi Warna kuning Warna kuning
Kesulitan - -
Obat pencahar - -
D. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Jam tidur
 Siang 10.00 8.00
 Malam 08.00 6.30
Pola tidur baik Tidak baik
Kebiasaan sebelum
Minum susu formula Sering menangis
tudur
Kesulitan tidur - Susah tidur
E. Olahraga
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Program olahraga - -
Jenis dan frekuensi - -

14
Kondisi setelah
- -
olahraga
F. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Mandi
Dengan bantuan orang Dengan bantuan orang
a. Cara
lain lain
b. Frekuensi 3x sehari 2x sehari
Sabun, handuk, sikat Sabun, handuk, sikat
c. alat mandi
gigi, dll gigi, dll
2. cuci rambut 1 minggu sekali 2x sehari
3. gunting kuku 1 minggu sekali 1 minggu sekali
4. gosok gigi Setiap hari Setiap
G. Aktifitas/MobilitasFisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. 1. Kegiatan sehari-hari Baik Baik
2. Pengaturan jadwal harian Baik Baik
3. Penggunaan alat Bantu - -
aktifitas
4. Kesulitan pergerakan tubuh
H. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Perasaan saat sekolah Senang Kurang semangat
Bermain bersama
Waktu luang Merasa kesepian
temannya
Perasaan setelah
Senang Kurang senang
rekreasi
Bersama orang tuanya
Waktu senggang Bersama oarng tuanya

Kegiatan hari libur Bermain bersama Diam di rumahnya

15
temannya

IX. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : baik
3. Tanda – tanda vital :
a. Tekanan darah : 110 /80 mmHg
b. Denyut nadi : 120x / menit
c. Suhu : 36 o C
d. Pernapasan : 50 x/ menit
4. Berat Badan : 10 kg
5. Tinggi Badan : 96 cm
6. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & Hygiene kepala : Bersih

a. Warna rambut : Hitam


b. Penyebaran : Diseluruh bagian kepala
c. Mudah rontok : Rambut tidak mudah rontok
d. Kebersihan rambut : Rambut bersih (tanpa
ketombe)
Palpasi
Benjolan : ada / tidak ada :-
a. Nyeri tekan : ada / tidak ada :-
b. Tekstur rambut : kasar/halus :-
7. Muka
a. Inspeksi
1) Simetris / tidak : simetris
2) Bentuk wajah : bulat
3) Gerakan abnormal :-
4) Ekspresi wajah : Cemas

16
b. Palpasi
Nyeri tekan :-
Data lain :-
8. Mata
a. Inspeksi
1) Pelpebra :-
Edema / tidak : Tidak edema
Radang / tidak : Tidak radang
2) Sclera :-
Icterus / tidak : Icterus
3) Conjungtiva :-
Radang / tidak : Tidak radang
Anemis / tidak : Anemis
9. Pupil
a. Inspeksi
1) Isokor / anisokor : Isokor
- Myosis / midriasis : Myosi

- Refleks pupil terhadap cahaya : Baik

2) Posisi mata :
Simetris / tidak : Simetris
3) Gerakan bola mata :-
4) Penutupan kelopak mata : Sempurna
5) Keadaan bulu mata : Lebat
6) Keadaan visus :-
7) Penglihatan :-
Kabur / tidak : Kabur
Diplopia / tidak : Tidak diplopia
b. Palpasi
Tekanan bola mata :-
Data lain :-

17
10. Hidung & Sinus
1. Inspeksi
a. Posisi hidung :-
b. Bentuk hidung : Mancung
c. Keadaan septum : Septum hidung simetris
d. Secret / cairan : Secret hidung (-).
e. Data lain :-
11. Telinga
1. Inspeksi
a. Posisi telinga :-
b. Ukuran / bentuk telinga :-
c. Aurikel :-
d. Lubang telinga : Bersih / serumen / nanah
e. Pemakaian alat bantu :-
2. Palpasi

Nyeri tekan / tidak :-

Pemeriksaan uji pendengaran :-

i. Rinne :1
ii. Weber :3
iii. Swabach :4

Pemeriksaan vestibuler :-

Data lain :-

12. Mulut
a. Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : Gingsul
- Karang gigi / karies :-
- Pemakaian gigi palsu :-

18
b. Gusi
- Merah / radang / tidak :-
c. Lidah
- Kotor / tidak :-
d. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak : Pucat
- Basah / kering / pecah : Kering
- Mulut berbau / tidak :rongga mulut tidak ada
radang mukosa, lidah normal.
- Kemampuan bicara : Mengucapkan aaa

Data lain :-

13. Tenggorokan
a. Warna mukosa :-
b. Nyeri tekan :-
c. Nyeri menelan :-
14. Leher
a. Inspeksi

Kelenjar thyroid :-

b. Palpasi
Kelenjar thyroid : Tidak teraba
Kaku kuduk/ tidak : Tidak kaku
Kelenjar limfe : Tidak membesar

Data lain :-

15. Thorax dan pernapasan


1) Inspeksi
a. Bentuk dada : Simetris
b. Irama pernafasan : Sesak napas
c. Pengembangan di waktu bernapas :-

19
d. Tipe pernapasan : Ronchi (-), Wheezing (-).

Data lain :-

2) Palpasi
a. Vokal fremitus :-
b. Massa / nyeri :-

3) Auskultasi
a. Suara nafas : Vesikuler /
Bronchial/ Bronchovesikuler
b. Suara tambahan : Ronchi /
Wheezing / Rales
4) Perkusi

Redup / pekak / hypersonor / tympani

Data lain

ANALISA DATA

Nama : An.K

No Reg : 302011

No Data Etiologi Symptom


1. DS : Ibu pasien Kelainan katub aorta Resiko Infeksi
mengatakan
anaknya sering Pembentukan katub aorta
mengalami batuk tidak sempurna
pilek.
DO : hidung Obstuksi katub aorta
tampak kemerah-
merahan Arteroklorosis

20
Suplai darah dan O2 ke
jaringan berkurang

Hipoksia

Antibodi menurun

Dayatahan tubuh
menurun

Resiko infeksi
2. DS : Ibu pasien Kelainan katub aorta Intoleransi aktivitas
mengatakan
anaknya sering Pembentukan katub aorta
cepat lelah tidak sempurna
DO : pernafasan
pasien menjadi Obstuksi katub aorta
lebih pendek dari
normal ketika Arteroklorosis
memanjat satu
atau dua anak Suplai darah dan O2 ke
tangga. jaringan berkurang

Hipoksia

Kelelahan

Intoleransi aktivitas
3. DS : ibu Kelainan katub aorta Nutrisi kurang dari
mengatakan nafsu kebutuhan tubuh
makan anaknya Pembentukan katub aorta

21
menurun tidak sempurna
DO :
berat badan Obstuksi katub aorta
menurun
Arteroklorosis

Suplai darah dan O2 ke


jaringan berkurang

Hipoksia

lambung

Asam lambung

Mual

Muntah

Anoreksia

Ketidak seimbangan
nutrisi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : An.K

No Reg : 302011

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Muncul Tanggal Teratasi


1. Resiko Infeksi b.d menurunnya 30-03-2015 07-04-2015

22
status kesehatan.
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidak 30-03-2015 07-04-2015
seimbangan antara suplai dan
kebutuan oksigen
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan 30-03-2015 07-04-2015
tubuh b.d intoleransi makan

RENCANA KEPERAWATAN

Nama : An.K

No Reg : 302011

Diagnosa
No NOC NIC
keperawatan
1. Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda
b.d keperawatan selama 3 x 24 dan gejala
menurunnya jam. Pasien akan : infeksi
status 1. Terbebas dari tanda misalnya suhu
kesehatan. dan gejala infeksi tubuh, denyut
2. Memperlihatkan jantung,
higiene personal yang drainase,
adekuat penampilan
3. Mengindikasikan luka, sekresi,
status penampilan
gastrointestinal, urine, suhu
pernafasan, kulit, lesi
genitourinaria, dan kulit,
imun dalam batas keletihan dan
normal malaise
4. Menggambarkan 2. Kaji faktor

23
faktor yang yang dapat
menunjang penularan meningkatkan
infeksi kerentanan
5. Melaporkan tanda terhadap
atau gejala infeksi infeksi
serta mengikuti misalnya usia
prosedur skrining dan lanjut, usia
pemantauan. kurang dari 1
tahun, luluh
imune, dan
malnutrisi
3. Amati
penampilan
praktek
higiene
personal
untuk
perlindungan
terhadap
infeksi
2. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat
aktivitas b.d keperawatan selama 3 x 24 kemampuan
ketidak jam. pasien menunjukkan pasien untuk
seimbangan toleransi aktivitas dengan berpindah dari
antara suplai indikator : tempat tidur,
dan kebutuhan 1. Mengindentifikasi berdiri,
oksigen. aktivitas atau situasi ambulasi, dan
yang menimbulkan melakukan
kecemasan yang AKS dan
dapat mengakibatkan AKSI
intoleran aktivitas 2. Kaji respon

24
2. Berpartisipasi dalam emosi, sosial,
aktivitas fisik yang di dan spiritual
butuhkan dengan terhadap
peningkatan normal aktivitas
denyut jantung, 3. Evaluasi
frekukuensi motivasi dan
pernafasan dan keinginan
tekanan darah serta pasien untuk
memantau pola dalam meningkatkan
batas normal aktivitas
3. Mengungkapkan
secara verbal
pemahaman tentang
kebutuhan oksigen,
obat, dan atau
peralatan yang dapat
meningkatkan
toleransi terhadap
aktifitas
4. Menampilkan
aktivitas kehidupan
sehari hari (AKS)
dengan beberapa
bantuan misalnya
eliminasi dengan
bantuan ambulasi
untuk ke kamar
mandi
5. Menampilkan
manajemen
pemeliharaan rumah

25
dengan beberapa
bantuan misalnya
membutuhkan
bantuan untuk
kebersihan setiap
minggu.

3. Nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Ketahui


dari kebutuhan keperawatan selama 3 x 24 makanan
tubuh b.d jam. pasien memperlihatkan kesukaan
intoleransi status gizi dan asupan pasien
makan makanan yang adekuat 2. Pantau
dengan indikator : kandungan
1. Mempertahankan nutrisi dan
berat badan 10 kg kalori pada
atau bertambah catatan asupan
2. Menjelaskan 3. Timbang
komponen diet pasien pada
bergizi adekuat interval yang
3. Mengungkapkan tepat
tekad untuk 4. Berikan
mematuhi diet informasi
4. Menoleransi diet yang tepat
yang di anjurkan tentang
5. Melaporkan tingkat kebutuhan
energi yang adekuat nutrisi dan
bagaimana
memenuhinya
5. Ciptakan

26
lingkungan
yang
menyenangka
n untuk
makan
6. Hindari
prosedur
invasif
sebelum
makan
7. Suapi pasien
jika perlu
8. Kolaborasi
dengan tim
gizi, pantau
dan berikan
nutrisi, catat
jumlah kalori
dan jenis zat
bergizi yang
di butuhkan
untuk
memenuhi
kebutuhan
nutrisi

27
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : An.K

No Reg : 302011

Diagnosis
No Hari/Tanggal masalah Jam Tindakan Paraf
kolaboratif
1. Senin, 30 Resiko 07.00 Memantau tanda dan gejala
Maret 2015 Infeksi b.d infeksi misalnya suhu tubuh,
menurunnya denyut jantung, drainase,
status penampilan luka, sekresi,
kesehatan. penampilan urine, suhu
kulit, lesi kulit, keletihan dan
malaise
08.00 Mengkaji faktor yang dapat
meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi misalnya
usia lanjut, usia kurang dari
1 tahun, luluh imune, dan
malnutrisi
09.00 Amati penampilan praktek
higiene personal untuk
perlindungan terhadap
infeksi

2. Senin, 30 Intoleransi 10.00 Mengkaji tingkat


Maret 2015 aktivitas b.d kemampuan pasien untuk
ketidak berpindah dari tempat tidur,
seimbangan berdiri, ambulasi, dan
antara melakukan AKS dan AKSI

28
suplai dan 11.00 Mengkaji respon emosi,
kebutuhan sosial, dan spiritual terhadap
oksigen. aktivitas
12.00 Mengevaluasi motivasi dan
keinginan pasien untuk
meningkatkan aktivitas
3. Senin, 30 Nutrisi 14.00 metahui makanan kesukaan
Maret 2015 kurang dari pasien dengan menanyakan
kebutuhan makanan kesukaan pasien
tubuh b.d dan menganjurkan untuk
intoleransi membelinya.
makan 14.15 memantau kandungan nutrisi
dan kalori pada catatan
asupan
14.30 Menimbang pasien.
15.00 Memberikan informasi yang
tepat tentang kebutuhan
nutrisi meliputi kalori dan
vitamin yang baik untuk
kesehatan.
15.15 Menciptakan lingkungan
yang menyenangkan saat
makan dengan
menyingkirkan barang-
barang
15.30 Mengatur posisi pasien semi
fowler.
15.45 menghindari prosedur
invasif (injeksi, perawatan
kateter) sebelum makan.
menyuapi pasien.

29
16.00 Menganjurkan ibu untuk
menyuapi pasien untuk
menambah motivasi makan.

EVALUASI

Nama : An.K

No Reg : 302011

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi paraf


1. Resiko Infeksi b.d S : ibu pasien mengatakan
menurunnya status kesehatan. anaknya sering mengalami batuk
pilek
O : hidung pasien tidak memerah
lagi
A : masalah teratasi
2. Intoleransi aktivitas b.d S : Ibu pasien mengatakan
ketidak seimbangan antara anaknya sering cepat lelah
suplai dan kebutuhan oksigen. O : pasien sudah tidak merasakan
sesak setelah menaiki satu atau
dua anak tangga
A : masalah teratasi.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan S : ibu pasien mengatakan nafsu
tubuh b.d intoleransi makan makan anaknya sudah kembali
seperti sebelumnya.
O:
BB : 14,5 kg
A : Masalah teratasi

30
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
KOARTASIO AORTA adalah kelainan yang terjadi pada aorta
berupa adanya penyempitan didekat percabangan arteri subklavia kiri dari
arkus aorta dan pangkal duktus arteriousus battoli.
Koartasio Aorta adalah penyempitan pada aorta, yang biasanya
terjadi pada titik dimana duktus arteriosus tersambung dengan aorta dan
aorta membelok ke bawah.

31
DAFTAR PUSTAKA

Wahab, samik. 2009. Kardiologi anak. Jakarta :EGC

http://erfansyah.blogspot.com/2011/01/kep-anak-koartasio-aorta.html

Muttaqin, arif. 2009. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem


kardiovaskuler. Jakarta :Salemba Medika

32

Você também pode gostar