Você está na página 1de 27

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistitis merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian serius.
Yang merupakan salah satu penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) yaitu
adanya peradangan bacterial yang berkembangbiak di saluran kemih
disertai adanya kolonisasi mikroba di urin. Sedangkan Sistitis sendiri
merupakan peradangan pada kandung kemih itu sendiri tanpa disertai
radang bagian atas saluran kemih.
Infeksi kandung kemih umumnya terjadi pada wanita, terutama pada
masa reproduktif. Beberapa wanita menderita infeksi kandung kemih secara
berulang. Salah satu penyakit yang banyak dan sering menyerang kaum
wanita, tapi tidak disadari adalah Cystitis. Penyakit Cystitis, memang sifat
dan gejalanya cenderung sebagai gangguan yang biasanya tidak terlalu
ditanggapi oleh penderitanya. Misalnya, penderita akan sering ke belakang
dan saat berkemih terasa perih. Selain itu, bagi yang telah menikah akan
terganggu saat melakukan hubungan intim.

B. Tujuan penulisan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah memenuhi tugas Sistem
Perkemihan tentang Sistisis beserta Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan Sistitis.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi Penyakit Sistisis.
2. Untuk Mengetahui Klasifikasi Penyakit Sistisis.
3. Untuk mengetahui etiologi Penyakit Sistisis.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis Penyakit Sistisis.
5. Untuk mengetahui patofisiologi Penyakit Sistisis.
6. Untuk mengetahui pathway Penyakit Sistisis.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Penyakit Sistisis.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan Penyakit Sistisis.

1
9. Untuk mengetahui komplikasi Penyakit Sistisis.
10. Untuk Mengetahui penatalaksanaan Penyakit Sistisis.
11. Untuk mengetahui Askep pada pasien Sistisis.

C. Manfaat Penulisan
a. Manfaat Umum
Manfaat umum dari penulisan makalah ini adalah dapat memenuhi tugas
Sistem Perkemihan tentang Sistisis beserta Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan Sistitis.
b. Manfaat Khusus
1. Dapat mengetahui definisi Penyakit Sistisis.
2. Dapat mengetahui Klasifikasi Penyakit Sistisis.
3. Dapat mengetahui etiologi Penyakit Sistisis.
4. Dapat mengetahui manifestasi klinis Penyakit Sistisis.
5. Dapat mengetahui patofisiologi Penyakit Sistisis.
6. Dapat mengetahui pathway Penyakit Sistisis.
7. Dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik Penyakit Sistisis.
8. Dapat mengetahui penatalaksanaan Penyakit Sistisis.
9. Dapat mengetahui komplikasi Penyakit Sistisis.
10. Dapat mengetahui penatalaksanaan Penyakit Sistisis.
11. Dapat mengetahui Askep pada pasien Sistisis.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Sistisis (infeksi traktus urinarius bawah) adalah inflamasi kandung
kemih yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra.
Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urin dari uretra ke dalam kandung
kemih (refluks uretrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau
sistoskop. (sistisis interstisial ), suatu gangguan inflamasi noninfeksius
kandung kemih yang ditandai oleh gejala yang serupa dengan infeksi traktus
urinarius bawah.( .(Suzane, C. Smelzer. Keperawatan medikal bedah vol. 2.
hal. 1435)
Sistitis adalah suatu penyakit yang di-sebabkan oleh berkembang
biaknya mikro-organisme di saluran kemih terutama VU (kandung kemih).
Sistitis merupakan reaksi inflamasi sel-sel urotelium yang melapisi dinding
VU. Saat inflamasi mulai timbul, maka akan terjadi respon terhadap struktur
permukaan dinding kandung kemih me-nyebabkan kesulitan yang tinggi
dalam berkemih. Untuk dapat mengeluarkan urin, kandung kemih harus
berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus
menerus ini menyebabkan perubahan anatomik kandung kemih berupa
hipertrofi otot detrusor. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi
otot dinding (De Jong, 2004; Sabiston, 1994).
sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan
oleh penyebaran infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran
balik urine dari uretra kedalam kandung kemih ( refluks urtrovesikal ),
kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.(Suzane, C. Smelzer.
Keperawatan medikal bedah vol. 2. hal.1432)
Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang menyerang pada pasien
wanita, dimana terjadi infeksi oleh Escherichia Coli.(Lewis.Medical
Surgikal Nersing. Hal 1262)

B. Klasifikasi
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;

3
1. Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang
ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih,
divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.
2. Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat
dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.

C. Etiologi
Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang
dapat menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa
kelainan nurologis atau kalkuli.
 Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella,
enterobakter, serratea, dan pseudomonas bertanggung jawab atas
sebagian kecil infeksi tanpa komplikasi. Organisme-organisme ini
dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi infeksi rekuren
dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi
urologis, kalkuli atau obstruksi.
 Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah
uretra atau dari meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin
pula karena renal infeksi tetapi yang tersering disebabkan karena
infeksi E.coli.
 Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau
oleh karena adanya urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat,
striktura uretra, neurogenik bladder) atau karena infeksi dari usus.
Jalur Infeksi
 Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyalkit
ini lebih sering ditemukan pada wanita
 Infeksi ginjal yang sering meradang, melalui urine dapat masuk
kekandung kemih.
 Penyebaran infeksi secara lokal dari organ lain dapat mengenai
kandung kemih misalnya appendiksiti
 Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.

4
Sistisis lebih sering terjadi pada wanita dari pada pria. Bagian distal
uretra biasanya di kolonisasi oleh bakteri setelah kolonisasi di vagina. Defek
mukosa uretra, vagina, atau genetalia eksterna menyebabkan organisme
melekat dan berkolonisasi di suatu tempat di periuretral dan masuk kedalam
kandung kemih. Sistisis akut pada wanita biasanya disebabkan oleh
Escherichiacoli. Hubungan seksual berhubugan dengan UTI, terutama pada
wanita yang gagal berkemih setelah berhubungan seksual. Berkemih
dianggap dapat membersihkan bakteri dari kandung kemih. Infeksi juga
dapat berkaitan dengan kontrasepsi spermisid-diafragma karna jenis
kontrasepsi ini dapat menyebabkan obstruksi persial uretra dan
pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Selain itu, kontrasepsi ini
juga mengakibatkan perubahan pH dan flora normal vagina.

Sisitisis pada pria adalah akibat dari beberapa faktor (mis., infeksi
prostat, epidididmitis, atau batu kandung kemih). (Suzane, C. Smelzer.
Keperawatan medikal bedah vol. 2. hal.1435)

D. Manifestasi klinik
Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
 Disuria (nyeri waktu berkemih) karena epitelium yang meradang
tertekan.
 Peningkatan frekuensi berkemih.
 Perasaan ingin berkemih.
 Piuria(Adanya sel-sel darah putih dalam urin).
 Nyeri punggung bawah atau suprapubic.
 Demam yang disertai hematuria (danya darah dalam urine) pada kasus
yang parah.
Pasien sistitis mengalami urgensi, sring berkemih, rasa panas dan
nyeri pada saat berkemih, nokturia, dan nyeri atau spasme pada area
kandung kemih dan suprapubis. piuria (adanya sel darah putihdalam urin),
bakteri, dan sel darah merah (hematuria) ditemukan pada pemeriksaan urin.
Kit kultur memberikan informasi kualitatif yang umum mengenai jumblah

5
koloni bakteri dan mengidentifikasi apakah organisme gramnegatif atau
positif. .(Suzane, C. Smelzer. Keperawatan medikal bedah vol. 2. hal.1435)\

E. Patofisiologi
sistitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara
umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli
peradangan timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun akibat
obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik dapat
bilateral maupun unilateral.Kemudian bakteri tersebut berekolonisasi pada
suatu tempat misalkan pada vagina atau genetalia eksterna menyebabkan
organisme melekat dan berkolonisasi disuatu tempat di periutenial dan
masuk ke kandung kemih.

F. Pathway
-Terlampir pada Hal 27 ;

G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisis
1. Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih.
2. Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.
b. Bakteriologis
1. Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi, 102 –
103 organisme koliform/mL urin plus piuria Ê 2 )
2. Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada
uji carik.
3. Pemeriksaan USG abdomen.
4. Pemeriksaan photo BNO dan BNO IVP.

H. Penatalaksanaan
 Pemberian terapi single : trimekstropin-sulfametroxazole
(bactrhim,septa).

6
 Pemberian terapi 1-3 hari : Nitrofurantoin (Macrodantin, Furadantin),
Chephalaxin (keflek),Ciprofloksasim (cibrloksin, noroksin), Ofdlksasin
(floksin).
 Pemberian anlgesik untuk mengurangi nyeri.
Penanganan UTI yang ideal adalah agens antibakterial yang secara
efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal
terhadap flora fekal dan vagina.(vaginitis ragi terjadi sebanyak 25% pada
pasien yang di tangani dengan agens antimikrobial yang mempengaruhi
flora vagina; menyebabkan lebih banyak gejala dan semakin sulit dan mahal
penanganannya dibanding UTI). Selain itu, agens antibakterial harus murah
dan menyebabkan sedikit efek samping serta rendah resisten. Karena
organisme pada UTI nonkomplikasi pada wanita adalah escherichiacoli atau
flora fekal lain, maka agens yang diberikan harus efektif melawan
organisme ini.
Variasi program penanganan telah berhasil menangani UTI bawah
nonkomlikasi pada wanita; dari pemberian dosis-tunggal, program medikasi
short cours (3 -4 hari), atau long cours 7-10 hari. Upaya di lakukan untuk
mempersingkat perjalanan terapi antibiotik untuk UTI nonkomplikasi,
sehingga 80 % pasien akan sembuh dalam 3hari penanganan (childs et al.,
1993).
Penggunaan medikasi yang umum mencakup sulfisoxazole (gantrisin),
trimethoprin/sulfametoxazole (TMP/SMZ), bactrim, septra), dan
nitrofurantoin (macrodantin). Kadang –kadang, medikasi seperti ampisilin
atau amoxcicilin digunakan, tetapi escherichia coli telah resisten terhadap
agens ini. Pyridium, suatu analgesik urinarius, juga dapat diresepkan untuk
mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Disamping program yang diresepkan pasien di intruksikan untuk
minum semua dosis yang diresepkan, meskipun gejala telah berkurang.
Medikasi jangka panjang di indikasikan untuk pria, wanita hamil, dan
wanita yang menderita pielonefritis dan tipe lain dari UTI terkomplikasi.
Pada wanita hamil, sepalexin adalah agens antimikrobial pilihan, meskipun
ampisilin juga dapat di gunakan.

7
Kekambuhan, meskipun penanganan UTI selama 3 hari biasanya
adekuat pada wanita, kambuhnya infeksi terjadi pada 20% wanita yang
mendapat penanganan unyuk UTI non komplikasi (Elder, 1992). Infeksi
yang diyakini dapat kambuh dalam dua minggu setelah terapi juga karna
organisame penyebab dari jalur yang salah masih tersisi dalam vagina.
Karena bakteri awal yang menetap secara terus menerus realtif jarang terjadi
pada wanita, pasien harus dirujuk ke ahli urologi untuk meneliti dan
mengoreksi abnormalitas. Kekambuhan kadang kadang juga terjadi jika
penanganan awal tidak adekuat atau diberikan dalam jangka waktu yang
terlalu pendek. Kekambuhan infeksi pada pria biasanya berkaitan dengan
persistensi organisme yang sama; selanjutnya indikasi dan penanganan
diindikasikan Kekambuhan pada pasien wanita yang pertama kali
didiagnosis adalah umum dibanding pasien lama awal persisten. Jika
evaluasi didiagnostik menunjukkan adanya abnormalitas struktur pada
traktus urinarus, wanita yang mengalami kekambuhan UTI diintruksikan
untuk memulai penangan sendiri ketika gejala muncul dan menghubungi
tenaga kesehatan hanya jika gejala terus menetap, terjadi demam, atau
episode penanganan yang dilakukan lebih dar 4 dari 6 bulan. Paisen ini
diintruksiskan untuk memakai kultur dip-slide guna mendeteksi adanya
bakteri.
Pemakaian agens antimikrobial jangka panjang menurunkann resiko
kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten
diawal infeksi, faktor kuasatif ( mis., batu, abses ), jika muncul salah satu,
harus segera ditangani. Setelah penangan dan sterilisasi urine, terapi
preventif dosis – rendah ( mikrofurantoin makrokrital ) setiap malam pada
waktu tidur biasanya diberikan.
Jika kekambuhan terjadi setelah agens antimikrobial selesai
diberikan, maka program short course lain ( 3-4 hari ) dari mterapi
antimikrobial dosis-penuh diberikan dan dosis waktu tidur reguler dapat
diresepkan. Jika kekambuhan tidak terjadi, medikasi diberikan tiap malam
berikutnya selama 6-7 bulan. Pilihan lain mencakup dosis agens
antimikrobial setelah berhubungan sexsual., pada waktu tidur, atau dosis

8
pada setiap malam berikutnya atau tiga kali seminggu. (Suzane, C. Smelzer.
Keperawatan medikal bedah vol. 2. hal.1435-1436)
I. Komplikasi :
Berdasarkan pada data pengkajian,komplikasi potensial mencakup :
 Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
 Gagal ginjal
 Sepsis

(Suzane, C. Smelzer. Keperawatan medikal bedah vol. 2. hal.1433)

J. Pemantauan dan Penatalaksanaan Komplikasi


Pengenalan UTI secara dini dan penanganan yang tepat sangat penting
untuk mencegah kekambuhan infeksi dan ke mungkinan komplikasi seperti
gagal ginjal dan sepsis . Tujuan penanganan adalah untuk mencegah infeksi
agar tidak berkembang dan menyebabkan kerusakan renal permanen dan
gagal ginjal. Terapi antimikrobial yang tepat, minum cairan dalam jumlah
bebas ,sering berkemih ,dan tindakan higiene biasanya di anjurkan dalam
rangka penatalaksanaan UTI. Pasien di instruksikan untuk memberitahukan
dokter jika terjadi kelemahan ,mual, muntah atau pruritus .Pemantauan
fungsi renal secara berkala (klirens kreatinin,BUN,kadar kreatinin serum)
dapat di indikasikan pada pasien yang mengalami UTI berulang. Jika
kerusakan renal yang luas terjadi,dialisis mungkin di perlukan .
Pasien UTI, terutama yang mengalami infeksi akibat kateterisasi,
beresiko tinggi mengalami sepsis oleh bakteri gram-negatif. Kateter
indwelling harus di hindari ,dan jika perlu di angkat sedini mungkin Namun
demikian, jika kateter indwelling di perlukan ,intervensi keperawatan yang
spesifik harus di lakukan untuk mencegah infeksi. Hal ini mencakup teknik
aseptik yang ketat selama melakukan tindakan insersi menggunakan kateter
berukuran kevcil jika mungkin ;memfiksasi kateter dengan perekat untuk
mencegah pergerakan melakukan inspeksi dengan sering terhadap warna
,bau dan konsistensi dengan cermat lakukan perawatan perineal dengan

9
menggunakan sabun dan air setiap hari; dan pertahankan sistem tertutup
ketika mengambil contoh spesimen.
Kaji dengan cermat tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran yang
menunjukkan adanya sepsis.Kultur darah positif dan peningkatan hitung sel
darah putih di laporkan pada dokter . Terapi antimikrobial yang tepat dan
pemberian cairan dalam jumlah besar di resepkan (terapi antimikrobial dan
cairan secara intravena mungkin di perlukan) . Pencegaham sepsis
merupakan kunci yang signifikan terhadap laju mortalitas pada sepsis gram-
negatif, terutama pada pasien lansia . (Suzane, C. Smelzer. Keperawatan
medikal bedah vol. 2. hal.1434)

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SISTITIS

Ilustrasi Kasus :
Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 April 2013 jam 11.00 WIB didapat
hasil identitas pasien, bahwa pasien bernama Ny. M, umur 33 tahun,agama islam,
alamat Bendoasri, Sukoharjo, pendidikan SMA, pekerjaan swasta, nomor register
224XXX, dirawat di Bangsal Cempaka RSUD X. Pasien sudah sejak tanggal 21
April 2013 menjalani perawatan dengan diagnosa oleh dokter Infeksi Saluran
Kemih. Ny. M merasakan nyeri perut bagian kiri bawah seperti tertusuk-tusuk
sejak 2 hari yang lalu saat buang air kecil terasa panas dan nyeri (dysuria), sering
buang air kecil (frequency), buang air kecil yang mendesak dan tiba-tiba
(urgency), serta rasa tidak nyaman di area suprapubik.

A. Identitas diri
 Nama : Ny. M.
 Umur : 33 Tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : Bendoasri, Sukoharjo
 Status : Menikah
 Agama : Islam
 Suku : Jawa
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : Swasta
 Tanggal MRS : 21 April 2013
 Tanggal Pengkajian : 22 April 2013
 No Register : 224xxx
 Sumber Informasi : Pasien dan Keluarga
 Diagnosa Medis : Infeksi Saluran Kemih
B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
- Nyeri perut bagian kiri bawah.

11
 Provocate : terasa sakit saat Buang Air Kecil (BAK) dan sesudah
Buang Air Kecil (BAK) masih terasa sakit.
 quality : nyeri seperti ditusuk-tusuk.
 region : nyeri pada kuadran kiri bawah.
 severe : skala nyeri 5 (0-10).
 time : nyeri dirasakan hilang timbul, pasien tampak lemah dan
meringis kesakitan.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Ny. M merasakan nyeri perut bagian kiri bawa h seperti tertusuk-
tusuk sejak 2 hari yang lalu saat buang air kecil terasa panas dan nyeri
(dysuria), sering buang air kecil (frequency), buang air kecil yang
mendesak dan tiba-tiba (urgency), serta rasa tidak nyaman di area
suprapubik,keluarga membawa pasien ke bidan dekat rumah, dan
diberikan obat tetapi nyeri perut timbul kembali, pasien segera dibawa ke
IGD RSUD Sukoharjo oleh keluarganya dan dirawat di bangsal Cempaka
pada tanggal 21 April 2013.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, belum
pernah dioperasi, belum pernah mempunyai riwayat penyakit Infeksi
Saluran Kemih.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Dikeluarganya Ny.M tidak ada yang memiliki penyakit keturunan
maupun menular, seperti : Stroke, Hipertensi, Diabetes Militus, Hepatitis,
dan lain-lain.

5. Riwayat Alergi
Pasien juga mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap
makanan atau obat-obatan.

12
C. Pola Fungsi Kesehatan
1. Persepsi Terhadap Kesehatan
a. Sebelum sakit : Pasien menganggap penyakitnya seperti penyakit
kulit lainnya yang bisa sembuh sendiri
b. Saat sakit : Pasien berharap penyakitnya cepat sembuh dengan
pertolongan medis.
2. Pola Aktivitas dan Latihan
Kemampuan perawatan diri
Skor ;
0 = mandiri 3 = Perlu bantuan orang lain dan alat
1 = dibantu sebagian 4 = ketergantungan / tidak mampu
2 = perlu bantuan Orang lain
SKOR
No Aktivitas
0 1 2 3 4 Ket
1 Mandi √
Berpakaian
2 / √
berdandan
3 Eliminasi √
Mobilisasi
4 di tempat √
tidur
5 Pindah √
6 Ambulasi √

3. Pola Istirahat
Permasalahan Sebelum sakit Setelah sakit
JUMLAH 8 jam/hari 5 jam
ISTIRAHAT
JAM 21.00 – 04.00 WIB 23-04.00
GANGGUAN Tidak ada gangguan tidur ada gangguan tidur

13
TIDUR

4. Pola Nutrisi Metabolik


Permasalahan Sebelum sakit Setelah sakit
MAKAN 3x/hari dengan menu : 3x/hari dengan menu
nasi, lauk,sambal, sayur : bubur, telur, sayur,
tdak pernah
dihabiskan
PORSI MAKAN Sepiring penuh 1/2 piring
PORSI MINUM ± 1600 cc /hari air putih ±800 cc /hari air
dan kopi putih

5. Pola Eliminasi
Permasalahan Sebelum sakit Setelah sakit
BAB - -
Konsistensi BAB - -
BAK 6-7x/hari 7-8x/hari
Banyak BAK 500-1000 ml ± 1500 ml
Konsistensi BAK Urin berwarna kuning Urin kuning keruh
pekat berbau khas berbau khas amoniak.
amoniak

6. Pola Kognitif, Perseptual


 Sebelum Sakit : Pasien masih bisa melihat dan mendengar dengan
baik.
 Saat Sakit : Pasien masih bisa melihat dan mendengar dengan
baik.
7. Pola Konsep Diri
 Sebelum Sakit : Pasien selalu berfikir positif terhadap penyakitnya.
 Saat Sakit : Pasien mencoba menerima kenyataan yang
dialaminya.
8. Pola koping

14
 Sebelum Sakit : Pasien selalu mendapatkan dukungan dan
bimbingan oleh keluarga.
 Saat Sakit : Pasien lebih mendapat perhatian dari keluarganya.
9. Pola Seksual/ Reproduksi
 Sebelum Sakit : Tidak dikaji.
 Saat Sakit : Tidak dikaji.
10. Pola peran berhubungan
 Sebelum Sakit : Hubungan antar teman dan lingkungan sekitar
rumah terjalin sangat baik.
 Saat Sakit : Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga
bertambah baik.
11. Pola nilai dan Kepercayaan
 Sebelum Sakit : Pasien selalu melakukan ibadah di rumah maupun
di musholla.
 Saat Sakit : Pasien kesulitan melakukan ibadah sehari-hari.

D. Pemeriksaan Fisik ( Data Objektif )


a. Keadaan umum
 KU : Lemah
 Kesadaran : Compos Mentis
 GCS : 15 ( E4 V5 M6 )
b. Tanda Vital
 Tekanan Darah : 100 / 60 mm Hg
 Suhu : 36,1 0c
 Nadi : 80 X / Menit
 Respirasi Rate : 20 X / Menit
c. Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 160 cm
d. Rambut dan Wajah
 Bentuk kepala : (+) Normal ( ) Abnormal
 Keadaan Rambut : (+) Bersih ( ) Mudah Rontok ( ) Bau
( ) Berminyak

15
 Kulit Kepala : (+) Bersih ( ) Kotor ( ) Ada
luka/lesi ( ) Pedikulosis

e. Mata ( Sistem Pengliatan)


 Posisi Mata : (+) Simetris ( ) Asimetris
 Kelopak mata : (+) Normal ( ) Ptosis ( ) Lagopthalmus
 Pergerakan bola mata : (+) Normal ( ) Abnormal
 Konjungtiva : (+) Normal/merah muda ( ) Anemis ( )
Perdarahan
 Kornea : (+) Normal ( ) keruh berkabut ( )
terdapat pendarahan
 Sklera : ( ) Ikterik (+) Anikterik
 Pupil : ( ) Isokor (+ ) Anisokor
 Otot- otot mata : (+) Tidak ada kelainan ( ) Juling
 Fungsi pengliatan : (+) Normal () Kabur ( ) Diplopia
( )Exopthalmus
 Tanda –tanda Radang : Tidak Terjadi
 Pemakaian kaca mata : Tidak Terjadi
 Pemakaian lensa kontak : Tidak Terjadi
 Reaksi terhadap Cahaya : Tidak Terjadi
 Visus OD : - OS : -
f. Hidung
 Septum Hidung : (+) Di tangah ( ) Tidak ditengah
 Sekret Hidung : ( ) Ya (+) Tidak
 Bila terdapat sekret : (+) Jernih ( ) Purulen
 Perdarahan hidung : ( ) Ya (+) Tidak
 Polip hidung : ( ) Ya (+) Tidak
 Perdangan mukosa hidung : ( ) Ya (+) Tidak
g. Mulut
1. Rongga Mulut
 Bau Mulut : ( ) Ya (+) Tidak

16
 Radang mukosa ( Stomatitis) : ( ) Ya (+) Tidak
 Labio/plato schisis : ( ) Ya (+) Tidak
2. Gigi Geligi
 Karang Gigi : ( ) Ya ( +) Tidak
 Karies Gigi : ( ) Ya ( +) Tidak
 Bila “ya”, sebutkan .................. ...................
 Jumlah dan nama gigi
 Gigi palsu : ( ) Ya (+) Tidak
 Ginggivitis : ( ) Ya (+) Tidak
3. Lidah
 Keadaan lidah : (+) Bersih ( ) Kotor
 Tepi lidah : (+) Merah Muda ( ) Hiperemik
4. Tonsil
 Peradangan Pada Tonsil : ( ) Ya (+) Tidak
 Ukuran tonsil
1. T0 : bila sudah dioperasi
2. T1 : ukuran yang normal ada
3. T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
4. T3 : pembesaran mencapai garis tengah
5. T4 : pembesaran melewati garis tengah
5. Faring
 Peradangan faring ( ) Ya (+) Tidak

h. Telinga ( Sistem pendengaran)


 Daun telinga : (+) Tidak sakit saat digerakkan
( ) sakit saat digerakkan
 Kondisi telinga : (+) Normal ( ) Kemerahan
( ) Bengkak ( ) Terdapat
Luka
 Karakteristik Serum : Warna : - Konsistensi : -
Bau : -
 Cairan dari Telinga : (+) Tidak ada ( ) Darah ( ) Pus

17
 Rasa Penuh Dalam Telinga : ( ) Ya (+) Tidak
 Tinitus : ( ) Ya (+) Tidak
 Fungsi Pendengaran : (+) Normal ( ) Kurang ( )
Tuli
 Pemakaian Alat Bantu : ( ) Ya (+) Tidak
 Fungsi Keseimbangan : ( ) Ada gangguan (+)Tidak ada
gangguan
 Hasil : Tes Rinne : Normal Tes Weber :
Normal Tes Swabach : Normal

E. Program Terapi
Terapi yang diperoleh pasien selama di bangsal antara lain, infus RL
20 tetes per menit, injeksi intravena cefozolin 1 mg/12 jam , injeksi
intravena gastridin 50 mg/8 jam, injeksi intravena antalgin 500 mg/8 jam,
injeksi intravena hyosin 20 mg/8 jam, injeksi intravena ondansentron 1
mg/8 jam.
F. Hasil Pemeriksaan Penunjang
a. Meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan urinalisa.
1. Hasil dari pemeriksaan laboratorium tanggal 21 April 2013 meliputi :
 Hemoglobin 10,6 g/dL (nilai normal 12,1-17,6g/dL);
 Eritrosit 4,06 jt/mm3 (nilai normal 4,5-6,9);
 Leukosit 18,8 /mm3 (nilai normal 4.400-11.300);
 MCV 100.8 fl (nilai normal 80-96);
 MCHC 30.8 g/dl (nilai normal 32-36);
 SGOT 43,03 U/L (nilai normal 0-21);
 SGPT 23,28 U/L(nilai normal 0-22).

2. Hasil pemeriksaan urinalisa pada tanggal 22 April 2013,


 Warna kuning muda, kejernihan keruh, berat jenis 1.010 dengan
nilai normal (1.015-1.025).
 Leokosit 35-40 /LPB dengan nilai normal (0-3/LPB), bakteri (+).

18
G. ANALISA DATA
Nama : Ny. M Ruang : Cempaka
No. Reg : 224xxx Dx.Medis : ISK
No Diagnosa Etiologi Masalah
1 Ds:
• P : Terasa sakit saat Buang Air Kecil (BAK)
dan sesudah Buang Air Kecil
(BAK) masih terasa sakit,
Mikroorganisme
• Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk,
• R : Nyeri padakuadran kiri bawah,
Pada saluran
• S : Skala nyeri 5 (0-10),
kemih (uretra)
• T : Nyeri dirasakan hilang timbul, pasien
tampak lemah dan meringis kesakitan.
Mikroorganisme
Do :
menuju Vesika
• Pasien tampak lemah.
urinaria
• Meringis. Nyeri
• Kesakitan sambil memegangi Akut
Infeksi oleh
perutnya. (Domain
mikoroorganisme
• TTV 12, class 1,
• TD: 100/60 mmhg. code
Mukosa kandung
• N : 80 x / menit. 00132)
kemih meradang
• RR: 20 x / menit.
(agens cedera
• S: 36,1 oC.
biologis)
• Hasil dari pemeriksaan meliputi :
• Hemoglobin 10,6 g/dL (nilai normal
Jaringan
12,1-17,6g/dL).
epitelium teriritasi
• Eritrosit 4,06 jt/mm3 (nilai normal
4,5-6,9).
Nyeri akut
• Leukosit 18,8 /mm3 (nilai normal
4.400-11.300).
• MCV 100.8 fl (nilai normal 80-96).
• MCHC 30.8 g/dl (nilai normal 32-

19
36).
• SGOT 43,03 U/L (nilai normal 0-
21).
• SGPT 23,28 U/L(nilai normal 0-22).
• Hasil pemeriksaan urinalisa
• warna kuning muda, kejernihan
keruh, berat jenis 1.010 dengan nilai
normal (1.015-1.025).
• leokosit 35-40 /LPB dengan nilai
normal (0-3/LPB), bakteri (+).

2 Ds : Mikroorganisme
• Ny. M mengatakan saat buang air kecil
terasa panas dan nyeri (dysuria), sering Pada saluran
buang air kecil (frequency), buang air kemih (uretra)
kecil yang mendesak dan tiba-tiba
(urgency), serta rasa tidak nyaman di Mikroorganisme
area suprapubik. menuju Vesika
Gangguan
Do : urinaria
eliminasi
• TTV
urin
• TD: 100/60 mmhg Infeksi oleh
(Domain
• N : 80x/mnt mikoroorganisme
3, class 1,
• RR: 20x/mnt
code
• S: 36,1oC Mukosa kandung
00020)
• Frekuensi Urin : 7-8x/hari kemih meradang
• Banyaknya Urin : ± 1500 ml (Inflamasi pada
• Hasil dari pemeriksaan kandung kemih)
laboratorium meliputi :
• Hemoglobin 10,6 g/dL (nilai Jaringan
normal 12,1-17,6g/dL). epitelium teriritasi
• Eritrosit 4,06 jt/mm3 (nilai normal

20
4,5-6,9). Reaksi
• Leukosit 18,8 /mm3 (nilai normal hipersensitif bila
4.400-11.300). terisi urin
• MCV 100.8 fl (nilai normal 80-
96). VU mudah
• MCHC 30.8 g/dl (nilai normal 32- mengeluarkan
36). urin
• SGOT 43,03 U/L (nilai normal 0-
21). Frekuensi kencing
• SGPT 23,28 U/L(nilai normal 0- meningkat
22).
• Hasil pemeriksaan urinalisa VU gagal
• Warna kuning muda, kejernihan menyimpan urin
keruh, berat jenis 1.010 dengan
nilai normal (1.015-1.025). Urin keluar dari
• Leokosit 35-40 /LPB dengan nilai VU
normal (0-3/LPB), bakteri (+).
Inkontinensia urin

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Ny. M Ruang : Cempaka


No. Reg : 224xxx Dx.Medis : ISK
No Diagnosa Tanggal muncul Tanggal teratasi
1 Nyeri akut b.d agens cidera 220413 -
biologis
2 Gangguan eliminasi 220413 -

berhubungan dengan Inflamasi


pada kandung kemih

21
I. RENCANA KEPERAWATAN
Identitas Klien : Ny. M
No Reg. : 224xxx
No Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain management :
b.d agens keperawatan 3 × 24 jam • Lakukan penilaian
cidera diharapkan skala NOC komprehensif
biologis pada nyeri mencapai 5. (P,Q,R,S,T).
Dengan kriteria hasil : • Amati isyarat nonverbal
• Mengenali faktor dari ketidaknyamanan
penyebab nyeri pasien.
• Melaporkan nyeri • Berikan informasi
dapat tentang nyeri, seperti
dikendalikan penyebb nyeri, berapa
• Melaporkan lama akan berlangsung,
perubahan gejala dan atisipasi
nyeri ketidaknyamanan akibat
• Tidak meringis. prosedur.
• Tidak merintih • Kendalikan fakto
dan menangis lingkungan yang dapat
mempengaruhi rspons
pasien trhadap
ketidaknyamanan
(misalnya, suhu
ruangan, pencahayaan,
dan kegaduhan).
• Ajarkan tekhnik
nonfarmakologis
(misalnya, umpan balik
biologis,

22
TENS(transcutaneous
electrical nerve
timulation), hipnosis,
relaksasi, imajinasi
terbibing, trapi musik,
ditraksi, terapi bermain,
terapi aktivitas,
akupresur, kompres
hangat atau dingin, dan
masase) sebelum
,setelah, dan, jika
memungkinkan, selama
aktivitas yang
menimbulkan nyeri ;
sebelum nyeri terjadi
atau meningkat, dan
brsama penggunaan
tindakan predaan nyeri
yang lain.
Medication Management :
• Tentukan obat yang
dibutuhkan dan
mengelola menurut
otoritas preskriptis dan
atau protokol.
• Monitor pasien dari efek
terapi obat
• Ajarkan pasien dan
keluarga dalam metode
pemberian obat yang
sesuai.

23
2 Gangguan SetelahseSetelah dilakukan manajemen eliminasi urine :
eliminasi tindakan keperawatan 3 × • Pantau eliminasi urine,
berhubungan 24 jam diharapkan skala termasuk frekuensi,
dengan NOC pada gangguan konsistensi, bau,
Inflamasi pada eliminasi urin mencapai 5. volume, warna).
kandung Dengan kriteria hasil : • Ajarkan pasien tentang
kemih • Mengalami eliminasi tanda dan gejala infeksi
urine normal saluran kemih.
(bau,jumlah, warna • Ajarkan pasien untuk
frekuensi dalam batas minum 8 ons cairan pada
normal). saat makan, di antara
• Asupan cairan waktu makan, dan di
adekuat. awal petang.
• Mengeluarkan urine • Rujuk ( Kolaborasi )ke
tanpa nyeri dokter jika terdapat
• mempertahankan pola tanda dan gejala infeki
berkemih yang dapat saluran kemih.
diduga. • Identifikasi faktor yang
menyebabkan episode
inkontinensia.

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang di akibatkan dari infeksi
oleh bakteri yang menyebar dari uretra yang disebabkan oleh menyebarnya
infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari
uretra ke dalam kandung kemih, kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau
sistoskop. Tanda dan gejala dari sistitis adalah : Tekanan di bagian bawah
pinggul, Nyeri buang air kecil (disuria), Sering buang air kecil (poliuria)
atau kebutuhan mendesak untuk buang air kecil (kencing urgensi), Perlu
untuk buang air kecil pada malam hari (nokturia, mirip dengan kanker
prostat atau BPH), Urin abnormal warna (mendung), mirip dengan infeksi
saluran kemih, Darah dalam urin (hematuria) (mirip dengan kanker kandung
kemih), Kotor atau bau urin yang kuat.
B. Saran
Saya sangat berterima kasih Karena telah membaca makalah saya,
untuk itu kita harus memnghindari penyakit sistitis dengan cara : Menjaga
daerah genital bersih dan mengingat untuk menghapus dari depan ke
belakang dapat mengurangi peluang memperkenalkan bakteri dari daerah
dubur ke uretra, Meningkatkan asupan cairan mungkin mengizinkan sering
buang air kecil untuk menyiram bakteri dari kandung kemih, Buang air kecil
segera setelah melakukan hubungan seksual dapat membantu
menghilangkan bakteri yang mungkin telah diperkenalkan selama hubungan
seksual, Menahan diri dari buang air kecil untuk waktu yang lama
memungkinkan bakteri waktu untuk berkembang biak, begitu sering buang
air kecil dapat mengurangi risiko sistitis pada mereka yang rentan terhadap
infeksi saluran kemih.

25
-Pathway yang terlampir :
ETIOLOGI

Mikroorganisme: Vulva Hygine Kurang Infeksi ginjal, prosfat atau oleh


 Escheriachiaco karna adanya urin sisa (mis. Karna
 Proteus hipertropi prostat , striktura
 Pseodomonas uretra)
Perkembangan Mikroorganisme

Resiko Infeksi
Pada Saluran Mikroorganisme Menuju Vesika
Kemih Menuju Urinaria
(Uretra)
Kemerahan Pada Respon Imunologis
Kandung Kemih Infeksi Oleh Mikroorganisme

Peningkatan Leukosit Piuria


Eritema Mukosa Kandung
Kemih
Meradang

Jaringan Epitelium Reaksi Hipersensitif Pengobatan Yang Kurang


Teriritasi Bila Terisi Urin Terlambat Pengetahuan

VU Mudah Mikroorganisme
Kencing Terasa Sakit
Mengeluarkan Urine Menuju Ureter

Pisuria Frekuensi Kencing Mikroorganisme


menuju parenkim Infeksi Ginjal
ginjal
VU Gagal
Nyeri Penyebaran
Menyimpan Urine
Mikroorganisme
Pielonefritis
Secara
Urine Keluar Dari VU Hemoglobin
Nokturia

Inkontinensia Sepsis
Urine

Ket : - : Diagnosa Keperawatan

26
DAFTAR PUSTAKA

 Arif Mansjoer dkk .2000. Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid


1.Jakarta: EGC
 Bruner & Sudarth.2002.Keperwatan Medikal Bedah vol 2 edisi 8. Jakarta :
EGC
 Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan
Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
 Lewis, dkk.2004. Medical Surgical Nursing vol.2. New York : Mosby

27

Você também pode gostar

  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Documento1 página
    Lembar Pengesahan
    Nuona Aamel
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Revisi 8
    Bab I Revisi 8
    Documento9 páginas
    Bab I Revisi 8
    Nuona Aamel
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento3 páginas
    Daftar Isi
    Nuona Aamel
    Ainda não há avaliações
  • MAKALAH
    MAKALAH
    Documento32 páginas
    MAKALAH
    Nuona Aamel
    Ainda não há avaliações
  • Acc Bab I 31012018
    Acc Bab I 31012018
    Documento9 páginas
    Acc Bab I 31012018
    Nuona Aamel
    Ainda não há avaliações
  • Asuhan Keperawatan Ileus Laporan Pendahuluan Ileus A
    Asuhan Keperawatan Ileus Laporan Pendahuluan Ileus A
    Documento4 páginas
    Asuhan Keperawatan Ileus Laporan Pendahuluan Ileus A
    Nuona Aamel
    Ainda não há avaliações
  • Gagal Ginjal Kronik
    Gagal Ginjal Kronik
    Documento13 páginas
    Gagal Ginjal Kronik
    Teriyah
    Ainda não há avaliações
  • Sistisis Lengkap
    Sistisis Lengkap
    Documento27 páginas
    Sistisis Lengkap
    Nuona Aamel
    Ainda não há avaliações
  • Acc Bab I 31012018
    Acc Bab I 31012018
    Documento9 páginas
    Acc Bab I 31012018
    Nuona Aamel
    Ainda não há avaliações
  • Bab 1 Revisi 2
    Bab 1 Revisi 2
    Documento8 páginas
    Bab 1 Revisi 2
    Nuona Aamel
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Revisi 7
    Bab I Revisi 7
    Documento8 páginas
    Bab I Revisi 7
    Nuona Aamel
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento7 páginas
    Bab I
    Nuona Aamel
    Ainda não há avaliações
  • BAB I Revisi 4 Print
    BAB I Revisi 4 Print
    Documento7 páginas
    BAB I Revisi 4 Print
    Nuona Aamel
    Ainda não há avaliações
  • Bab I1
    Bab I1
    Documento26 páginas
    Bab I1
    Nuona Aamel
    Ainda não há avaliações