Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
شنِ ْي ُع
َ اس ْ َِهذَا ُم َحا ٌل ف
ِ َي ا ِل ِقي
َ َ صادِقا ً ََل
ُط ْعتَه َ َلَ ْو َكانَ ُحبُّك
Jika memang cintamu jujur dan setia tentu engkau akan menaati-Nya
Karena sesungguhnya sang pencinta akan selalu patuh kepada yang dicinta.”
“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci kuap…” (HR. al-Bukhari no.
6223)
Maka sebagai seorang muslim hendaknya dia membenci kuap sebagaimana Allah
subhanahu wa ta’ala membencinya. Yang demikian ini sebagai bentuk kejujuran dan
kesetiaan cintanya kepada-Nya subhanahu wa ta’ala.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya), “Adapun orang-orang yang
beriman maka amat sangat cinta kepada Allah.” (al-Baqarah: 165)
Lalu mungkin timbul pertanyaan mengapa Allah subhanahu wa ta’ala tidak menyukai
kuap. Dijelaskan oleh para ulama bahwa di sana ada beberapa sebab yang menjadikan
kuap tidak disukai:
1. Kuap itu berasal dari syaithan, dan syaithan tidaklah mendatangkan sesuatu kecuali
berupa hal-hal yang jelek. Hal ini sebagaimana baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallam terangkan pada lanjutan hadits di atas:
“Adapun kuap maka sesungguhnya ia dari syaithan.” (HR. al-Bukhari no. 6223 dan
Muslim no. 2994)
Makna hadits ini bahwa syaithan sangat menginginkan dan senang melihat seseorang
menguap karena yang demikian itu menunjukkan perubahan keadaan orang tersebut
kemudian syaithan tertawa. Jadi, perantara terjadinya kuap itu adalah syaithan. (Lihat
Fathul Bari)
Kuap termasuk sesuatu yang sangat tidak disukai, terlebih jika terjadi ketika sedang
shalat karena syaithan senantiasa berupaya semaksimal mungkin untuk mengganggu
seseorang yang sedang shalat. Seseorang yang menguap ketika sedang shalat
menjadikan keadaan dirinya tidak tenang .
Oleh karena itu dalam sebuah hadits yang berkaitan dengan kuap disebutkan padanya
tambahan lafadz ‘ketika shalat’. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Menguap ketika shalat adalah dari syaithan, maka jika salah seorang dari kalian
menguap tahanlah semaksimal mungkin.” (HR. at-Tirmidzi no. 370) dari sahabat Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Hal ini menunjukkan bahwa menguap ketika sedang shalat lebih tidak disukai.
Demikian pula jika sedang membaca al Quran di dalam shalatnya tersebut lalu datang
keinginan untuk menguap maka hendaknya dia hentikan terlebih dahulu bacaannya.
Sehingga merupakan suatu keharusan bagi seseorang yang sedang shalat untuk benar-
benar khusyuk dan konsentrasi agar syaithan tidak mengganggu dirinya dengan
berbagai macam gangguan, salah satunya dengan menguap. (Lihat Fathul Bari dan
Fatawa Ibn Utsaimin)
1. Menjaga dan menahan mulut semaksimal mungkin untuk tidak terbuka. Hal ini
sebagaimana tersebutkan dalam sebuah hadits dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika salah seorang di antara kalian menguap maka tahanlah semaksimal mungkin
(agar mulutnya tidak terbuka).” (HR. al-Bukhari no. 6223 dan Muslim no. 2994).
2. Jika tidak mampu untuk menahan mulut agar tidak terbuka, maka tutuplah dengan
tangan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika salah seorang dari kalian menguap maka tahanlah dengan meletakkan
(menutupkan) tangannya ke mulutnya karena sesungguhnya syaithan bisa masuk (bila
tidak ditutup).” (HR. Muslim no. 2995) dari sahabat Abu Said al-Khudri radhiyallahu
‘anhu.
Cara yang kedua ini tidak harus menutup dengan tangan secara langsung, namun bisa
juga dengan menggunakan kain atau sapu tangan atau yang semisalnya. Demikian pula
tidak harus dengan tangan kanan atau tangan kiri atau dengan keduanya, boleh yang
mana saja asalkan mulut bisa tertutup dan tertahan. (Lihat Fathul Bari dan Fatawa ibn
Utsaimin)
3. Janganlah sampai bersuara aah.. aah.. atau haah.. haah.. atau yang semisalnya.
Mengenai hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika salah seorang di antara kalian menguap maka tahanlah semaksimal mungkin
dan janganlah bersuara haah haah.” (HR. Abu Dawud no. 5028 dan at-Tirmidzi
no.2747) dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Adab-adab ini dilakukan baik di dalam shalat ataupun di luar shalat. (Lihat Syarah
Shahih Muslim dan Fatawa ibn Utsaimin)
Para pembaca rahimakumullah, pada hadits-hadits di atas disebutkan bahwa kuap dari
syaithan. Allah subhanahu wa ta’ala juga dalam Al-Qur`an telah menjelaskan tentang
cara menghilangkan gangguan yang datang dari syaithan, yaitu dengan ber-ta’awudz
(mengucapkan A’udzu billahi minasy syaithanir rajim). Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
“Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang tidak ada bimbingannya dari kami
maka amalan tersebut tertolak (tidak diterima).” HR. Muslim no. 1718 dari sahabat
‘Aisyah x.
Nasehat
Para pembaca rahimakumullah, setelah kita mengetahui beberapa hal mengenai kuap
maka hendaknya kita berusaha untuk menerapkan bimbingan baginda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang
menguap namun tidak menjalankan bimbingan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
tersebut maka sungguh ia telah terjatuh ke dalam keadaan yang membahayakan dirinya
karena:
1. Syaithan akan menjadi senang dan tertawa melihat dirinya menguap sambil bersuara
‘haah’. Yang demikian ini disebabkan syaithan mengetahui bahwa orang tersebut
sedang dalam keadaan malas dan tidak bersemangat, syaithan senang dengan keadaan
seorang insan yang seperti ini. (Lihat Syarah Riyadhus Shalihin)
“Jika salah seorang di antara kalian menguap maka tahanlah semaksimal mungkin
karena sesungguhnya jika salah seorang di antara kalian bersuara haah (ketika
menguap) maka syaithan akan tertawa.” (HR. al-Bukhari no. 3289 dari sahabat Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
2. Syaithan akan masuk ke dalam dirinya. Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Jika salah seorang dari kalian menguap maka tahanlah dengan meletakkan
(menutupkan) tangannya ke mulutnya karena sesungguhnya syaithan bisa masuk (bila
tidak ditutup).” (HR. Muslim no. 299 dari sahabat Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu
‘anhu)
Ketika syaithan telah berhasil masuk maka dia pun akan ikut mengalir bersama aliran
darah manusia serta mempengaruhi orang tersebut untuk bermaksiat kepada Allah
subhanahu wa ta’ala. (Lihat Fathul Bari, Syarah Shahih Muslim, dan Syarah Sunan
at-Tirmidzi)
3. Merupakan suatu pemandangan yang kurang baik dan tidak menyenangkan ketika
menguap dengan keadaan mulut terbuka lebar dan bersuara. Bahkan terkadang keadaan
seperti ini juga dinilai sebagai keadaan yang kurang beradab dan kurang sopan bagi
sebagian orang.
Dari pembahasan ini kita pun bisa mengetahui bahwa agama islam adalah agama yang
sempurna dan sangat memperhatikan keadaan pemeluknya serta mengajak agar
senantiasa bisa berbuat kebajikan di setiap langkah mereka, subhanallah. Maka
hendaknya bagi kita semua untuk menyadari hal ini dan mengamalkan bimbingan
tersebut sebagai salah satu bentuk kejujuran cinta kita kepada Allah tabaraka wa ta’ala.
Wallahu a’lam bish shawab. Semoga bermanfaat.
Sumber : http://www.buletin-alilmu.com
ADAB MENGUAP 2
Kebanyakan dari kita, mungkin beranggapan bahwa ibadah hanyalah sebatas pada
shalat, puasa, haji, dan zakat. Padahal ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai oleh
Allah dan yang telah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah satu
ibadah yang telah diremehkan oleh sebagian kaum muslim adalah menjaga adab-adab
yang telah diajarkan oleh Islam. Adab-adab tersebut memang terkesan sepele, tetapi
jika kita mengamalkannya dengan niat beribadah dan dengan niat meneladani Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, amal tersebut akan bernilai ibadah di sisi Allah Ta’ala.
Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya dan sesungguhnya
setiap orang akan mendapatkan hasil sesuai dengan niatnya.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Salah satu adab islami yang sudah banyak ditinggalkan kaum muslimin adalah adab
ketika bersin dan menguap. Banyak kaum muslimin saat ini yang tidak mengetahui
adab ini. Ketika bersin, banyak di antara mereka yang tidak mengucapkan
“alhamdullillah”. Mungkin itu disebabkan mereka lupa atau tidak mengetahui
keutamaannya.
Jika kita mengaku muslim dan mengaku bahwasanya kita mencintai Allah, maka
salah satu konsekuensinya adalah mencintai segala sesuatu yang dicintai oleh Allah,
serta membenci dan menjauhi segala sesuatu yang dibenci oleh Allah. Salah satu
perkara yang dibenci oleh Allah adalah menguap. Seperti yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda,
“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan benci terhadap menguap. Maka apabila
ia bersin, hendaklah ia memuji Allah (dengan mengucapkan ‘Alhamdullillah’). Dan
merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mendengarnya untuk mendoakannya.
Adapun menguap, maka ia berasal dari setan. Hendaklah setiap muslim berusaha
untuk menahannya sebisa mungkin, dan apabila mengeluarkan suara ‘ha’, maka saat
itu setan menertawakannya.” (HR Bukhari)
Allah membenci menguap karena menguap adalah aktivitas yang membuat seseorang
banyak makan, yang pada akhirnya membawa pada kemalasan dalam beribadah.
Menguap adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah, terlebih-lebih ketika pada waktu
shalat. Para nabi tidak pernah menguap, dikarenakan menguap adalah salah satu
aktivitas yang dibenci oleh Allah.
Tahanlah Semampumu
Jika seseorang ingin menguap, maka hendaklah dia menahannya sebisa mungkin, atau
dengan menutup jalan terbukanya mulut dengan menggunakan tangannya. Hal ini
sesuai dengan hadits yang telah diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
bahwasanya Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Menguap adalah dari setan, maka jika salah seorang di antara kalian menguap,
hendaklah ia menahannya sedapat mungkin.” (HR Muslim)
Ketika seseorang ingin menguap hendaknya ia menutup mulutnya dengan tangan kiri,
karena menguap adalah salah satu perbuatan yang buruk.
1. Merendahkan suara.
2. Menutup mulut dan wajah.
3. Tidak memalingkan leher.
4. Mengeraskan bacaan hamdalah, walaupun dalam keadaan shalat.
Islam adalah agama yang sangat indah, dan salah satu keindahan agama ini adalah
memperhatikan keadilan dan memberikan hak kepada sang pemiliknya. Salah satu
hak yang harus ditunaikan oleh seorang muslim dan muslimah kepada muslim dan
muslimah yang lain adalah ber-tasymit (mendoakan orang yang bersin) ketika ada
seorang dari saudara atau saudari kita yang muslim bersin dan ia mengucapkan
‘alhamdullillah’.
“Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam: jika engkau bertemu
dengannya maka ucapkanlah salam, jika ia mengundangmu maka datanglah, jika ia
meminta nasihat kepadamu maka berilah nasihat, jika ia bersin lalu ia mengucapkan
alhamdullilah maka doakanlah, jika ia sakit maka jenguklah, jika ia meninggal maka
iringilah jenazahnya.” (HR Muslim)
Ketika ada seorang muslim bersin di dekat kita, lalu dia mengucapkan
“alhamdullillah,” maka kita wajib mendoakannya dengan membaca “yarhamukallah”
(semoga Allah merahmatimu). Hukum tasymit ini adalah wajib bagi setiap orang yang
mendengar seorang muslim yang bersin kemudian mengucapkan “alhamdullillah.”
Setelah orang lain mendoakannya, orang yang bersin tadi dianjurkan untuk
mengucapkan salah satu doa sebagai berikut:
– Yahdikumullah wa yushlih baalakum (mudah-mudahan Allah memberikan hidayah
kepada kalian dan memperbaiki keadaan kalian).
– Yaghfirulahu lanaa wa lakum (mudah-mudahan Alah mengampuni kita dan kalian
semua).
– Yaghfirullaah lakum (semoga Allah mengampuni kalian semua).
– Yarhamunnallah wa iyyaakum wa yaghfirullaahu wa lakum (semoga Allah memberi
rahmat kepada kami dan kamu sekalian, serta mengampuni kami dan mengampuni
kalian).
– Aafaanallah wa iyyaakum minan naari yarhamukumullaah (semoga Allah
menyelamatkan kami dan kamu sekalian dari api neraka, serta memberi rahmat
kepada kamu sekalian).
– Yarhamunnallah wa iyyaakum (semoga Allah memberi rahmat kepada kami dan
kepada kalian semua).
Maraa’ji’ :
Adab Menguap dan Bersin, Ismail bin Marsyid bin Ibrahim ar-Rumaih, Pustaka Imam
Asy-Syafi’I, Bogor.
Sepuluh Hak Dalam Islam, Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, penerbit: Pustaka Al-
Minhaj, Sukoharjo.
Matan Hadits Arba’in An-Nawawiyah, Imam An-Nawawi
ADAB MENGUAP 3
Islam adalah agama yang telah menjelaskan adab berbagai hal sampai-sampai dalam
hal yang kecil dan sederhana, semisal dalam hal bersin dan menguap. Ada adab yang
Islam ajarkan dalam dua aktivitas tersebut. Adab yang Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallam ajarkan ini telah dibuktikan ampuhnya oleh para dokter. Sungguh ini adalah
mukjizat yang luar biasa.
Mengenai menguap terdapat hadits dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu anhu, dia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ ش ْي
طانَ يَ ْد ُخ ُل َّ علَى فِي ِه فَإ ِ َّن ال ْ ب أ َ َحدُ ُك ْم فَ ْلي ُْمس
َ ِك بِيَ ِد ِه َ ِإذَا تَث َ َاو
“Bila salah seorang dari kalian menguap maka hendaklah dia menahan mulutnya
dengan tangannya karena sesungguhnya setan akan masuk.” (HR. Muslim no. 2995)
Imam Ibnu Hajar berkata, “Imam Al-Khathabi mengatakan bahwa makna cinta dan
benci pada hadits di atas dikembalikan kepada sebab yang termaktub dalam hadits itu.
Yaitu bahwa bersin terjadi karena badan yang kering dan pori-pori kulit terbuka, dan
tidak tercapainya rasa kenyang. Ini berbeda dengan orang yang menguap. Menguap
terjadi karena badan yang kekenyangan, dan badan terasa berat untuk beraktivitas, hal
ini karena banyaknya makan . Bersin bisa menggerakkan orang untuk bisa beribadah,
sedangkan menguap menjadikan orang itu malas (Fathul Baari, 10/607)
Bersin adalah lawan dari menguap yaitu keluarnya udara dengan keras, kuat disertai
hentakan melalui dua lubang: hidung dan mulut. Maka akan terkuras dari badan
bersamaan dengan bersin ini sejumlah hal seperti debu, haba’ (sesuatu yang sangat
kecil, di udara, yang hanya terlihat ketika ada sinar matahari), atau kutu, atau
mikroba yang terkadang masuk ke dalam organ pernafasan. Oleh karena itu, secara
tabiat, bersin datang dari Yang Maha Rahman (Pengasih), sebab padanya terdapat
manfaat yang besar bagi tubuh. Dan menguap datang dari syaithan sebab ia
mendatangkan bahaya bagi tubuh. Dan atas setiap orang hendaklah memuji Allah
Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi ketika dia bersin, dan agar meminta perlindungan
kepada Allah dari syaitan yang terkutuk ketika sedang menguap (Lihat Al-Haqa’iq
Al-Thabiyah fii Al-Islam: hal 155, dinukil dari web www.alsofwah.or.id)
Subhanallah … Sungguh luar biasa mukjizat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
memerintahkan kita berbagai adab ketika bersin dan menguap. Amalkanlah adab
bersin dan menguap seperti yang diperintahkan dalam berbagai hadits di atas sehingga
kita pun bisa raih barokahnya.
ADAB MENGUAP 4
ADAB-ADAB MENGUAP
Oleh
Syaikh ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani
“Kuapan (menguap) itu datangnya dari syaitan. Jika salah seorang di antara kalian ada
yang menguap, maka hendaklah ia menahan semampunya” [HR. Al-Bukhari no. 6226
dan Muslim no. 2944. Lafazh ini berdasarkan riwayat al-Bukhari]
Apabila tidak mampu menahan, maka tutuplah mulut dengan meletakkan tangannya
pada mulutnya, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
َ ش ْي
طانَ يَدْ ُخ ُل ْ ب أ َ َحد ُ ُك ْم فَ ْليُ ْمس
َّ ِك ِبيَ ِد ِه َع َلى فِ ْي ِه فَإ ِ َّن ال َ ِإذَا تَثَا َء
“Apabila salah seorang di antara kalian menguap maka hendaklah menutup mulut
dengan tangannya karena syaitan akan masuk (ke dalam mulut yang terbuka).” [HR.
Muslim no. 2995 (57) dan Abu Dawud no. 5026]
2. Tidak disyari’atkan untuk meminta perlindungan dari syaitan kepada Allah ketika
menguap, karena hal tersebut tidak ada contohnya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, tidak pula dari para Sahabatnya.
ADAB-ADAB BERSIN
1. Hendaknya orang yang bersin untuk merendahkan suaranya dan tidak secara
sengaja mengeraskan suara bersinnya. Hal tersebut berdasarkan hadits dari Abu
Hurairah Radhiyallahu anhu:
2. Hendaknya bagi orang yang bersin menahan diri untuk tidak menolehkan leher
(menekukkan leher) ke kanan atau ke kiri ketika sedang bersin karena hal tersebut
dapat membahayakannya. Seandainya lehernya menoleh (menekuk ke kanan atau ke
kiri) itu dimaksudkan untuk menjaga agar tidak mengenai teman duduk di
sampingnya, hal itu tidak menjamin bahwa lehernya tidak cedera. Telah terjadi pada
beberapa orang ketika bersin memalingkan wajahnya dengan tujuan untuk menjaga
agar teman duduknya tidak terkena, namun berakibat kepalanya kaku dalam posisi
menoleh.
“Segala puji bagi Allah” [HR. Al-Bukhari no. 6223, at-Tirmidzi no. 2747]
“Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam.” [HR. Al-Bukhari di dalam al-
Adaabul Mufrad no. 394, an-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 224, Ibnu
Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no.259. Lihat Shahihul Jami’ no. 686]
“Segala puji bagi Allah atas segala hal” [HR. Ahmad I/120,122, at-Tirmidzi no. 2738,
ad-Darimi II/283, al-Hakim IV/66. Lihat Shahih at-Tirmidzi II/354 no. 2202]
“Segala puji bagi Allah (aku memuji-Nya) dengan pujian yang banyak, yang baik dan
penuh ke-berkahan sebagaimana yang dicintai dan diridhai oleh Rabb kami.” [HR.
Abu Dawud no. 773, al-Hakim III/232. Lihat Shahih Sunan Abi Dawud I/147 no.
700]
4. Wajib bagi setiap orang yang mendengar orang bersin (dan mengucapkan
alhamdulillah) untuk melakukan tasymit kepadanya, yaitu dengan mengucapkan,
5.Bila ada orang kafir bersin lalu dia memuji Allah, boleh berkata kepadanya:
ص ِل ُح بَالَ ُك ْم
ْ ُيَ ْه ِد ْي ُك ُم هللاُ َوي.
“Semoga Allah memberikan pada kalian petunjuk dan memperbaiki keadaan kalian.”
Hal ini berdasarkan hadits Abu Musa al-‘Asy’ari Radhiyallahu anhu, ia berkata:
6. Apabila orang yang bersin itu menambah jumlah bersinnya lebih dari tiga kali,
maka tidak perlu dijawab dengan ucapan yarhamukallah. Hal ini berdasarkan sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Apabila salah seorang di antara kalian bersin, maka bagi yang duduk di dekatnya
(setelah mendengarkan ucapan alhamdulillaah) menjawabnya dengan ucapan
yarhamukallah, apabila dia bersin lebih dari tiga kali berarti ia sedang terkena flu dan
jangan engkau beri jawaban yarhamukallah setelah tiga kali bersin.” [HR. Abu
Dawud no. 5035 dan Ibnu Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 251. Lihat
Shahiihul Jami’ no. 684]
Dan jangan mendo’akan orang yang bersin lebih dari tiga kali serta jangan pula
mengucapkan kepadanya do’a:
7. Apabila ada orang yang bersin sedangkan imam sedang berkhutbah (Jum’at), maka
ia harus mengucapkan alhamdulillah (dengan merendahkan suara) dan tidak wajib
untuk dijawab yarhamu-kallah karena diam dikala khutbah Jum’at adalah wajib
hukumnya.
ُ فَش َِمت ُ ْوهُ فِإ ِ ْن لَ ْم يَحْ َم ِد هللاَ فََلَ تُش َِمت ُ ْوه:َس أ َ َحد ُ ُك ْم فَ َح ِمدَ هللا َ إِذَا َع.
َ ط
“Jika salah seorang dari kalian bersin lalu mengucapkan alhamdulillah, maka
hendaklah kalian mengucapkan tasymit (ucapan yarhamukallah) baginya, namun jika
tidak, maka janganlah mengucapkan tasymit baginya.” [HR. Muslim no. 2992]
Sumber: https://almanhaj.or.id/4010-adab-adab-menguap-dan-bersin.html
ADAB MENGUAP 5
Orang tua kita dahulu mengajarkan,” nak.. kalau habis menguap, jangan lupa istighfar
ya..” Gayungpun bersambut, lalu muncul lah presepsi bahwa beristighfar setelah
menguap itu termasuk sunnah atau ada perintahnya dari Nabi. Anggapan ini tersebar
luas di masyarakat.
Sebagai seorang mukmin tentu kita tak ingin beramal hanya sekedar beralasan
anggapan atau praduga, tanpa dalil yang melandasi amalan tersebut. Karena hukum
asal dari ibadah itu dilarang, sampai ada dalil yang memperintahkan.
” Apakah benar istighfar setelah menguap itu sunnah?” Kemudian mencari jawaban
dari penjelasan para ulama rabbani.
” Tidak ada perintahnya beristighfar (setelah menguap). Tak ada dzikir-dzikir khusus
yang berkaitan dengan menguap, tidak pula diperintahkan untuk beristi’adzah setelah
menguap. Oleh karena itu kita mencukupkan diri dengan amalan-amalan yang ada
dalilnya.
Dan (perlu kita ketahui) bahwa amalan sunnah itu ada beberapa macam:
– Ada dalam bentuk perkataan
Ini dalil bahwa beristi’adzah setelah menguap itu bukan termasuk sunnah (red.
tuntunan Nabi). ” ( Silsilah liqa al-baba al-maftuh, juz 22)
Meski fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin di atas hanya menyinggung
permasalahan isti’adzah setelah menguap, namun secara subtansi pernyataan beliau
tersebut juga ada kaitannya dengan masalah yang sedang kita bicarakan, yaitu
beristighfar setelah menguap sama-sama tidak ada tuntunannya dari Nabi
shallallahu’alaihiwasallan.
Akan tetapi Nabi bersabda, “…bila salah seorang di antara kalian menguap,
hendaklah ia menahannya sedapat mungkin. Bila ia tak mampu menahannya, maka
hendaknya ia menutup mulutnya dengan tangannya.”
“Menguap adalah dari setan, maka jika salah seorang di antara kalian menguap,
hendaklah ia menahannya sedapat mungkin.” (HR Muslim)
Kemudian bila tak mampu menahannya, maka tutuplah mulut dengan tangan. Karena
Rasulullah shallallahua’alaihiwasallam pernah bersabda,
َ ش ْي
طانَ يَ ْد ُخل َّ علَى فِي ِه فَإ ِ َّن ال ْ ب أ َ َحدُ ُك ْم فَ ْليُ ْمس
َ ِك بِيَ ِد ِه َ ِإذَا تَث َ َاو
“Apabila salah seorang diantara kalian menguap maka hendaklah menutup mulut
dengan tangannya karena syeitan akan masuk (ke dalam mulut yang terbuka). ” (HR.
Muslim no.2995 (57) dan Abu Dawud no.5026)
…..
Sumber: https://muslim.or.id/22405-adakah-tuntunan-membaca-istighfar-setelah-
menguap.html