Você está na página 1de 16

ADAB MENGUAP 1

eorang penyair berkata:

ُ ‫ص ْي ِاِللَهَ َوأَ ْنتَ ت َْز‬


ُ‫ع ُم ُحبَّه‬ ِ ‫ت َ ْع‬

‫شنِ ْي ُع‬
َ ‫اس‬ ْ ِ‫َهذَا ُم َحا ٌل ف‬
ِ َ‫ي ا ِل ِقي‬

َ َ ‫صادِقا ً ََل‬
ُ‫ط ْعتَه‬ َ َ‫لَ ْو َكانَ ُحبُّك‬

‫إِ َّن ْال ُم ِحبَّ ِل َم ْن ي ُِحبُّ ُم ِط ْي ُع‬

“Engkau bermaksiat kepada al-Ilah (Allah) sementara engkau mengaku mencintai-Nya

Ini adalah mustahil dan dalam kias tercela (buruk)

Jika memang cintamu jujur dan setia tentu engkau akan menaati-Nya

Karena sesungguhnya sang pencinta akan selalu patuh kepada yang dicinta.”

Para pembaca rahimakumullah, itulah gambaran kejujuran cinta seorang muslim


kepada Allah subhanahu wa ta’ala, hendaknya dia menaati perintah-perintah-Nya dan
menjauhi larangan-larangan-Nya. Maka suatu bentuk ketidakjujuran cinta dia kepada
Allah subhanahu wa ta’ala jika dia masih banyak bermaksiat kepada-Nya.

Demikianlah semestinya sikap seorang muslim terhadap Allah subhanahu wa ta’ala.


Penuh ketundukan dan ketaatan yang disertai dengan keikhlasan dan berusaha
semaksimal mungkin untuk meninggalkan hal-hal yang tidak disukai dan dibenci Sang
Pencipta, Rabbul ‘alamin.

Allah subhanahu wa ta’ala Membenci Kuap (Jw. Angop)

Para pembaca rahimakumullah, sebagaimana kita ketahui bersama bahwa dalam


kehidupan ini ada keadaan-keadaan yang disukai oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan
ada pula keadaan-keadaan yang tidak disenangi oleh-Nya. Salah satu keadaan yang
dibenci oleh Allah subhanahu wa ta’ala adalah menguap. Dalam sebuah hadits dari
sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah bersabda:

َ ُ‫اس َو َي ْك َرهُ التَّثَاؤ‬


…‫ب‬ َ ‫ط‬َ ‫ِإ َّن هللاَ ي ُِحبُّ ال ِع‬

“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci kuap…” (HR. al-Bukhari no.
6223)

Maka sebagai seorang muslim hendaknya dia membenci kuap sebagaimana Allah
subhanahu wa ta’ala membencinya. Yang demikian ini sebagai bentuk kejujuran dan
kesetiaan cintanya kepada-Nya subhanahu wa ta’ala.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya), “Adapun orang-orang yang
beriman maka amat sangat cinta kepada Allah.” (al-Baqarah: 165)

Lalu mungkin timbul pertanyaan mengapa Allah subhanahu wa ta’ala tidak menyukai
kuap. Dijelaskan oleh para ulama bahwa di sana ada beberapa sebab yang menjadikan
kuap tidak disukai:

1. Kuap itu berasal dari syaithan, dan syaithan tidaklah mendatangkan sesuatu kecuali
berupa hal-hal yang jelek. Hal ini sebagaimana baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallam terangkan pada lanjutan hadits di atas:

“Adapun kuap maka sesungguhnya ia dari syaithan.” (HR. al-Bukhari no. 6223 dan
Muslim no. 2994)

Makna hadits ini bahwa syaithan sangat menginginkan dan senang melihat seseorang
menguap karena yang demikian itu menunjukkan perubahan keadaan orang tersebut
kemudian syaithan tertawa. Jadi, perantara terjadinya kuap itu adalah syaithan. (Lihat
Fathul Bari)

2. Kuap muncul disebabkan memperturutkan hawa nafsu terutama makan sehingga


menimbulkan rasa malas dan hilang semangat. Maka dari sini, ada peringatan bagi kita
untuk menjauhi sikap berlebihan ketika makan karena merupakan pemicu munculnya
kuap, sebagai tanda diri sedang dalam keadaan malas dan tidak bersemangat. (Lihat
Syarah Shahih Muslim)

Kuap termasuk sesuatu yang sangat tidak disukai, terlebih jika terjadi ketika sedang
shalat karena syaithan senantiasa berupaya semaksimal mungkin untuk mengganggu
seseorang yang sedang shalat. Seseorang yang menguap ketika sedang shalat
menjadikan keadaan dirinya tidak tenang .

Oleh karena itu dalam sebuah hadits yang berkaitan dengan kuap disebutkan padanya
tambahan lafadz ‘ketika shalat’. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Menguap ketika shalat adalah dari syaithan, maka jika salah seorang dari kalian
menguap tahanlah semaksimal mungkin.” (HR. at-Tirmidzi no. 370) dari sahabat Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Hal ini menunjukkan bahwa menguap ketika sedang shalat lebih tidak disukai.
Demikian pula jika sedang membaca al Quran di dalam shalatnya tersebut lalu datang
keinginan untuk menguap maka hendaknya dia hentikan terlebih dahulu bacaannya.
Sehingga merupakan suatu keharusan bagi seseorang yang sedang shalat untuk benar-
benar khusyuk dan konsentrasi agar syaithan tidak mengganggu dirinya dengan
berbagai macam gangguan, salah satunya dengan menguap. (Lihat Fathul Bari dan
Fatawa Ibn Utsaimin)

Etika Ketika Menguap


Para pembaca rahimakumullah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
beberapa hadits menerangkan kepada kita beberapa etika dan adab ketika menguap. Di
antaranya adalah:

1. Menjaga dan menahan mulut semaksimal mungkin untuk tidak terbuka. Hal ini
sebagaimana tersebutkan dalam sebuah hadits dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika salah seorang di antara kalian menguap maka tahanlah semaksimal mungkin
(agar mulutnya tidak terbuka).” (HR. al-Bukhari no. 6223 dan Muslim no. 2994).

2. Jika tidak mampu untuk menahan mulut agar tidak terbuka, maka tutuplah dengan
tangan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika salah seorang dari kalian menguap maka tahanlah dengan meletakkan
(menutupkan) tangannya ke mulutnya karena sesungguhnya syaithan bisa masuk (bila
tidak ditutup).” (HR. Muslim no. 2995) dari sahabat Abu Said al-Khudri radhiyallahu
‘anhu.

Cara yang kedua ini tidak harus menutup dengan tangan secara langsung, namun bisa
juga dengan menggunakan kain atau sapu tangan atau yang semisalnya. Demikian pula
tidak harus dengan tangan kanan atau tangan kiri atau dengan keduanya, boleh yang
mana saja asalkan mulut bisa tertutup dan tertahan. (Lihat Fathul Bari dan Fatawa ibn
Utsaimin)

3. Janganlah sampai bersuara aah.. aah.. atau haah.. haah.. atau yang semisalnya.
Mengenai hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika salah seorang di antara kalian menguap maka tahanlah semaksimal mungkin
dan janganlah bersuara haah haah.” (HR. Abu Dawud no. 5028 dan at-Tirmidzi
no.2747) dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Adab-adab ini dilakukan baik di dalam shalat ataupun di luar shalat. (Lihat Syarah
Shahih Muslim dan Fatawa ibn Utsaimin)

Apakah Perlu Mengucapkan Ta’awwudz

Para pembaca rahimakumullah, pada hadits-hadits di atas disebutkan bahwa kuap dari
syaithan. Allah subhanahu wa ta’ala juga dalam Al-Qur`an telah menjelaskan tentang
cara menghilangkan gangguan yang datang dari syaithan, yaitu dengan ber-ta’awudz
(mengucapkan A’udzu billahi minasy syaithanir rajim). Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:

“Dan jika syaithan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah


perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (Fushshilat: 36)
Yang jadi pertanyaan sekarang, apakah ketika seseorang menguap disyariatkan pula
baginya untuk ber-ta’awudz? Maka jawabannya adalah tidak, karena yang dimaukan
dari ayat di atas adalah perintah dari Allah subhanahu wa ta’ala kepada orang-orang
yang terbetik untuk bermaksiat atau meninggalkan kewajiban ibadah agar ber-
ta’awudz, karena semua itu merupakan bisikan dan gangguan dari syaithan. Adapun
dalam permasalahan kuap, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah
memerintahkan dan mengajarkan kepada para sahabat beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam kecuali hanya sebatas menahan dan menutup mulut agar tidak terbuka. Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memerintahkan untuk mengucapkan ta’awudz pada
waktu itu. Sehingga dari sini kita bisa mengetahui bahwa apa yang dilakukan sebagian
manusia ber-ta’awudz atau mengucapkan ucapan yang lain ketika menguap merupakan
suatu amalan yang tidak dibimbingkan oleh Rasulullah n, sehingga amalan tersebut
menjadi amalan yang sia-sia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang tidak ada bimbingannya dari kami
maka amalan tersebut tertolak (tidak diterima).” HR. Muslim no. 1718 dari sahabat
‘Aisyah x.

Nasehat

Para pembaca rahimakumullah, setelah kita mengetahui beberapa hal mengenai kuap
maka hendaknya kita berusaha untuk menerapkan bimbingan baginda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang
menguap namun tidak menjalankan bimbingan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
tersebut maka sungguh ia telah terjatuh ke dalam keadaan yang membahayakan dirinya
karena:

1. Syaithan akan menjadi senang dan tertawa melihat dirinya menguap sambil bersuara
‘haah’. Yang demikian ini disebabkan syaithan mengetahui bahwa orang tersebut
sedang dalam keadaan malas dan tidak bersemangat, syaithan senang dengan keadaan
seorang insan yang seperti ini. (Lihat Syarah Riyadhus Shalihin)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika salah seorang di antara kalian menguap maka tahanlah semaksimal mungkin
karena sesungguhnya jika salah seorang di antara kalian bersuara haah (ketika
menguap) maka syaithan akan tertawa.” (HR. al-Bukhari no. 3289 dari sahabat Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

2. Syaithan akan masuk ke dalam dirinya. Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

“Jika salah seorang dari kalian menguap maka tahanlah dengan meletakkan
(menutupkan) tangannya ke mulutnya karena sesungguhnya syaithan bisa masuk (bila
tidak ditutup).” (HR. Muslim no. 299 dari sahabat Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu
‘anhu)
Ketika syaithan telah berhasil masuk maka dia pun akan ikut mengalir bersama aliran
darah manusia serta mempengaruhi orang tersebut untuk bermaksiat kepada Allah
subhanahu wa ta’ala. (Lihat Fathul Bari, Syarah Shahih Muslim, dan Syarah Sunan
at-Tirmidzi)

3. Merupakan suatu pemandangan yang kurang baik dan tidak menyenangkan ketika
menguap dengan keadaan mulut terbuka lebar dan bersuara. Bahkan terkadang keadaan
seperti ini juga dinilai sebagai keadaan yang kurang beradab dan kurang sopan bagi
sebagian orang.

Dari pembahasan ini kita pun bisa mengetahui bahwa agama islam adalah agama yang
sempurna dan sangat memperhatikan keadaan pemeluknya serta mengajak agar
senantiasa bisa berbuat kebajikan di setiap langkah mereka, subhanallah. Maka
hendaknya bagi kita semua untuk menyadari hal ini dan mengamalkan bimbingan
tersebut sebagai salah satu bentuk kejujuran cinta kita kepada Allah tabaraka wa ta’ala.
Wallahu a’lam bish shawab. Semoga bermanfaat.

Penulis: Ustadz Abdullah Imam hafizhahullaahu ta’ala

Sumber : http://www.buletin-alilmu.com

ADAB MENGUAP 2

Penulis: Ummul Husain


Muraja’ah: ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar

Kebanyakan dari kita, mungkin beranggapan bahwa ibadah hanyalah sebatas pada
shalat, puasa, haji, dan zakat. Padahal ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai oleh
Allah dan yang telah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah satu
ibadah yang telah diremehkan oleh sebagian kaum muslim adalah menjaga adab-adab
yang telah diajarkan oleh Islam. Adab-adab tersebut memang terkesan sepele, tetapi
jika kita mengamalkannya dengan niat beribadah dan dengan niat meneladani Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, amal tersebut akan bernilai ibadah di sisi Allah Ta’ala.
Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya dan sesungguhnya
setiap orang akan mendapatkan hasil sesuai dengan niatnya.” (HR. Bukhari dan
Muslim).

Salah satu adab islami yang sudah banyak ditinggalkan kaum muslimin adalah adab
ketika bersin dan menguap. Banyak kaum muslimin saat ini yang tidak mengetahui
adab ini. Ketika bersin, banyak di antara mereka yang tidak mengucapkan
“alhamdullillah”. Mungkin itu disebabkan mereka lupa atau tidak mengetahui
keutamaannya.

Demikian pula ketika ia menguap, seharusnya seorang muslim menahannya semampu


mungkin. Akan tetapi, banyak dari kita, membuka mulut lebar-lebar saat menguap,
sehingga semua orang pun bisa melihat seluruh isi mulutnya. Ada pula yang ketika
menguap, mengucapkan ta’awudz, padahal perbuatan semacam ini sama sekali tidak
pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesungguhnya jika
seorang muslim mengetahui betapa besar pahala yang akan diberikan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala ketika seorang muslim meneladani Rasul-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam maka sudah pasti manusia akan berlomba-lomba melaksanakan
adab-adab yang telah diajarkan oleh Islam ini. Meskipun hal tersebut dalam perkara
yang remeh di mata manusia.

Sesungguhnya Allah Membenci Menguap

Jika kita mengaku muslim dan mengaku bahwasanya kita mencintai Allah, maka
salah satu konsekuensinya adalah mencintai segala sesuatu yang dicintai oleh Allah,
serta membenci dan menjauhi segala sesuatu yang dibenci oleh Allah. Salah satu
perkara yang dibenci oleh Allah adalah menguap. Seperti yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda,

“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan benci terhadap menguap. Maka apabila
ia bersin, hendaklah ia memuji Allah (dengan mengucapkan ‘Alhamdullillah’). Dan
merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mendengarnya untuk mendoakannya.
Adapun menguap, maka ia berasal dari setan. Hendaklah setiap muslim berusaha
untuk menahannya sebisa mungkin, dan apabila mengeluarkan suara ‘ha’, maka saat
itu setan menertawakannya.” (HR Bukhari)

Allah membenci menguap karena menguap adalah aktivitas yang membuat seseorang
banyak makan, yang pada akhirnya membawa pada kemalasan dalam beribadah.
Menguap adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah, terlebih-lebih ketika pada waktu
shalat. Para nabi tidak pernah menguap, dikarenakan menguap adalah salah satu
aktivitas yang dibenci oleh Allah.

Tahanlah Semampumu

Jika seseorang ingin menguap, maka hendaklah dia menahannya sebisa mungkin, atau
dengan menutup jalan terbukanya mulut dengan menggunakan tangannya. Hal ini
sesuai dengan hadits yang telah diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
bahwasanya Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Menguap adalah dari setan, maka jika salah seorang di antara kalian menguap,
hendaklah ia menahannya sedapat mungkin.” (HR Muslim)
Ketika seseorang ingin menguap hendaknya ia menutup mulutnya dengan tangan kiri,
karena menguap adalah salah satu perbuatan yang buruk.

Sesungguhnya Allah Mencintai Orang yang Bersin

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah menyukai bersin.” (HR Bukhari)


Bersin merupakan sesuatu yang disukai karena bersin dapat menyehatkan badan dan
menghilangkan keinginan untuk selalu mengenyangkan perut, serta dapat membuat
semangat untuk beribadah.

Ketika Bersin Hendaknya Kita…

1. Merendahkan suara.
2. Menutup mulut dan wajah.
3. Tidak memalingkan leher.
4. Mengeraskan bacaan hamdalah, walaupun dalam keadaan shalat.

Macam-Macam Bacaan yang Dapat Kita Amalkan Ketika Bersin

 Alhamdulillah (segala puji hanya bagi Allah).


 Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin (segala puji bagi Allah Rabb semesta alam).
 Alhamdulillah ‘ala kulli haal (segala puji bai Allah dalam setiap keadaan)
 Alhamdulillahi hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiihi, mubaarakan
‘alaihi kamaa yuhibbu Rabbuna wa yardhaa” (segala puji bagi Allah dengan
pujian yang banyak lagi penuh berkah dan diberkahi, sebagaimana yang
dicintai dan diridhai oleh Rabb kami).

Tunaikanlah Hak Saudaramu

Islam adalah agama yang sangat indah, dan salah satu keindahan agama ini adalah
memperhatikan keadilan dan memberikan hak kepada sang pemiliknya. Salah satu
hak yang harus ditunaikan oleh seorang muslim dan muslimah kepada muslim dan
muslimah yang lain adalah ber-tasymit (mendoakan orang yang bersin) ketika ada
seorang dari saudara atau saudari kita yang muslim bersin dan ia mengucapkan
‘alhamdullillah’.

Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

“Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam: jika engkau bertemu
dengannya maka ucapkanlah salam, jika ia mengundangmu maka datanglah, jika ia
meminta nasihat kepadamu maka berilah nasihat, jika ia bersin lalu ia mengucapkan
alhamdullilah maka doakanlah, jika ia sakit maka jenguklah, jika ia meninggal maka
iringilah jenazahnya.” (HR Muslim)

Ketika ada seorang muslim bersin di dekat kita, lalu dia mengucapkan
“alhamdullillah,” maka kita wajib mendoakannya dengan membaca “yarhamukallah”
(semoga Allah merahmatimu). Hukum tasymit ini adalah wajib bagi setiap orang yang
mendengar seorang muslim yang bersin kemudian mengucapkan “alhamdullillah.”
Setelah orang lain mendoakannya, orang yang bersin tadi dianjurkan untuk
mengucapkan salah satu doa sebagai berikut:
– Yahdikumullah wa yushlih baalakum (mudah-mudahan Allah memberikan hidayah
kepada kalian dan memperbaiki keadaan kalian).
– Yaghfirulahu lanaa wa lakum (mudah-mudahan Alah mengampuni kita dan kalian
semua).
– Yaghfirullaah lakum (semoga Allah mengampuni kalian semua).
– Yarhamunnallah wa iyyaakum wa yaghfirullaahu wa lakum (semoga Allah memberi
rahmat kepada kami dan kamu sekalian, serta mengampuni kami dan mengampuni
kalian).
– Aafaanallah wa iyyaakum minan naari yarhamukumullaah (semoga Allah
menyelamatkan kami dan kamu sekalian dari api neraka, serta memberi rahmat
kepada kamu sekalian).
– Yarhamunnallah wa iyyaakum (semoga Allah memberi rahmat kepada kami dan
kepada kalian semua).

Mereka Tidak Berhak Mendapatkannya

Kita tidak perlu bertasymit ketika:

1. Ada seseorang yang bersin, dan dia tidak mengucapkan hamdalah.


2. Ada seseorang yang bersin lebih dari tiga kali. Jika seseorang bersin lebih dari
tiga kali, maka orang tersebut dikategorikan terserang influenza. Kita pun
tidak disyariatkan untuk mendoakannya, kecuali doa kesembuhan.
3. Ada seseorang membenci tasymit.
4. Seseorang yang bersin itu bukan beragama Islam. Walaupun orang tersebut
mengucapkan hamdalah, kita tetap tidak diperbolehkan untuk ber-tasymit,
karena seorang muslim tidak diperbolehkan mendoakan orang kafir. Jika
orang kafir tersebut mengucapkan alhamdulillah, kita jawab “Yahdikumullah
wa yushlih baalakum“
5. Seseorang yang bersin bertepatan dengan khutbah jumat. Cukup bagi yang
bersin saja untuk mengucapkan hamdalah tanpa ada yang ber-tasymit, karena
ketika khutbah jum’at seorang muslim wajib untuk diam. Begitu pula ketika
shalat wajib (shalat fardhu) sedang didirikan, tidak ada keharusan bagi kita
untuk ber-tasymit.
6. Kita berada ditempat yang terlarang untuk mengucapkan kalamullah, seperti di
dalam toilet.

Saudariku marilah kita bersama-sama mengamalkan sunnah (tuntunan Nabi


shallallahu ‘alaihi wa sallam) yang mulia ini. Mulailah untuk membiasakan diri
melakukannya di tengah-tengah keluarga, teman-teman, dan masyarakat di sekitar
kita. Beritahukanlah kepada saudara-saudari kita yang lain untuk ikut
mengamalkannya, karena sesungguhnya di dalamnya terdapat karunia yang sangat
besar. Bahkan dahulu kaum yahudi pun pernah berpura-pura bersin di hadapan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam demi mendapatkan karunia yang besar itu, melalui doa
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, seharusnya kita sebagai muslim
dan muslimah lebih bersemangat lagi untuk mendapatkannya. Sangat disayangkan
jika karunia yang sangat besar itu kita tidak mendapatkannya. Bukankah demikian,
wahai Saudariku?
Wallaahu ‘alam bish shawaab.

Maraa’ji’ :
Adab Menguap dan Bersin, Ismail bin Marsyid bin Ibrahim ar-Rumaih, Pustaka Imam
Asy-Syafi’I, Bogor.
Sepuluh Hak Dalam Islam, Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, penerbit: Pustaka Al-
Minhaj, Sukoharjo.
Matan Hadits Arba’in An-Nawawiyah, Imam An-Nawawi

ADAB MENGUAP 3
Islam adalah agama yang telah menjelaskan adab berbagai hal sampai-sampai dalam
hal yang kecil dan sederhana, semisal dalam hal bersin dan menguap. Ada adab yang
Islam ajarkan dalam dua aktivitas tersebut. Adab yang Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallam ajarkan ini telah dibuktikan ampuhnya oleh para dokter. Sungguh ini adalah
mukjizat yang luar biasa.

Mengenai menguap terdapat hadits dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

‫س ِمعَهُ أ َ ْن يُش َِمتَهُ َوأ َ َّما‬


َ ‫علَى ُك ِل ُم ْس ِل ٍم‬
َ ‫َّللاَ فَ َح ٌّق‬
َّ َ‫س فَ َح ِمد‬
َ ‫ط‬ َ ‫ع‬ َ َ ‫اس َويَ ْك َرهُ التَّث‬
َ ‫اؤُب فَإِذَا‬ َ ‫ط‬ َ ُ‫َّللاَ ي ُِحبُّ ْالع‬
َّ ‫إِ َّن‬
َ
ُ ‫ش ْيط‬
‫ان‬ َّ ‫ض ِحكَ ِم ْنهُ ال‬ َ
َ ‫ع فَإِذا قَا َل هَا‬ َ ْ
َ ‫ان فَليَ ُردَّهُ َما ا ْست َطا‬ َ َّ ‫اؤُب فَإِنَّ َما ُه َو ِم ْن ال‬
ِ ‫ش ْيط‬ ُ ‫التث‬َ َّ

“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Karenanya apabila


salah seorang dari kalian bersin lalu dia memuji Allah, maka kewajiban atas setiap
muslim yang mendengarnya untuk mentasymitnya (mengucapkan yarhamukallah).
Adapun menguap, maka dia tidaklah datang kecuali dari setan. Karenanya hendaklah
menahan menguap semampunya. Jika dia sampai mengucapkan ‘haaah’, maka setan
akan menertawainya.” (HR. Bukhari no. 6223 dan Muslim no. 2994)

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu anhu, dia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫ش ْي‬
‫طانَ يَ ْد ُخ ُل‬ َّ ‫علَى فِي ِه فَإ ِ َّن ال‬ ْ ‫ب أ َ َحدُ ُك ْم فَ ْلي ُْمس‬
َ ‫ِك بِيَ ِد ِه‬ َ ‫ِإذَا تَث َ َاو‬
“Bila salah seorang dari kalian menguap maka hendaklah dia menahan mulutnya
dengan tangannya karena sesungguhnya setan akan masuk.” (HR. Muslim no. 2995)

Imam Ibnu Hajar berkata, “Imam Al-Khathabi mengatakan bahwa makna cinta dan
benci pada hadits di atas dikembalikan kepada sebab yang termaktub dalam hadits itu.
Yaitu bahwa bersin terjadi karena badan yang kering dan pori-pori kulit terbuka, dan
tidak tercapainya rasa kenyang. Ini berbeda dengan orang yang menguap. Menguap
terjadi karena badan yang kekenyangan, dan badan terasa berat untuk beraktivitas, hal
ini karena banyaknya makan . Bersin bisa menggerakkan orang untuk bisa beribadah,
sedangkan menguap menjadikan orang itu malas (Fathul Baari, 10/607)

Adapun mengenai bersin, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan


bagaimana seseorang yang mendengar orang yang bersin dan memuji Allah agar
membalas pujian tersebut. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

‫َّللاُ فَ ْليَقُ ْل‬


َّ َ‫َّللاُ فَإِذَا قَا َل لَهُ يَ ْر َح ُمك‬
َّ َ‫احبُهُ يَ ْر َح ُمك‬ ِ ‫ص‬ َ ‫س أ َ َحدُ ُك ْم فَ ْليَقُ ْل ْال َح ْمدُ ِ َّّلِلِ َو ْليَقُ ْل لَهُ أ َ ُخوهُ أ َ ْو‬ َ ‫ع‬
َ ‫ط‬ َ ‫إِذَا‬
ُ‫ص ِل ُح بَالَك ْم‬ ُ
َّ ‫يَ ْهدِيك ُم‬
ْ ُ‫َّللاُ َوي‬
“Ababila salah seorang dari kalian bersin, hendaknya dia mengucapkan,
“alhamdulillah” sedangkan saudaranya atau temannya hendaklah mengucapkan,
“yarhamukallah (Semoga Allah merahmatimu). Jika saudaranya berkata
‘yarhamukallah’ maka hendaknya dia berkata, “yahdikumullah wa yushlih baalakum
(Semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu).” (HR. Bukhari no.
6224 dan Muslim no. 5033)
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu anhu, beliau berkata bahwa beliau mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ‫َّللاَ فَ ََل تُش َِمتُوه‬ َّ َ‫س أ َ َحدُ ُك ْم فَ َح ِمد‬


َّ ‫َّللاَ فَش َِمتُوهُ فَإ ِ ْن لَ ْم يَحْ َم ْد‬ َ ‫ع‬
َ ‫ط‬ َ ‫ِإذَا‬
“Bila salah seorang dari kalian bersin lalu memuji Allah maka tasymitlah dia. Tapi
bila dia tidak memuji Allah, maka jangan kamu tasymit dia.” (HR. Muslim no. 2992).
Tasymit adalah mengucapkan ‘yarhamukallah’.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata:

ُ‫ص ْوتَه‬ َّ ‫َطى َوجْ َههُ ِب َي ِد ِه أ َ ْو بِث َ ْو ِب ِه َوغ‬


َ ‫َض ِب َها‬ َّ ‫س غ‬
َ ‫ط‬ َ ‫سلَّ َم َكانَ ِإذَا‬
َ ‫ع‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫أ َ َّن النَّ ِب‬
َ ‫ي‬
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersin, beliau menutup wajahnya dengan
tangan atau kainnya sambil merendahkan suaranya.” (HR. Abu Daud no. 5029, At-
Tirmizi no. 2745, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no.
4755)

Para dokter di zaman sekarang mengatakan, “Menguap adalah gejala yang


menunjukkan bahwa otak dan tubuh orang tersebut membutuhkan oksigen dan
nutrisi; dan karena organ pernafasan kurang dalam menyuplai oksigen kepada otak
dan tubuh. Dan hal ini terjadi ketika kita sedang kantuk atau pusing, lesu, dan orang
yang sedang menghadapi kematian. Dan menguap adalah aktivitas menghirup udara
dalam-dalam melalui mulut dan bukan mulut dengan cara biasa menarik nafas
dalam-dalam. Karena mulut bukanlah organ yang disiapkan untuk menyaring udara
seperti hidung. Apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka ketika menguap, maka
masuk juga berbagai jenis mikroba dan debu, atau kutu bersamaan dengan masuknya
udara ke dalam tubuh. Oleh karena itu, datang petunjuk nabawi yang mulia agar kita
melawan “menguap” ini sekuat kemampuan kita, atau pun menutup mulut saat
menguap dengan tangan kanan atau pun dengan punggung tangan kiri.

Bersin adalah lawan dari menguap yaitu keluarnya udara dengan keras, kuat disertai
hentakan melalui dua lubang: hidung dan mulut. Maka akan terkuras dari badan
bersamaan dengan bersin ini sejumlah hal seperti debu, haba’ (sesuatu yang sangat
kecil, di udara, yang hanya terlihat ketika ada sinar matahari), atau kutu, atau
mikroba yang terkadang masuk ke dalam organ pernafasan. Oleh karena itu, secara
tabiat, bersin datang dari Yang Maha Rahman (Pengasih), sebab padanya terdapat
manfaat yang besar bagi tubuh. Dan menguap datang dari syaithan sebab ia
mendatangkan bahaya bagi tubuh. Dan atas setiap orang hendaklah memuji Allah
Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi ketika dia bersin, dan agar meminta perlindungan
kepada Allah dari syaitan yang terkutuk ketika sedang menguap (Lihat Al-Haqa’iq
Al-Thabiyah fii Al-Islam: hal 155, dinukil dari web www.alsofwah.or.id)

Subhanallah … Sungguh luar biasa mukjizat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
memerintahkan kita berbagai adab ketika bersin dan menguap. Amalkanlah adab
bersin dan menguap seperti yang diperintahkan dalam berbagai hadits di atas sehingga
kita pun bisa raih barokahnya.

Wallahu waliyyut taufiq.


Sumber : https://rumaysho.com/1991-mukjizat-di-balik-bersin-dan-menguap.html

ADAB MENGUAP 4

ADAB-ADAB MENGUAP

Oleh
Syaikh ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani

1. Apabila seseorang akan menguap, maka hendaknya menahan semampunya dengan


jalan menahan mulutnya serta mempertahankannya agar jangan sampai terbuka, hal
ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‫ع‬ َ َ‫ب أَ َحدُ ُك ْم فَ ْليَ ُردَّهُ َما ا ْست‬


َ ‫طا‬ َ ‫ان فَإِذَا تَثَا َء‬
ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
َّ ‫التَّثَاؤُبُ فَإِنَّ َما ه َُو ِمنَ ال‬.

“Kuapan (menguap) itu datangnya dari syaitan. Jika salah seorang di antara kalian ada
yang menguap, maka hendaklah ia menahan semampunya” [HR. Al-Bukhari no. 6226
dan Muslim no. 2944. Lafazh ini berdasarkan riwayat al-Bukhari]

Apabila tidak mampu menahan, maka tutuplah mulut dengan meletakkan tangannya
pada mulutnya, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

َ ‫ش ْي‬
‫طانَ يَدْ ُخ ُل‬ ْ ‫ب أ َ َحد ُ ُك ْم فَ ْليُ ْمس‬
َّ ‫ِك ِبيَ ِد ِه َع َلى فِ ْي ِه فَإ ِ َّن ال‬ َ ‫ِإذَا تَثَا َء‬

“Apabila salah seorang di antara kalian menguap maka hendaklah menutup mulut
dengan tangannya karena syaitan akan masuk (ke dalam mulut yang terbuka).” [HR.
Muslim no. 2995 (57) dan Abu Dawud no. 5026]

2. Tidak disyari’atkan untuk meminta perlindungan dari syaitan kepada Allah ketika
menguap, karena hal tersebut tidak ada contohnya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, tidak pula dari para Sahabatnya.

ADAB-ADAB BERSIN
1. Hendaknya orang yang bersin untuk merendahkan suaranya dan tidak secara
sengaja mengeraskan suara bersinnya. Hal tersebut berdasarkan hadits dari Abu
Hurairah Radhiyallahu anhu:

ُ‫ص ْوتَه‬ َّ ‫َطى َوجْ َههُ ِبيَ ِد ِه أ َ ْو ِبثَ ْو ِب ِه َوغ‬


َ ‫َض ِب َها‬ َّ ‫س غ‬ َ ‫سلَّ َم َكانَ ِإذَا َع‬
َ ‫ط‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َّ ‫أ َ َّن النَّ ِب‬.
َ ‫ي‬

“Bahwasanya apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersin, beliau Shallallahu


‘alaihi wa sallam menutup wajah dengan tangan atau kainnya sambil merendahkan
suaranya.” [HR. Ahmad II/439, al-Hakim IV/264, Abu Dawud no. 5029, at-Tirmidzi
no. 2746. Lihat Shahih at-Tirmidzi II/355 no. 2205]

2. Hendaknya bagi orang yang bersin menahan diri untuk tidak menolehkan leher
(menekukkan leher) ke kanan atau ke kiri ketika sedang bersin karena hal tersebut
dapat membahayakannya. Seandainya lehernya menoleh (menekuk ke kanan atau ke
kiri) itu dimaksudkan untuk menjaga agar tidak mengenai teman duduk di
sampingnya, hal itu tidak menjamin bahwa lehernya tidak cedera. Telah terjadi pada
beberapa orang ketika bersin memalingkan wajahnya dengan tujuan untuk menjaga
agar teman duduknya tidak terkena, namun berakibat kepalanya kaku dalam posisi
menoleh.

3. Dianjurkan kepada orang yang bersin untuk mengucapkan alhamdulillaah sesudah


ia selesai bersin. Dan tidak disyari’atkan kepada orang-orang yang ada di sekitarnya
untuk serta merta mengucapkan pujian kepada Allah (menjawabnya) ketika
mendengar orang yang bersin. Telah ada ungkapan pujian yang disyari’atkan bagi
orang yang bersin sebagaimana yang tertuang dalam sunnah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam yaitu:

ِ‫ا َ ْل َح ْمدُ ِلل‬.

“Segala puji bagi Allah” [HR. Al-Bukhari no. 6223, at-Tirmidzi no. 2747]

َ‫ب ْالعَالَ ِميْن‬


ِ ‫اَ ْل َح ْمدُ ِللِ َر‬.

“Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam.” [HR. Al-Bukhari di dalam al-
Adaabul Mufrad no. 394, an-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 224, Ibnu
Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no.259. Lihat Shahihul Jami’ no. 686]

‫اَ ْل َح ْمدُ ِللِ َعلَى ُك ِل َحا ٍل‬.

“Segala puji bagi Allah atas segala hal” [HR. Ahmad I/120,122, at-Tirmidzi no. 2738,
ad-Darimi II/283, al-Hakim IV/66. Lihat Shahih at-Tirmidzi II/354 no. 2202]

َ ‫اركا ً فِ ْي ِه َك َما ي ُِحبُّ َربُّنَا َو يَ ْر‬


‫ضى‬ َ ‫اَ ْل َح ْمد ُ ِللِ َح ْمدًا َكث ِِِي ًْرا‬.
َ َ‫ط ِيبا ً ُمب‬

“Segala puji bagi Allah (aku memuji-Nya) dengan pujian yang banyak, yang baik dan
penuh ke-berkahan sebagaimana yang dicintai dan diridhai oleh Rabb kami.” [HR.
Abu Dawud no. 773, al-Hakim III/232. Lihat Shahih Sunan Abi Dawud I/147 no.
700]

4. Wajib bagi setiap orang yang mendengar orang bersin (dan mengucapkan
alhamdulillah) untuk melakukan tasymit kepadanya, yaitu dengan mengucapkan,

ُ‫َي ْر َح ُمكَ هللا‬

“Semoga Allah memberikan rahmat kepadamu.”

Apabila tidak mendengarnya mengucapkan al-hamdulillah, maka janganlah


mengucapkan tasymit (ucapan yarhamukallah) baginya, dan tidak perlu
mengingatkannya untuk mengucapkan hamdallah (ucapan alhamdulillaah).[1]

5.Bila ada orang kafir bersin lalu dia memuji Allah, boleh berkata kepadanya:

‫ص ِل ُح بَالَ ُك ْم‬
ْ ُ‫يَ ْه ِد ْي ُك ُم هللاُ َوي‬.

“Semoga Allah memberikan pada kalian petunjuk dan memperbaiki keadaan kalian.”
Hal ini berdasarkan hadits Abu Musa al-‘Asy’ari Radhiyallahu anhu, ia berkata:

ُ‫ يَ ْه ِد ْي ُك ُم هللا‬:ُ‫ فَيَقُ ْول‬،ُ‫سلَّ َم يَ ْر ُج ْونَ أَ ْن يَقُ ْو َل لَ ُه ْم يَ ْر َح ُم ُك ُم هللا‬


َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫س ْونَ ِع ْندَ َر‬
َ ‫س ْو ِل هللا‬ َ ‫َكانَ ْاليَ ُه ْود ُ يَت َ َعا‬
ُ ‫ط‬
ُ‫ص ِل ُح باَلَك ْم‬ ْ ُ‫وي‬.َ

“Orang-orang Yahudi berpura-pura bersin di ha-dapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi


wa sallam, mereka berharap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudi mengatakan
kepada mereka yarhamukumullah (semoga Allah memberikan rahmat bagi kalian),
namun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya mengucapkan yahdikumullaah
wa yushlihu baalakum (semoga Allah memberikan pada kalian petunjuk dan
memperbaiki keadaanmu).” [HR. Ahmad IV/400, al-Bukhari dalam al-Adaabul
Mufrad II/392 no. 940, Abu Dawud no. 5058, an-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal
Lailah no. 232, at-Tirmidzi no. 2739, al-Hakim IV/268. Lihat Shahih Sunan at-
Tirmidzi II/354 no. 2201]

6. Apabila orang yang bersin itu menambah jumlah bersinnya lebih dari tiga kali,
maka tidak perlu dijawab dengan ucapan yarhamukallah. Hal ini berdasarkan sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ِ َ‫ت بَ ْعدَ ثََل‬


ٍ ‫ث َم َّرا‬
‫ت‬ ْ ‫ث فَ ُه َو َم ْز ُك ْو ٌم َوالَ تُش َِم‬ ُ ‫س أ َ َحد ُ ُك ْم فَ ْليُش َِمتْهُ َج ِل ْي‬
ٍ َ‫ َوإِ ْن زَ ادَ َعلَى ثََل‬،ُ‫سه‬ َ ‫إِذَا َع‬.
َ ‫ط‬

“Apabila salah seorang di antara kalian bersin, maka bagi yang duduk di dekatnya
(setelah mendengarkan ucapan alhamdulillaah) menjawabnya dengan ucapan
yarhamukallah, apabila dia bersin lebih dari tiga kali berarti ia sedang terkena flu dan
jangan engkau beri jawaban yarhamukallah setelah tiga kali bersin.” [HR. Abu
Dawud no. 5035 dan Ibnu Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 251. Lihat
Shahiihul Jami’ no. 684]

Dan jangan mendo’akan orang yang bersin lebih dari tiga kali serta jangan pula
mengucapkan kepadanya do’a:

َ‫شفَاكَ هللاُ َو َعافَاك‬


َ .

“Semoga Allah memberikan kesembuhan dan menjagamu.”

Karena seandainya hal tersebut disyari’atkan maka tentulah Rasulullah Shallallahu


‘alaihi wa sallam telah mencontohkannya.

7. Apabila ada orang yang bersin sedangkan imam sedang berkhutbah (Jum’at), maka
ia harus mengucapkan alhamdulillah (dengan merendahkan suara) dan tidak wajib
untuk dijawab yarhamu-kallah karena diam dikala khutbah Jum’at adalah wajib
hukumnya.

8. Barangsiapa yang bersin sedangkan ia dalam keadaan tidak dibolehkan untuk


berdzikir (memuji Allah), misalnya sedang berada di WC, apabila ia khilaf
menyebutkan alhamdulillah, maka tidak wajib bagi kita yang mendengarkannya untuk
menjawab yarhamukallah. Hal ini karena berdzikir di WC terlarang. [Lihat kitab
Adaabut Tatsaa-ub wal ‘Uthas oleh ar-Rumaih]
[Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-
Suhaibani, Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim Teladan, Penerjemah
Zaki Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Cetakan Kedua Shafar 1427H –
Maret 2006M]
_______
Footnote
[1]. Berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ُ‫ فَش َِمت ُ ْوهُ فِإ ِ ْن لَ ْم يَحْ َم ِد هللاَ فََلَ تُش َِمت ُ ْوه‬:َ‫س أ َ َحد ُ ُك ْم فَ َح ِمدَ هللا‬ َ ‫إِذَا َع‬.
َ ‫ط‬

“Jika salah seorang dari kalian bersin lalu mengucapkan alhamdulillah, maka
hendaklah kalian mengucapkan tasymit (ucapan yarhamukallah) baginya, namun jika
tidak, maka janganlah mengucapkan tasymit baginya.” [HR. Muslim no. 2992]

Sumber: https://almanhaj.or.id/4010-adab-adab-menguap-dan-bersin.html

ADAB MENGUAP 5

Orang tua kita dahulu mengajarkan,” nak.. kalau habis menguap, jangan lupa istighfar
ya..” Gayungpun bersambut, lalu muncul lah presepsi bahwa beristighfar setelah
menguap itu termasuk sunnah atau ada perintahnya dari Nabi. Anggapan ini tersebar
luas di masyarakat.

Apakah anggapan ini benar ?

Sebagai seorang mukmin tentu kita tak ingin beramal hanya sekedar beralasan
anggapan atau praduga, tanpa dalil yang melandasi amalan tersebut. Karena hukum
asal dari ibadah itu dilarang, sampai ada dalil yang memperintahkan.

Tak ada salahnya bila kemudian kita mempertanyakan,

” Apakah benar istighfar setelah menguap itu sunnah?” Kemudian mencari jawaban
dari penjelasan para ulama rabbani.

Syaikh Muhammad Mukhtar Asy-Syinqithi hafidzohullah pernah ditanya mengenai


permasalahan ini. Setelah beliau memuji Allah dan bershalawat kepada RasulNya,
beliau menjawab,

” Tidak ada perintahnya beristighfar (setelah menguap). Tak ada dzikir-dzikir khusus
yang berkaitan dengan menguap, tidak pula diperintahkan untuk beristi’adzah setelah
menguap. Oleh karena itu kita mencukupkan diri dengan amalan-amalan yang ada
dalilnya.

Diriwayatkan dari Nabi shallallahu’alaihiwasallam bahwa beliau memerintahkan


seorang yang menguap untuk menahannya.

Dan (perlu kita ketahui) bahwa amalan sunnah itu ada beberapa macam:
– Ada dalam bentuk perkataan

– kemudian ada dalam bentuk perbuatan saja

– ada pula yang berupa perkataan dan perbuatan sekaligus… ”

( Fatwa beliau dapat didengar di sini)

Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah juga menfatwakan,

،‫ (التثاؤب من الشيطان‬:‫أما التثاؤب فإن الرسول عليه الصَلة والسَلم قال‬


:‫ فإن عجز فليضع يده على فيه) ولم يقل‬،‫فإذا تثاءب أحدُكم فليَ ْك ِظم ما استطاع‬
‫ فدل هذا‬،)‫ (التثاؤب من الشيطان‬:‫ مع أنه قال‬،‫إذا تثاءب أحدكم فليستعذ بالل‬
.‫سنَّة‬
ُ ‫على أن االستعاذة بالل من الشيطان الرجيم عند التثاؤب ليست ب‬
” Adapun berkaitan dengan menguap, Rasulullah ‘alaihis shalatu was salam bersabda,
” Menguap itu dari setan, maka bila salah seorang di antara kalian menguap,
hendaklah ia menahannya sedapat mungkin. Bila ia tak mampu menahannya, maka
hendaknya ia menutup mulutnya dengan tangannya.”

Nabi tidak mengatakan ,” Bila kalian menguap maka beristi’adzahlah.” Padahal


bersamaan dengan itu beliau juga bersabda,” Menguap itu dari setan.”

Ini dalil bahwa beristi’adzah setelah menguap itu bukan termasuk sunnah (red.
tuntunan Nabi). ” ( Silsilah liqa al-baba al-maftuh, juz 22)

Meski fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin di atas hanya menyinggung
permasalahan isti’adzah setelah menguap, namun secara subtansi pernyataan beliau
tersebut juga ada kaitannya dengan masalah yang sedang kita bicarakan, yaitu
beristighfar setelah menguap sama-sama tidak ada tuntunannya dari Nabi
shallallahu’alaihiwasallan.

Sehingga bisa pula kita katakan, “Nabi shallallahu’alaihiwasallam tidak bersabda ,”


Bila kalian menguap maka beristighfarlah.”

Akan tetapi Nabi bersabda, “…bila salah seorang di antara kalian menguap,
hendaklah ia menahannya sedapat mungkin. Bila ia tak mampu menahannya, maka
hendaknya ia menutup mulutnya dengan tangannya.”

Lalu Apa yang Disunnahkan Tatkala Menguap ?

Dalam fatwa Syaikh Muhammad Mukhtar Asy-Syinqithi di atas telah disinggung


bahwa amalan sunnah yang berkaitan dengan menguap adalah amalan sunnah dalam
bentuk perbutan, bukan ucapan atau dzikir tertentu.

Diantara amalan yang disunnahkan tatkala seorang menguap adalah menahannya


semampu mungkin.
Hal ini karena telah dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

“Menguap adalah dari setan, maka jika salah seorang di antara kalian menguap,
hendaklah ia menahannya sedapat mungkin.” (HR Muslim)

Dalam hadits lain disebutkan,

‫علَى ُك ِل ُم ْس ِل ٍم‬َ ‫َّللاَ فَ َح ٌّق‬


َّ َ‫س فَ َح ِمد‬ َ ‫ط‬ َ ‫ع‬
َ ‫ب فَإِذَا‬ َ ُ‫اس َويَ ْك َرهُ التَّثَاؤ‬
َ ‫ط‬ َ ُ‫َّللاَ يُ ِحبُّ ْالع‬
َّ ‫إِ َّن‬
‫ع فَإِذَا قَا َل‬ َ َ ‫ان فَ ْليَ ُردَّهُ َما ا ْست‬
َ ‫طا‬ ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬ ُ َ ‫س ِمعَهُ أ َ ْن يُش َِمتَهُ َوأ َ َّما التَّث‬
َّ ‫اؤُب فَإِنَّ َما ُه َو ِم ْن ال‬ َ
ُ ‫ط‬
‫ان‬ َ ‫ش ْي‬َّ ‫ض ِح َك ِم ْنهُ ال‬
َ ‫هَا‬
“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Oleh karena itu bila
salah seorang dari kalian bersin lantas dia memuji Allah, maka wajib atas setiap
muslim yang mendengarnya untuk mentasymitnya (mengucapkan “yarhamukallah”).
Adapun menguap, maka dia dari setan. Maka bila seorang menguap hendaklah dia
menahan semampunya. Bila seorang menguap sampai keluar ucapan ‘haaah’, setan
akan menertawainya.” (HR. Al-Bukhari no. 6223 dan Muslim no. 2994)

Kemudian bila tak mampu menahannya, maka tutuplah mulut dengan tangan. Karena
Rasulullah shallallahua’alaihiwasallam pernah bersabda,

َ ‫ش ْي‬
‫طانَ يَ ْد ُخل‬ َّ ‫علَى فِي ِه فَإ ِ َّن ال‬ ْ ‫ب أ َ َحدُ ُك ْم فَ ْليُ ْمس‬
َ ‫ِك بِيَ ِد ِه‬ َ ‫ِإذَا تَث َ َاو‬
“Apabila salah seorang diantara kalian menguap maka hendaklah menutup mulut
dengan tangannya karena syeitan akan masuk (ke dalam mulut yang terbuka). ” (HR.
Muslim no.2995 (57) dan Abu Dawud no.5026)

Semoga Allah memberi taufiq kepada kita semua.

…..

Derman, Sumbermulyo, 17 Agustus 2014

Penulis: Ahmad Anshori

Muroja’ah: Ustadz Said Yai, MA

Sumber: https://muslim.or.id/22405-adakah-tuntunan-membaca-istighfar-setelah-
menguap.html

Você também pode gostar