Você está na página 1de 18

JURNAL

KECERDASAN EMOSI PADA


REMAJA PELAKU TAWURAN

ADEK ALHAMRI

M. FAKHRURROZI, MPsi, Psi

ABSTRAK
Dewasa ini semakin banyak orang yang berpikiran bahwa kecerdasan
emosi adalah salah satu hal yang penting disamping IQ. Bahkan ada seorang
Daniel Goleman menyatakan bahwa kecerdasan emosional itu lebih penting
daripada IQ. Dia menyatakan bahwa kecerdasan emosi itu adalah : kemampuan
untuk mengendalikan emosi diri sendiri, kemampuan untuk membaca perasaan
orang lain, dan membina hubungan yang baik dengan orang lain. Selain itu bisa
juga diartikan sebagai kemampuan untuk mengontrol perasaan diri sendiri dan
perasaan orang lain. Dengan kata lain kecerdasan emosi seseorang itu akan
terbentuk apabila ada kerjasama yang baik antara pikiran dan perasaan.
Beberapa tahun belakangan semakin banyak remaja khususnya pelajar
SMA atau pelajar STM yang tidak bisa mengendalikan emosi diri mereka. Yang
mana hal itu mengakibatkan semakin banyaknya remaja-remaja yang tidak
memiliki kecerdasan emosi yang baik dan sering kehilangan kontrol dengan
emosinya. Salah satunya mereka terlibat dalam tawuran.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran karakteristik
kecerdasan emosi pada remaja pelaku tawuran, hal-hal yang mempengaruhi
kecerdasan emosi serta sejauh mana tawuran mempengaruhi kecerdasan emosi
mereka.
Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Metode
pengambilan data dalam penelitian ini, adalah dengan menggunakan metode
wawancara dengan pedoman umum. Sedangkan dalam observasi peneliti
menggunakan metode observasi langsung. Untuk membantu proses
pengumpulan data maka peneliti menggunakan Handycam sebagai alat
perekam. Dalam penelitian ini subjek yang dipilih adalah 2 siswa SMA. Dengan
usia antara 16-18 tahun. Selain itu siswa yang dipilih adalah siswa yang pernah
terlibat dalam tawuran.
Setelah dilakukannya penelitian, secara garis besar dapat di ambil kesimpulan
bahwa gambaran karakteristik kecerdasan emosi pada remaja pelaku tawuran
adalah kedua subjek memiliki rasa percaya pada dirinya sendiri, kedua subjek
termasuk orang yang tidak bisa mengontrol emosinya, kalau ada masalah,
kedua subjek berinisiatif untuk menyelesaikan masalah mereka tersebut, kedua
subjek berusaha untuk memahami dan menghargai pendapat teman-temannya,
subjek 1 hanya percaya dengan teman dekatnya saja, subjek 2 tidak bisa
langsung percaya dengan orang lain, kalau temannya ada masalah subjek 1 dan
subjek 2 akan berusaha untuk membantu temannya menyelesaikan masalah
tersebut, ketika berhubungan dengan orang lain atau teman-temannya kedua
subjek berusaha untuk menjaga emosinya.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi subjek adalah
kedua subjek merasa bahwa dengan bertambahnya usia juga ikut membentuk
karakter emosi diri mereka, kedua subjek semakin bisa mengatur emosi ketika
berada di dalam keluarganya, terakhir kedua subjek merasa bahwa Sekolah
memberi perubahan pada diri mereka yaitu mereka semakin tambah dewasa dan
bisa mengontrol emosinya.
Sejauh mana tawuran mempengaruhi kecerdasan emosi mereka dapat di lihat
dari penjelasan berikut ini. Kedua subjek memiliki kesadaran diri yang tinggi
semenjak ikut tawuran, semenjak ikut tawuran subjek 1 merasa kalau situasi di
sekitarnya tidak enak dia bisa langsung emosi. Sedangkan subjek 2 lebih susah
untuk mengontrol emosinya, semenjak ikut tawuran kalau menghadapi masalah,
subjek 1 langsung mengambil inisiatif untuk menyelesaikannya pada hari itu juga.
Sedangkan pada subjek 2 semenjak ikut tawuran dia merasa tidak bisa lagi
mengambil inisiatif sendiri untuk menyelesaikan sebuah masalah. Pikirannya
hanya ke tawuran saja, semenjak ikut tawuran, subjek 1 dan subjek 2 semakin
percaya dengan teman-teman dekatnya saja, dan yang terakhir semenjak ikut
tawuran, Subjek 1 semakin bisa untuk bekerjasama dengan teman-temannya
dalam soal tawuran. Sedangkan subjek 2 hanya bisa bekerjasama dengan
teman-teman yang ikut tawuran bersama dengan dia atau dengan teman
dekatnya saja.

A. Latar Belakang Masalah


Masa remaja merupakan dilakukan oleh siswa Sekolah
masa yang sangat penting di Lanjutan Tingkat Atas. Moesono dkk
dalam perkembangan seorang (1996) mengatakan bahwa untuk
manusia. Istilah “pemberontak” memecahkan masalah tawuran
merupakan istilah yang sering pelajar perlu untuk mengetahui
dilekatkan pada masa remaja karena karakteristik profil siswa yang terlibat
mereka sering melakukan suatu di dalamnya. Dengan mengenal
tindakan yang melanggar aturan. siswa pelaku tawuran, maka kita
Adanya sifat pemberontak pada diri akan lebih mengerti mereka dan
remaja, tampak pada mengetahui motivasi di belakang
kecenderungan remaja untuk perilakunya.
melakukan tindakan-tindakan yang Dari penelitian yang
mengandung resiko. Perilaku dilakukan oleh Moesono dkk (1996),
kenakalan remaja ini tampak dalam dapat di ketahui beberapa
perilaku seks pranikah, bolos karakteristik siswa yang melakukan
sekolah, terlibat perkelahian, bahkan tawuran pelajar di Jakarta. Beberapa
ada yang merampok dan di antaranya memperlihatkan
membunuh. Di Indonesia, kesamaan dengan konsep
khususnya Jakarta, dari berbagai kecerdasan emosi yang di
jenis kenakalan remaja seperti yang kemukakan oleh Goleman (2006).
telah disebutkan oleh di atas, Menurut Moesono dkk (1996)
kenakalan yang paling menonjol kecerdasan emosi meliputi
adalah tawuran antar pelajar. sekelompok keterampilan yang
Tawuran pelajar merupakan suatu besar pengaruhnya dalam
permasalahan yang sudah lama kehidupan. Keterampilan-
terjadi di Indonesia. Tawuran pelajar keterampilan tersebut adalah self
merupakan suatu fenomena klasik awareness (kemampuan untuk
yang telah ada sejak lama.Tercatat menyadari emosi diri), self control
sejak tahun 1970-an mulai sering (kemampuan untuk mengontrol
terjadi aksi perkelahian massal yang emosi yang muncul), self motivation
(kemampuan untuk memotivasi diri), dan biologis, dan serangkaian
empathy (kemampuan untuk kecenderungan untuk bertindak.
mengetahui dan memahami emosi Menurut Goleman (2006)
orang lain), dan social skill kecerdasan emosi adalah
(kemampuan untuk membina kemampuan untuk
hubungan dengan orang lain). mengendalikan impuls
Melihat berbagai uraian di emosional, kemampuan untuk
atas, peneliti sangat tertarik untuk membaca perasaan orang lain,
mengetahui gambaran kecerdasan dan kemampuan untuk membina
emosional para siswa SMA atau hubungan yang baik dengan
STM di Jakarta yang pernah ikut orang lain.
tawuran pelajar. Peneliti berharap
bahwa hasil yang diperoleh akan 2. Konsep Kecerdasan
dapat memberikan informasi tentang
bagaimana kecerdasan emosi yang Emosional
dimiliki oleh remaja siswa SMA atau Goleman (2006) menyatakan
STM di Jakarta. bahwa konsep kecerdasan
emosional meliputi lima wilayah
B. Pertanyaan Penelitian utama, yaitu :
Penelitian ini bertujuan untuk a. Mengenali emosi diri
menjawab pertanyaan penelitian: Kesadaran diri adalah
1. Bagaimana gambaran kemampuan untuk
karakteristik kecerdasan emosi mengenali perasaan sewaktu
pada remaja pelaku tawuran ? perasaan itu terjadi. Ini
2. Mengapa subjek memiliki merupakan dasar
kecerdasan emosi yang demikian ? kecerdasan emosional.
3. Bagaimana tawuran Konsep ini meliputi
mempengaruhi perkembangan kemampuan untuk
kecerdasan emosi pada subjek ? memantau perasaan dari
waktu ke waktu yang
C. Tujuan Penelitian merupakan hal penting bagi
Penelitian ini bertujuan untuk wawasan psikologi dan
mengetahui: pemahaman diri.
1. Gambaran karakteristik Ketidakmampuan untuk
kecerdasan emosi pada mengenali emosi diri kita
remaja pelaku tawuran. yang sesungguhnya
2. Hal-hal yang mempengaruhi membuat kita berada dalam
kecerdasan emosi subjek. kekuasaan perasaan. Orang
3. Sejauh mana tawuran yang memiliki keyakinan
mempengaruhi kecerdasan yang lebih tentang
emosi subjek. perasaannya adalah sebuah
pilot yang andal bagi
D. Kecerdasan Emosi kehidupan mereka. Karena
1. Pengertian Kecerdasan mereka mempunyai
Emosi kepekaan yang lebih tinggi
“Emosi” berasal dari bahasa akan perasaan mereka yang
latin yaitu movere, yang berarti sesungguhnya di dalam
“menggerakkan, bergerak” pengambilan keputusan-
(Goleman, 2006). Menurut keputusan masalah pribadi,
Goleman (2006) emosi adalah mulai dari masalah siapa
suatu perasaan dan pikiran yang yang akan dinikahi sampai
khas, suatu keadaan fisiologis ke pekerjaan apa yang akan
diambil.
b. Mengelola emosi sosial akibat ketidakpedulian
Bagaimana menangani secara emosional, dan
perasaan agar perasaan kita alasan-alasan mengapa
dapat terungkap dengan empati memupuk altruisme.
dengan pas adalah Orang yang berempatik
kecakapan yang bergantung akan lebih mampu
pada kesadaran diri. Pada menangkap sinyal-sinyal
konsep ini akan ditinjau sosial yang tersembunyi
kemampuan kita untuk yang mengisyaratkan apa-
menghibur diri sendiri, apa yang dibutuhkan atau
melepaskan kecemasan, dikehendaki oleh orang lain.
kemurungan, atau Orang-orang seperti ini lebih
ketersinggungan, dan cocok untuk pekerjaan-
akibat-akibat yang akan pekerjaan keperawatan,
timbul karena gagalnya mengajar, penjualan, dan
keterampilan emosional manajemen.
dasar ini. Orang-orang yang e. Membina hubungan
buruk kemampuannya Seni membina hubungan,
dalam keterampilan ini akan sebagian besar merupakan
terus menerus bertarung keterampilan mengelola
melawan perasaan murung, emosi orang lain. Di konsep
sementara mereka yang ini akan ditinjau
pintar dapat bangkit kembali keterampilan dan
dengan jauh lebih cepat dari ketidakterampilan sosial,
kemerosotan dan kejatuhan dan keterampilan-
dalam kehidupan. keterampilan tertentu yang
c. Memotivasi diri sendiri berkaitan. Ini merupakan
Menata emosi sebagai alat keterampilan yang
untuk mencapai tujuan menunjang popularitas,
adalah hal yang sangat kepemimpinan, dan
penting dalam kaitan untuk keberhasilan antar pribadi.
memberi perhatian, untuk Orang-orang yang hebat
memotivasi diri sendiri dan dalam keterampilan ini
menguasai diri sendiri, dan aakan sukses dalam bidang
untuk berkreasi. Kendali diri apapun yang mengandalkan
emosional yaitu menahan pergaulan yang mulus
diri terhadap kepuasan dan dengan orang lain, mereka
mengendalikan dorongan ini adalah “bintang-bintang”
hati adalah landasan nya dalam pergaulan.
keberhasilan dalam
berbagai bidang. Orang-
orang yang memiliki 3. Karakteristik Kecerdasan
keterampilan ini cenderung Emosi
Menurut Goleman
jauh lebih produktif dan
efektif dalam hal apapun (2006) karakteristik
yang mereka kerjakan. kecerdasan emosi itu
meliputi :
d. Mengenali emosi orang lain
a. Kesadaran diri
Empati, kemampuan yang
Kesadaran diri adalah
juga bergantung pada
kesadaran diri emosional, kemampuan individu untuk
merupakan “keterampilan mengetahui apa yang
dirasakan pada suatu saat
bergaul” dasar. Di sini akan
dan menggunakannya untuk
di teliti akar empati, biaya
memandu pengambilan 4. Faktor-Faktor Yang
keputusan diri sendiri, Mempengaruhi Kecerdasan
memiliki tolak ukur yang Emosi
realistis atas kemampuan diri Goleman (2006)
dan kepercayaan diri yang menambahkan bahwa ada
kuat. beberapa faktor yang dapat
b. Pengaturan diri mempengaruhi kecerdasan
Pengaturan diri yaitu emosi seseorang, yaitu
kemampuan individu faktor yang bersifat bawaan
menangani emosi sedemikian atau genetik (temperamen),
baik sehingga berdampak positif faktor yang berasal dari
kepada pelaksanaan tugasnya, lingkungan keluarga (cara
peka terhadap kata hati dan asuh orang tua), dan faktor
sanggup menunda kenikmatan pendidikan emosi yang
sebelum tercapainya suatu diperoleh siswa di sekolah.
sasaran, mampu pulih kembali Menurut Goleman (2006)
dari tekanan. kecerdasan emosi itu
c. Motivasi tumbuh seiring pertumbuhan
Menggunakan hasrat yang seseorang sejak lahir hingga
paling dalam untuk ia meninggal dunia.
menggerakkan dan menuntun
individu menuju sasaran,
membantu individu mengambil E. Tawuran
inisiatif dan bertindak sangat 1. Pengertian Tawuran
Menurut Kamus Besar Bahasa
efektif dan untuk bertahan
Indonesia (1990), yang dimaksud
menghadapi kegagalan dan
dengan tawuran adalah :
frustrasi.
perkelahian massal atau
d. Empati
Empati adalah kemampuan perkelahian yang dilakukan
beramai-ramai. Berdasarkan
untuk merasakan yang
definisi, maka kata tawuran pelajar
dirasakan orang lain, mampu
dapat diartikan sebagai
memahami perspektif mereka,
perkelahian yang dilakukan secara
menumbuhkan hubungan saling
percaya dan menyelaraskan diri massal / beramai-ramai antara
dengan bermacam-macam sekelompok pelajar dengan
sekelompok pelajar lainnya.
orang.
Menurut Mansoer (dalam
e. Keterampilan sosial
Solikhah, 1999) perkelahian
Keterampilan sosial adalah
kemampuan untuk pelajar atau yang biasa disebut
menangani emosi dengan dengan tawuran adalah
perkelahian massal yang
baik ketika berhubungan
merupakan perilaku kekerasan
dengan orang lain dan
antar kelompok pelajar laki-laki
dengan cermat membaca
yang ditujukan pada kelompok
situasi dan jaringan sosial,
mampu berinteraksi dengan pelajar dari sekolah lain.
lancar, menggunakan Selain itu dalam penelitiannya,
Mansoer (dalam Solikhah, 1999)
keterampilan-keterampilan
menemukan bahwa terjadinya
ini untuk mempengaruhi dan
tawuran disebabkan oleh dua
memimpin, bermusyawarah
dan menyelesaikan faktor, yaitu :
perselisihan serta untuk 1. Adanya permusuhan yang
menahun (permusuhan yang
bekerja sama dan bekerja
menjadi tradisi)
dalam tim.
2. Adanya barisan siswa d. Tawuran pelajar antara dua
(selanjutnya disebut basis) kelompok pelajar dari
Basis atau barisan siswa sekolah yang berbeda yang
dibentuk oleh sekelompok bersifat insidental.
pelajar yang menggunakan bus Perkelahian jenis ini
dan memiliki rute bus yang biasanya dipicu situasi dan
sama saat berangkat sekolah kondisi tertentu. Misalnya
dan pulang sekolah. Jumlah suatu kelompok pelajar yang
anggota basis biasanya lebih sedang menaiki bus secara
dari 10 orang. Terbentuknya kebetulan berpapasan
basis disebabkan karena dengan kelompok pelajar
adanya persepsi rasa tidak yang lainnya. Selanjutnya
aman seseorang yang intens terjadilah saling ejek-
selama perjalanan berangkat mengejek sampai akhirnya
dan pulang sekolah. terjadi tawuran.
e. Tawuran pelajar antara dua
2. Jenis- Jenis Tawuran kelompok pelajar dari
Pelajar sekolah yang sama tetapi
Menurut Mustofa (1998), berasal dari jenjang kelas
tawuran pelajar dapat yang berbeda, misalnya
dikelompokkan menjadi lima, tawuran antara siswa kelas II
yaitu : dengan siswa kelas III.
a. Tawuran pelajar antara dua
kelompok pelajar dari
sekolah yang berbeda yang F. Remaja
mempunyai rasa 1. Pengertian
permusuhan yang telah Masa remaja, menurut
terjadi turun-temurun / Mappiare (dalam Ali & Asrori,
bersifat tradisional. 2004) berlangsung antara umur
b. Tawuran pelajar antara dua 12 tahun sampai dengan 21
kelompok pelajar. Kelompok tahun bagi wanita dan 13 tahun
yang satu berasal dari satu sampai dengan 22 tahun bagi
sekolah, sedangkan pria. Menurut Gunarsa dan
kelompok yang lainnya Gunarsa (2006) masa remaja
berasal dari suatu perguruan merupakan masa peralihan
yang didalamnya tergabung antara masa anak-anak dan
beberapa jenis sekolah. masa dewasa, yakni antara umur
Permusuhan yang terjadi di 12 tahun sampai umur 21 tahun.
antara dua kelompok ini juga Definisi remaja menurut Hurlock
bersifat tradisional. (1993) ialah melihat masa remaja
c. Tawuran pelajar antara dua sebagai suatu periode masa
kelompok pelajar. Kelompok transisi dari masa anak-anak
yang satu berasal dari suatu menuju ke arah kematangan.
sekolah, sedangkan
kelompok lawannya 2. Tugas Perkembangan
merupakan koalisi / Remaja
gabungan dari berbagai Menurut Gunarsa dan Gunarsa
macam sekolah yang (2006) remaja mempunyai
sejenis. Rasa permusuhan beberapa tugas perkembangan,
yang terjadi diantara dua yaitu :
kelompok ini juga bersifat a. Menerima keadaan fisiknya
tradisional. b. Memperoleh kebebasan
emosional
c. Mampu bergaul mendapatkan penolakan dari
d. Menemukan model untuk kelompoknya.
identifikasi Kalau ia tidak mau mengikutinya,
e. Mengetahui dan menerima maka ia akan dianggap remeh,
kemampuan sendiri dicemoohkan, diasingkan, atau
f. Memperkuat penguasaan diri bahkan dimusuhi oleh
atas dasar skala nilai dan kelompoknya sendiri. Akharinya
norma ia terpaksa melakukan tindakan
g. Meninggalkan reaksi dan tertentu yang oleh umum
cara penyesuaian kekanak- dianggap sebagai kenakalan
kanakan. remaja (juvenille delinquency)
(Soekanto, 1991).
3. Pentingnya Kelompok Berdasarkan pendapat
pada Masa Remaja Jersild (1978) yang dimaksud
Menurut Yarscheki dan dengan remaja yang nakal
Mahon (dalam Dwimadia, 2001) adalah mereka yang berusia 18
pada masa remaja, seorang tahun / lebih muda dari 18 tahun
remaja akan bergantung pada yang melakukan suatu tindakan
kelompok teman sebayanya. pelanggaran, yang apabila
Kecenderungan remaja untuk tindakan tersebut dilakukan oleh
bergaul dengan kelompok akan orang dewasa akan dikenakan
menyebabkan meningkatnya sanksi hukum.
tingkat interaksi mereka dengan
kelompok. G. Kecerdasan Emosi Remaja
Tujuan bergabungnya pelaku Tawuran
seorang remaja pada suatu Moesono dkk (1996)
kelompok adalah untuk membuktikan bahwa terdapat
mendapatkan kepuasan kepada perbedaan gambaran
anggota-anggotanya di dalam kecerdasan emosi pada siswa
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang sering ikut terlibat dalam
penerimaan sosial, tawuran pelajar. Maka akan
meningkatkan kepercayaan diri sangat berguna jika dapat
mereka, dan memberikan dilakukan pengembangan
indentitas kepada mereka kecerdasan emosi mereka,
(Santrock, 2002). dalam upaya menurunkan
tingkat agresivitasnya.
4. Pengaruh Kelompok Dengan demikian remaja
terhadap Kenakalan yang memiliki kecerdasan emosi
Remaja yang baik akan dapat
Seperti yang telah mengontrol diri agar mereka
diungkapkan sebelumnya, kalau tidak melakukan tindakan–
remaja sangat ingin sekali tindakan agresif yang merugikan
mendapatkan penerimaan sosial diri mereka dan orang lain. Kalau
dari kelompoknya. Untuk mereka sudah dapat
mendapatkan penerimaan dari mengembangkan kecerdasan
kelompoknya, remaja harus emosi mereka dengan baik,
menyesuaikan diri dengan maka mungkin disaat-saat yang
aturan-aturan yang dibuat oleh akan datang di Indonesia,
kelompoknya. Bila seorang khususnya di Jakarta yang
remaja melakukan namanya tawuran pelajar dapat
penyimpangan dari kebiasaan dikurangi.
atau aturan yang telah ditetapkan
oleh kelompoknya, maka ia akan
H. Pendekatan Penelitian ia sedang diwawancarai secara
Karena bersifat deskriptif, sistematis untuk menggali data.
maka pendekatan yang
digunakan untuk penelitian ini b. Wawancara dengan Pedoman
adalah pendekatan kualitatif. Umum
Menurut Poerwandari (1998) Dalam proses wawancara ini,
penelitian kualitatif adalah peneliti dilengkapi pedoman
penelitian yang menghasilkan wawancara yang sangat umum,
dan mengolah data yang sifatnya yang mencantumkan isu-isu
deskriptif. Seperti gambar, yang harus diliput tanpa
transkripsi wawancara, catatan menentukan urutan pertanyaan,
lapangan, foto, rekaman video, bahkan mungkin tanpa bentuk
dan lain sebagainya. pertanyaan eksplisit. Pedoman
Menurut Denzin dan Lincoln wawancara digunakan untuk
(dalam Basuki, 2006) penelitian mengingatkan peneliti mengenai
kualitatif lebih ditujukan untuk aspek-aspek yang harus
mencapai pemahaman dibahas, sekaligus menjadi
mendalam mengenai organisasi daftar pengecek (checklist)
atau peristiwa khusus, daripada apakah aspek-aspek relevan
mendeskripsikan bagian tersebut telah dibahas atau
permukaan dari sampel besar ditanyakan. Dengan pedoman
dari sebuah populasi. demikian, peneliti harus
memikirkan bagaimana
pertanyaan tersebut akan
I. Subjek Penelitian
dijabarkan secara konkrit dalam
Dalam penelitian ini subjek
kalimat tanya, sekaligus
yang dipilih adalah 2 siswa SMA.
menyesuaikan pertanyaan
Dengan usia antara 16-18 tahun.
dengan konteks aktual saat
Selain itu siswa yang dipilih
wawancara berlangsung.
adalah yang pernah terlibat
dalam tawuran.
c. Wawancara dengan Pedoman
Terstandar yang Terbuka
J. Teknik Pengumpulan Data
Dalam bentuk wawancara ini,
1. Wawancara
pedoman wawancara ditulis
Menurut Patton (dalam
secara rinci, lengkap dengan set
Poerwandari, 1998) ada tiga
pertanyaan dan penjabarannya
bentuk dalam metode
dalam kalimat. Peneliti
wawancara kualitatif, yaitu :
diharapkan dapat melakukan
wawancara sesuai sekuensi
a. Wawancara Konvensional
yang tercantum, serta
yang informal
menanyakannya dengan cara
Proses wawancara
yang sama pada responden-
didasarkan sepenuhnya pada
responden yang berbeda.
berkembangnya pertanyaan–
Keluwesan dalam mendalami
pertanyaan secara spontan
jawaban terbatas, tergantung
dalam interaksi alamiah. Tipe
pada sifat wawancara dan
wawancara demikian umumnya
ketrampilan peneliti. Bentuk ini
dilakukan peneliti yang
akan efektif dilakukan bila
melakukan observasi partisipatif.
penelitian melibatkan banyak
Dalam situasi demikian, orang –
pewawancara, sehingga peneliti
orang yang diajak berbicara
perlu mengadministrasikan
mungkin tidak menyadari bahwa
upaya-upaya tertentu untuk
meminimalkan variasi, sekaligus
mengambil langkah-langkah hanya melalui data yang
menyeragamkan pendekatan diberikan seseorang yang dekat
terhadap responden. dengan subjek yang diteliti. Jadi
Dalam penelitian ini, peneliti pada intinya peneliti tidak
akan menggunakan metode mengamati secara langsung.
wawancara dengan pedoman Metode ini kurang efisien dan
umum. Alasannya adalah karena kurang baik digunakan. Karena
peneliti dilengkapi dengan peneliti tidak langsung dapat
pedoman wawancara yang mengetahui, memperoleh
umum dengan mencantumkan seluruh data dari subjek dan
isu-isu yang harus diliput tanpa kemungkinan data itu tidak
menentukan urutan pertanyaan. akurat ada.
Dengan begitu dalam melakukan Dalam penelitian ini, peneliti
wawancara dengan subjek, akan menggunakan observasi
peneliti bisa mengajukan langsung. Alasannya adalah
pertanyaan secara acak tanpa dengan melakukan pengamatan
harus mengurutkan pertanyaan secara langsung terhadap
tapi harus sesuai dengan konsep subjek, diharapkan data-data
dan tujuan tentang apa yang yang diperoleh dapat lebih
harus diteliti. Karena sebenarnya akurat dibandingkan dengan
pedoman ini hanya bertujuan observasi tidak langsung. Selain
untuk mrngingatkan peneliti itu dengan observasi ini,
mengenai aspek-aspek yang penelitian akan lebih efisien dan
harus digali dan berfungsi juga mehghemat waktu. Karena
sebagai daftar pengecek agar peneliti dapat mengambil data
wawancara tidak keluar dari secara langsung dari subjek
konsepnya. tanpa dipengaruhi oleh
pandangan-pandangan orang-
2. Observasi orang yang berada disekitar
Menurut Soehartono (2004), subjek.
observasi dibagi menjadi dua,
yaitu : K. Keakuratan Penelitian
a. Observasi Langsung Menurut Patton (dalam Yin,
Observasi langsung bisa 2005), empat macam triangulasi
dikatakan sebagai pengamatan. sebagai teknik pemeriksaan
Disini pengamatan dilakukan untuk mencapai keakuratan,
secara langsung oleh peneliti. yaitu :
Seperti mengunjungi secara a. Triangulasi Data
langsung tempat subjek berada, Menggunakan berbagai sumber
sehingga perilaku subjek dan data seperti dokumen, arsip,
situasi lingkungan tempat subjek hasil wawancara, hasil observasi
berada dapat diamati secara atau juga dengan mewawancarai
langsung. Pengumpulan lebih dari satu subjek yang
datanya dapat secara formal dianggap memiliki sudut
ataupun secara non formal. pandang berbeda.
b. Observasi Tidak Langsung Dalam penelitian ini, peneliti
Observasi tidak langsung membandingkan sumber-sumber
mengamati semua aspek yang yang didapat antara juga hasil
ingin diamati seperti tempat observasi di lapangan dengan
kerja subjek, tetapi tidak hasil wawancara. Atau bisa juga
langsung ke tempatnya. Peneliti dengan membandingkan hasil
memperoleh data atau informasi wawancara subjek dengan hasil
wawancara significant other,
karena mereka tentunya melakukannya bersama
mempunyai pandangan yang dengan teman-temannya.
berbeda dalam melihat masalah Kecuali kalau dalam keadaan
ini. terdesak. Sedangkan subjek 2
b. Triangulasi Pengamat bisa mengambil keputusan
Adanya pengamat di luar peneliti sendiri kalau lagi ada masalah.
yang turut serta memeriksa hasil Walaupun begitu tetap ada
pengumpulan data. Dalam persamaannya. Yaitu pada
penelitian ini, peneliti tidak dasarnya subjek 1 dan subjek
melakukan triangulasi pengamat. 2 bisa mengambil keputusan
c. Triangulasi Teori sendiri. Disimpulkan bahwa
Penggunaan teori yang berlainan subjek 1 dan subjek 2 memiliki
untuk memastikan bahwa data kesadaran diri yang tinggi.
yang dikumpulkan sudah b. Pengaturan diri
memenuhi syarat. Dalam Pada kasus ini dapat dilihat
penelitian ini peneliti adanya persamaan tentang
menggunakan berbagai teori pengaturan diri. Kedua
untuk menunjang data yang subjek termasuk orang yang
dikumpulkan. Teori yang tidak bisa mengontrol
digunakan antara lain : teori yang emosinya. Selain itu kalau
berhubungan dengan ada pekerjaan yang belum
kecerdasan emosi, teori tentang selesai maka kedua subjek
tawuran, dan juga teori yang tidak akan merasa puas
berhubungan dengan remaja. sebelum pekerjaan itu
d. Triangulasi Metode diselesaikannya. Dengan ini
Penggunaan berbagai metode bisa disimpulkan bahwa
untuk meneliti suatu hal, seperti subjek 1 dan subjek 2
metode wawancara, metode memiliki pengaturan diri yang
observasi atau metode kualitatif. rendah di dalam hal
Dalam penelitian ini, peneliti mengontrol emosi.
melakukan metode wawancara c. Motivasi
yang ditunjang dengan metode Pada kasus ini dapat dilihat
observasi pada saat wawancara adanya persamaan tentang
dilaksanakan. motivasi. Kalau ada masalah
kedua subjek berinisiatif
L. Pembahasan untuk menyelesaikannya.
1. Gambaran karakteristik Dengan begitu dapat diambil
kecerdasan emosi pada kesimpulan bahwa subjek 1
subjek dan subjek 2 memiliki
Berdasarkan data dan teori motivasi yang tinggi.
dan juga berdasarkan hasil d. Empati
wawancara dengan kedua Pada kasus ini dapat dilihat
subjek maka didapatlah hasil adanya persamaan tentang
penelitiannya sebagai berikut : empati. Kedua subjek
a. Kesadaran diri berusaha untuk memahami
Pada kasus ini dapat dilihat dan menghargai pendapat
adanya persamaan tentang teman-temannya. Subjek 1
kesadaran diri diantara kedua hanya percaya dengan
subjek. Kedua subjek memiliki teman dekatnya saja. Subjek
rasa percaya pada dirinya 1 susah untuk menyesuaikan
sendiri. Dalam mengambil diri dengan orang-orang
keputusan terdapat perbedaan yang belum dikenalnya.
pendapat. Subjek 1 Subjek 2 tidak bisa langsung
percaya dengan orang lain. a. Faktor yang bersifat bawaan
Dia harus tahu dulu atau genetik
kepribadian orang itu. Kalau Pada kasus subjek 1 dan
temannya ada masalah subjek 2 dapat dilihat adanya
subjek 1 dan subjek 2 akan beberapa perbedaan tentang
berusaha untuk membantu faktor yang bersifat bawaan
temannya menyelesaikan atau genetik. Subjek 2
masalah tersebut. Dengan mengatakan dirinya mudah
begitu dapat diambil emosi. Karena ayah subjek
kesimpulan kalau subjek 1 termasuk orang yang mudah
dan subjek 2 memiliki empati emosi. Tetapi ada juga
yang tinggi. persamaan antara subjek 1
e. Keterampilan sosial dan subjek 2. Subjek 1
Pada kasus ini dapat dilihat merasa bahwa dengan
adanya persamaan tentang bertambahnya usia juga ikut
keterampilan sosial. Ketika membentuk karakter emosi
berhubungan dengan orang dirinya. Subjek 1 semakin
lain atau teman-temannya bisa mengatur emosinya.
kedua subjek berusaha Subjek 2 juga merasa
untuk menjaga emosinya. dengan bertambah dewasa
Subjek 1 ketika berinteraksi usianya, dirinya lebih tambah
dengan orang lain merasa sabar dan semakin bisa
tidak ada masalah. Subjek 2 mengatur emosi. Dengan ini
ketika dengan temannya dia dapat diambil kesimpulan
bisa berinteraksi dengan kalau subjek 2 mudah emosi
baik. Dengan begitu dapat karena ayahnya termasuk
diambil kesimpulan kalau orang yang mudah emosi
subjek 1 dan subjek 2 juga. Selain itu dapat juga
memiliki keterampilan sosial diambil kesimpulan yang
yang tinggi. lain. Seperti subjek 1
Secara keseluruhan semakin bisa mengatur
berdasarkan karakteristik, emosi dengan bertambahnya
kecerdasan emosi subjek usia. Begitu juga dengan
dapat dikatakan baik. Hal ini subjek 2. Dia semakin bisa
semua dapat diketahui mengatur emosi dan lebih
dengan jelas ketika subjek tambah sabar dengan
berinteraksi dengan teman- bertambah usianya.
temannya. Dengan kata lain b. Faktor yang berasal dari
ini semua terjadi ketika lingkungan keluarga (cara
subjek melakukan hubungan pola asuh orang tua)
dan berinterakasi dengan Pada kasus subjek 1 dan
teman-temannya. subjek 2 dapat dilihat adanya
persamaan tentang faktor
yang berasal dari lingkungan
2. Faktor-faktor yang keluarga (cara pola asuh
mempengaruhi kecerdasan orang tua). Yaitu Subjek 1
emosi dan subjek 2 mampu
Berdasarkan data dan teori
mengontrol emosi di dalam
dan juga berdasarkan hasil
keluarganya. Selain itu
wawancara dengan kedua subjek Subjek 1 dan subjek 2
maka didapatlah hasil berpendapat bahwa orang
penelitiannya sebagai berikut :
tua memberi pengaruh
terhadap perkembangan
emosi mereka. Dengan ini b. Pengaruh tawuran terhadap
dapat diambil kesimpulan pengaturan diri subjek
bahwa Faktor yang berasal Pada kasus ini dapat dilihat
dari lingkungan keluarga adanya persamaan tentang
(cara pola asuh orang tua) pengaturan diri pada kedua
mempengaruhi kecerdasan subjek semenjak ikut tawuran.
emosi pada subjek 1 dan Subjek 1 merasa kalau situasi
subjek 2. di sekitarnya tidak enak dia
c. Faktor pendidikan emosi bisa langsung emosi. Subjek 2
yang diperoleh siswa di lebih susah untuk mengontrol
sekolah emosinya. Dengan begitu bisa
Pada kasus subjek 1 dan disimpulkan bahwa tawuran
subjek 2 dapat dilihat adanya memberi pengaruh terhadap
persamaan tentang faktor pengaturan dri pada kedua
pendidikan emosi yang subjek. Subjek 1 bisa langsung
diperoleh siswa di Sekolah. emosi kalau situasi di
Yaitu Subjek 1 dan subjek 2 sekitarnya tidak enak bagi
merasa bahwa Sekolah dirinya. Sedangkan bagi
memberi perubahan pada subjek 2 dirinya lebih susah
diri mereka yaitu mereka untuk mengontrol emosi.
semakin tambah dewasa dan c. Pengaruh tawuran terhadap
bisa mengontrol emosinya. motivasi subjek
Dengan ini dapat diambil Pada kasus ini dapat dilihat
kesimpulan bahwa Faktor adanya perbedaan tentang
pendidikan emosi yang motivasi pada kedua subjek
diperoleh siswa di sekolah semenjak ikut tawuran. Subjek
mempengaruhi kecerdasan 1 kalau menghadapi masalah
emosi pada subjek 1 dan dia langsung mengambil
subjek 2. inisiatif untuk
menyelesaikannya pada hari
itu juga. Subjek 2 merasa tidak
3. Pengaruh tawuran terhadap bisa lagi mengambil inisiatif
kecerdasan emosi sendiri untuk menyelesaikan
Berdasarkan data dan teori sebuah masalah. Pikirannya
dan juga berdasarkan hasil hanya ke tawuran saja.
wawancara dengan kedua subjek
Dengan begitu bisa
maka didapatlah hasil
disimpulkan bahwa semenjak
penelitiannya sebagai berikut :
ikut tawuran, kalau
a. Pengaruh tawuran terhadap menghadapi masalah Subjek 1
kesadaran diri subjek langsung mengambil inisiatif
Pada kasus ini dapat dilihat
untuk menyelesaikannya pada
adanya persamaan tentang
saat itu juga. Sedangkan pada
kesadaran diri diantara
subjek 2 semenjak ikut
kedua subjek semenjak ikut
tawuran dia merasa tidak bisa
tawuran. Subjek 1 dan lagi mengambil inisiatif sendiri
subjek 2 merasa untuk menyelesaikan sebuah
kepercayaan dirinya semakin
masalah. Pikirannya hanya ke
tinggi. Dengan begitu bisa
tawuran saja.
disimpulkan bahwa subjek 1
d. Pengaruh tawuran terhadap
dan subjek 2 memiliki rasa empati subjek
kesadaran diri yang tinggi Pada kasus ini dapat dilihat
semenjak ikut tawuran.
adanya persamaan tentang
rasa empati pada kedua
subjek semenjak ikut tawuran. sebuah keputusan bersama
Subjek 1 dan subjek 2 dengan teman-temannya,
semakin percaya dengan kecuali kalau dalam keadaan
teman-teman dekatnya saja. terdesak. Sedangkan subjek 2
Dengan ini dapat disimpulkan bisa mengambil keputusan
bahwa semenjak ikut tawuran, sendiri jika sedang
subjek 1 dan subjek 2 menghadapi masalah.
semakin percaya dengan b. Pengaturan diri
teman-teman dekatnya saja. Pada kasus ini kedua subjek
e. Pengaruh tawuran terhadap termasuk orang yang tidak
keterampilan sosial subjek bisa mengontrol emosinya.
Pada kasus ini dapat dilihat Selain itu kalau ada pekerjaan
adanya persamaan tentang yang belum selesai maka
keterampilan sosial semenjak kedua subjek tidak akan
ikut tawuran. Subjek 1 merasa puas sebelum
semakin bisa untuk pekerjaan itu diselesaikannya.
bekerjasama dengan teman- c. Motivasi
temannya dalam soal Pada kasus ini dapat dilihat
tawuran. Subjek 2 hanya bisa adanya persamaan tentang
bekerjasama dengan teman- motivasi. Kalau ada masalah,
teman yang ikut tawuran kedua subjek berinisiatif untuk
bersama dengan dia atau menyelesaikan masalah
dengan teman dekatnya saja. mereka tersebut. Misalnya
Dengan ini dapat disimpulkan subjek 1 sedang menghadapi
bahwa semenjak ikut tawuran, masalah dengan temannya
Subjek 1 semakin bisa untuk maka dia termotivasi untuk
bekerjasama dengan teman- menyelesaikannya secepat
temannya dalam soal mungkin. Begitu juga dengan
tawuran. Sedangkan subjek 2 subjek 2.
hanya bisa bekerjasama d. Empati
dengan teman-teman yang Pada kasus ini kedua subjek
ikut tawuran bersama dengan berusaha untuk memahami
dia atau dengan teman dan menghargai pendapat
dekatnya saja. teman-temannya. Subjek 1
hanya percaya dengan
M. Kesimpulan teman dekatnya saja. Subjek
Berdasarkan hasil penelitian 1 bisa menyesuaikan diri
dapat disimpulkan bahwa : dengan temannya kecuali
1. Gambaran karakteristik dengan orang-orang yang
kecerdasan emosi pada belum dikenalnya. Subjek 2
subjek tidak bisa langsung percaya
Karakteristik kecerdasan emosi dengan orang lain. Dia harus
mempunyai lima ciri, yaitu : tahu dulu kepribadian orang
a. Kesadaran diri itu. Kalau temannya ada
Pada kasus ini kedua subjek masalah subjek 1 dan subjek
memiliki rasa percaya pada 2 akan berusaha untuk
dirinya sendiri. Kedua subjek membantu temannya
memiliki rasa percaya pada menyelesaikan masalah
dirinya sendiri. Tetapi dalam tersebut.
mengambil keputusan e. Keterampilan sosial
terdapat perbedaan pada Pada kasus ini dapat dilihat
subjek 1 dan subjek 2. Subjek adanya persamaan tentang
1 kalau dalam mengambil keterampilan sosial. Ketika
berhubungan dengan orang Pada kasus subjek 1 dan
lain atau teman-temannya subjek 2 dapat dilihat adanya
kedua subjek berusaha persamaan tentang faktor
untuk menjaga emosinya. yang berasal dari lingkungan
Secara umum keluarga (cara pola asuh
kecerdasan kecerdasan orang tua). Yaitu Subjek 1
emosi subjek bisa dikatakan dan subjek 2 mampu
tinggi, tapi ini berlaku dalam mengontrol emosi di dalam
hubungan antara subjek keluarganya. Selain itu
dengan teman-temannya. Subjek 1 dan subjek 2
Maksudnya kecerdasan berpendapat bahwa orang
emosi subjek tinggi ketika dia tua memberi pengaruh
berhubungan dan terhadap perkembangan
berinteraksi dengan teman- emosi mereka.
temannya saja. c. Faktor pendidikan emosi
yang diperoleh siswa di
2. Faktor-faktor yang sekolah
mempengaruhi kecerdasan Pada kasus subjek 1 dan
emosi subjek 2 dapat dilihat adanya
Faktor-faktor yang mempengaruhi persamaan tentang faktor
kecerdasan emosi ada tiga, pendidikan emosi yang
yaitu : diperoleh siswa di Sekolah.
a. Faktor yang bersifat bawaan Yaitu Subjek 1 dan subjek 2
atau genetik merasa bahwa Sekolah
Pada kasus subjek 1 dan memberi perubahan pada
subjek 2 dapat dilihat adanya diri mereka yaitu mereka
beberapa perbedaan tentang semakin tambah dewasa dan
faktor yang bersifat bawaan bisa mengontrol emosinya.
atau genetik. Subjek 2
mengatakan dirinya mudah
emosi. Karena ayah subjek 3. Pengaruh tawuran terhadap
termasuk orang yang mudah kecerdasan emosi
emosi. Tetapi ada juga a. Pengaruh tawuran terhadap
persamaan antara subjek 1 kesadaran diri subjek
dan subjek 2. Subjek 1 Pada kasus ini subjek 1 dan
merasa bahwa dengan subjek 2 merasa
bertambahnya usia juga ikut kepercayaan dirinya semakin
membentuk karakter emosi tinggi. Dengan begitu bisa
dirinya. Subjek 1 semakin disimpulkan bahwa subjek 1
bisa mengatur emosinya. dan subjek 2 memiliki
Subjek 2 juga merasa bahwa kesadaran diri yang semakin
dengan bertambahnya usia tinggi semenjak ikut tawuran.
juga ikut membantu b. Pengaruh tawuran terhadap
membentuk karakter emosi pengaturan diri subjek
dirinya. Subjek 2 juga Pada kasus ini terdapat
merasa dengan bertambah persamaan antara kedua
dewasa usianya, dirinya subjek. Subjek 1 merasa
lebih tambah sabar dan kalau situasi di sekitarnya
semakin bisa mengatur tidak enak dia bisa langsung
mengatur emosinya. emosi. Subjek 2 lebih susah
b. Faktor yang berasal dari untuk mengontrol emosinya.
lingkungan keluarga (cara Dengan begitu bisa
pola asuh orang tua) disimpulkan bahwa tawuran
memberi pengaruh terhadap tawuran. Subjek 2 hanya bisa
pengaturan dri pada kedua bekerjasama dengan teman-
subjek. Subjek 1 bisa langsung teman yang ikut tawuran
emosi kalau situasi di bersama dengan dia atau
sekitarnya tidak enak bagi dengan teman dekatnya saja.
dirinya. Sedangkan bagi Dengan ini dapat disimpulkan
subjek 2 dirinya lebih susah bahwa semenjak ikut tawuran,
untuk mengontrol emosi. Subjek 1 semakin bisa untuk
c. Pengaruh tawuran terhadap bekerjasama dengan teman-
motivasi subjek temannya dalam soal tawuran.
Pada kasus ini terdapat Sedangkan subjek 2 hanya
perbedaan antara kedua bisa bekerjasama dengan
subjek. Subjek 1 kalau teman-teman yang ikut
menghadapi masalah dia tawuran bersama dengan dia
langsung mengambil inisiatif atau dengan teman dekatnya
untuk menyelesaikannya pada saja.
saat itu juga. Subjek 2 merasa Bagi subjek, dengan
tidak bisa lagi mengambil adanya tawuran ini secara
inisiatif sendiri untuk keseluruhan di rasakan
menyelesaikan sebuah berdampak positif terhadap
masalah. Pikirannya hanya ke kecerdasan emosinya. Ini
tawuran saja. Dengan begitu semua berlaku di dalam ruang
bisa disimpulkan bahwa lingkup subjek dengan teman-
semenjak ikut tawuran, kalau temannya. Maksudnya dengan
menghadapi masalah Subjek 1 tawuran ini berdampak
langsung mengambil inisiatif langsung dalam kehidupan
untuk menyelesaikannya pada subjek dengan teman-
saat itu juga. Sedangkan pada temannya.
subjek 2 semenjak ikut
tawuran dia merasa tidak bisa
lagi mengambil inisiatif sendiri N. Saran
untuk menyelesaikan sebuah Dari hasil penelitian tentang
masalah. Pikirannya hanya ke kecerdasan emosi pada remaja
tawuran saja. pelaku tawuran, maka saran yang
d. Pengaruh tawuran terhadap diajukan oleh penulis terhadap
rasa empati subjek penelitian ini adalah sebagai
Pada kasus ini terdapat berikut :
persamaan antara kedua 1. Kepada Subjek
subjek. Subjek 1 dan subjek 2 a. Bagi subjek untuk lebih
semakin percaya dengan menjaga dirinya dan
teman-teman dekatnya saja. mengontrol dimanapun dia
Dengan ini dapat disimpulkan berada. Seperti ketika berada
bahwa semenjak ikut tawuran, di rumah, sekolah, atau pun di
subjek 1 dan subjek 2 semakin tempat-tempat lainnya.
percaya dengan teman-teman b. Ketika berada di Sekolah,
dekatnya saja. sebaiknya dapat menjaga
e. Pengaruh tawuran terhadap hubungan dengan baik
keterampilan sosial subjek dengan guru-guru atau
Pada kasus ini terdapat dengan teman-teman
persamaan antara kedua lainnya. Ketika jam pelajaran
subjek. Subjek 1 semakin bisa telah selesai di harapkan
untuk bekerjasama dengan subjek langsung pulang ke
teman-temannya dalam soal rumah atau jangan terlalu
lama berada di Sekolah. Hal merugikan. Karena
ini dapat memungkinkan bagaimanapun juga remaja-
untuk menghindari hal-hal remaja tersebut adalah bagian
yang tidak diinginkan oleh dari masyarakat dan aset
subjek ketika pulang dari masa depan bangsa kita ini.
Sekolah. 4. Untuk Penelitian Selanjutnya
c. Bagi subjek di harapkan a. Bagi penelitian selanjutnya
menjaga komunikasi yang diharapkan agar
baik dan lancar dengan menggunakan metode
orang tua ketika berada kualitatif dengan jumlah subjek
dirumah atau pun dengan yang lebih banyak agar dapat
saudara-saudara yang diperoleh hasil penelitian yang
lainnya. Seperti dengan lebih baik lagi dimasa yang
kakak atau dengan adiknya. akan datang.
Sehingga tercipta suasana b. Diharapkan dapat
yang harmonis dan kondusif mengembangkan subjek
bagi subjek ketika dia berada penelitian, misalnya mengenai
di rumah. kecerdasan emosional pada
2. Kepada Keluarga Subjek penonton remaja yang terlibat
Secara Umum kerusuhan saat menonton
Seperti halnya dengan konser musik rock.
subjek, disarankan kepada c. Bagi penelitian selanjutnya
para orang tua untuk diharapkan agar ke depannya
membina komunikasi yang ketika melakukan penelitian
baik dengan anak-anak seperti ini lagi agar lebih
mereka. Hal itu dilakukan meluaskan cakupan penelitiannya.
agar tercipta sebuah Seperti bagaimana
hubungan yang baik di kecerdasan emosi subjek
dalam keluarga. Selain itu ketika dia berinteraksi dengan
diharapkan dengan adanya orang lain yang berada di
komunikasi yang baik dan sekitarnya.
lancar antara orang tua dan
subjek, maka diharapkan O. DAFTAR PUSTAKA
subjek akan merasa lebih
diperhatikan oleh orang
tuanya. Ali, M. & Asrori, M. (2004).
Psikologi remaja :
3. Kepada Masyarakat Perkembangan peserta
Kepada pihak masyarakat didik. Jakarta : PT. Bumi
disarankan untuk lebih Aksara.
berperan aktif dalam
membina remaja-remaja Basuki, A.M, H. ( 2006 ).
yang berada disekitar Penelitian kualitatif untuk
mereka. Masyarakat
ilmu-ilmu kemanusiaan
disarankan untuk tidak
langsung memberi penilaian
dan budaya. Jakarta :
yang negatif kepada remaja- Gunadarma.
remaja yang terlibat tawuran.
Untuk itulah diperlukan peran Dacey, J & Kenny, M. (1997).
aktif dari masayarakat sekitar Adolescent development
untuk membina remaja- (2 th ed). McGraw-Hill
remaja agar tidak terlibat Companies, Inc.
dalam hal-hal yang bersifat
Hurlock, E. B. (1993). Psikologi
Departemen Pendidikan dan perkembangan : Suatu
Kebudayaan. Kamus pendekatan sepanjang
rentang kehidupan. Edisi
besar Bahasa Indonesia
kelima. Terjemahan dari
(1990). Jakarta : PT.
Balai Pustaka Developmental
psychology : A Life span
Dwimadia,V.(2001). approach (5 th ed). Alih
Kecenderungan bahasa : Istiwidayanti &
disonansi kognitif pada Soedjarwo. Jakarta :
pelaku tawuran pelajar : Erlangga.
studi deskriptif pada
beberapa SMU / SMK di Jersild, A.T. (1978) The
Jakarta. Skripsi (Tidak Psychology of
Diterbitkan). Depok : adolescence. New York :
Fakultas Psikologi McMillan Co.
Universitas Indonesia.
Marshall, C & Rossman, G.
Goleman D. (2006). Emotional (1989). Designing
Intelligence: Kecerdasan qualitative research.
emosional, mengapa EI California : Sage
lebih penting daripada Publications Inc.
IQ. Alih bahasa: T.
Hermaya. Jakarta: P.T Moesono, A. dkk. (1996). Faktor-
Gramedia Pustaka faktor pendukung
Utama. terjadinya perkelahian
sekolah dan
Gunarsa & Gunarsa. ( 2006 ). kecenderungan
Psikologi perkembangan pemecahan masalah
anak dan remaja. Jakarta oleh siswa. Kerjasama
: PT. BPK Gunung Mulia. proyek Pembinaan Anak
& Remaja Dirjend
Handayani, E. (2000). Gambaran Kebudayaan dan Pusat
kecerdasan emosional Penelitian
(emotional intelligence) Kemasyarakatan &
siswa SMU di Jakarta Budaya Lembaga
Selatan yang sering dan Penelitian UI.
yang tidak pernah terlibat
dalam perkelahian Moleong, L. J. (2002). Metodologi
pelajar (penelitian pada 4 penelitian kualitatif.
SMU di Jakarta Selatan). Bandung : PT. Remaja
Skripsi (Tidak Rosda Karya.
Diterbitkan). Depok :
Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
Mustofa, M. (1998). Perkelahian Soehartono, I. (2004). Metode
massal pelajar antar penelitian sosial. Bandung
sekolah di DKI Jakarta : : PT. Remaja Rosda
Studi kasus berganda, Karya.
rekonstruksi berdasarkan
paradigma Soekanto, S. (1991). Remaja dan
konstruksivisme. masalah-masalahnya
Disertasi (Tidak sebab-musabab dan
Diterbitkan). Depok : pemecahannya. Jakarta :
Fakultas Psikologi PT. BPK Gunung Mulia.
Universitas Indonesia.
Solikhah, Z. (1999). Identitas
Panuju, P & Umami, I. (1999). sosial serta alasan
Psikologi remaja. keterlibatan dan
Yogyakarta : PT. Tiara ketidakterlibatan pelajar
Wacana Yogya. dalam tawuran (studi
pada 4 SLTA yang
Poerwandari, E. K. (1998). pelajarnya memiliki
Pendekatan kualitatif tradisi tawuran). Skripsi
dalam penelitian (Tidak Diterbitkan).
psikologi. Jakarta : Depok : Fakultas
Lembaga Psikologi Universitas
Pengembangan Sarana Indonesia.
Pengetahuan dan
Pendidikan Psikologi Turner, J. S. & Helms, D. B.
(LPSP3) Fakultas (1995). Life span
Psikologi Universitas development (5 th ed).
Indonesia. International edition.
USA : Holt, Rinehart and
Santrock, J.W. (2002). Life-span Winston, Inc.
development :
Perkembangan masa Wegner, D.M. & Pennebaker,
hidup. Jilid 2. Edisi J.W. (1993). Handbook
kelima. Alih bahasa : of mental control. New
Chusairi, A & Damanik, Jersey : Prentice Hall,
J. Jakarta : Erlangga. englewood cliffs.

Satiadarma, M.P & Waruwu, F.E. Yin, R. K. (2005). Studi kasus


(2003). Mendidik desain dan metode.
kecerdasan. Jakarta : Penerjemah : M. Djauzi
Pustaka Populer Obor. Mudzakir. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada.

Você também pode gostar