Você está na página 1de 3

a.

Anatomi Mammae
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan yaitu jaringan kelenjar dan
jaringan stromal. Jaringan kelenjar meliputi lobus dan duktus. Sedangkan jaringan
stromal meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Setiap payudara terdiri dari 12
sampai 20 lobulus kelenjar tubuloalveolar yang masing-masing mempunyai saluran
ke puting susu yang disebut duktus laktiferus. Diantara kelenjar susu dan fasia
pektoralis serta diantara kulit dan kelenjar payudara terdapat jaringan lemak. Diantara
lobulus terdapat ligamentum Cooper yang memberi rangka untuk payudara. Setiap
lobulus terdiri dari sel-sel asini yang terdiri dari sel epitel kubus dan mioepitel yang
mengelilingi lumen. Sel epitel mengarah ke lumen, sedangkan sel mioepitel terletak
diantara sel epitel dan membran basalis (Haryono et al., 2011).

Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara :


 Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang
merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari cabang
arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari 8 payudara melalui vena dalam dan
vena supervisial yang menuju vena kava superior.
 Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan
aerola adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari
payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar (Sloane, 2007).

Perdarahan jaringan payudara berasal dari arteri perforantes anterior yang merupakan
cabang dari arteri mammaria interna, arteri torakalis lateralis, dan arteri interkostalis
posterior. Sedangkan, sistem limfatik payudara terdiri dari pleksus subareola dan pleksus
profunda. Pleksus subareola mencakup bagian tengah payudara, kulit, areola dan puting
yang akan mengalir kearah kelenjar getah bening pektoralis anterior dan sebagian besar
ke kelenjar getah bening aksila. Pleksus profunda mencakup daerah muskulus pektoralis
menuju kelenjar getah bening rotter, kemudian ke kelenjar getah bening subklavikula atau
route of Grouzsman, dan 25% sisanya menuju kelenjar getah bening mammaria interna.

b. Fisiologi Mammae
Fisiologi Payudara Payudara mulai berkembang saat pubertas, yang distimulasi oleh
estrogen yang berasal dari siklus seksual wanita bulanan; estrogen merangsang
pertumbuhan kelenjar payudara ditambah dengan deposit lemak untuk memberi
massa payudara. Payudara bertumbuh menjadi yang lebih besar selama massa
kehamilan, karena dipengaruhi hormon estrogen yang disekresikan oleh plasenta
sehingga sistem duktus payudara tumbuh dan bercabang. Pada saat yang bersamaan,
stroma payudara juga bertambah disertai bertambahnya lemak di antara stroma.
Hormon-hormon lain yang juga berperan penting dalam pertumbuhan sistem duktus
yaitu: hormon pertumbuhan, prolaktin, glukokortikoid adrenal, dan insulin.
Perkembangan akhir payudara juga dipengaruhi oleh hormon progesteron. Pada
sistem duktus yang telah berkembang, hormon progesteron dan estrogen bekerja
secara sinergistik, berserta hormon lainnya juga mempengaruhi pertumbuhan lobulus
payudara, melalui pertunasan alveolus, dan perkembangan sifat-sifat sekresi dari sel-
sel alveoli (Guyton, et al., 2007).
Penurunan mendadak estrogen dan progesteron terjadi seiring dengan keluarnya
plasenta pada persalinan akan memicu laktasi. Setelah persalinan, laktasi
dipertahankan oleh dua hormon penting: (1). Prolaktin, yang bekerja pada epitel
alveolus untuk meningkatkan sekresi susu; dan (2). Oksitosin, yang menyebabkan
penyemprotan susu (Sheerwood, 2001).

Daftar Pustaka

Guyton. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Haryono, S. S. (2011). Payudara dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Riana, N. V. (2013). KARAKTERISTIK GAMBARAN HISTOPATOLOGI PENDERITA


KANKER PAYUDARA BERDASARKAN UMUR. Sumatera Utara: Fakultas
Kedokteran USU.

Sherwood, L. (2010). Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Jakarta: EGC.

Sloane, E. (2007). Anatomy and physiology: an easy learner. Jakarta: ECG.

Você também pode gostar