Você está na página 1de 29

Apa yang Terjadi Kalau Bayi Tidak

Imunisasi?

Apakah anak Anda sudah mendapat imunisasi lengkap? Imunisasi bayi merupakan hal penting
yang harus diberikan kepada si kecil setelah ia lahir. Pasalnya, prosedur ini berguna untuk
mencegah anak terkena infeksi penyakit di masa yang akan datang.

Sayangnya, masih banyak orangtua yang ragu untuk melakukan imunisasi bayi karena takut
anaknya sakit setelahnya. Alhasil, bayi pun tidak mendapat vaksin yang dibutuhkan. Lantas,
mengapa imunisasi bayi penting dan apa dampaknya jika anak tidak diimunisasi? Simak ulasan
lengkapnya dalam artikel ini.

Mengapa imunisasi bayi penting dilakukan?


Sebenarnya, anak memiliki kemampuan untuk melindungi diri dari virus dan bakteri sejak ia
masih dalam kandungan. Ini dikarenakan sel pembentuk antibodi, sel B dan sel T, telah terbentuk
sejak usia kehamilan 14 minggu dan terus berkembang di tahun pertama kelahiran.

Meski begitu, sistem imun bayi tidak sekuat sistem imun orang dewasa. Sebab, antibodi yang
berasal dari tubuh ibu akan mengalami penurunan secara pasif selama beberapa bulan pertama.
Akibatnya, bayi sangat rentan terhadap penyakit karena di dalam tubuhnya belum terbentuk
sistem kekebalan tubuh yang kuat.

Dengan melakukan imunisasi bayi, berarti Anda melindungi bayi Anda dari berbagai penyakit di
masa yang akan datang. Ya, vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh anak Anda akan membantu
sistem kekebalan tubuh anak untuk membentuk antibodi, yang berfungsi untuk melawan virus
atau bakteri yang masuk ke tubuhnya. Nah, hal inilah yang dapat mencegah anak terkena
berbagai macam penyakit yang berbahaya.

Lebih jauh dari itu, prosedur ini juga dapat menyelamatkan hidup anak Anda. Pada zaman
dahulu, banyak anak menderita sakit seperti polio, dan penyakit tersebut menyebabkan banyak
anak meninggal dunia. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi, vaksin diciptakan untuk
memberantas penyakit tersebut dan hasilnya sekarang sudah sedikit anak-anak yang menderita
penyakit berbahaya.

Namun, sebenarnya bukan itu saja yang menjadi alasan mengapa Anda harus membawa anak
untuk diimunisasi. Terdapat tiga alasan penting mengapa imunisasi bayi wajib dilakukan:

 Prosedur ini cepat, aman, dan sangat efektif.


 Sekali anak Anda diimunisasi, tubuh anak dapat melawan penyakit lebih baik.
 Jika anak tidak diimunisasi, anak akan mempunyai risiko lebih tinggi untuk terkena
penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan, bahkan kematian.

Jadwal imunisasi bayi wajib di Indonesia


Di Indonesia, tiap bayi di bawah umur satu tahun harus mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
Imunisasi ini berguna untuk mencegah bayi terkena penyakit polio, campak, tuberkulosis (TBC),
difteri, pertusis atau batuk rejan, tetanus, dan hepatitis B.

Imunisasi wajib harus diberikan sesuai dengan jenis vaksin dan jadwal imunisasi yang ditetapkan
dalam Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi (PPI) dan diberikan secara cuma-cuma, alias
gratis. Caranya mudah. Cukup datang ke pusat layanan kesehatan yang ada di pemerintah,
misalnya rumah sakit pemerintah, posyandu, dan puskesmas. Berikut ini daftar munisasi dasar
lengkap yang harus diketahui para orangtua:

1. Hepatitis B

Pemberian imunisasi anak ini ditujukan untuk menangkal infeksi organ hati karena virus
hepatitis B dari ibu ke anak saat proses kelahiran. Hal tersebut menjadi penting karena infeksi
hepatitis B dapat menyebabkan kanker hati dan sirosis.
Jadwal imunisasi ini diberikan tiga kali. Pertama, dalam waktu kurang dari 24 jam setelah bayi
lahir. Kemudian pemberian vaksin berlanjut saat bayi berumur 1 bulan. Setelah itu diberikan saat
rentang usia bayi 3 sampai 6 bulan.

2. Polio

Polio atau yang juga dikenal dengan penyakit lumpuh layu termasuk sebagai salah satu penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dalam saluran pencernaan dan tenggorokan. Sekali anak
Anda terkena penyakit ini pada kaki dan/atau tangannya, maka tidak ada obat yang dapat
menyembuhkannya. Bahkan kadang dapat menyebabkan kelumpuhan otot pernafasan yang
menyebabkan kematian.

Meski begitu, ada cara mencegah penyakit ini, yaitu dengan melakukan vaksinasi polio pada usia
di bawah lima tahun. Biasanya prosedur ini dilakukan lewat obat tetes atau oral (OPV) dan
suntik (IPV).

Jadwal imunisasi polio diberikan sebanyak 4 kali sebelum bayi berusia 6 bulan. Tenaga
kesehatan bisanya memberikan vaksin polio saat anak baru lahir, kemudian pada saat usia anak
dua bulan, empat bulan, dan enam bulan. Jika Anda telah menjalani empat dosis vaksin polio
semasa kanak-kanak, maka Anda disarankan untuk menjalani vaksin polio booster sebagai
penguat sebanyak satu kali.

3. BCG

Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia atau WHO tahun 2015, Indonesia masuk dalam
enam negara yang memiliki kasus penyakit TBC terbanyak. TBC merupakan penyakit menular
berbahaya yang dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Nah, salah satu cara terbaik
untuk mencegah TBC adalah dengan memberikan vaksin BCG.

Jadwal imunisasi BCG hanya satu kali pada anak usia di bawah dua bulan. Jika bayi sudah
berumur lebih dari tiga bulan, maka harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Nah, jika
hasil tuberkulin negatif, maka BCG dapat diberikan.

4. DPT

Imunisasi DPT adalah jenis imunisiasi gabungan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis
(batuk rejan), dan tetanus. Ketiga penyakit tersebut berkaitan dengan penyakit saluran
pernapasan. Penyakit difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan sumbatan jalan nafas, serta
mengeluarkan racun yang dapat melumpuhkan otot jantung. Penyakit pertusis atau batuk rejan
dapat menyebabkan infeksi saluran nafas berat (pneumonia). Kuman Sementara penyakit tetanus
dapat mengeluarkan racun yang menyerang syaraf otot tubuh, sehingga otot menjadi kaku, sulit
bergerak dan sulit bernafas.

Jadwal imunisasi DPT dilakukan sebanyak lima kali sejak anak berusia dua bulan hingga enam
tahun. Seorang anak akan imunisasi DPT pada usia dua bulan, empat bulan, enam bulan, antara
18-24 bulan dan terakhir lima tahun.
Jika semasa kanak-kanak Anda belum pernah mendapatkan imunisasi DPT, maka Anda
direkomendasikan untuk melakukan vaksinasi Tdap, yaitu imunisasi DPT lanjutan yang
diperuntukan untuk orang dewasa. Vaksin Tdap hanya diberikan sekali seumur hidup, namun
disarankan untuk menyutikan vaksin penguat setiap 10 tahun sekali. Kosultasikan lebih lanjut ke
dokter Anda sebelum melakukan imunisasi DPT lanjutan.

5. Campak

Campak merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus. Jika tidak segera
ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi radang paru, radang otak, serta kebutaan.
Dalam banyak kasus, penyakit campak seringnya terjadi pada masa anak-anak. Anda dapat
mengurangi risiko anak Anda terkena penyakit ini dengan imunisasi campak.

Jadwal imunisasi campak diberikan pertama kali pada bayi usia 9 bulan. Setelah itu, dilanjutkan
pemberian imunisasi campak kedua kalinya pada usia 18 bulan dan pemberian ketiga pada usia
6-7 tahun atau saat anak baru masuk sekolah. Imunisasi campak kedua tidak perlu diberikan bila
anak sudah mendapatkan imunisasi MR.

Daftar imunisasi anak tambahan yang juga bisa diberikan


Berbeda dengan imunisasi dasar lengkap yang sifatnya wajib, imunisasi anak tambahan adalah
prosedur yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka
melindungi dirinya dari penyakit tertentu. Jadwal imunisasi anak ini biasanya dapat sesuaikan
dengan kebutuhan Anda atau si kecil.

Berikut ini beberapa daftar imunisasi tambahan yang juga dianjurkan untuk dilakukan anak
maupun orang dewasa:

 Imunisasi MR, diberikan untuk mencegah dua penyakit,


yaitu measles (campak) dan rubella (campak Jerman). Imunisasi MR dapat diberikan
untuk semua anak usia 9 bulan sampai dengan usia kurang dari 15 tahun. Jika anak sudah
mendapatkan imuniasasi campak pada usia 9 bulan, maka pemberian imunisasi MR
dilakukan pada usia 15 bulan (minimal jarak pemberian 6 bulan). Pemberian imunisasi
MR kedua (booster) dilakukan saat anak berusia 5 tahun.
 Pneumokokus (PCV), dapat diberikan pada anak usia 7-12 bulan sebanyak 2 kali
dengan interval 2 bulan. Bila diberikan pada anak usia di atas 2 tahun, PCV cukup
diberikan sebanyak 1 kali. Vaksin ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari bakteri
pneumokokus yang dapat menyebabkan pneumonia, meningitis, dan infeksi telinga.
 Hepatitis A, dapat mulai diberikan saat anak berusia 2 tahun. Berikan sebanyak 2 kali
dengan interval 6-12 bulan.
 Varisela, diberikan setelah anak berusia 12 bulan, paling baik diberikan sebelum anak
masuk sekolah dasar. Vaksin ini berfungsi untuk mencegah anak dari cacar air.
 Influenza, diberikan pada anak minimal usia 6 bulan, dan diulang setiap tahun.
 HPV (human papiloma virus), dapat mulai diberikan saat anak sudah berusia 10 tahun.
Vaksin ini melindungi tubuh dari human papiloma virus yang dapat menyebabkan kanker
mulut rahim

Bagaimana jika imunisasi bayi telat dilakukan?


Mungkin Anda sempat lupa untuk membawa anaknya ke posyandu, puskesmas, bidan, maupun
dokter anak untuk diimunisasi. Atau mungkin anak sedang batuk, pilek, demam, atau diare saat
jadwal imunisasi anak sehingga Anda sebagai ibu tidak berani melakukan prosedur ni pada anak
Anda. Sebenarnya, pemberian imunisasi anak tetap aman dan dianjurkan meskipun saat akan
diimunisasi anak Anda sedang sakit ringan seperti batuk, pilek, infeksi telinga, atau demam
ringan. Namun, sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter soal kondisi anak sebelum
melakukan prosedur ini.

Secara umum, jika imunisasi anak terlewat atau telat diberikan, sebaiknya segera bawa anak
Anda untuk diimunisasi. Pemberian vaksin yang tidak sesuai jadwal tidak masalah, asalkan
pemberian kelima vaksin tersebut (imunisasi dasar lengkap) dilakukan pada saat anak masih
berusia di bawah 1 tahun. Segera mintakan imunisasi anak yang telat tersebut agar anak tidak
berisiko tertular penyakit yang berbahaya.

Bagaimana jika bayi tidak diimunisasi sama sekali?


Sebagian kecil dari Anda mungkin masih meragukan prosedur ini. Beberapa cerita di luar sana
menyebutkan bahwa prosedur ini justru menyebabkan anak sakit. Namun, imunisasi bayi dijamin
aman karena sejumlah ilmuwan terus bekerja untuk membuat vaksin lebih aman dari waktu ke
waktu. Sebelum mendapat lisensi dan diedarkan, vaksin pasti mengalami sejumlah pengujian
untuk menjamin keamanannya. Perlu dipahami bahwa meski prosedur ini belum 100 persen
efektif dalam mencegah penyakit tertentu, namun gejala penyakit yang dialami tentu akan jauh
lebih ringan ketimbang dengan anak yang tak diimunisasi sama sekali.

Jika anak tidak diimunisasi sama sekali, anak akan berisiko terkena penyakit-penyakit yang telah
disebutkan di atas, parahnya lagi penyakit tersebut bisa menyebabkan kematian pada anak.
Sistem kekebalan tubuh pada anak yang tidak diimunisasi tidak akan sekuat anak yang
diimunisasi. Ini karena tubuh tidak mengenali virus penyakit yang masuk ke tubuh sehingga
tidak bisa melawannya. Akibatnya, anak jadi rentan terhadap penyakit. Jika anak yang tidak
diimunisasi ini menderita sakit, ia juga dapat menularkannya ke orang sekitarnya sehingga juga
membahayakan orang lain.

Mewaspadai berbagai efek samping imuniasasi anak


Sama seperti pemberiaan obat-obatan ataupun prosedur medis lainnya, imunisasi anak juga
memiliki efek samping. Tak jarang, orang dewasa yang baru diimunisasi juga akan merasakan
efek samping ini. Meski begitu, efek samping setelah diimunisasi umumnya tergolong ringan dan
dapat hilang dengan sendirinya tanpa perawatan kusus. Oleh sebab itu, Anda jangan khawatir.

Ingatlah selalu jika efek samping yang timbul setelah diimunisasi jauh lebih rendah dibanding
dengan risiko penyakit menular berbahaya yang sebenarnya dapat dicegah dengan prosedur ini.
Berikut ini beberapa efek samping paling umum yang dapat ditimbulkan setelah diimunisasi:

1. Nyeri, bengkak, dan kemerahan pada area yang disuntik

Setelah diimunisasi, anak Anda mungkin akan merasakan nyeri pada area yang disuntik.
Selanjutnya akan muncul juga pembengkakan dan kemerahan pada area yang disuntik. Anda
jangan khwatir karena ini adalah hal wajar yang tidak membahayakan.

Anda dapat mengurangi efek samping ini dengan kompres dingin. Kompres dingin dapat
membantu meringankan rasa tidak nyaman serta mengurangi pembengkakan yang muncul
padabekas lokasi suntikan. Umumnya gejala-gejala ini akan muncul setelah diimunisasi dan
akan hilang sendiri dalam waktu satu hingga dua hari.

4. Gejala seperti mau sakit flu

Setelah diimunisasi, Anda atau si kecil mungkin mengalami gejala-gejala seolah Anda terinfeksi
virus flu. Gejalanya antara lain:

 Demam ringan
 Sakit maag
 Muntah
 Nafsu makan menurun
 Sakit kepala
 Lemas dan pegal-pegal

Pada dasarnya prosedur ini bekerja dengan meniru cara kerja infeksi. Oleh sebab itu. terkadang
prosedur ini akan memberikan efek seolah-olah tubuh Anda sedang terinfeksi suatu virus. Meski
begitu, “infeksi” ini tidak menyebabkan penyakit, justru akan melatih tubuh untuk membangun
kekebalan terhadap penyakit.

Efek samping yang serius memang sangat jarang sekali terjadi. Akan tetapi, dalam kondisi
tertentu, seseorang bisa saja mengalami berbagai efek samping di bawah ini setelah diimunisasi,
seperti:

 Reaksi alergi parah atau anafilaktik yang ditandai dengan kesulitan bernafas dan tekanan
darah turun.
 Kejang.
 Demam tinggi.
 Nyeri sendi atau otot kaku.
 Infeksi paru-paru.

Jika Anda atau anak menunjukkan tanda-tanda efek samping serius seperti di atas,atau Anda
khawatir terkait gejala efek samping yang tidak wajar, segera cari bantuan medis darurat atau
periksa ke dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat sesuai dengan kondisi Anda.

Baca Juga:
 Daftar Lengkap Imunisasi Wajib untuk Bayi Anda
 Kenapa Ada Anggapan Imunisasi Menyebabkan Autisme? (Padahal Sudah Terbukti
Tidak Benar)
 Kenapa Anak Demam Setelah Imunisasi?

Bagikan artikel ini:

 211Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)211


 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Line new(Membuka di jendela yang baru)

Direview tanggal: Mei 10, 2018 | Terakhir Diedit: Mei 10, 2018

Sumber
Artikel sejenis

Bolehkah Bayi yang Lahir Prematur Disunat?


Berbagai Cara Mudah Memenuhi Kebutuhan Mineral dan Vitamin

5 Penyebab Sistem Imun Lemah dan Tubuh Mudah Sakit

Kenapa Bayi Lebih Rentan Kena Gangguan Pencernaan Daripada Orang Dewasa?
Next Article

Penyebab Eksim Pada Kulit Bayi, dan Cara


Mengatasinya
Oleh Lika Aprilia Samiadi Informasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: Hello Sehat
Medical Review Team.

 Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)


 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Line new(Membuka di jendela yang baru)

Eksim adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok kondisi kulit
yang berbeda. Eksim pada kulit bayi adalah salah satu kondisi yang cukup sering terjadi pada
bayi sejak baru lahir hingga usia satu tahun.

Eksim akut mungkin muncul dengan kondisi kulit memerah yang kering dan mengelupas (eksim
kering), atau kadang berupa bruntusan kecil yang mungkin mulai mengeluarkan cairan — sering
disebut eksim basah. Ketika eksim kulit menjadi kondisi kronis (berlangsung untuk waktu lama),
kulit cenderung menebal, menggelap, juga tampak kering dan menjadi bersisik dengan garis-
garis kasar.
Apa penyebab eksim pada kulit bayi?
Dermatitis atopik dan dermatitis kontak adalah dua jenis yang paling umum dari eksim pada kulit
bayi.

Penyebab dermatitis atopik alias eksim pada kulit bayi

Dermatitis atopik atau eksim sering terjadi pada bayi dan anak-anak dalam keluarga yang
memiliki riwayat dermatitis atopik, alergi makanan, asma, demam, dan alergi lingkungan.
Walaupun penyebab dermatitis atopik tidak diketahui, genetika jelas memainkan peran sebagai
salah satu penyebabnya, tetapi hubungan alergi tidak jelas. Selain itu, dermatitis atopik adalah
kondisi pertama yang muncul di sebagian besar anak-anak yang mengalami kondisi lain yang
tercantum di atas.

Penyebab dermatitis kontak pada anak

Sementara itu, dermatitis kontak dapat terjadi ketika kulit kontak dengan zat iritan atau alergen.
Salah satu penyebabnya yaitu kontak berulang dengan zat iritan seperti makanan (dari jus jeruk
atau makanan asam lainnya), deterjen pakaian, sabun yang terlalu kuat, makanan dan obat-
obatan tertentu, serta kain wol atau kain tenun yang kasar. Selain itu, salah satu iritan yang
paling umum adalah air liur anak sendiri, sehingga bisa menyebabkan eksim kulit di sekitar
mulut pada anak yang suka menjilati atau menggigiti bibir.

Bentuk lain dari dermatitis kontak berkembang setelah kulit kontak dengan zat yang anak
mengalami alergi jika terkena. Yang paling umum adalah:

 Perhiasan nikel atau kancing pada jeans atau celana


 Bahan perasa tertentu atau aditif untuk pasta gigi dan obat kumur (ini menyebabkan ruam
di sekitar atau di mulut)
 Perekat, pewarna, atau kulit yang digunakan dalam pembuatan sepatu (bahan ini
menghasilkan reaksi pada ujung jari-jari kaki dan kaki)
 Pewarna yang digunakan dalam pakaian (penyebab ruam pada daerah dimana pakaian
bersentuhan dengan kulit atau di mana ada peningkatan keringat)
 Tanaman beracun, terutama poison ivy, poison oak, dan racun sumac. Ruam ini biasanya
muncul dalam beberapa jam setelah kontak (satu sampai tiga hari dengan poison ivy);
serta menjadi gatal, dan dapat menyebabkan lepuhan kecil
 Obat-obatan, seperti salep neomycin

Seperti apa ciri dan gejala eksim pada kulit bayi dan anak?
Eksim pada kulit bayi biasanya berkembang dalam tiga fase berbeda. Yang pertama terjadi
antara usia beberapa minggu dan enam bulan, dengan gatal, kemerahan, dan munculnya
bintil kecil di pipi, dahi, atau kulit kepala. Ruam ini kemudian sering muncul pada wajah dan
kulit kepala dan sering menyebar ke lengan atau badan.
Pada anak-anak usia sekolah, dermatitis atopik biasanya terjadi pada siku dan lutut. Bersisik
seperti diskrit dan bulat atau kurang jelas. Kulit memerah parah dan sekitarnya pun
demikian; disertai remahan kulit mati, lecet, dan luka yang terbuka. Sementara gejala kronis
biasanya kulit terlihat bersisik, menggelap, dan menebal.

Tahap kedua masalah kulit ini terjadi paling sering antara usia empat dan sepuluh tahun, dan
ditandai oleh keluarnya cairan dari area yang melingkar, sedikit terangkat, gatal, dan bersisik
pada wajah atau badan. Kondisi ini kurang berair dan lebih bersisik dari tahap pertama eksim,
dan kulit cenderung agak mengental. Lokasi yang paling sering untuk ruam ini berada di lipatan
siku, belakang lutut, dan di punggung pergelangan tangan dan pergelangan kaki.

Tahap ketiga, ditandai dengan daerah kulit gatal dan kering, penampilan bersisik, dimulai pada
sekitar usia dua belas dan kadang-kadang terus di sampai awal dewasa.

Apa bedanya gatal karena dermatitis atopik dan dermatitis


kontak?
Meskipun dermatitis atopik bisa dibingungkan dengan jenis lain dari dermatitis, gatal parah
adalah petunjuk penting bahwa dermatitis atopiklah yang terjadi. Dalam banyak kasus ruam
menghilang atau membaik saat dua atau tiga tahun.

Dermatitis kontak bisa terasa sangat gatal, tapi polanya pada kulit seringkali bisa dibedakan dari
dermatitis atopik atau bentuk eksim lainnya. Ini kemudian dapat memberikan petunjuk untuk
dokter memastikan diagnosis dan memberikan pengobatan yang tepat.

Bagaimana mengobati eksim pada kulit bayi dan anak?


Jika anak Anda memiliki ruam yang terlihat seperti eksim, dokter anak Anda akan perlu
memeriksanya untuk membuat diagnosis yang benar dan resep perawatan yang tepat. Dalam
beberapa kasus mereka dapat merujuk Anda pada dokter kulit untuk memastikan diagnosisnya.

Eksim tidak ada obatnya. Namun umumnya kondisi kulit ini dapat dikontrol dengan baik dan
sering akan pulih setelah beberapa bulan atau tahun. Perawatan yang paling efektif adalah untuk
mencegah kulit menjadi kering dan gatal, serta menghindari pemicu yang menyebabkan kondisi
kambuh. Untuk melakukan ini:

 Gunakan pelembab kulit (misalnya, krim atau salep) secara teratur dan sering untuk
mengurangi kekeringan dan gatal.
 Berikan anak Anda mandi berendam harian dalam air suam-suam kuku. Setelah mandi,
bilas dua kali untuk menghilangkan sabun sisa (yang mungkin menjadi zat iritasi).
Kemudian gunakan krim atau salep dalam waktu tiga menit setelah keluar dari bak mandi
untuk menahan kelembaban.
 Hindari pakaian yang kerap memicu gatal atau iritasi (Wol atau bahan sintetis).
 Jika ada gatal yang luar biasa, gunakan kompres dingin di daerah tersebut, diikuti dengan
penerapan obat yang diresepkan.
Mengobati dermatitis kontak juga sama. Meskipun lebih membutuhkan usaha untuk
mengidentifikasi pemicu, dokter kulit atau ahli alergi dapat melakukan serangkaian uji patch. Tes
ini dilakukan dengan menempatkan patch kecil iritasi umum (atau alergen) terhadap kulit anak
Anda selama empat puluh delapan jam. Jika kulit bereaksi dengan kemerahan dan gatal-gatal,
maka zat tersebut dihindari.

Kapan harus minum obat untuk menyembuhkan eksim


pada kulit bayi dan anak?
Ada banyak jenis obat krim resep dan salep yang tersedia, sehingga mintalah dokter anak Anda
untuk menyarankan obat yang dapat mengontrol peradangan dan gatal. Perawatan ini sering
menggunakan steroid, yang merupakan pengobatan utama.

Krim atau salep harus digunakan di bawah arahan dokter. Sangat penting untuk terus
menggunakan obat selama dokter merekomendasikan menggunakannya. Menghentikan
penggunan obat terlalu cepat akan menyebabkan kondisi kambuh. Selain perawatan kulit, anak
Anda juga dapat mengonsumsi obat antihistamin dan antibiotik untuk meringankan gatal-gatal
(kadang-kadang diminum dan kadang-kadang sebagai krim) jika kulit menjadi terinfeksi. Jika
anak Anda sering mengalami infeksi, berkonsultasilah dengan dokter anak Anda tentang
sabun pemutih.

Hubungi dokter anak Anda jika salah satu kondisi berikut terjadi:

 Ruam anak Anda parah dan tidak merespon terhadap pengobatan rumah.
 Terjadi demam atau infeksi (misalnya, lepuh, kemerahan yang luas, kerak kuning, nyeri,
atau mengalirnya cairan).

Baca Juga:

 Anak Demam Disertai Ruam Merah, Waspada Penyakit Kawasaki


 5 Cara Mengatasi Ruam Popok pada Bayi
 4 Tips Merawat Kulit Bayi Sensitif
 Normalkah Jika Kulit Bayi Baru Lahir Tampak Keriput?

Bagikan artikel ini:

 Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)


 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Line new(Membuka di jendela yang baru)

Direview tanggal: Oktober 3, 2017 | Terakhir Diedit: Oktober 3, 2017


Sumber
Ingin hidup lebih sehat dan bahagia?
Dapatkan update terbaru dari Hello Sehat seputar tips dan info kesehatan

Artikel sejenis

Saat Ibu Merasa Depresi, Si Kecil Juga Ikut Merasakannya, Lho

5 Manfaat Belerang untuk Kecantikan dan Kesehatan Kulit


5 Cara Mengatasi Kram Kaki Dengan Mudah Tanpa Obat

8 Tanda yang Paling Mudah Dikenali Saat Tubuh Kekurangan Zat Besi
Next Article

Memeluk Anak Ternyata Bermanfaat Bagi


Kesehatannya, Loh!
Oleh Novita Joseph Informasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: dr. Yusra Firdaus -
Dokter Umum.

 Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)


 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Line new(Membuka di jendela yang baru)

Sebagian besar orangtua pasti sudah mengungkapkan rasa sayang lewat menjemput atau
mengajak anak bermain, membelikan mainan yang mahal, ataupun memberi makanan bergizi
pada buah hati. Namun, tidak ada yang bisa mengalahkan pelukan sebagai cara mengungkapkan
kasih sayang ampuh antara orangtua pada anak.

Ya, anak kecil dan bayi setidaknya membutuhkan 5 sampai 6 pelukan setiap harinya untuk
bertahan hidup. Penelitian juga mengungkapkan, bahwa sering memeluk anak bisa membuat
mereka hidup dan berkembang lebih baik. Kira-kira apa sih, manfaat memeluk anak yang bisa
mereka dapatkan nanti?

4 manfaat memeluk anak yang penting untuk tumbuh


kembangnya
1. Membuat anak tambah pintar

Manfaat memeluk anak bukan hanya sekadar menunjukkan kasih sayang, lho. Nyatanya dengan
memeluk, hal tersebut bisa berdampak pada perkembangan otak mereka. Penelitian
mengungkapkan, kalau orang tua yang menunjukkan rasa cintanya lewat pelukan dapat
memberikan kesan lingkungan yang aman dan kasih sayang juga untuk anak.

Selain itu, otak mereka akan lebih berkembang jika dibandingkan dengan anak yang jarang
dipeluk. Meskipun hal ini bukan berarti bisa meningkatkan IQ mereka, pelukan orang tua bisa
memaksimalkan cara kerja dan perilaku mereka. Memeluk anak secara rutin, akan berdampak
baik untuk masa depan, lingkungan dan perilaku mereka dewasa nanti.

2. Menghindari anak dari rasa stress dan cemas

Produksi hormon endorfin dalam tubuh, menjadi salah satu dari sekian manfaat memeluk anak.
Mengapa hormon endorfin bagus untuk anak? Pada dasarnya, hormon ini berfungsi untuk
mengurangi ketegangan saraf dan juga tekanan darah. Artinya, anak yang lebih banyak atau
sering dipeluk oleh orang tuanya akan terhindar dari stress dan cemas.

Kebiasaan berpelukan antara orangtua dan anak ini, akan berdampak pada aktivitas yang anak
Anda jalani sehari-hari. Maka dari itu, kontak fisik seperti memeluk, berguna melepaskan zat
kimia tertentu di otak yang meningkatkan kebahagiaan dan menurunkan hormon stres buah hati
Anda.

3. Mereka akan merasa nyaman dan menjadi penyayang

Pernahkah Anda mencoba memeluk seseorang yang tidak suka disentuh secara fisik? Pasti
rasanya jadi canggung, bukan? Sentuhan fisik tidak harus isyarat menyatakan cinta atau
semacamnya. Dengan dibiasakan memeluk atau dipeluk, anak akan menganggap hal ini sebagai
rasa kasih sayang. Kemungkinan juga, ketika anak besar nanti mereka akan menjadi lebih empati
dan penyayang, karena arti dan manfaat pelukan tersebut dapat mentransfer energi baik untuk
anak.

4. Memperkuat sistem kekebalan tubuh anak

Seperti diketahui, kondisi stres dapat memicu produksi hormon kortisol pada tubuh. Dan
sayangnya, sistem saraf otonom pada anak belum cukup berkembang untuk mengatur emosi-
emosi pada skala besar. Kalau dibiarkan terlalu lama, hal tersebut akan membunuh sel-sel otak
tertentu, yaitu area hippocampus.
Maka dari itu, berpelukan punya kegunaan sendiri untuk kesehatan anak, yang bermanfaat
membawa sistem saraf mereka ke keadaan seimbang. Lalu dengan terjadinya pelukan, hormon
oksitosin yang dilepaskan ke dalam aliran darah juga akan membantu memperkuat sistem
kekebalan tubuh buah hati tercinta.

Baca Juga:

 8 Tanda Stres Pada Anak yang Harus Ortu Waspadai


 5 Manfaat Menakjubkan dari Berpelukan
 7 Alasan Psikologis yang Membuat Anak dan Remaja Kabur dari Rumah

Bagikan artikel ini:

 Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)


 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Line new(Membuka di jendela yang baru)

Direview tanggal: Agustus 16, 2017 | Terakhir Diedit: Agustus 16, 2017

Sumber
Ingin hidup lebih sehat dan bahagia?
Dapatkan update terbaru dari Hello Sehat seputar tips dan info kesehatan

Artikel sejenis

Saat Ibu Merasa Depresi, Si Kecil Juga Ikut Merasakannya, Lho


Mulut Saya Terasa Seperti Logam, Apa Saja Penyebabnya?

Rambut Rapuh dan Rontok Saat Hamil? Ternyata Ini 3 Penyebab Utamanya

Amankah Pakai Heating Pad untuk Redakan Sakit Pinggang Saat Hamil?
Next Article

Melatih Kesabaran Anak Itu Tidak Sulit, Ini


3 Kunci Utamanya
Oleh Yuliati Iswandiari Informasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: dr. Tania Savitri
- Dokter Umum.

 Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)


 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Line new(Membuka di jendela yang baru)

Anda pasti setuju, jika tidak ada orang di dunia ini yang suka menunggu, baik orang dewasa atau
pun anak kecil. Masalahnya, jika Anda sedang berada di antrian dengan si kecil yang tidak
sabaran, bisa jadi ia akan berteriak-teriak dan membuat Anda merasa malu atau tidak enak
dengan orang lain. Ujung-ujungnya Anda sendiri yang merasa kesal dan marah. Daripada Anda
hanya bisa marah-marah yang justru dibalas dengan tangisan, Anda harus belajar cara melatih
kesabaran anak.

Bagaimana cara melatih kesabaran anak yang mudah dilakukan?


Baik menunggu suatu antrian, menunggu hadiah ulang tahunnya boleh dibuka, sampai
menunggu kapan ia bisa bermain dengan teman adalah hal yang sangat sulit dilakukan oleh si
kecil.

Oleh karena itu, mengajarkan kesabaran anak sangatlah penting dan hal ini bisa mulai Anda
kenalkan sejak ia berusia balita. Tujuannya, tentu agar anak dapat mengembangkan rasa
toleransinya agar bisa lebih bersabar. Sehingga nantinya mereka tak akan mudah bertindak
gegabah ketika menghadapi hal semacam ini di masa depan. Bagaimana cara melatih kesabaran
anak? Ini caranya.

1. Beri anak kesempatan latihan menunggu

Menumbuhkan sikap sabar pada anak memang membutuhkan latihan terus menerus. Sebenarnya,
cara melatih kesabaran anak cukup mudah, berikan kesempatan pada anak Anda untuk berlatih
sabar dan menunggu.

Para peneliti menemukan bahwa anak yang sabar menunggu adalah anak-anak yang memiliki
kemampuan untuk mengalihkan perhatian. Misalnya, dengan bernyanyi atau melakukan aktivitas
seru di depan cermin saat mereka harus menunggu sesuatu.

Biasanya anak terlatih dengan sendirinya untuk mengalihkan perhatian, dengan sikap sederhana
dari orangtuanya, yaitu dengan orangtua sering mengatakan, “Tunggu dulu, ya”, ketika anak
mulai meminta sesuatu. Anak akan meresapi kata-kata ‘tunggu’ dan mencari cara atau aktivitas
lain selama menunggu hingga akhirnya orangtuanya meresponsnya atau memenuhi
permintaannya.

2. Percayalah bahwa anak bisa mengendalikan sikapnya

Cara melatih kesabaran anak kuncinya adalah berikan kepercayaan kepada anak. Yakinlah
bahwa anak bisa bertanggung jawab. Hal ini juga perlu latihan. Bisa dimulai dengan cara-cara
sederhana. Misalnya, saat anak mengambil buku di lemari dan menaruhnya sembarangan, minta
anak untuk mengembalikan buku ke lemari. Minta anak melakukan apa yang Anda mau dengan
sabar dan jangan lupa kontak mata.

Berikan contoh sesering mungkin pada anak. Misal, saat anak menjatuhkan makanannya ke
lantai sebagai bentuk protes. Tunjukkan kepada anak untuk mengembalikan makanan yang
berceceran di lantai ke atas meja. Tunjukkan caranya dan biarkan anak melanjutkan prosesnya.

Mengajarkan disiplin bisa membangun pemahaman bahwa segala sesuatu itu butuh proses. Kalau
mau mejanya rapi kembali, ia harus sabar ketika berusaha memunguti makanan yang dijatuhkan.

Ajarkan anak mengenai batasan, namun tunjukkan pula cinta Anda saat melatih mental anak.
Anak butuh cinta dan juga butuh ketegasan. Kalau anak hanya mendapatkan cinta tanpa belajar
adanya batasan dari perilakunya, anak akan menjadi bos kecil yang kurang peka.

3. Menanggapi anak dengan penuh kesabaran


Orangtua juga harus bersabar untuk mengajari anak kesabaran. Misal, saat Anda sedang di dapur
memasak telur untuk sarapan, si kecil meminta tisu. Jelaskan secara perlahan, bahwa Anda akan
mengambil tisu dalam beberapa menit lagi.

Saat Anda sedang sibuk melakukan aktivitas, dan anak meminta sesuatu, tunjukkan kepada anak
apa yang sedang Anda lakukan dan minta ia melakukan hal yang sama. Cara ini akan membuat
anak memahami dan belajar bahwa ia harus menunggu, sekaligus juga melatih anak untuk tidak
merengek saat meminta sesuatu.

Dengan menanggapi perilaku anak secara tenang, Anda sedang mengajarkan anak bahwa ia
bukan satu-satunya pusat perhatian. Dengan begitu anak memahami bahwa ada hal lain di luar
dirinya yang juga harus diperhatikan. Anak pun terlatih untuk tidak memaksakan keinginannya,
belajar menunggu saat meminta sesuatu kepada orangtuanya yang sedang melakukan hal lain.

Baca Juga:

 Beragam Penyakit yang Bisa Menghampiri Anak di Kolam Renang, dan Cara
Mencegahnya
 Tidur Malam yang Nyenyak Pengaruhi Kecerdasan Otak Anak
 6 Cara Membuat Waktu Makan Anak Jadi Lebih Menyenangkan

Bagikan artikel ini:

 Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)


 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Line new(Membuka di jendela yang baru)

Direview tanggal: Agustus 29, 2017 | Terakhir Diedit: Agustus 29, 2017

Sumber
Ingin hidup lebih sehat dan bahagia?
Dapatkan update terbaru dari Hello Sehat seputar tips dan info kesehatan

Artikel sejenis
Sudah Pakai Metode Time-Out, Tapi Si Kecil Makin Berulah. Apa yang Salah?

Rahasia Keluarga Tyna Kanna Mirdad Lindungi Buah Hati dari Cedera

Terasa Perih Saat Bersihkan Luka, Artinya Bakal Cepat Sembuh?


Cara Mengajukan Double Claim dari Asuransi yang Berbeda
Next Article

9 Cara Memanfaatkan Minyak Kelapa untuk


Bayi
Oleh Irene Anindyaputri Informasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: Hello Sehat
Medical Review Team.

 Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)


 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Line new(Membuka di jendela yang baru)

Gambar: Livestrong

Tak seperti orang dewasa, perawatan untuk bayi biasanya membutuhkan lebih banyak perhatian.
Pasalnya, bayi masih sangat sensitif dan lembut sehingga Anda harus berhati-hati dalam memilih
produk perawatan yang tepat. Bahkan beberapa produk yang dibuat khusus untuk bayi pun masih
ada yang menggunakan bahan-bahan kimia yang bisa menimbulkan iritasi atau alergi. Jika
masalah ini mengganggu Anda, sudah saatnya Anda mencoba produk perawatan bayi yang alami
dan bebas bahan kimia berbahaya. Minyak kelapa adalah salah satu alternatif perawatan bayi
yang bisa Anda coba karena ada banyak manfaat minyak kelapa untuk bayi Anda.

Jenis-jenis minyak kelapa yang baik untuk bayi


Minyak kelapa bisa digunakan untuk berbagai hal, mulai dari memasak, perawatan kecantikan,
atau untuk dikonsumsi. Berikut adalah tiga jenis minyak kelapa yang aman untuk digunakan
sebagai pengganti obat luar bagi buah hati Anda.

Minyak kelapa murni

Minyak ini diekstrak dari daging buah kelapa yang dikeringkan di bawah sinar matahari.
Caranya adalah dengan menggiling dan menghancurkan daging buah kelapa kering tersebut
sampai minyaknya keluar. Minyak kelapa murni tidak mengandung bahan kimia tambahan apa
pun.

Virgin coconut oil (VCO)

Virgin coconut oil dipercaya memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan minyak kelapa
murni. Perbedaannya terletak pada proses ekstraksinya. VCO diambil dari santan kelapa
sehingga tidak mengalami proses pengeringan dan tidak dipanaskan di bawah sinar matahari.
Maka aroma VCO pun lebih segar dari minyak kelapa murni. Selain itu, antioksidan yang
terkandung dalam VCO juga lebih kaya karena tidak melalui pemanasan.

Minyak kelapa organik

Minyak kelapa organik adalah minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO) yang
diekstrak dari pohon kelapa yang tumbuh secara organik. Ini berarti dalam perawatan dan
pertumbuhannya, pohon kelapa tersebut tidak terkontaminasi dengan bahan kimia apa pun
seperti pupuk kimia atau pestisida.

Berbagai kegunaan minyak kelapa untuk bayi


Khasiat kelapa sudah dibuktikan oleh orang-orang di seluruh dunia dan telah diwariskan turun-
temurun kepada setiap generasi berikutnya. Ternyata, minyak kelapa juga aman dan bermanfaat
bagi bayi. Tak hanya orang dewasa saja yang bisa menikmati kegunaan minyak kelapa.

1. Mengobati ruam popok


Hampir semua bayi pernah mengalami ruam-ruam karena pemakaian popok. Untuk mengobati
ruam dan mencegahnya datang kembali, oleskan minyak kelapa pada ruam popok bayi Anda
setelah mandi dan pijat dengan lembut. Minyak kelapa memiliki sifat melembapkan sehingga
ruam akan lebih cepat sembuh sementara kandungan antibakterinya bisa mencegah ruam datang
kembali.

2. Mengatasi sariawan

Bayi Anda bisa mengalami sariawan karena proses pemberian air susu ibu (ASI). Untuk
mengatasinya dengan minyak kelapa, oleskan tipis pada puting susu ibu menyusui ketika
memberikan ASI. Anda juga bisa menotolokan sedikit minyak kelapa di mulut bayi untuk
mempercepat penyembuhan karena minyak kelapa memiliki fungsi antijamur yang bisa melawan
sariawan.

3. Menghilangkan jerawat pada bayi

Karena kulitnya yang masih sangat sensitif, bayi Anda mudah diserang jerawat. Anda pasti bisa
melihat bintik-bintik kemerahan di kulitnya. Kadang, bintik-bintik jerawat ini tampak meradang
dan terasa sedikit gatal sehingga bayi Anda akan merasa tidak nyaman. Jika tidak ditangani,
jerawat pada bayi Anda berisiko mengalami infeksi. Maka, gunakan minyak kelapa untuk
menghilangkan jerawat pada bayi dengan menuangkan sedikit minyak kelapa pada telapak
tangan Anda. Gosokkan di tangan sampai terasa hangat dan oleskan pada kulit bayi yang
berjerawat. Diamkan selama beberapa jam dan bilas bersih dengan air hangat.

4. Mengobati gigitan serangga

Kulit bayi yang digigit serangga akan lebih cepat memerah, meradang, dan membengkak
daripada kulit orang dewasa. Bayi Anda juga bisa jadi rewel kalau gigitan tersebut terasa panas
atau gatal. Maka dari itu, segera atasi dengan minyak kelapa. Oleskan pada gigitan serangga dan
diamkan selama beberapa saat atau sampai kulit tampak sembuh seperti biasa. Minyak kelapa
memiliki kandungan antibakteri dan anti-peradangan sehingga bisa mengobati gigitan serangga.

5. Melindungi kulit dari iritasi

Bayi Anda memang belum membutuhkan pelembap. Akan tetapi cuaca, sengatan matahari, atau
suhu ruangan kadang bisa membuat kulit bayi Anda jadi kering. Jika dibiarkan, kulit yang kering
akan jadi iritasi. Minyak kelapa bisa menjadi pilihan yang aman untuk melindungi kulit bayi
Anda dari iritasi dengan cara mengoleskannya pada kulit bayi setelah Anda gosok-gosok di
telapak tangan sampai terasa hangat.

6. Meredakan sakit ketika gigi mau tumbuh

Saat bayi menginjak usia 4 sampai 6 bulan, giginya akan mulai tumbuh. Biasanya gigi bayi yang
mau tumbuh akan menyebabkan berbagai gejala seperti gusi yang terasa nyeri dan gatal. Hal ini
bisa membuat bayi Anda uring-uringan dan rewel. Jadi, segera atasi dengan minyak kelapa yang
dioleskan perlahan pada gusi bayi.
7. Meredakan pilek

Minyak kelapa yang dicampur dengan minyak esensial seperti eukaliptus atau peppermint sudah
berpuluh-puluh tahun digunakan sebagai balsem untuk meredakan hidung tersumbat karena
pilek. Berbagai produk balsem yang tersedia di toko biasanya mengandung berbagai bahan kimia
dan baunya sangat menyengat. Maka bayi Anda akan merasa lebih nyaman dengan campuran
minyak kelapa dan minyak esensial yang dioleskan pada dada bayi Anda dan diamkan sepanjang
malam.

8. Mengobati dermatitis seboroik (cradle cap)

Kulit kepala bayi Anda juga masih sensitif, sehingga tak jarang bayi mengalami dermatitis
seboroik atau cradle cap. Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang pada orang dewasa biasanya
muncul dalam bentuk ketombe. Karena minyak kelapa merupakan agen antijamur, minyak
kelapa bisa mengobati dermatitis seboroik pada bayi dengan aman.

9. Merangsang pertumbuhan rambut

Jika bayi Anda mengalami masalah pertumbuhan rambut atau rambutnya sangat tipis dibanding
bayi seusianya, Anda bisa mencoba menggunakan minyak kelapa. Kandungan vitamin E dan K
yang kaya dalam minyak kelapa akan merangsang akar rambut agar jadi lebih kuat dan lebih
cepat tumbuh. Basahi dulu rambut bayi Anda dengan air hangat dan tuang minyak kelapa pada
kulit kepala bayi Anda secukupnya. Setelah itu, pijat dengan lembut dan diamkan selama
setengah jam. Bilas sampai bersih dengan air hangat.

Você também pode gostar