Você está na página 1de 3

LAPORAN HASIL DISKUSI IV

Rumah Sakit (dokter) Menguggat Pasien

KELOMPOK V :

03011-062 Cleine Michaela


03011-063 Cynthia Putri
03011-064 David
03011-065 Dea Haykalsami Harahap
03011-066 Debby Amanda
03011-067 Dein Imelga Debita R
03011-068 Derianti Nur Hidayah
03011-069 Desak Dwi Ayu Swastini
03011-070 Deskhilandi N
03011-071 Devina Cahyani Wangsa
03011-072 Devina Gabriella Nugroho
03011-073 Dewi Hanifa Primanelza
03011-074 Dewi Rezeki Arbi
03011-075 Dewina Angella Nugroho
03011-076 Dhimas Agung Prayoga
03011-077 Dian Trisna Pratiwi

Jakarta

27 Oktober 2011
BAB I. PENDAHULUAN

Diskusi ke empat mengenai “Rumah Sakit (dokter) yang menggugat Pasien” ini
berdurasi 1 (satu) jam, yaitu dari pukul 08.00 – 09.00 WIB. Diskusi ini diketuai oleh
Dewi Rezeki Arbi dan sekertaris oleh Dhimas Agung Prayoga. Dengan total peserta
diskusi adalah 14 orang. Pada kasus kali ini, kelompok kami …… . tutor adalah Dr. Lie
T. Merijanti S. MKK.

BAB II. LAPORAN KASUS

a. Informasi Kasus
Wanita, berumur 32 tahun yang dating berobat ke Rumah Sakit dengan keluhan
demam selama 3 hari. Pemeriksaan trombosit laboratorium pertama 28.000/mm3,
kemudian terjadi revisi oleh dokter spesialis di keesokan harinya menjadi 181.000/mm3.
Kemudian dokter menginteruksikan perawat untuk memberikan sejumlah suntikan
kepada pasien tersebut.
b. Faktor Resiko yang Teridentifikasi
Tidak adanya kesinambungan antara dokter dan pasien. Dimana dalam kasus ini
dokter lebih kepada sikap paternalistik, tidak adanya informed consent, dan melanggar
hak pasien yang terdapat pada UU RI nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal
32 (poin d,e,f,j,n,r).
c. Daftar Masalah
Wanita berumur 32 tahun, demam selama 3 hari. Tes trombosit laboratorium
pertama 28.000/mm3, kemudian terjadi revisi oleh dokter spesialis di keesokan harinya
menjadi 181.000/mm3. Namun, dokter tetap menginstruksikan perawat untuk
memberikan sejumlah suntikan kepada pasien, sehingga menyebabkan pasien mengalami
pembengkakan.
d. Pengkajian (assessment)
Berawal dari diagnosis yang salah, dimana pasien yang datang dengan keluhan
demam selama 3 hari. Di periksa laboratorium dengan nilai trombositnya 28.000/mm3,
kemudian keesokan harinya dokter spesialis merevisi nilai trombosit pasien tersebut
menjadi 181.000/mm3. Namun, dokter tidak melakukan komunikasi lanjutan dengan
pasien dan langsung menginteruksikan perawat untuk memberikan sejumlah suntikan
sehingga beberapa hari kemudian pasien mengalami pembengkakan. Hal inilah yang
membuat pihak pasien yang merasa dirugikan, yang kemudian ia menceritakannya di
dunia maya. Dan Rumah Sakit yang merasa telah dicemari nama baiknya melakukan
guggatan kepada pasien tersebut.

BAB III. PEMBAHASAN


Kasus “Rumah Sakit (dokter) yang menggugat Pasien” ini sebaiknya dilakukan
penyelesaian/penanganan secara mediasi, dimana dalam UU RI no. 29 tahun 2004
tentang Kesehatan pasal 29 mengamanatkan agar dugaan kelalaian tenaga kesehatan
diselesaikan dahulu melalui mediasi. Pada kasus ini, pasien salah karena melanggar UU
RI no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 44 (2).Seyogyanya, pasien
mengembalikan nama baik Rumah Sakit tersebut dengan pencabutan kata-katanya di
dunia maya. Sedangkan, pihak Rumah Sakit salah karena telah melanggar hak-hak
pasien selama proses tindakan medis yang dilakukan. Tetapi, Rumah Sakit juga
memiliki hak yang benar dalam menguggat atas pencemaran nama baik. Namun,
seyogyanya Rumah Sakit berhak bertanggung jawab atas tindakannya sesuai dengan UU
RI no.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 46 atas kelalaian pelayanan Rumah
Sakitnya dengan menganti kerugian pasien seperti, mengurangi biaya pengobatannya
dan sebagainya.

BAB I V. DAFTAR PUSTAKA

1. Wiradharma D, Rusli I, Hartati D.S. 2011. Alternatif Penyelesaian Sengketa Medik.


2. Wiradharma D, Hartati D.S. Penuntun Kuliah: Hukum Kedokteran. Ed. 2. 2010.

BAB V. PENUTUP DAN UCAPAN TERIMA KASIH

Kesimpulan dari kelompok kami adalah bahwa masalah dalam kasus ini berawal
dari diagnosis yang salah, kemudian melanggar hak pasien dimana hubungan dokter dan pasien
dalam kasus ini lebih ke arah paternalistik, tindakan medis yang tidak sesuai, pencemaran nama
baik yang dilakukan pasien melalui dunia maya, serta Rumah Sakit yang menggugat pasien atas
pencemaran nama baik. Sedang, penanganan yang sebaiknya dilakukan adalah dengan jalan
mediasi, dimana para pihak melakukan proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan
bersama yang tentunya didasari dengan itikad baik dari kedua belah pihak. Dimana tindakan ini
lebih bersifat informal, waktunya singkat, biaya murah, dan perkaranya bersifat final dan
mengikat dengan pendekatan win-win solution.

Você também pode gostar