Você está na página 1de 12

Acyclovir

Definisi

Acyclovir merupakan obat antivirus yang paling banyak digunakan karena efektif terhadap

infeksi HSV-1 dan HSV-2 baik local maupun sistemik (termasuk keratitisherpetic,

herpeticensefalitis, herpes genitalia, herpes neonatal, dan herpes labialis.) dan infeksi

VZV(varisela dan herpes zoster).

Acyclovir, 9-[(2-Hidroksietoksi)metil]guanin, adalah derivat guanosin asiklik yang

menunjukkan penghambatan selektif terhadap replikasi virus herpes dengan aktivitas antiviral

yang poten secara klinis terhadap herpes simpleks dan virus Varicella zoster. Acyclovir merupakan

senyawa polar dan larut dalam media berair dan praktis tidak larut dalam kebanyakan pelarut

organik (Bahrami dkk, 2005).

Mekanisme Kerja

Acyclovir adalah suatu prodrug yang baru memiliki efek antivirus setelah dimetabolisme

menjadi acyclovir trifosfat. Langkah yang penting dari proses ini adalah pembentukan acyclovir

monofosfat yang dikatalisis oleh timidin kinase pada sel hospes yang terinfeksi oleh virus herpes

atau Varicella zoster atau oleh fosfotransferase yang dihasilkan oleh sitomegalovirus. Kemudian

enzim seluler menambahkan gugus fosfat untuk membentuk acyclovir difosfat dan acyclovir

trifosfat. Acyclovir - deoksiguanosin trifosfat sebagai substrat DNA polimerase virus. Jika

acyclovir -deoksiguanosin) yang masuk ke tahap replikasi DNA virus, maka sintesis akan terhenti.

Inkorporasi acyclovir monofosfat ke DNA virus bersifat ireversibel karena enzim eksonuklease
tidak dapat memperbaikinya. Pada proses ini, DNA polimerase virus menjadi inaktif (Istiantoro

dkk, 2007).

Indikasi

Indikasi HSV-1 dan HSV-2 baik lokal maupun sistemik (termasuk keratitis herpetik,

herpes ensefalitis, herpes genitalia, herpes neonatal dan herpes labialis) dan infeksi VZV (Varisela

dan Herpes zoster). Karena kepekaan acyclovir terhadap VZV kurang dibandingkan dengan HSV,

maka dosis yang diperlukan untuk terapi kasus varicella dan zoster jauh lebih tinggi daripada terapi

infeksi HSV (Istiantoro dkk, 2007)

Dosis dan aturan pakai

Infeksi herpes genitalis

 Infeksi herpes genitalis inisial pada dewasa : Acyclovir 200 mg 5 kali sehari setiap 4 jam,

selama 5 – 10 hari. Anak dibawah 2 tahun : ½ dosis dewasa. Untuk penderita

“immunocompromised” atau kelainan absorbsi pada usus dosis dapat ditingkatkan menjadi

400 mg, atau sebagai alternatif diberikan pengobatan secara intravena. Pengobatan harus

dimulai sedini mungkin, untuk rekuren sebaiknya pada periode mulai terjadinya lesi

pertama.

 Pengobatan supresi infeksi herpes genitalis rekuren : Acyclovir 400 mg 2 kali sehari atau

200 mg 2 – 5 kali sehari, selama 12 bulan.

 Pengobatan intermitten infeksi herpes genitalis rekuren : Acyclovir 200 mg 5 kali sehari

setiap 4 jam, selama 5 hari.


Infeksi herpes zoster dan varisela

 Dewasa : Acyclovir 800 mg 5 kali sehari setiap 4 jam, selama 7 – 10 hari.

 Anak 2 – 12 tahun : Acyclovir 400 – 800 mg 4 kali sehari, selama 5 kali.

 Anak dibawah 2 tahun : Acyclovir 200 mg atau 20 mg/kg BB 4 kali sehari, selama 5 hari.

 Pengobatan harus dimulai sedini mungkin dan pada saat awal timbulnya gejala infeksi.

 Penderita yang mengalami gangguan fungsi ginjal diperlukan penyesuaian dosis.

 Beberapa penderita mungkin mengalami infeksi “break through” pada pemberian dosis

total 800 mg sehari. Pengobatan harap dihentikan secara periodic dengan interval waktu 6

– 12 bulan dengan maksud untuk mengobservasi kemungkinan perubahan-perubahan

riwayat penyakit.

Efek Samping

Efek samping Asiklovir yang dapat terjadi : tuam kulit dan gangguan pencernaan seperti mual,

muntah, diare dan sakit perut.

Peringatan dan Perhatian

 Acyclovir tidak boleh digunakan selama masa kehamilan kecuali bila manfaat yang didapat

jauh lebih besar daripada risikonya baik terhadap ibu maupun janin.

 Hati-hati pemberian pada wanita yang sedang menyusui.

Interaksi Obat

Probenesid meningkatkan waktu paruh dan AUC asiklovir.


Vitamin B12

Definisi

Vitamin merupakan senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk

mempertahankan kesehatan. Vitamin dibagi menjadi 2 golongan, yaitu vitamin yang larut dalam

lemak (vitamin A, D, E, dan K); dan vitamin yang larut dalam air (vitamin B kompleks dan

vitamin C). Vitamin yang larut dalam air disimpan dalam tubuh hanya dalam jumlah terbatas dan

sisanya dibuang.

Terlibat dalam sintesis protein, Sianokobalamin atau vitamin B12 terlihat dalam lebih dan

satu sistem enzim dalam tubuh sangat penting untuk pertumbuhan, reproduksi sel, hematopoiesis,

dan nukleoprotein dan sintesis myelin. Sianokobalamin mempunyai struktur yang kompleks dan

mengandung unsur kobalt. Istilah vitamin B12 dan sianokobalamin digunakan bergantian sebagai

istilah generik untuk semua kobamida aktif pada manusia. Sediaan vitamin B12 untuk penggunaan

terapeutik mengandung sianokobalamin maupun hidroksokobalamin, karena hanya turunan ini

saja yang tetap aktif selama penyimpanan (Goodman dan Gilman, edisi 10).

Farmakodinamika

Sianokobalamin didistribusikan dan disimpan terutama di hati dan sumsum tulang. Dalam

darah terikat trankobalamin II. Sianokobalamin dengan cepat dieliminasi dalam urin 50% sampai

98% diekskresikan dalam urin dalam waktu 48 jam.

Vitamin B12 dalam makanan, dengan adanya asam lambung dan pankreatik protease,

dilepaskan dari makanan dan protein pengikat saliva serta berikatan pada faktor intrinsik lambung.

Jika kompleks faktor intrinsik vitamin B12 mencapai ileum, kompleks ini berinteraksi dengan

reseptor pada permukaan sel mukosa dan secara aktif diangkut ke dalam sirkulasi. Faktor intrinsik
yang cukup, empedu, dan natrium bikarbonat (pada pH yang sesuai), semua dibutuhkan untuk

transpor vitamin B12 dalam ileum (Allen dan Mehlman, 1973; Herzlich dan Herbert, 1984).

Farmakokinetik

Sianokobalamin dalam tubuh cepat diserap. Tiap kali diabsorpsi, vitamin B12 berikatan pada

transkobalamin II, yakni suatu β-globulin plasma, untuk mentransfor ke jaringan. Dua

transkobalamin lainnya lainnya (I dan III) juga terdapat dalm plasma; konsentrasinya terkait

dengan laju pergantian granulosit. Keduanya mungkin menunjukkan simpanan protein intraseluler

yang dilepas disertai kematian sel (Scott et al., 1974). Vitamin B12 yang terikat pasa

transkobalamin II secara cepat dibersihkan dari plasma dan didistribusikan lebih dahulu ke sel

parenkim hati. Hati merupakan depot penyimpanan bagi jaringan lainnya. Pada orang dewasa

normal, sebanyak 90% simpanan vitamin B12 pada tubuh terdapat di dalam hati, mulai dari 1-10

mg. vitamin B12 disimpan sebagai koenzim aktif dengan laju pergantian 0,5-8 µg per hari,

bergantung pada ukuran simpanan tubuh (Heysel et al., 1966). Asupan vitamin B12 harian yang

dianjurkan untuk orang dewasa adalah 2,4 µg. Kurang lebih 3 µg kobalamin disekskresikan ke

dalam empedu setiap hari, sebanyak 50 % sampai 60% mewakili analog kobalamin yang tidak

dimaksudkan untuk diabsorpsi kembali (Goodman dan Gilman, edisi 10).

Indikasi

Sianokobalamin mempunyai indikasi sindrom malabsorpsi berbagai penyebab,

misalnya anemia pernisiosa, patologi disfungsi GI atau operasi termasuk gluten enteropati, bakteri

pada usus kecil, gastrektomi total atau sebagian, dan defisiensi asam folat. Sianokobalamin juga

berperan dalampembentukan sel darah merah dalam tubuh, serta metabolisme sel-sel tubuh.
Seperti sintesis dan regulasinya serta metabolisme menjadi energi pada asam lemak yang terdapat

di tubuh (Obat-Obat Penting, 2007).

Defisiensi

Gejala defisiensi sianokobalamin dapat serupa dengan penyakit dimensia,anemia

pernisiosa, MS (multiple sclerosis), parkinson, diabetic neruophaty, parasit usus, sariawan dan

kerusakan lokal pada mukosa ileum oleh penyakit atau sebagai akibat pembedahan serta gejala-

gejala sindrom kelelahan. Gejala ini juga dapat menyebabkan kemandulan pada pria dan wanita

dewasa atau juga menyebabkan keterlambatan pertumbuhan pada anak-anak. Defisiensi sangat

jarang terjadi dan dapat disebabkan oleh diet yang miskin B12 yaitu pada orang vegetarir (Obat-

Obat Penting, 2007)

ASAM FOLAT

Indikasi :anemia megaloblastik yang disebabkan defisiensi asam folat.

Mekanisme Kerja :Folat eksogen dibutuhkan untuk sintesis nucleoprotein dan pemeliharaan

eritropoiesis normal.Asam folat menstimulasi produksi sel darah merah, sel darah putih, dan

platelet pada anemia megaloblastik.

Farmakokinetik :Asam folat yang berasal dari makanan harus mengalami hidrolisa, reduksi, dan

metilasi pada saluran pencernaan sebelum diabsorpsi.Perubahan asam folat menjadi bentuk

aktifnya, tetrahidrofoat, memerlukan vitamin B12. Asam folat terdapat dalam plasma sekitar 15-30

menit setelah pemberian secara oral, kadar puncak biasanya dicapai dalam 1 jam. Setelah

pemberian secara i.v, asam folat secara cepat dibersihkan dari plasma.Sebagian besar produk

metabolitnya muncul diurin setelah 6 jam, ekskresi lengkap dicapai dalam 24 jam.
Kontra Indikasi :Pengobatan anemia pernisiosa dan anemia megaloblastik lainnya dimana

vitamin B12 tidak cukup (tidak efektif).

Peringatan :Jangan diberikan secara tungga untuk anemia pernisiosa Addison dan penyakit

defisiensi vitamin B12 lainnya karena dapat menimbulkan degenerasi majemuk dari medulla

spinallis.Jangan digunakan untuk penyakit ganas kecuali anemia megaloblastik karena defisiensi

asam folat merupakan komplikasi penting.

Efek Samping :Asam folat relatif tidak toksik terhadap manusia.Efek samping yang umum terjadi

adalah perubahan pola tidur, sulit berkonsentrasi, iritabilitas, aktivitas berlebih, depresi mental,

anoreksia, mual-mual, distensi abdominal, dan flatulensi.

Chlorhexidine

Chlorhexidine (CHX) adalah suatu antiseptic yang termasuk golongan bisbiguanide

umumnya digunakan dalam bentuk glukonatnya. Chlorhexidine digunakan sebagai surgical

scrub, mouth wash, neonatal bath & general skin antiseptic. Chlorhexidine menyerang bakteri

Gram postif dan negative, bakteri ragi, jamur, protozoa, alga dan virus Chlorhexidine merupakan

antiseptik dan disinfektan yang mempunyai efek bakterisidal dan bakteriostatik terhadap bakteri

Gram (+) dan Gram (-). Chlorhexidine lebih efektif terhadap bakteri Gram positif dibandingkan

dengan bakteri Gram negatif. Chlorhexidine sangat efektif mengurangi radang gingiva

dan akumulasi p1ak, pendapat ini sesuai pendapat bahwa larutan chlorhexidine sangat efektif

digunakan untuk plak control pada perawatan radang gingival (gingivitis).


Farmakokinetik

Chlorhexidine sangat sedikit diserap oleh saluran gastrointestinal, oleh karena itu CHX

memiliki toksisitas yang rendah. Chlorhexidine diabsorbsi ke permukaan gigi atau mukosa oral,

dental plak untuk kemudian dilepas dalam level terapeutik sehingga lebih efektif dalam

mengontrol pertumbuhan plak bakteri. 30% dipertahankan dalam rongga mulut dan kemudian

dirilis perlahan.

Farmakodinamik

Chlorhexidine dapat menyebabkan kematian sel bakteri dengan menimbulkan kebocoran

sel (pada pemaparan chlorhexidine konsentrasi rendah) dan koagulasi kandungan intraselular sel

bakteri (pada pemaparan chlorhexidine konsentrasi tinggi).

Chlorhexidine akan diserap dengan sangat cepat oleh bakteri dan penyerapan ini tergantung pada

konsentrasi chlorhexidine dan pH. Chlorhexidine menyebabkan kerusakan pada lapisan luar sel

bakteri, namun kerusakan ini tidak cukup untuk menyebabkan kematian sel atau lisisnya sel.

Kemudian chlorhexidine akan melintasi dinding sel atau membran luar, diduga melalui proses

difusi pasif, dan menyerang sitoplasmik bakteri atau membrane dalam sel bakteri. Kerusakan pada

membrane semipermiabel ini akan diikuti dengan keluarnya kandungan intraselular sel bakteri.

Kebocoran sel tidak secara langsung menyebabkan inaktivasi selular, namun hal ini merupakan

konsekuensi dari kematian sel. Chlorhexidine konsentrasi tinggi akan menyebabkan koagulasi

(penggumpalan) kandungan intraselular sel bakteri sehingga sitoplasma sel menjadi beku, dan

mengakibatkan penurunan kebocoran kandungan intraselular. Jadi terdapat efek bifasik (memiliki

2 fase) chlorhexidine pada permeabilitas membran sel bakteri, dimana peningkatan kebocoran

kandungan intraselular akan bertambah seiring bertambahnya konsentrasi chlorhexidine, namun


kebocoran ini akan menurun pada chlorhexidine konsentrasi tinggi akibat koagulasi dari sitosol

(cairan yang terletak di dalam sel) sel bakteri.

Chlorhexidine dikenal sangat baik dalam mencegah terbentuknya plak pada gigi. Dasar

yang kuat untuk mencegah terbentuknya plak adalah terjadinya ikatan antara CHX dengan

molekul-molekul permukaan gigi antara lain polisakarida, protein, glikoprotein, saliva, pelikel,

mukosa serta permukaan hidroksiapatit. Akibat adanya ikatan-ikatan tersebut maka pembentukan

plak dihambat. Hal ini juga dipengaruhi oleh konsentrasi dari medikasi, pH, temperatur, lamanya

waktu kontak larutan dengan struktur rongga mulut.Penyelidikan lain secara in vitro, CHX yang

diserap oleh hidroksiapatit pada permukaan gigi dan mucin pada saliva, kemudian dilepas dalam

bentuk yang aktif, yang menyebabkan efek antimikroba diperpanjang sampai 12 jam, keadaan ini

yang menjadi dasar aktivitas CHX dalam menghambat plak.

Indikasi

Chlorhexidine dapat digunakan pada :

 Gingivitis

 Lesi intra oral

 Denture stomatitis

 Acute aphtous ulcer.

 Periodontitis

 Menghambat pembentukan plak

 Mencegah karies

 Mencegah terjadinya osteitis alveolar pasca pencabutan molar ketiga yang impaksi
Kontraindikasi

Pasien yang memiliki hipersensitifitas terhadap Chlorhexidine

Efek samping

Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh Chlorhexidine terutama dalam jangka waktu yang

panjang diantaranya :

 taste alteration

 staining/ pewarnaan pada gigi, lidah dan restorasi

 iritasi mukosa

 deskuamasi mukosa

 contact dermatitis

 photosensitivity

 transient parotitis

Interaksi Obat

Jika chlorhexidine digunakan bersamaan dengan obat-obat dibawah ini, maka akan menimbulkan

efek seperti reaksi disulfiram, yaitu seperti mual, muntah, pusing, muka merah, napas pendek, sakit

kepala hebat, gangguan penglihatan, palpitasi jantung, dan mungkin juga pingsan

 Alkohol

 Disfulfiram

 Metronidazole
Sediaan

 Mouthwash mengandung 0.12% atau 0.2% chlorhexidine.

 Gel mengandung 1% chlorhexidine.

 Spray mengandung 0.2% chlorhexidine.

Dosis

 Mencegah plak

Berkumur-kumur dengan larutan 0,12%

 Gingivitis

berkumur dengan 15 ml chlorhexidine 0,2 atau 0,12% selama 30 detik setelah menggosok

gigi dan flossing.

 Denture stomatiti

rendam gigi tiruan dengan chlorhexidine selama 1- 2 menit kemudian pasien berkumur

sesuai petunjuk

Você também pode gostar