Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
“NASIONALISME KEWARGANEGARAAN”
OLEH :
Nama : Ardian Putra Laksono
NIM : 41183506150049
Jurusan : Ilmu Pemerintahan
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
hukum dan peraturan. Perbuatan tersebut sangat berguna dalam peraturan dan
tingkah laku manusia sehari-hari. Hal inilah yang membuat seorang manusia akan
daerah. Secara mendasar daerah inilah yang memerlukan akan hukum dan
perbuatan hukum. Apabila kedua hal tersebut ada didalam daerah itu, maka daerah
dalam pemersatu satu kesatuan. Hal inilah yang membuat sebuah daerah yang
mempunyai hukum yang jelas memerlukan sebuah alat pemersatu yang membuat
terhadap alat yang diperlukan untuk memersatukan bangsa serta keutuhan negara
adalah nasionalisme.
yang membuat bangsa serta suatu negara lebih kuat serta solid dalam menghadapi
tekanan serta penjajahan yang terjadi dan rongrongan untuk memecah belah
negara tersebut. Selain itu juga ada yang mengartikan nasionalisme adalah satu
paham yang menciptakan dan mempertahankankedaulatan sebuah negara (dalam
bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk
sekelompok manusia.
negara bangsa atas nama sebuah bangsa. Munculnya nasionalisme ini terbukti
sangat efektif sebagai alat perjuangan bersama merebut sebuah kemerdekaan dari
tangan penjajah.
BABII
LATAR BELAKANG
eksistensi suatu negara tanpa adanya nasionalisme dalam negara tersebut. Banyak
sekali teori yang mengatakan bahwa nasionalisme sangat dibutuhkan dalam suatu
negara selain itu juga tanpa nasinalisme maka negara dan bangsa tersebut akan
hancur serta akan mudah dijajah oleh negara asing. Maka hal serupa pernah terjadi
dalam negara Indonesia ini. Yaitu saat Indonesia mulai memasuki satu era
“transisi” kekuasaan, yaitu pada saat tahun 1966 dan tahun 1998.
Lalu ada yang mengartikan nasionalisme dari dua sudut pandang, yaitu:
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan
dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme.
cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati
bangsa lain.
Apabila kita lihat maka ada hal yang bisa membuat suatu perpecahan
dalam dan luar negeri yang diakibatkan oleh paham nasionalisme yang
patut kembali saya kemukakan di sini; benarkah ‘nasionalisme' sudah mati? Atau
setidaknya, apakah betul ‘nasionalisme' tidak relevan lagi? Dan pertanyaan lebih
lanjut; apakah hubungan antara nasionalisme dengan agama-dalam hal ini Islam-
dipahami sebagai suatu ideologi-telah tamat, sering mengutip karya klasik Daniel
Bell, The End of Ideology (1960); atau lebih akhir lagi, karya Francis Fukuyama,
sebagai ideologi-telah berakhir adalah kekeliruan yang cukup fatal dan distortif.
intelektual yang dapat mengklaim ‘kebenaran' atas pandangan dunia mereka, telah
amat kompleks, khususnya menjelang dan terus berlanjut sampai usainya Perang
Dunia II. Ideologi lama kehilangan tenaga karena lenyapnya semangat yang
Pada pihak layn, ideologi-ideologi baru yang sedang bangkit itu bersifat
pembangunan ekonomi dan kekuatan nasional. Hal ini melibatkan koersi atas
seluruh penduduk dan berbarengan dengan muncul dan berkuasanya elit penguasa
baru yang menggiring dan memaksa rakyat atas nama kepentingan nasional.
Justifikasi pun diberikan; bahwa tanpa koersi dan ‘stabilitas nasional', kemajuan
ekonomi tidak bisa dicapai. Tentu saja, di sini muncul persoalan klasik: Apakah
pilihan sendiri atau apakah elit penguasa baru dengan kekuasaan yang mereka
Karya Bell, The End of Ideology, mungkin sudah terlalu klasik; lagi pula,
Menurutnya, nasionalisme kini memang tidak lagi menjadi kekuatan utama dalam
global sebagaimana pernah terjadi pada abad XIX dan XX. Namun, ini tidak
berarti bahwa nasionalisme tidak lagi mengemuka dalam politik dunia sekarang
dapat menjadi satu faktor yang rumit atau katalis bagi perkembangan lain.
Namun penting dicatat, pada saat Hobsbawm menulis karyanya tadi, Uni
sebelumnya. Lagi-lagi, pada saat yang sama, jumlah negara-negara baru yang
dalam karya terkenalnya, The End of History and The Last Man (1992). Dengan
nada mirip Bell dan Hobsbawn, Fukuyama menilai, nasionalisme tidak lagi
Kalau pun mereka masih berpegang pada ‘nasionalisme', itu lebih bersifat kultural
politis kini juga sedang bangkit, khususnya di wilayah-wilayah yang baru mulai
atau berada pada tingkat pembangunan sosial ekonomi yang relatif rendah.
Nasionalisme baru ini cenderung primitif, yakni tidak toleran, chauvinistik, dan
contoh, Jerman dan Italia-dua negara paling akhir dalam proses industrialisasi dan
radikal dalam bentuk gerakan fascist ultra-nasionalis. Nasionalisme baru itu juga
tumbuh paling kuat di wilayah-wilayah Dunia Ketiga bekas koloni Eropa yang
berada dalam tahap awal modernisasi dan industrialisasi. Tidak heran kalau
nasionalisme terkuat dewasa ini juga dapat ditemukan di bekas wilayah Uni
Soviet dan Eropa Timur, saat industrialisasi datang begitu terlambat, dan
Ketiga dan Eropa Timur. Bahkan, dalam segi-segi tertentu, dapat diprediksikan
kekuatan gelombangnya hampir sama dengan kebangkitan nasionalisme pada
abad ke-19 dan 20. Dan ia akan bertahan lebih lama dibandingkan pengalaman
batas nasionalisme; namun, pada saat yang sama, ia juga mendorong peningkatan
BAB III
PEMBAHASAN
1.3 Pembahasan
sulit memberikan peta yang pasti dan akurat. Harus diakui, terdapat semacam
Masih langkanya studi tentang subyek ini mengisyaratkan bahwa umumnya para
ahli tentang Asia Tenggara agaknya menganggap nasionalisme bukan lagi isu
penting bagi kawasan ini. Hal ini sekaligus mengindikasikan bahwa gejolak dan
nasionalisme?
menjadi ideologi dominan di kawasan ini sebelum tahun 1970-an. Kebutuhan dan
internasional.
Bermula dengan globalisasi pasar dan ekonomi yang berintikan liberalisasi pasar
dan ekonomi, globalisasi juga dengan segera mengimbas ke dalam bidang politik,
sosial, budaya dan seterusnya. Dalam bidang politik, globalisasi berarti liberalisasi
pada kasus negara-negara bekas Uni Soviet, dan Yugoslavia sampai sekarang ini.
apalagi dengan berakhirnya perang dingin. Dalam konteks itu, kita melihat lenyap
yang berlangsung dalam ukuran relatif cepat dan berdampak luas mengakibatkan
selalu ada, atau dengan kata lain, dengan motif dan unsur yang dipilih (kepingan
dan tambahan) darii budaya tersebut, digabungkan dalam suatu satir yang lucu
dan sinis, dan makna – maknanya yang asli disesuaikan dengan massa kini yang
sukar dipahami.
Internasionalisme Nasionalisme
Fakta bahwa versi budaya global yang ilmiah maupun ekiektik sama-sama
tidak begitu mempunyai gaung dan daya tahan populer memperlihatkan bahwa
nasionalisme belum juga terwujudkan dan juga bahwa globalisasi tidak sedikitpun
adalah terbentuknya lapisan politik yang terdiri dari tiga tingkatan : tingkat etnik
lokal, regional, jender atau ekologi ; tingkat negara nasional; dan akhirnya tingkat
paling besar adalah pada negara nasional tingkatan menengah. Tetapi, sekali lagi,
dua kekuatan besar globalisasi, yakni interdependensi ekonomi akibat dari operasi
perusahaan- perusahaan transnasional dan komunikasi massa yang diakibatkan
mempercepat dan memperluas tren politik yang sudah ada.Kita dapat menyebut
tama nasionalisme dan doktrin penetuan diri nasional telah tertanam sebagai
konvensi serta kesepakatan , juga berulang kali disebut – disebut dalam segala
baik sebagai ideologi aktor-aktor kolektif yang telah menjadi biasa dan sepadan
ekonomi Tetapi semua itu hanya membesarkan pesan nasionalis yang mendasar.
nasionalisme sifat- sifat yang tertanam pada masyarakat tersebut sebagai berikut :
Berbuat kebaikan
kesengsaraan, tidak bahagia. Kebaikan itu datang dari manusia itu sendiri ini
memang benar karena manusia itu mahluk sosial yang mempunyai kebutuhan dan
kebutuhan itu terpenuhi karena mereka hidup bermasyarakat. Kekuasan itu adalah
Kekuasan Tuhan.
Jadi kebajikan itu ada (Dua) sumbernya yaitu kebajikan manusia dan
perjuangan manusia, baik kebajikan Tuhan adalah karunia Tuhan. Manusia adalah
Bertanggung Jawab
secara wajar atau seharusnya sesuai dengan norma kehidupan, ini disebut
“tanggung jawab positif” yang bersifat ideal dan sempurna (ideal or complete
artinya tidak ada cacat atau kekurangannya. Tanggung jawab positif lazim disebut
kehidupan sesuai kehidupan disebut tanggung jawab (responsbility), hal ini adalah
wajar.
cacatnya, bahkan tidak ada pemenuhan sama sekali. Tanggung jawab negative
lazim disebut “tidak bertanggung jawab” (Unresponsibility). Tidak sesuai dengan
norma kehidupan artinya dipenuh, tetapi kurang; atau dipenuhi, tetapi keliru; atau
dipenuhi tetapi cacat; atau tidak dipenuhi sama sekali, hal ini adalah tidak wajar
Keindahan berasal dari kata dasar “indah”, yang dapat diartikan bagus,
cantik, molek, elok, dan permai, yaitu sifat yang menyenangkan, mengembirakan,
menarik perhatian, dan berupa benda, ciptaan, perbuatan, atau keadaan. Melalui
abstrak yang tidak mempunyai arti apa-apa karena tidak dihubungkan dengan
suatu bentuk.
dalam. Mungkin baru dapat dipahami makna yang jelas apabila konsep tersebut
sudah diwujudkan dalam bentuk sikap, tingkah laku, dan perbuatan manusia
terhadapTuhan.
dan ”sayang” yang satu sama lain ada kesamaan makna walaupun bentuk katanya
berbeda. Apabila kedua istilah tersebut dipadu menjadi 1(satu) dalam bentuk
Adil adalah sifat perbuatan manusia. Menurut arti katanya, ”Adil” artinya
tidak sewenang-wenang kepada diri sendiri maupun kepada pihak lain itu meliputi
anggota masyarkat, alam lingkungan, dan Tuhan Sang Pencipta. Jadi, konsep adil
berlaku kepada diri sendiri sebagai induvidu, dan kepada pihak lain sebagai
c. Wajar, seperti ada adanya, tidak menyimpang, tidak lebih dan tidak kurang
e. Perlakuan kepada diri sendiri, sama seperti perlakuan kepada pihak lain dan
sebaliknya.
Dalam konsep adil berlaku tolak ukur yang sama kepada pihak berbuat dan
kepada pihak lain terhadap mana perbuatan ini ditunjukan. Implikasi perlakuan
kepada pihak lain. Bagaimana berbuat adil kepada pihak lain jika kepada diri
http://www.tniad.mil.id/1artikel.php?pil=2&dn=20080711010639
http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&
http://budi-irwanto-sg.blogspot.co.id/2010/04/makalah-kewarganegaraan-
tentang.html