Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. Apa saja sarana prasarana yang tersedia di RSUD tingkat kabupaten yang relevan
dengan kasus emergency?
2) Nyeri perut
Pasien pada saat kecelakaan mobil mengalami deselerasi dan badan akan
telempar kedepan. Lanjutan dari gerakan badan ke depan adalah benturan badan
(dada/perut) dengan batang kemudi atau dash board. Cedera yang terjadi bisa
berupa patah tulang iga, perdarahan rongga dada, robekan paru, perdarahan rongga
perut akibat ruptur hepar atau limba atau robeknya usus. Robekan pankreas,
duodenum, kolon ataupun jejunum akibat gencetan lingkar kemudi dengan tulang
belakang.
Kemungkinan bila terjadi perdarahan intra abdomen yang serius pasien akan
memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah
dan akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu organ viseral mengalami
perforasi, maka tanda –tanda perforasi dan tanda-tanda iritasi peritonium cepat
tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan
(mungkin menandakan iritasi peritonium karena cairan gastrointestinal atau darah),
nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi
peritonitis umum.
3) Betis kanan
Pada pasien terjadi fraktur os. tibia sinistra tertutup akibat trauma yang dialami
(disebabkan oleh terlempar keluarnya sang supir dari dalam mobil melalui kaca
depan dan mendarat pada bagian kiri dari tubuh sehingga terjadinya transfer energy
yang melebihi toleransi jaringan sehingga terjadi disrupsi jaringan dan terjadi suatu
trauma, terutama pada femur). Fraktur tersebut akan menyebabkan terpecahnya
frakmen-frakmen tulang yang dapat mengenai serabut syaraf disekitarnya yang
menyebabkan timbulnya rasa nyeri.
Selain itu, pada fraktur tibia juga dapat terkena pembuluh darah yang
menyebabkan terjadinya eksudasi darah ke jaringan dan menimbulkan hematoma,
hematoma ini akan merangsang reaksi inflamasi dengan mengeluarkan bradikinin
dan merangsang nosiseptor dan menyebabkan timbulnya rasa nyeri.
Tampak memar di sekitar dada kiri Kemungkinan berasal dari trauma tumpul dari
bawah sampai ke samping perut tabrakan minibus dengan pohon beringin yang
mengakibatkan fraktur costae 9,10, 11.
Trauma → fraktur costae → pembuluh darah (kapiler)
pecah → darah meresap ke jaringan sekitarnya →
memar (berwarna merah kebiruan)
1. Tension Pneumothorax
1.1. Patofisiologi
Tension Pneumothoraks terjadi karena mekanisme check valve, dimana saat inspirasi,
udara masuk ke dalam rongga pleura, tetapi pada saat ekspirasi udara dari rongga
pleura tidak dapat keluar. Semakin lama tekanan udara di dalam rongga pleura
meningkat, semakin kuat penekanan paru sehingga dapat menimbulkan gagal nafas.
Tekanan dalam rongga pleura meningkat sehingga paru mengempis lebih hebat,
mediastinum tergeser kesisi lain dan mempengaruhi aliran darah vena ke atrium
kanan. Pada foto sinar tembus dada terlihat mediastinum terdorong kearah
kontralateral dan diafragma tertekan kebawah sehingga menimbulkan rasa sakit.
Keadaan ini dapat mengakibatkan fungsi pernafasan sangat terganggu yang harus
segera ditangani kalau tidak akan berakibat fatal.
1.2. Komplikasi
• Gagal napas akut (3-5%)
• Henti jantung-paru
• Infeksi sekunder dari penggunaan WSD
• Kematian
• timbul cairan intra pleura, misalnya.
• Pneumothoraks disertai efusi pleura : eksudat, pus.
• Pneumothoraks disertai darah : hemathotoraks.
• Syok
2. Syok
2.1. Definisi
Syok hipovolemik disebut juga syok preload yang ditamdai dengan menurunnya
volume intravaskuler oleh karena perdarahan. Syok hipovolemik juga bisa terjadi
karena kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler
menyebabkan penurunan volume intraventrikel kiri pada akhir distol yang
akibatnya juga menyebabkan menurunnya curah jantung (cardiac output).
2.2. Klasifikasi
a. Syok Ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non vital seperti kulit, lemak,
otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relatif dapat hidup lebih lama dengan perfusi
rendah, tanpa adanya perubahan jaringan yang menetap (irreversible). Kesadaran
tidak terganggu, produksi urin normal atau hanya sedikit menurun, asidosis
metabolik tidak ada atau ringan.
b. Syok Sedang
Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus, ginjal). Organ-
organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih lama seperti pada lemak,
kulit dan otot. Pada keadaan ini terdapat oliguri (urin kurang dari 0,5 mg/kg/jam)
dan asidosis metabolik. Akan tetapi kesadaran relatif masih baik.
c. Syok Berat
Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi syok beraksi
untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada syok lanjut terjadi
vasokontriksi di semua pembuluh darah lain. Terjadi oliguri dan asidosis berat,
gangguan kesadaran dan tanda-tanda hipoksia jantung (EKG abnormal, curah
jantung menurun).
2.3. Etiologi
Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya cairan intravaskuler,
misalnya terjadi pada:
1. Kehilangan darah atau syok hemoragik karena perdarahan yang mengalir
keluar tubuh seperti hematotoraks, ruptura limpa, dan kehamilan ektopik
terganggu.
2. Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan
darah yang besar. Misalnya, fraktur humerus menghasilkan 500–1000 ml
perdarahan atau fraktur femur menampung 1000–1500 ml perdarahan.
3. Kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan
protein plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada:
- Gastrointestinal: peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis.
- Renal: terapi diuretik, krisis penyakit Addison.
- Luka bakar (kombustio) dan anafilaksis.
Pada syok, konsumsi oksigen dalam jaringan menurun akibat berkurangnya aliran
darah yang mengandung oksigen atau berkurangnya pelepasan oksigen ke dalam
jaringan. Kekurangan oksigen di jaringan menyebabkan sel terpaksa
melangsungkan metabolisme anaerob dan menghasilkan asam laktat. Keasaman
jaringan bertambah dengan adanya asam laktat, asam piruvat, asam lemak, dan
keton (Stene-Giesecke, 1991). Yang penting dalam klinik adalah pemahaman kita
bahwa fokus perhatian syok hipovolemik yang disertai asidosis adalah saturasi
oksigen yang perlu diperbaiki serta perfusi jaringan yang harus segera dipulihkan
dengan penggantian cairan. Asidosis merupakan urusan selanjutnya, bukan
prioritas utama.
2.6. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien syock hipovolemik adalah :
· Kerusakan organ susunan saraf.
· Kerusakan hati.
· Kerusakan gingal.
Walaupun kerusakan organ akhir jarang terjadi pada syock hipovolemik, tetapi
gagal ginjal merupakan komplikasi yang sangat penting pada syock ini.
2.8. Penatalaksanaan
· Pastikan jalan nafas pasien dan nafas dan sirkulasi dipertahankan. Beri
bantuan ventilator tambahan sesuai kebutuhan.
· Perbaiki volume darah sirkulasi dengan penggantian cairan dan darah cepat
sesuai ketentuan untuk mengoptimalkan preload jantung, memperbaiki hipotensi,
dan mempertahankan perfusi jaringan.
· Kateter tekan vena sentra dimasukkan dalam atau didekat atrium kanan
untuk bertindak sebagai petunjuk penggantian cairan. Pembacaan tekanan vena
sentral kontinu (CVP) memberi petunjuk dan derajat perubahan dari pembacaan
data dasar; kateter juga sebagai alat untuk penggantian volume cairan darurat.
· Jarum atau kateter IV diameter besar dimasukkan kedalam vena perifer.
Dua atau lebih kateter mungkin perlu untuk penggantikan cairan cepat dan
pengembalian ketidakstabilan hemodinamik; penekanan pada penggantian
volume.
· Buat jalur IV diameter besar dimasukkan ke vena periver. Dua tau lebih
kateter mungkin perlu untuk penggantian cairan cepat dan pengembalian
ketidakstabilan hemodinamik; penekanan pada penggantian volume.
· Ambil darah untuk spesimen; garis darah arteri, pemeriksaan kimia,
golongan darah dan pencocokan silang, dan hemtokrit.
· Mulai infus IV dengan cepat sampai CVP meningkat pada tingkat pada
tingkat yang memuaskan diatas pengukuran dasar atau sampai terdapat perbaikan
pada kondisi klinis pasien.
· Infus larutan Ringer Laktat digunakan pada awal penangana karena cairan
ini mendekati komposisi elektrolit plasma, begitu juga dengan osmolalitasnya,
sediakan waktu untuk pemeriksaan golongan darah dan pencocokkan silang,
perbaiki sirkulasi, dan bertindak sebagai tambahan terapi komponen darah.
· Mulai tranfusi terapi komponen darah sesuai program, khususnya saat
kehilangan darah telah parah atau pasien terus mengalami hemoragi.
· Kontrol hemoragi; hemoragi menyertai status syok. Lakukan pemeriksaan
hematokrit sering bila dicurigai berlanjutnya perdarahan
· Pertahankan tekanan darah sistolik pada tingkat yang memuaskan dengan
memberi cairan dan darah sesuai ketentuan.
· Pasang kateter urine tidak menetap: catat haluaran urine setiap 15-30
menit, volume urine menunjukkan keadekuatan perfusi ginjal.
· Lakukan pemeriksaan fisik cepat untuk menentukan penyebab syok.
· Pertahankan surveilens keperawatan terus menerus terhadap pasien total-
tekanan darah, denyut jantung, pernafasan, suhu kulit, warna, CVP, EKG,
hematokrit, Hb, gambaran koagulasi, elektrolit, haluaran urine-untuk mengkaji
respon pasien terhadap tindakan. Pertahankan lembar alur tentang parameter ini;
analisis kecenderungan menyatakan perbaikan atau pentimpangan pasien.
· Tinggikan kaki sedikit untuk memperbaiki sirkulasi serebral lebih baik dan
mendorong aliran darah vena kembali kejantung (posisi ini kontraindikasi pada
pasien dengan cidera kepala). Hindarkan gejala yang tidak perlu.
· Berikan obat khusus yang telah diresepkan (misalnya inotropik seperti
dopamen) untuk meningkatkan kerja kardiovaskuler.
· Dukung mekanisme devensif tubuh
· Tenangkan dan nyamankan pasien: sedasi mungkin perlu untuk
menghilangkan rasa khawatir.
· Hilangkan nyeri dengan kewaspadaan penggunaan analgesik atau narkotik.
· Pertahankan suhu tubuh.
- Terlalu panas menimbulkan vasodilatasi yang merupakan mekanisme
kompensasi tubuh dari vasokontriksi dan meningkatnya hilangnya caiiran karena
perspirasi.
- Pasien yang mengalami septik harus dijaga tetap dingin: demam tinggi
meningkatkan efek metabolik selular terhadap syok.
Daftar Pustaka