Você está na página 1de 17

Tugas Mata Kuliah : Terapi Komplementer Dalam Keparawatan

Fasilitator : Ns. Hapsah, M. Kep

MIND BODY SPIRIT THERAPY : IMAGERY

Disusun Oleh :

Kelompok XVII
Muh. Abu (C012171009)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
Kata Pengantar

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas kehendak dan

karunia yang diberikan kepada penulis sehingga penyusunan makalah ini dapat

diselesailam pada waktu yang telah ditentukan dengan judul : Mind Body

Spirit Therapy : Imagery yang merupakan salah satu indikator penilaian

untuk mata kuliah terapi komplementer.

Dalam makalah ini membutuhkan banyak referensi yang menjadi

sumber dan pedoman dalam penyusunan makalah ini yang terdiri dari buku,

jurnal, artikel, yang tentunya memberikan informasi yang benar dan tepat.

Pada penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini

masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih bermanfaat

bagi pembaca.

Makassar, Agustus 2018

Penulis
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Terapi komplementer sekarang ini menjadi terapi trend dalam dunia

keperawatan seiring dengan perkembangan zaman. Terapi komplementer

merupakan terapi yang sudah lama dilakukan sejak zaman yunani kuno

hingga zaman modern. Terapi komplementer menjadi bagian yang

terpenting dalam pelayanan kesehatan di masyarakat (Snyder, M.,

Lindquist, 2014).

Di negara maju seperti di Amerika Serikat mayoritas penduduknya

telah menggunakan terapi komplementer sebagai terapi yang digunakan

untuk mengatasi mengatasi masalah kesehatan mereka, namun masih ada

juga penduduk yang menggunakan terapi konvensional (Snyder, M.,

Lindquist, 2006). Masyarakat yang menggunakan terapi komplemeter

memiliki beberapa alasan, salah satu alasannya adalah filosofi holistik pada

terapi komplementer, yaitu adanya harmoni dalam diri dan promosi

kesehatan dalam terapi komplementer (Posadzki & Poland, 2016). Alasan

lainnya karena sebagian masyarakat ingin terlibat untuk pengambilan

keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan

sebelumnya (Dossey, 2013). Sejumlah hampir 100% klien melaporkan

adanya reaksi efek samping dari pengobatan konvensional yang diterima

menyebabkan memilih terapi komplementer yang menjadi salah satu pilihan

pengobatan masyarakat (Snyder, M., Lindquist, 2006). Di berbagai tempat


pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi

komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun

perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi

alternatif(Kodeeswara & Subhash, 2015). Hal ini terjadi karena klien ingin

mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila

keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat

menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi

komplementer. Peran yang dapat diberikan perawat dalam terapi

komplementer atau alternatif dapat disesuaikan dengan peran perawat yang

ada, sesuai dengan batas kemampuannya. Pada dasarnya, perkembangan

perawat yang memerhatikan hal ini sudah ada. Sebagai contoh yaitu

American Holistic Nursing Association (AHNA), Nurse Healer Profesional

Associates (NHPA) (Hitchcock et al., 1999). Ada pula National Center for

Complementary/Alternative Medicine (NCCAM) yang berdiri tahun 1998

(Snyder, M., Lindquist, 2006). Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan

berkembangnya penelitian terhadap terapi komplementer menjadi peluang

perawat untuk berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat. Perawat dapat

berperan sebagai konsultan untuk klien dalam memilih alternatif yang

sesuai ataupun membantu memberikan terapi langsung. Namun, hal ini

perlu dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian (evidence-based

practice) agar dapat dimanfaatkan sebagai terapi keperawatan yang lebih

baik. Terapi komplementer ada yang invasif dan noninvasif. Contoh terapi

komplementer invasif adalah akupuntur dan cupping (bekam basah) yang


menggunakan jarum dalam pengobatannya. Sedangkan jenis non-invasif

seperti terapi energi (reiki, chikung, tai chi, prana, terapi suara), terapi

biologis (herbal, terapi nutrisi, food combining, terapi jus, terapi urin,

hidroterapi colon dan terapi sentuhan modalitas; akupresur, pijat bayi,

refleksi, reiki, rolfing, dan terapi lainnya (William, 2013). National Center

for Complementary/ Alternative Medicine (NCCAM) membuat klasifikasi

dari berbagai terapi dan sistem pelayanan dalam beberapa kategori salah

satunya yaitu mind-body spirit (Snyder, M., Lindquist, 2006).

Mind body spirit merupakan terapi komplementer yang

memfokuskan pada interaksi tubuh dan pikiran (Snyder, M., Lindquist,

2014). Salah satu terapi yang termasuk dalam mind-body spirit yaitu terapi

imagery yaitu terapi komplementer yang menciptakan relaksasi dengan

menggunakan indera untuk mengaktifkan elemen – elemen alam bawah

sadar dalam tubuh seseorang agar mampu memberikan efek positif dan dan

dapat menyembuhkan penyakit (Kodeeswara & Subhash, 2015)

Oleh karena itu, dalam penulisan makalah ini akan membahas

tentang terapi komplementer mind body spirit imagery.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :

1. Memahami secara mendalam defenisi terapi komplementer Main Body

Therapy : Imagery

2. Memahami manfaat dari terapi Main Body Therapy : Imagery


3. Mengetahui teknik imajinasi terbimbing dalam menyembuhkan

penyakit
BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Definisi Imajinasi Terbimbing

Imagery atau sering disebut imajinasi terbimbing merupakan

formasi gambaran mental seseorang yang dirasakan melalui indera dari

suatu objek, tempat, peristiwa maupun situasi yang terjadi dalam

kehidupan manusia.(Snyder, M., Lindquist, 2014).

Menurut Fitzgerald & Langevin, (2014) mengatakan bahwa

imagery merupakan suatu tindakan yang dapat memberikan perubahan

dimensi fisik, emosional dan spiritual dari intervensi tubuh dan pikiran

dengan menggunakan imajinasi sehingga seseorang mampu memahami

makna dari sebuah peristiwa yang terjadi. Dalam melakukan imajinasi

terbimbing umumnya menggunakan audio visual kinestik untuk

membimbing dan mengarahkan seseorang berimajinasi (Novarenta, 2013).

Pada umumnya imagery terdiri tiga bagian penting yang sering

digunakan dalam pemberian terapi yaitu guide imagery (imajinasi

terbimbing), hypnosis klinik dan self Hypnosis (Hipnosis diri sendiri)

(Snyder, M., Lindquist, 2014)

Imajinasi terbimbing atau imajinasi mental merupakan suatu teknik

untuk mengkaji kekuatan pikiran saat sadar maupun tidak sadar untuk

menciptakan bayangan gambar yang membawa ketenangan dan

keheningan (Santos, 2016)


B. Tipe – Tipe Imajinasi

Menurut Santos, (2016) mengatakan bahwa ada beberapa tipe yang dalam

melakukan guided imagery (imajinasi terbimbing) yaitu :

1. Feeling State Imagery (Imajinasi perasaan) yang bisa dilakukan di

tempat favorit misalnya di pantai, taman, gunung atau tempat yang

disenangi dan tujuannya agar membantu seseorang untuk mengubah

suasana hatinya secara umum.

2. In – End State Imagery (imajinasi keadaan akhir) yaitu suatu kondisi

dimana seseorang dituntun untuk berimajinasi pada suatu kondisi yang

diinginkan. Misalnya seseorang berimajinasi untuk bisa sukses, sehat

dan hidup bahagia.

3. Energic Imagery (Imajinasi Energi) yaitu suatu keadaan dimana

seseorang memiliki energi yang kuat dan mengalir secara bebas dalam

dirinya. Misalnya, pasien disarankan untuk menarik energy dari telapak

tangannya.

4. In Celuler Imagery (Imajinasi Seluler) yaitu seseorang dapat

berimajinasi bahwa penyembuhan berada pada tingkat sel. Misalnya

seseorang atau pasien membayangkan sel – sel sistem kekebalan

tubuhnya mampu untuk melawan sel – sel jahat.

5. Metaphoric Imagery (Imajinasi metafor

Menurut Kodeeswara & Subhash, (2015) ada lima tipe yang berperan

penting dalam melakukan imajinasi yaitu :

1. Visual berkaitan dengan apa yang dilihat dan apa akan diliht
2. Auditory berkaitan dengan apa yang didengar dan apa yang akan

didengarkan

3. Kinesnetic berkaitan dengan pergerakan

4. Olfactory berkaitan dengan penciuman atau aroma

5. Gustatory berkaitan dengan pengecapan

C. Manfaat Imajinasi Terbimbing

Menurut Snyder, M., Lindquist, (2014) imajinasi terbimbing

merupakan salah satu jenis dari teknik relaksasi sehingga manfaat dari

teknik ini pada umumnya sama dengan manfaat dari teknik relaksasi yang

lain. Para ahli dalam bidang teknik imajinasi terbimbing berpendapat

bahwa imajinasi merupakan penyembuh yang efektif. Teknik ini dapat

mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan dan membantu tubuh

mengurangi berbagai macam penyakit seperti depresi, alergi dan asma

D. Dasar Imajinasi Terbimbing

Imajinasi merupakan bahasa yang digunakan oleh otak untuk

berkomunikasi dengan tubuh. Segala sesuatu yang kita lakukan akan

diproses oleh tubuh melalui bayangan. Imajinasi terbentuk melalui

rangsangan yang diterima oleh berbagai indera seperti gambar aroma, rasa

suara dan sentuhan (Snyder, M., Lindquist, 2014). Respon tersebut timbul

karena otak tidak mengetahui perbedaan antara bayangan dan aktifitas

nyata. Penelitian membuktikan bahwa dengan menstimulasi otak melalui

imajinasi dapat menimbulkan pengaruh langsung pada system saraf dan

endokrin (Dossey, 2013)


E. Proses Asosiasi Imajinasi

Menurut Snyder, M., Lindquist, (2014), imajinasi terbimbing

merupakan suatu teknik yang menuntut seseorang untuk membentuk sebuah

bayangan/imajinasi tentang hal-hal yang disukai. Imajinasi yang terbentuk

tersebut akan diterima sebagai rangsang oleh berbagai indra, kemudian

rangsangan tersebut akan dijalankan ke batang otak menuju sensor

thalamus. Di talamus rangsang diformat sesuai dengan bahasa otak,

sebagian kecil rangsangan itu ditransmisikan ke amigdala dan hipokampus

sekitarnya dan sebagian besar lagi dikirim ke korteks serebri, di korteks

serebri terjadi proses asosiasi pengindraan dimana rangsangan dianalisis,

dipahami dan disusun menjadi sesuatu yang nyata sehingga otak mengenali

objek dan arti kehadiran tersebut. Hipokampus berperan sebagai penentu

sinyal sensorik dianggap penting atau tidak sehingga jika hipokampus

memutuskan sinyal yang masuk adalah penting maka sinyal tersebut akan

disimpan sebagai ingatan. Hal – hal yang disukai dianggap sebagai sinyal
penting oleh hipokampus sehingga diproses menjadi memori. Ketika

terdapat rangsangan berupa bayangan tentang hal – hal yang disukai

tersebut, memori yang telah tersimpan akan muncul kembali dan

menimbulkan suatu persepsi dari pengalaman sensasi yang sebenarnya,

walaupun pengaruh / akibat yang timbul hanyalah suatu memori dari suatu

sensasi. Amigdala merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada

tingkat bawah sadar. Amigdala berproyeksi pada jalur system limbic

seseorang dalam hubungan dengan alam sekitar dan pikiran. Berlandaskan

pada informasi ini, amigdala dianggap membantu menentukan pola respon

perilaku seseorang sehingga dapat menyesuaikan diri dengan setiap

keadaan. Dari hipokampus rangsangan yang telah mempunyai makna

dikirim ke amigdala. Amigdala mempunyai serangkaian tonjolan dengan

reseptor yang disiagakan untuk berbagai macam neurotransmitter yang

mengirim rangsangan kewilayah sentralnya sehingga terbentuk pola respons

perilaku yang sesuai dengan makna rangsangan yang diterima

F. Teknik Guide Imagery

Menurut Snyder, M., Lindquist, (2014) mengemukakan teknik atau cara

dalam melakukan imajinasi terbimbing yaitu sebagai berikut :

1. Mencapai keadaan rileks

a. Cari posisi duduk atau berbaring yang nyaman (tidak berbaring).

b. Abaikan setiap ekstremitas.

c. Tutup mata Anda atau fokus pada satu titik atau objek di ruangan.
d. Fokus pada pernapasan dengan otot perut, sadar akan napas saat

masuk melalui hidung Anda dan pergi melalui Anda mulut. Dengan

napas Anda yang berikutnya biarkan pernafasan menjadi lebih lama

dan perhatikan bagaimana inhalasi yang terjadi lebih dalam. Dan

seperti yang Anda perhatikan itu, biarkan tubuh Anda menjadi lebih

rileks. Terus bernafas dalam, secara bertahap membiarkan napas

menjadi dua kali lebih panjang dari inhalasi.

e. Bawa kembali pikiran Anda untuk memikirkan pernapasan Anda

dan Anda tubuh rileks jika pikiran Anda berkeliaran.

2. Saran khusus untuk Imagery

a. Bayangkan tempat yang Anda nikmati dan di mana Anda merasa

baik.

b. Perhatikan apa yang Anda lihat, dengar, perasa, penciuman, dan

rasakan.

c. Biarkan diri Anda menikmati berada di tempat ini.

d. Bayangkan diri Anda seperti yang Anda inginkan (jelaskan yang

diinginkan tujuan khusus).

e. Bayangkan langkah apa yang perlu Anda ambil untuk menjadi

seperti yang Anda inginkan menjadi.

f. Lakukan langkah-langkah ini sekarang di tempat ini di mana Anda

merasa baik.

g. Apa hal pertama yang Anda lakukan untuk membantu Anda menjadi

seperti Anda ingin menjadi?


h. Apa yang akan Anda lakukan selanjutnya?

i. Ketika Anda mencapai tujuan Anda seperti yang Anda inginkan —

perhatikan bagaimana perasaan Anda.

3. Ringkaskan proses dan perkuat latihan

a. Ingat bahwa Anda dapat kembali ke tempat ini, perasaan ini, dan

cara ini kapan saja Anda inginkan.

b. Anda dapat merasakan cara ini lagi dengan berfokus pada

pernapasan Anda, bersantai, dan membayangkan diri Anda di

tempat khusus Anda.

c. Kembalilah ke tempat ini dan bayangkan diri Anda seperti yang

Anda inginkan setiap hari.

4. Kembali ke presentasi

a. Sadarilah kembali tempat favorit.

b. Bawa kembali fokus Anda ke pernapasan Anda.

c. Menyadari ruang Anda berada (menarik perhatian pada suhu, suara,

atau lampu).

d. Anda akan merasa santai dan segar dan siap untuk melanjutkan

kegiatan.

e. Anda dapat membuka mata Anda ketika Anda siap.

G. Penelitian Tentang Imagery

1. Imajinasi terbimbing memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Schaffer et al., (2013) mengatakan

bahwa imajinasi terbimbing (Guided Imagery) dapat meningkatkan


kualitas tidur dan menurunkan terjadinya stress yang dilakukan pada

hampir 20 orang ibu yang melahirkan bayi premature yang mengalami

gangguan tidur dan stress di RS Ibu dan Bayi di California Selatan.

(Guided Imagery An Innovative Approach to Improving Maternal Sleep

Quality)

2. Is guided imagery effective in reducing pain and anxiety in the

postoperative total joint arthroplasty patient (Thomas & Sethares, 2010)

3. Terapi Guided Imagery Dan Deep Brathing Efektif Menurunkan

Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi (Maria & Anis, 2015)

4. Terapi Imajinasi Terpimpin Menurunkan Hipertensi di Pekalongan

(Hartanti, Wardana, & Fajar, 2015)

5. The Effects of Guided Imagery on Affect, Cognition, and Pain in Older

Adults in Residential Care: A Randomized Controlled Study from

Thailand (Elsegood & Wongpakaran, 2012)


Bab III

Penutup

A. Kesimpulan

Mind-body spirit merupakan salah terapi komplementer yang

memfokuskan pada interaksi tubuh dan pikiran digunakan untuk

memberikan efek relaksasi dan efek positif tubuh sehingga dapat

menyembuhkan penyakit yang ada dalam tubuh.

Imagery atau sering disebut imajinasi terbimbing yaitu salah satu mind

body spirit yang merupakan formasi gambaran mental seseorang yang

dirasakan melalui indera dari suatu objek, tempat, peristiwa maupun

situasi yang terjadi dalam kehidupan manusia.

B. Saran

Beberapa penelitian telah mengemukakan bahwa terapi imajinasi

memberikan banyak manfaat oleh karena itu dibutuhkan penelitian yang

berkelanjutan tentang terapi imajinasi.


DAFTAR PUSTAKA

Dossey, B. M. (2013). Holistic Nursing A Handbook For Practice Sixth


Edition. (M. B. Barere, Cynthia C ; Helming, Ed.) (Sixth). Burlington:
Jones & Bartlett Learning, LLC, an Ascend Learning Company.
Elsegood, K. J., & Wongpakaran, N. (2012). The Effects of Guided Imagery on
Affect, Cognition, and Pain in Older Adults in Residential Care: A
Randomized Controlled Study from Thailand. Research in Gerontological
Nursing, 5(2), 114–122. https://doi.org/10.3928/19404921-20110706-02
Fitzgerald, M., & Langevin, M. (2014). Imagery. In Complementary and
alternative therapies in nursing. (pp. 73–98). Retrieved from
http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=psyh&AN=2013-
41351-006&lang=de&site=ehost-live
Hartanti, R. D., Wardana, D. P., & Fajar, R. A. (2015). Terapi Imajinasi
Terpimpin Menurunkan Hipertensi di Pekalongan. Jurnal Ilmiah
Kesehatan, VII(1). Retrieved from http://www.journal.stikesmuh-
pkj.ac.id:81/journal/index.php/jik/article/view/60/0
Kodeeswara, P., & Subhash, J. (2015). Guided Imagery Therapy. IOSR Journal
of Nursing and Health Science Ver. III, 4(5), 2320–1940.
https://doi.org/10.9790/1959-04535658
Maria, Y. A., & Anis, R. S. (2015). Terapi Guided Imagery Dan Deep Brathing
Efektif Menurunkan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal
Stikes, 8(2), 155–165. Retrieved from
http://ejurnal.stikesbaptis.ac.id/index.php/STIKES/article/view/116
Novarenta, A. (2013). Guided Imagery Untuk Mengurangi Rasa Nyeri Saat
Menstruasi. Jurnal Ilmiah Psiklogi Terapan, 01(02), 179–190.
Posadzki, P., & Poland, F. (2016). Complementary and alternative medicine. In
Textbook of palliative care communication. (pp. 271–275). Retrieved from
http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=psyh&AN=2016-
05453-033&site=ehost-live&scope=site
Santos, A. (2016). Nurse’s guide to guided imagery. Nursing, 46(1), 55–58.
https://doi.org/10.1097/01.NURSE.0000473397.21059.61
Schaffer, L., Jallo, N., Howland, L., James, K., Glaser, D., & Arnell, K. (2013).
Guided Imagery. The Journal of Perinatal & Neonatal Nursing, 27(2),
151–159. https://doi.org/10.1097/JPN.0b013e3182870426
Snyder, M., Lindquist, R. (2006). Complementary / Alternative Therapies in
Nursing.
Snyder, M., Lindquist, R. (2014). Complementary & Alternative Therapies In
Nursing Seventh Edition. New York: Springer Publishing Company.
Thomas, K. M., & Sethares, K. A. (2010). Is guided imagery effective in
reducing pain and anxiety in the postoperative total joint arthroplasty
patient? Orthopedic Nursing, 29(6), 393–399.
https://doi.org/10.1097/NOR.0b013e3181f837f0
William. (2013). Evidence-based Anticancer Complementary. (William, Ed.).
New York London: Springer Dordrecht Heidelberg.

Você também pode gostar