Você está na página 1de 26

BAB IX

AGRESI MILITER BELANDA 1 DAN 2

P
ada bab ke 9 ini kita akan membahas tentang aksi Agresi Militer Belanda
ke wilayah Indonesia. Adapun menurut Belanda aksi agresi militer ini
merupakan aksi pegamanan wilayah Indonesia dari pemberontakan,
sedangkan menurut sudut pandang Indonesia aksi merupakan pelanggaran atas
perundingan Linggarjati. Dalam Bab ini akan dibahas upaya Agresi Militer
Belanda 1 dan 2. Berikut merupakan tujuan instruksional khusus (TIK) Bab ke 9
ini
TIK
Setelah mempelajari Bab 9 ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menganalisis latar belakang aksi Agresi Militer Belanda 1
2. Mendeskripsikan aksi Agresi Militer Belanda 1 di wilayah Indonesia
3. Menganalisis latar belakang aksi Agresi Militer Belanda 2
4. Mendeskripsikan aksi Agresi militer Belanda 2 di Wilayah Indonesia
5. Mendeskripsikan upaya penyelesaian konflik Indonesia dan Belanda
pada saat Agresi Militer Belanda 1 dan 2

1. Agresi Militer Belanda 1


"Operatie Product" (bahasa Indonesia: Operasi Produk) atau yang di kenal
di Indonesia dengan nama Agresi Militer Belanda I adalah operasi militer
Belanda di Jawa dan Sumatera terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan
dari 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus 1947. Operasi militer ini merupakan bagian
dari Aksi Polisionil yang diberlakukan Belanda dalam rangka mempertahankan
penafsiran Belanda atas Perundingan Linggarjati. Dari sudut pandang Republik
Indonesia, operasi ini dianggap merupakan pelanggaran dari hasil Perundingan
Linggarjati .
a. Latar Belakang Agresi Militer Belanda 1
Diplomasi antara Belanda dan Indonesia mengalami jalan buntu karena
kedua belah pihak saling menuduh telah melakukan pelanggaran-pelanggaran, dan

242 | S N I 5
masing-masing pihak bersihkukuh atas interpretasi isi perjanjian Linggarjati dan
saling tidak mempercayai satu sama lain tentang pelaksanaan perjanjian tersebut.
Berbagai aksi kekerasan dan pelanggaran segala perjanjian yang dilakukan
oleh pihak Belanda ditenggarai oleh pihak Republik sering terjadi diberbagai
tempat, sehingga membuat suasana semakin tidak kondusif. Pihak Belanda secara
terang-terangan terus mengirim tentara ke Indonesia dengan dalih untuk menjaga
keamanan (police action) dan berupaya meyakinkan pihak Internasional bahwa
apa yang mereka lakukan adalah urusan dalam negeri, bukan agresi terhadap
negara yang berdaulat. Apapun alasannya, pengiriman tentara dalam jumlah
banyak dengan perlengkapan militer yang modern merupakan persiapan Aksi
Militer yang sangat bertentangan dengan jiwa perjanjian Linggarjati yang telah
disepakati oleh ke dua belah pihak.

Gambar. Pendaratan dan Gerakan Pasukan Belanda di Jawa Timur pada bulan Juli
1947. Sumber. Repro foto 30 Tahun Indonesia Merdeka

Walaupun pihak Indonesia masih memegang teguh spirit Linggarjati,


pihak Belanda terus mengobarkan sentimen anti Linggarjati dan menekan pihak
Indonesia melalui diplomasi setengah hati dan ancaman Agresi Militer, serta
mengacaukan perekonomian yang antara lain dilakukan dengan pemalsuan mata
uang secara besar-besaran. Belanda juga terus melakukan upaya untuk memecah
belah Republik dengan membentuk daerah otonomi baru secara sepihak diluar
Jawa (Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Bangka Belitung dan Riau).

243 | S N I 5
Belanda juga berencana melakukan plebisit di daerah Jawa Barat yang nota bene
menurut perjanjian Linggarjati merupakan wilayah Indonesia. Pihak Indonesia
dengan tegas menolak plebisit secara sepihak, dan menuntut jika ada plebisit
maka pelaksanaannya harus diawasi oleh pihak internasional.
Tidak adanya kemajuan dalam perundingan Linggarjati membuat dunia
internasional menjadi kesal dan mendesak kedua belah pihak tersebut untuk
melaksanakan perjanjian secara konsekuen. Australia dengan tegas mendukung
upaya dimulainya perdagangan dengan pihak Indonesia. India juga mengirim
delegasi ke Yogyakarta untuk melakukan pembicaraan tidak resmi dengan pihak
Republik untuk membuka hubungan diplomatik dan dagang dengan Indonesia.
Suasana semakin memanas karena Belanda memprotes kegiatan-kegiatan
Indonesia di luar negeri (Mesir, Libanon, dan Siria) yang berhasil memperoleh
pengakuan atas Indonesia dan mengadakan perjanjian persahabatan.
b. Pelaksanaan Agresi
Sekitar bulan Mei 1947 pihak Belanda sudah memutuskan bahwa mereka
harus menyerang Republik secara langsung. Pada tanggal 20 Juli 1947 tengah
malam pihak Belanda melancarkan aksi Polisional mereka yang pertama.
Pasukan-pasukan bergerak dari Jakarta dan Bandung untuk untuk menduduki
Jawa Barat (tidak termasuk Banten), dan dari Surabaya untuk menduduki Madura
dan Ujung timur. Gerakan-gerakan pasukan yang lebih kecil mengamankan
wilayah Semarang. Dengan demikian, Belanda menguasai semua pelabuhan
perairan dalam di Jawa. Di Sumatera, perkebunan-perkebunan disekitar Medan,
instalasi-instalasi minyak dan batubara di sekitar Palembang, dan daerah Padang
diamankan pasukan Republik bergerak mundur dalam dan menghancurkan
apa yang dapat mereka hancurkan. Dibeberapa daerah terjadi aksi-aksi
pembalasan detik terakhir: orang-orang Cina di Jawa Barat dan kaum bangsawan
dipenjarakan di Sumatera timur dibunuh. Beberapa orang Belanda, termasuk Van
Mook, ingin melanjutkan merebutkan Yogyakarta dan membentuk suatu
pemerintahan Republik yang lebih lunak, tetapi pihak Amerika dan Inggris yang
tidak menyukai ‘aksi polisionil’ tersebut mengiring Belanda untuk segera
menghentikan penaklukan sepenuhnya terhadap Republik.

244 | S N I 5
c. Lokasi dan Tujuan Agresi
Serangan di beberapa daerah, seperti di Jawa Timur, bahkan telah
dilancarkan tentara Belanda sejak tanggal 21 Juli malam, sehingga dalam
bukunya, J. A. Moor menulis agresi militer Belanda I dimulai tanggal 20 Juli
1947. Belanda berhasil menerobos ke daerah-daerah yang dikuasai oleh Republik
Indonesia di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Fokus serangan tentara Belanda di tiga tempat, yaitu Sumatera Timur,
Jawa Tengah dan Jawa Timur. DiSumatera Timur, sasaran mereka adalah daerah
perkebunan tembakau, di Jawa Tengah mereka menguasai seluruh pantai utara,
dan di Jawa Timur, sasaran utamanya adalah wilayah di mana terdapat
perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula.

Gambar. Tampak depan kapal perang Belanda yang bersandar di salah satu pelabuhan di Jawa
Timur dalam upaya Agresi Militer pertama di Bulan Juli 1947. Sumber: Repro foto 30 Tahun
Indonesia Merdeka

Pada agresi militer pertama ini, Belanda juga mengerahkan kedua pasukan
khusus, yaitu Korps Speciaale Troepen (KST) di bawah Westerlling yang kini
berpangkat Kapten, dan Pasukan Para I (1e para compagnie) di bawah Kapten C.
Sisselaar. Pasukan KST (pengembangan dari DST) yang sejak kembali
dari pembantaian di Sulawesi Selatan belum pernah beraksi lagi, kini ditugaskan
tidak hanya di Jawa, melainkan dikirim juga ke Sumatera

245 | S N I 5
Tujuan utama Agresi Belanda adalah merebut daerah-daerah perkebunan
yang kaya dan daerah yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak. Namun
sebagai kedok untuk dunia Internasional, Belanda menamakan agresi militer ini
sebagai Aksi Polisionil, dan menyatakan tindakan ini sebagai urusan dalam
negeri. Letnan Gubernur Jenderal Belanda, Dr. H.J. van Mook menyampaikan
pidato radio di mana dia menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan
Persetujuan Linggajati. Pada saat itu jumlah tentara Belanda telah mencapai lebih
dari 100.000 orang, dengan persenjataan yang modern, termasuk persenjataan
berat yang dihibahkan oleh tentara Inggris dan tentaraAustralia (Wikipedia.com)
Agresi tentara Belanda berhasil merebut daerah-daerah di wilayah
Republik Indonesia yang sangat penting dan kaya seperti kota pelabuhan,
perkebunan dan pertambangan. Pada 29 Juli 1947, pesawat Dakota Republik
dengan simbol Palang Merah di badan pesawat yang membawa obat-obatan
dari Singapura, sumbangan Palang Merah Malaya ditembak jatuh oleh Belanda
dan mengakibatkan tewasnya Komodor Muda Udara Mas Agustinus Adisutjipto,
Komodor Muda Udara dr. Abdulrahman Saleh dan Perwira Muda Udara
I Adisumarmo Wiryokusumo. Pada 9 Desember 1947, terjadi Pembantaian
Rawagede dimana tentara Belanda membantai 431 penduduk desa Rawagede,
yang terletak di antara Karawang dan Bekasi, Jawa Barat.
Pihak Belanda menamakan agresi ini aksi polisionil 1. Beberapa buku
sejarah Indonesia menyebutnya perang kemerdekaan 1. Walaupun serangan
tentara itu dilakukan mendadak, pihak republik sudah menduganya. Adanya
serangan ini justru merugikan Belanda di mata Internasional.
d. Akibat dan Reaksi
Sebagai reaksi, Pemerintah India dan Australia pada tanggal 30 juli 1947
mendesak dewan keamanan PBB untuk membicarakan serangan belanda itu. Pada
tanggal 1 agustus 1947, dewan keamanan PBB menyerukan agar sejak tanggal 4
Agustus kedua pihak menghentikan tembak menembak. Atas usul Amerika
Serikat, dewan keamanan PBB juga membentuk komisi jasa baik yang terdiri dari
3 negara. Tugas komisi itu adalah mengawasi gencatan senjata antara Indonesia
dan belanda. Indonesia memilih Australia yang diwakili oleh Richard Kirby,

246 | S N I 5
sedangkan Belanda memilih Belgia yang diwakili oleh Paul Van Zeeland. Kedua
pihak tersebut kemudian memilih amerika serikat yang diwakili oleh Dr. Frank
Porter Graham. Komisi yang baru mulai bekerja pada bulan Oktober 1947 ini
lebih dikenal di Indonesia dengan sebutan komisi tiga Negara. (Ensiklopedi
Nasional Indonesia 1 : 1988)
Perserikatan Bangsa-Bangsa kini terlibat langsung dalam konflik
tersebut, suatu keterlibatan akhirnya akan menjebak pihak Belanda pada posisi
diplomatik yang sulit. India dan Australia sangat aktif mendukung Republik di
dalam PBB, dimana Uni Soviet juga memberikan dukunganya. Akan tetapi,
peranan yang paling penting akhirnya dimainkan oleh Amerika Serikat. Mereka
yang menentukan kebijakan Belanda, bahkan yang lebih progresif diantara
mereka, mereka yakin bahwa sejarah dan pikiran sehat memberi mereka hak
untuk menetukan perkembangan Indonesia, tetapi hak ini hanya dapat dijalankan
dengan cara menghancurkan Republik terlebih dahulu. Sekutu-sekutu utama
negeri Belanda, terutama Inggris, Australia dan Amerika (Negara yang paling
diandalakan Belanda untuk memberi bantuan pembangunan kembali di masa
sesudah perang), tidak mengakui hak semacam itu kecuali kalau rakyat Indonesia
mengakuinya, yang jelas tidak demikian apabila pihak Belanda harus
menyandarkan diri pada penaklukan militer.mereka mulai mendesak negeri
Belanda supaya mengambil sikap yang tidak begitu kaku, dan PBB menjadi forum
umum untuk memeriksa tindakan-tindakan Belanda. Keadaan ini justru semakin
memperbesar hasrat Belanda untuk menemukan cara penyelesaian secepatnya di
Indonesia.
Pada akhir bulan Juli 1947 pihak Belanda menyadari bahwa mereka
harus menerima himbauan PBB agar diadakan suatu gencatan senjata, yang
diperintahkan oleh Pihak Belanda dan Sukarno pada tanggal 4 Agutus. PBB
kemudian memperkenankan Sjahrir untuk berbicara atas nama Republik, tetapi
tidak bersedia menerima para wakil dari daerah-daerah yang dikuasai Belanda.
Pada bulan Oktober dibentuklah suatu komite Jasa Baik PBB yang beranggotakan
wakil-wakil Amerika, Australia dan Belgia untuk membantu perundingan-
perundingan Belanda-Republik dalam mencapai gencatan senjata yang baru.sejak

247 | S N I 5
bulan Agustus pihak Belanda telah melanjutkan operasi-operasi pembersihan di
belakang garis terdepan, mereka, dmana banyak kaum pejuang republik tinggal.
e. Menghadapi Agresi Militer Belanda
Agresi terbuka Belanda pada tanggal 21 Juli 1947 menimbulkan reaksi
yang hebat dari dunia. Pada tangggal 30 juli 1947 pemerintah India dan Australia
mengajukan permintaan resmi agar masalah Indonesia segera dimasukan dalam
daftar acara dewan keamanan. Permintaan itu diterima baik dan pada tanggl 31
Juli dimasukan sebagai acara pembicaraan dewan keamanan. Tanggal 1 Agustus
1947 dewan Keamanan memerintahkan penghentian permusuhan kedua belah
pihak, yang dimulai pada tanggal 4 Agustus 1947. Sementara itu untuk
mengawasi gencatan senjata dibentuk komisi konsuler, yang anggota-anggotanya
terdiri daripada konsul jenderal yang ada di Indonesia. Komisi konsuler diketuai
oleh Amerika Dr. Walter Foote dan beranggotakan konsul Jenderal Cina, konsul
jenderal Belgia, Konsul Jenderal Perancis, konsul Jenderal Inggris, dan Konsul
Jenderal Perancis. Dalam laporanya kepada dewan keamanan, komisi konsuler
menyatakan bahwa sejak tanggal 30 Juli samapai 4 Agustus pasukan Belanda
masih mengadakan gerakan militer. Pemerintah Indonesia menolak garis
demarkasi yang dituntut oleh pihak Belanda berdasarkan kemajuan-kemajuan
pasukanya setelah perintah gencatan senjata. Perintah penghentian tembak
menembak tidak memuaskan. Belum ada tindakan yang praktis untuk
meneyelesaikan masalah penghentian tembak-menembak untuk mengurangi
jumlah korban yang jatuh.
Dewan keamanan yang memperdebatkan masalah Indonesia akhirnya
menyetujui usul Amerika Serikat, bahwa untuk mengawasi penghentian
permusuhan ini harus dibentuk sebuah komisi-komisi jasa baik. Indonesia dan
Belanda dipersilahkan masing-masing memilih satu negara yang dipercaya untuk
mengawasi tembak menembak. Dua negara yang terpilih oleh Indonesia dan
Belanda dipersilahkan memilih satu negara untuk ikut serta sebagai anggota
komisi. Pemerintah Indonesia meminta Australia menjadi anggota komisi,
Belanda memilih Belgia dan kedua negara memilih Amerika serikat untuk
menjadi anggota ketiga dari Komisi. Dalam masalah militer, KTN mengambil

248 | S N I 5
inisiatif tetapi dalam masalah politik KTN hanya memberikan saran dan usul,
tidak mempunyai hak untuk memutuskan persoalan politik. KTN memulai bekerja
di Indonesia pada bulan Oktober 1947. setelah KTN mengadakan pembicaraan
dengan kedua pemerintah, akhirnya disepakati untuk kembali ke meja
perundingan. Belanda mengajukan Jakarta sebagai tempat berunding, tetapi
ditolak oleh pihak republik . Republik menganggap bahwa di Jakarta tidak ada
kebebasan untuk menyatakan pendapat dan tidak ada jawatan RI yang aktif, akibat
aksi militer. Republik menginginkan perundingan diselenggarakan pada suatu
tempat diluar pendudukan Belanda. KTN mengambil jalan tengah dan
mengususlkan agar kedua belah pihak menerima tempat perundingan di atas
sebuah kapal Amerika serikat yang disediakan atas perantara KTN.
Sebelumnya itu sudah dibentuk komisi untuk melaksanakan gencatan
senjata yang disebut komisi teknis. Anggota-anggota komisi teknis dari pihak
Republik di bawah pimpinan Menteri kesehatan Dr. Leimena. Anggota-
anggotanya adalah Mr. Abdul Madjid, Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo,
mayor Jenderal Didi Kartasasmitha, Kolonel Simbolon dan Letnan Kolonel
Bustomi. Komisi teknis pihak Belanda dipimpin oleh Van Vredenburgh dengan
anggota-anggotanya : Mayor Jenderal Buurman van Vreden, Kolonel Drost, Mr.
Zulkarnaen, Letkol Surio Santoso, Dr. Stuyt dan Dr. P.J. Koets. Di dalam
perundingan Komisi Teknis yang telah dilakukan, usul mengenai daerah bebas
militer dianggap kurang praktis dan Belanda tetap menuntut dipertahankanya
garis Van Mook yakni suatu garis yang menghubungkan pucuk-pucuk Pasukan
belanda yang dimajukan sesudah keluarnya perintah dewan keamanan untuk
menghentikan tembak-menembak. Kemudian mereka mengeluarkan pernyataan
dari tempat perundinganya di Kaliurang, yang berisi: dilarang melakukan
sabotase, intimidasi, pembalasan dendam, dan tindakan yang semacam terhadap
orang-orang, golongan dan harta benda kedua pihak.
Setelah jatuhnya kabinet Sjahrir III, Presiden menunjuk Mr. Amir
Sjarifuddin untuk menyusun Kabinet baru. Setelah Amir berhasil menyusun
kabinet baru, mulailah delegasi untuk menghadapi perundingan dengan Belanda.
Delegasi republik dipimpin oleh Mr. Sjarifu. din sendiri, dengan Ali

249 | S N I 5
Sastroamidjojo sebagai wakil ketua. Anggota-anggota terdiri dari: dr. Tjoa Siek
Ien, Sultan Sutan Sjahrir, H.A. Salim, mr. Nasrun, dan dua anggota cadangan
masing-masing Ir. Juanda dan Setiadjid, serta 32 orang penasehat. Delegasi
Belanda dipimpin oleh R. Abdul Kadir Widjoatmodjo, dengan Mr. H. A. L. van
Vredenburg sebagai Wakil Ketua.
Pada bulan Januari 1948 tercapai suatu persetujuan baru di atas kapal
Amerika USS Renville di pelabuhan Jakarta. Persetujuan ini mengakui suatu
gencatan senjata disepanjang apa yang disebut dengan “garis Van Mook”, suatu
garis buatan yang menghubungkan titik-titik terdepan pihak Belanda walaupun
dalam kenyataanya masih tetap ada banyak daerah yang dikuasai pihak republik di
belakangnya. Walaupun persetujuan ini tampaknya seperti kemenangan besar
pihak Belanda dalam perundingan, namun tindakan yang bijaksana dari pihak
Republik dalam menerima persetujuan itu (suatu tindakan yang sebagian didorong
oleh kurangnya amunisi di pihak Republik) menyebabkan mereka memenangkan
kemauan baik Amerika yang sangat menetukan
Penghinaan dari ‘aksi polisionil’ pertama dan persetujuan Renville yang
mengikutinya menyebabkan jatuhnya pemerintahan Amir Sjarifuddin. Anggota-
anggota Masyumi dan PNI dalam kabinetnya meletakan jabatan ketika
persetujuan renville ditandatangani, dan kemudian Amir meletakan jabatanya
sebagai perdana menteri pada tanggal 23 Januari 1948.

250 | S N I 5
Iring-iringan truk infanteri Belanda saat Operasi Produk,Aksi Polisionil Belanda yang pertama.

2. Agresi Militer Belanda 2


Agresi Militer Belanda II atau Operasi Gagak (bahasa Belanda: Operatie
Kraai) terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap
Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad
Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya ibu kota negara ini
menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra
yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.
a. Penyebab terjadinya Agresi Militer Belanda II
Kondisi politik di negeri Belanda menjadi salah satu penyebab awal
terjadinya Agresi Militer Belanda II. Pada 6 Agustus 1948, Dr.Willem Drees
menjadi Perdana Menteri kabinet koalisi bersama Partai Katolik. Dia
menggantikan Dr. L.J.M. Beel yang kemudian diangkat menjadi Hooge
Vertegenwoordiger van de Kroon (Wakil Tinggi Mahkota) Belanda di Indonesia.
Beel menggantikan posisi van Mook sebagai Wakil Gubernur Jenderal. Dr.Beel
termasuk dalam garis keras dan dekat dengan kalangan pengusaha di Belanda
yang tak ingin memberikan konsesi apapun kepada Indonesia. Hal tersebut
berbeda sekali dengan Profesor Schermerhorn yang sosialis. Dengan
pengangkatan Beel, Belanda menunjukkan wajah kerasnya, dan Letnan Jenderal
Spoor yang ingin menghancurkan TNI mendapatkan dukungan politik.
Seperti halnya ketika diadakan perjanjian Linggarjati antara Indonesia
dengan Belanda yang dikhianati Belanda dengan melancarkan Agresi Militer
Belanda 1, ketika diadakan perjanjian Renville Belanda juga mengkhianatinya.
Perjanjian Renville yang diadakan pada bulan Januari 1948 di atas kapal Amerika
USS Renville di pelabuhan Jakarta, menyepakati suatu gencatan senjata di
sepanjang Garis Van Mook (suatu garis buatan yang menghubungkan titik-titik
terdepan pihak Belanda walaupun dalam kenyataannya masih tetap ada banyak
daerah yang dikuasai pihak Republik di dalamnya. (Rickleffs, 1998).
Pertikaian wilayah melatarbelakangi jalannya sebuah rencana agresi ke
suatu wilayah di Indonesia. Dimulai dari penolakan kaum Republiken terhadap

251 | S N I 5
tuntutan Belanda mengenai kekuasaan Perwakilan Tinggi Kerajaan Belanda
selama periode pemerintahan federal sementara sebelum penyerahan kedaulatan
Belanda. Belanda menuntut agar Perwakilan Tingginya punya hak untuk
mengirimkan pasukan berdasarkan keputusannya sendiri ke daerah-daerah dimana
pasukan menemukan sebuah pertikaian.
Para pemimpin Republiken percaya bahwa Belanda baru berani
menyerang setelah mereka mendirikan pemerintahan federal sementara yang
terdiri atas Negara-negara bagian Indonesia yang sudah dibangun dan dikuasai
Belanda. Suatu federasi Negara boneka semacam itu diharapkan akan meminta
dengan sopan bantuan militer kepada Belanda untuk melawan pelanggaran di
perbatasan Republiken atau dorongan pemberontakan dalam satu atau lebih
Negara boneka yang berbatasan dengan Republik. Hanya dengan berpura-pura
membantu salah satu pihak Indonesia melawan pihak lainnya, para pemimpin
Republik percaya bahwa Belanda baru berani mengacuhkan Amerika Serikat dan
mengkhianati perjanjian Gencatan Senjata Renville. (Kahin; 2013)
Pada intinya berbagai upaya perundingan digencarkan oleh Pemerintah
Republik seperti Mohammad Hatta dengan Menteri-menteri dari Belanda dan
Amerika. Sebuah kedaulatan wilayah menjadi pokok persoalan mengapa Belanda
melakukan agresi pasukan militer wilayah Republiken, dengan dalih
menempatkan pasukannya kedaerah-daerah yang bertikai. Perundingan itu
dilaksanakan dengan atau tanpa melalui KTN yang ditengahi oleh Amerika
Serikat. Pada dasarnya sama-sama membawa sebuah kepentingan politik dengan
tujuan masing-masing. Kejelasan utama ada pada para tokoh Republiken yang
dengan teguh mempertahankan kedaulatan Negara pasca Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.
b. Tujuan Belanda Melancarkan Agresi Militer II
Pasca pecahnya pemberontakan PKI di Madiun. Gubernur Jenderal van
Mook digantikan oleh Dr. L.J.M Beel dengan jabatan baru yakni Komisi Tinggi
Kerajaan Belanda. Beel sebagai otak dari Agresi Militer Belanda II mempunyai
dua tujuan. Tujuan pertamanya yaitu bahwa Republik sebagai suatu kesatuan
ketatanegaraan harus dihancurkan dan itu hanya dapat dilakukan dengan cara ini.

252 | S N I 5
Tujuan keduanya, ia bermaksud membentuk Pemerintah Interim Federal yang
didasarka atas Peraturan Pemerintahan dalam Peralihan, di mana wakil-wakil dari
daerah-daerah federal dan unsur-unsur yang kooperatif dan moderat dari bekas
Republik harus ikut ambil bagian dalam PIF tanpa mewakili bekas Republik.
(Agung, 1983).
Tujuan Belanda pada titik tertentunya berada pada poros kaum paternalis.
Hingga suatu tingkatan luas, paternalism mereka merupakan rasionalisasi dari
keuntungan ekonomi mereka. Menurut mereka rasionalisasi tersebut adalah
percaya sebagai syarat-sayarat untuk mempertahankan dan mempromosikan
kepentingan ekonomi Belanda di Indonesia. Kemudian masalah martabat orang
Belanda yang berkeinginan agar orang Indonesia bergantung pada Belanda. Dan
untuk mengimbangi kecilnya Negara Belanda dalam suatu dunia Negara-negara
raksasa.
Akhirnya terdapat suatu kelompok penting lain, kelompok ini memiliki
dua elemen pokok. Yang pertama diwakili mayoritas orang Belanda yang
mempunyai investasi yang diwakili bidang pengelolaan mereka di Indonesia.
Elemen kedua berasal dari perwira militer dari KNIL dan pegawai negeri Belanda.
Singkatanya ini adalah kelompok yang memiliki kepentingan utama yang
diletakan dalam kedudukan yang disediakan oleh militer penjajah dan aparat
pemerintah. (Kahin, 2013)
Dapat dilihat, tujuan dalam setiap gerakan agresor Belanda terhadap
Indonesia, dilatar belakangi dari berbagai sisi, yakni dari segi ekonomi dengan
kembalinya Indonesia ke penjajahan Belanda, kepentingan ekonomi investasi
Belanda akan tetap bertahan dan memperoleh laba besar. Yang kedua dari sisi
social, dalam kaitannya dengan masalah kedudukan orang Belanda yang masih di
Indonesia. Ketiga soal kedudukan Belanda di mata dunia, dengan upaya
perundingan yang kenyataannya gagal. Dan dengan ambisinya Belanda
menggunakan Agresi Militer untuk melangsungkan tujuannya tersebut dengan
adanya dukungan Militer dan sekutu.

253 | S N I 5
c. Proses berlangsungnya Agresi Militer II
Kebijakan Belanda terhadap Indonesia yang mulai ditetapkan pada akhir
bulan di tahun 1948 meliputi suatu strategi tiga-sisi. Pertama kebijakan ini
mengharapkan penerapan kekuatan militer secukupnya untuk menghancurkan
Republik dan kehancuran total Militer Indonesia. Kedua, kebijakan ini
menginginkan program pemecah belah secara menyeluruh diatur melalui suatu
bentuk pemerintahan tidak langsung dengan menjadikan Indonesia sebagai
Negara federal serikat. Yang ketiga, kebijakan ini mengahrapkan diperolehnya
sanksi internasional atas program melalui pemberian kedaulatan kepada federasi
Indonesia yang secara tidak langsung dikausai Belanda ini. (Kahin, 2013)
Perintah melaksanakan Agresi Militer II Belanda dikirmkan oleh Menteri
wilayah seberang lautan Belanda EWJA. Sassen kepada wakil tinggi Mahkota
Belanda di Indonesia Dr. Beel, tanggal 18 Desember 1948. Yang bertujuan untuk
menduduki ibukota RI dan sekaligus menangkapi pemimpin Indonesia yang
dipandang Belanda sebagai perintang untuk berkuasa kembali. Selain ibukota RI
Yogyakarta, Belanda berkeinginan merebut kota-kota besar dan pusat
pemerintahan RI di Sumatera dan Jawa yang menjadi target operasi militer
Belanda.
Pada tanggal 19 Desember 1948, tentara Belanda melancarkan aksi
militernya yang kedua. Dengan aksi militernya itu, Belanda berusaha
menghancurkan Indonesia dan militernya. Hasilnya dapat menguasai Ibukota RI
di Yogyakarta. Belanda juga berhasil menahan presiden, wapres, dan para pejabat
pemerintahan sipil maupun militer lainnya. Namun Palima Besar TNI Jenderal
Soedirman dapat meloloskan diri dan selanjutnya melakukan perang Gerilya.
(Kemdikbudpar, 2011)
Pada saat penyerbuan Belanda ke Yogyakarta, ditandai dengan berita
mengenai pencabutan pihak Belanda atas perjanjian Gencatan Senjata Renville
diterima di Yogyakarta pada jam 5.30 sore berupa serangan pesawat-pesawat
udara pembom Belanda di lapangan udara terdekat. Kemudian para pembom
Belanda dan penembakan roket P.51 dan Spitfires mulai melemahkan Yogyakarta
yang kekuatannya dibangun di Bandar udara daerah itu. Brigade Marinir Belanda

254 | S N I 5
dibantu tentara KNIL berhasil mencapai pusat kota hingga istana Presiden.
Hingga dapat menangkap Soekarno, Hatta dan anggota cabinet Republik,
termasuk Agus Salim. (Kahin, 2013)
Pokok bahasannya ada pada serangan militer langsung dengan metode
perang total war, yakni perang terbuka secara langsung dengan menggunakan
taktik perang dalam melupuhkan lawan secara cepat dan terorganisisr dengan
dukungan peralatan dan persenjataan. Yang diuntungkan adalah Belanda berhasil
merebut statsiun Radio Republik sebelum Soekarno menyebarkan pidato peristiwa
penyerbuan tersebut.
Dalam pertempuran ini melibatkan TNI, yang pada waktu itu masih
tercerai berai diberbagai wilayah diluar Yogyakarta. Jenderal Soedirman pun
meninggalkan Yogyakarta ke Ambarawa dan melakukan startegi gerilya.
Yogyakarta sudah diduduki Belanda. Yang kemudian para panglima TNI
membuat pertemuan di luar kota untuk membuat taktik gerilya dalam perebutan
kembali Ibukota Negara Yogyakarta. A.H Nasution dan Jenderal Soeharto
memimpin pasukan perebutan kembali Ibukota, dengan taktik gerilya, wilayah
Yogya dan sebagian Jawa Tengah mengalami pertempuran gerilya. Yang pada
akhirnya membuat Presiden Soekarno yang diasingkan ke Bangka membuat
keputusan untuk menyelamatkan NKRI dengan membentuk Pemerintah Darurat
Republik Indonesia di Bukittinngi dengan menunjuk Sjafrudin Prawiranegara
untuk memimpin sebagi pejabat Presiden untuk menjalankan pemerintahan
Indonesia.
Pasukan TNI tidak mampu menahan pasukan Belanda karena memiliki
kekuatan yang tidak seimbang. Siang harinya Yogyakarta sudah dapat dikuasai.
Para pemimpin Negara tetap tinggal di kota dan menjadi tawanan Belanda.
Sedangkan pemimpin militer mengungsi ke luar kota untuk menyusun kekuatan
dan melakukan perang gerilya. Panglima besar Jenderal Sudirman sebelum
meninggalkan Yogyakarta mengeluarkan perintah kilat yang ditunjukan kepada
semua pasukan TNI yang disampaikan oleh Kapten Suparjo melalui RRI yang
berbunyi:

255 | S N I 5
PERINTAH KILAT
No.I/PB/D/48

Kita diserang Belanda


pada tanggal 19 Desember 1948 angkatan perang Belanda menyerang kota
Yogyakarta dan lapangan terbang Maguwo
pemerintah Belanda telah membatalkan persetujuan gencatan senjata . semua
angkatan perang menjalankan rencanan yang telah ditetapkan untuk menghadapi
serangan belanda

Dikeluarkan di: tempat


Tanggal : 19 Desember 1948 pukul : 08.00
Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia

Letnan Jenderal Sudirman

Dengan adanya perintah kilat tersebut, perjuangan rakyat Indonesia


terutama TNI kembali kepada ketentuan-ketentuan yang sudah digariskan oleh
pimpinan TNI melalui perintah siasat No.I tersebut yang dikeluarkan tanggal 9
November 1948.

Pokok-pokok perintah siasat No.I


1. TNI tidak melakukan pertahanan yang bersifat linier
2. Memperlambat setiap majunya serbuan musuh dan pengungsian total serta
bumi hangus
3. Membentuk kantong-kantong di setiap onder distrik yang mempunyai
kompleks di beberapa pegunungan
4. Pasukan yang berasal dari daerah federal menyusup kepada garis musuh
Wingate dan membentuk katong-kantong gerilya (Sarjono dan Masaji,
1982)

Kemudian diperkuat dalam PP No. 30/1948 yang bunyinya: “semua alat


kekuasaan Negara dibawah pemerintahan militer dan semua badan serta jawaban
penting dimiliterisasikan” (Lemhannas, 1996) Adanya kedua perintah tersebut

256 | S N I 5
menjadi pegangan bagi pasukan TNI dalam melaksanakan tugasnya membela dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari serbuan Belanda pada masa Agresi
Militer Belanda II.

d. Dampak peristiwa Agresi Militer II


Dalam sebuah tindakan agresi militer, ada dua sudut pandang yang akan
menjadi telaah kajiannya. Pertama dari sudut pandang sang agresor, yakni
Belanda. Belanda pada dasarnya bertujuan untuk menduduki Nusantara yang telah
mengkayakan negerinya. Dari sudut pandang ini, dampak bagi Belanda adalah
mengeluarkan sebagian anggaran untuk melancarkan agresi ini. Menentang dunia
dalam hal perdamaian, hingga efek pengucilan untuk selanjutnya.
Kedua, dari sudut pandang Indonesia. Indonesia mendapat dampak yang
luar biasa besarnya. Dalam agresi militer Belanda II ini, Indonesia dalam posisi
terkekang, dari dalam dan luar negeri. Terjadi instabilisasi politik, hukum, dan
keamanaan. Setelah Soekarno dan lainnya ditangkap, terjadi kekosongan
kekuasaan di Republik Indonesia. Hingga mengacam kedaulatan NKRI pada
waktu itu. Status Negara menjadi darurat perang, mengakibatkan macetnya roda
perekonomian dan hubungan kerjasama antar Negara-negara lain. Hal demikian
yang menjadi focus dunia untuk menyelesaikan pertikaian konflik yang berlatar
belakang wilyah dan kepentingan ini oleh dunia. Menurut George McTurnan
Kahin, dalam Nasionalisme dan Revolusi Indonesia, percaturan politik dan militer
pada Agresi Belanda II mendapat perhatian khusus dari Dewan Keamanan PBB,
hingga menyebabkan berbagai usulan dan pendapat dari negar-negara pmegang
hak veto untuk berunding dalam permasalahan Belanda-Indonesia (Kahin;2013).
Alhasil Indonesia berada pada kondisi yang tidak stabil dengan pertaruhan yang
sangat mahal.
e. Upaya Indonesia menghadapi Agresi Militer II
Indonesia melakukan beberapa cara dalam menghadapi serangan Agresi
Belanda. Pemimpin RI membiarkan dirinya ditangkap tentara Belanda dengan
harapan bahwa opini dunia akan begitu tersinggung sehingga kemenangan militer
Belanda akan berbalik menjadi kemenangan diplomasi Indonesia. Namun,

257 | S N I 5
tindakan tersebut disalahartikan oleh tentara. Para tentara merasa telah
mengorbankan diri mereka untuk Indonesia, sedangkan para pemimpinnya dengan
mudah menyerahkan dirinya kepada Belanda. Tentara Indonesia merasa bahwa
hanya tinggal merekalah satu-satunya penyelamat negeri. Akan tetapi, hal tersebut
dapat diatasi. Mereka segera melakukan perang gerilya untuk mengusir tentara
Belanda dari Indonesia. Taktik para pemimpin kita akhirnya berhasil. Dewan
Keamanan PBB tersinggung, karena Belanda telah memperlakukan mereka secara
tidak pantas atau tidak dihargai. Sewaktu Belanda melancarkan agresinya, Komite
Jasa-jasa baik sedang berada di Kaliurang, tempat yang dekat dengan terjadinya
serangan oleh Belanda.
Presiden Sukarno, sesaat sebelum ditangkap oleh tentara belanda telah
mengadakan rapat dan menunjuk Syafrudin Prawiranegara yang ketika itu sedang
berada di Sumatera untuk segera menbentuk pemerintahan darurat jika pemerintah
RI Yogyakarta tidak berfungsi lagi. Selain itu, Presiden Suakrno juga mengirim
perintah kepada Sudarsono yang waktu itu sedang di New Delhi, India, untuk
membentuk pemerintahan darurat jika pemerintahan di Sumatera (Syafrudin
Prawiranegara) tidak berhasil.
Pada akhirnya, PBB membentuk UNCI (United Nations commission for
Indonesia) yang biasa dikenal dengan Komisi PBB untuk Indonesia. Atas usaha
UNCI inilah akhirnya berahsil diselenggarakan perjanjian Roem-Roijen yang
dimulai pada pertengahan April 1949. Namun, perundingan mengalami kesulitan
titik temu antara kedua belah pihak, sehingga baru berhasil disepakati pada awal
Mei 1949.
Sejak bulan Juni 1949, berlangsung persiapan pemulihan pemerintahan RI
di Yogyakarta. Persiapan itu berlangsung di bawah pengawasan UNCI. Sejak
tanggal 24 sampai 29 Juni 1949, tentara Belanda ditarik dari kota Yogyakarta.
Setelah itu, TNI memasuki kota Yogyakarta. Pada tanggal 6 Juni 1949, presiden
dan wakil presiden serta para pemimpin lainnya kembali ke Yogyakarta.

258 | S N I 5
Suasana Agresi Militer Belanda II

259 | S N I 5
Kesimpulan

Agresi Militer Belanda I adalah operasi militer Belanda di Jawa dan


Sumatera terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 Juli
1947 sampai 5 Agustus 1947. Operasi militer ini merupakan bagian dari Aksi
Polisionil yang diberlakukan Belanda dalam rangka mempertahankan penafsiran
Belanda atas Perundingan Linggarjati. Agresi Militer Belanda II atau Operasi
Gagak terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap
Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad
Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya
Agresi militer merupakan bentuk rill bahwa Belanda melanggar perjanjian
Internasional. Dalam agresi ini Belanda mencoba menguasai kota-kota,
pelabuhan, dan perkebunan yang dianggap penting bagi Indonesia. Penculikan
terhadap pemimpin-pemimpin termasuk presiden Sukarno menjadi salah satu
modus Belanda selain menguasai daerah-daerah penting. Pelanggaran yang
dilakukan Belanda ini mendapat simpati dari luar negeri termasuk PBB yang
akhirnya mengeluarkan resolusi-resolusi. Perjuangan dari para pahlawan serta
dukungan internasional yang mampu melepaskan Indonesia dari agresi Belanda
tersebut.

260 | S N I 5
Glosarium

Aksi Polisinil : Sebutan agresi Belanda, yang dilakukan terhadap


daerah Jawa dan Sumatra

Korps Speciaale Troepen : Kesatuan Pasukan khusus Belanda


UNCI : United Nations Commisions for Indonesia, yang
dibentuk oleh PBB untuk menggantikan KTN

261 | S N I 5
Latihan 1
1. Buatlah makalah tentang Agresi Militer Belanda 1 dan 2
2. Diskusikanlah makalah tersebut.
3. Analisis bagaimana dampak agresi tersebut bagi kedaulatan negara Indonesia.
4. Jelaskan peranan pejuang dalam melawan kedua Agresi tersebut
5. Bagaimana pendapat anda tentang pemindahan pemerintahan Indonesia dari
daerah istimewa Yogyakarta ke Sumatra (Bukittinggi).

Latihan 2
1. Agresi militer Belanda I terjadi pada tanggal…
a. 21 Juni 1947 d. 25 Juni 1947
b. 2 Juni 1947 e. 4 Juni 1947
c. 19 Juni 1947
2. Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan Agresi Militer 1 atas
wilayah...
a. Sumatra dan Jawa d. Kalimantan
b. Yogyakarta e. Sulawesi
c. Semarang
3. Tujuan utama pemerintah Kolonial Belanda melaksanakan Agresi Militer I
adalah …
a. Menghancurkan kekuatan pemerintah Republik Indonesia
b. Melindungi Indonesia dari perluasan kekuasaan sekutu lainnya
c. Berupaya untuk meningkatkan perekonomian bangsa Indonesia
d. Melindungi perusahaan-perusahaan milik Belanda di Indonesia
e. Kembali ingin berkuasa atas wilayah Indonesia
4. Latar belakang terjadinya Agresi Militer Belanda 1 adalah...
a. Adanya pelanggaran terhadap Perjanjian Linggarjati
b. Belanda ingin menguasai Indonesia
c. Indonesia dan Belanda ingin melakukan perjanjian Renville
d. Adanya campur tangan dari PBB
e. Belanda ingin kembali berkuasa di Indonesia

262 | S N I 5
5. Reaksi beberapa negara terhadap Agresi militer 1 yang dilakukan oleh
Belanda adalah dengan membentuk komisi jasa-jasa baik atau biasa disebut
dengan....
a. PBB d. AFNEI
b. UNCI e. NICA
c. KTN
6. Agresi Militer Belanda II tanggal 19 Desember 1948 ditandai penyerangan
Belanda terhadap kota…
a. Surabaya d. Jakarta
b. Bandung e. Yogyakarta
c. Semarang
7. Tujuan pimpinan pemerintah RI tidak meninggalkan Yogyakarta saat
Agresi Militer II adalah sebagai berikut,kecuali….
a. Menunjukan niat baik Indonesia menghargai kehadiran KTN
b. Menyerah kepada Belanda lebih baik daripada berperang
c. Memperlihatkan kepada dunia bahwa Indonesia lebih mementingkan
damai daripada perang
d. Mengundang simpati internasional
e. Mempertahankan kedaulatan RI
8. Belanda telah melancarkan agresi militer II terhadap RI pada tanggal...
a. 16 Desember 1948 d. 19 Desember 1948
b. 17 Desember 1948 e. 15 Desember 1948
c. 18 Desenber 1948
9. Pada saat terjadi Agresi Militer Belanda II, Yogyakarta dikuasai Belanda dan
menyebabkan dibentuknya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di
daerah.....
a. Sumatra, Bukittinggi d. Jawa Barat
b. Surakarta e. Medan
c. Jakarta
10. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Sumatra dipimpin oleh...
a. Soekarno d. Syarifuddin Prawiranegara

263 | S N I 5
b. Moh. Hatta e. Sultan Hamid
c. Jenderal Soedirman

TAMBAHAN SOAL

1. Mengapa terjadi Agresi Militer Belanda 1.


a. Agar Indonesia dapat dikalahkan oleh Belanda
b. Adanya perbedaan penafsiran terhadap isi perjanjian Linggarjati
c. Karena Belanda ingin meguasai Yogyakarta
d. Karena agresi tersebut membuktikan kepada dunia bahwa Belanda adalah
negara kuat.
2. Apakah tujuan dilaksanakannya Agresi Militer Belanda 1 di bidang politik.
a. memperkuat persenjataan belanda
b. menghancurkan TNI
c. Menguasai Sumber daya alam Indonesia
d. Mengepung ibu kota RI dan menghapus RI dari peta
3. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dari Agresi Militer Belanda 1 bagi
Indonesia di dunia internasional.
a. Indonesia dapat dikenal oleh negara-negara di dunia
b. Indonesia akhirnya mendaptkan bantuan oleh negara lain
c. Banyak negara-negara yang simpati dengan Republik Indonesia, seperti Liga
Arab yang akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia sejak 18 November 1946
d. mempermudah mencapai kemerdekaan Indonesia
4. Selain di Bukit Tinggi dimana kah PDRI di buat bila Mr. Syarifuddin tidak
berhasil membuat PDRI di bukit tinggi?
a. Yogyakarta
b. New Delhi
c. Jakarta
d. Sumatra
5. Mengapa Yogyakarta ingin dikuasai oleh Belanda.
a. Karna Yogyakarta adalah pusat kota Indonesia

264 | S N I 5
b. Yogyakarta adalah wilayah yang cukup maju
c. Yogyakarta adalah daerah istimewa
d. Yogyakarta merupakan basis pertahanan Indonesia

265 | S N I 5
Daftar Pustaka

Fatwa, A. M. 2010. Api sejarah Jilid 2. Bandung: Salamadan


Kahin. 1995. Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia:Refleksi Pergumulan
Lahirnya Republik. Solo:UNS
Poesponegoro, Marwati Dj. 1884. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta:
Balai Pustaka
Ricklefs, M.C. 2007. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada
________. 2008. Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Serambi. Suryanegara
Yusuf, Syafruddin. Sejarah dan Peranan Subkoss Dalam Perjuangan Rakyat
Sumbagsel (1945-1950). Palembang: Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan.
Wayan, I Badrika. 2006. Sejarah Untuk SMA Jilid 3 Kelas XII Program IPS.
Jakarta.Penerbit Erlangga.

https://id.wikipedia.org/wiki/Agresi_Militer_Belanda_I
https://id.wikipedia.org/wiki/Agresi_Militer_Belanda_II
http://www.idsejarah.net/2015/02/agresi-militer-belanda-ii.html

266 | S N I 5
BAGAN MATERI

Upaya Belanda
Menduduki
Kembali Indonesia

Agresi Militer

Agresi Militer I Agresi Militer II

Jawa Timur Yogyakarta

267 | S N I 5

Você também pode gostar