Soegijapranata mengungkapkan rasa kecintaan terhadap Gereja, bangsa dan
tanah air dengan kata-kata “ kita merasa patriot seratus persen sebab itu kita pun merasa Katolik seratus persen pula”. Dari pernyataan Soegijapranata ini, ormas Katolik merumuskan motto “ Pro Ecclesia et Patria”, yang berarti Gereja dan tanah air. Mgr. Soegijapranata melaksanakan usaha dan perjuangan untuk bangsa dan tanah air dengan keterlibatan saat menentang panjajahan Belandan maupun Jepang, serta sejak awal masa baktinya sebagai seorang Uskup hingga saat akhir hayatnya. Persahabatan dengan orang-orang yang beragama Katolik merupakan pengalaman baru setelah tinggal di Muntilan. Hidup dalam suasana penjelajahan Belanda, tetapi belajar dari orang Belanda. Pengalaman hidup dalam keberagaman semakin diperkaya ketika ia belajar untuk mempersiapkan diri menjadi iman di Belanda selama 15 tahun. Persahabatannya dengan Bung Karno dan Bung Hatta ditandai dengan kebersamaan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pengalaman yang pernah dijalani oleh Soegijapranata membentuk pribadinya yang kelak akan masuk dalam medan perjuangan yang sesungguhnya dan harus menghadapi situasi sangat sulit yang tak terhindarkan. Bentukan pribadi ini akan menampakan diri dalam corak perjuangan dan cara menghadapi persoalan. Ia tidak takut akan cap yang diberikan Belanda kepada dirinya ketika menerima pemuda pejuang dan menjadi konsultan mereka. Begitu pulsa saat penjajahan Jepang, ia bahkan rela menyerahkan nyawanya sendiri. Ia tidak putus asa menghadapi situasi yang sangat pahit seiring datangnta tentara Jepang. Kecintaan pada negara tidak dilepaskan dengan kecintaannya pada Gereja, Hal ini terlihat ketika ia menentang tentara Jepang yang akan mengambil alih gereja Katedral Randusari Semarang. Apabila Yesus mewartakan Kerajaan Allah dengan sabda dan karya demikian juga Mgr Soegijapranata dalam mencintai Gereja dan tanah air. “Sabda dan Karya”itu berarti ia mencintai tanah air dengan kata-kata melalui berbagai pidato dalam berbagai kesempatan yang mengandung resiko berat termasuki nyawanya sendiri. Sabda dan Karya memperlihatkan konsistensi antara apa yang diucapkan dan apa yang dilakukan. Hal yang menarik diperhatikan adalah setiap orang beriman selalu hidup dalam dua otoritas yaitu hidup di dunia yang bersifat fana dan hidup abadi di surga, Jadi mencintai Tuhan beserta agamanya dan mencintai tanah air beserta kekuasaan pemerintahnya merupakan kewajiban moral setiap warga negara dan warga agama.