Você está na página 1de 21

A.

DEFINISI
Menurut World Health Organization(WHO), kanker paru-paru merupakan
penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita.
Sebagaian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru, tetapi
bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lain yang menyebar ke paru-paru.
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm
jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan,
terutama asap rokok (Suryo, 2010).
Adenokarsinoma adalah jenis kanker paru yang berasal dari kelenjar paru.
Tumor ini biasanya terjadi dibagian perifer paru, termasuk bronkiolus terminal
dan alveolus. Kanker Jenis ini terhitung sekitar 30% dari kanker paru dan lebih
tinggi diantara wanita. Adenokarsinoma biasanya berukuran keciL dan tumbuh
lambat, tetapi bermetastasis secara dini dan angka bertahan hidup sampai 5
tahunnya buruk.

B. ANATOMI FISIOLOGI
Paru-paru adalah organ pada sistem pernapasan, yang berfungsi menukar
oksigen dari udara luar dengan karbon dioksida dari darah melalui proses
respirasi. Respirasi merupakan proses pertukaran gas yang keluar masuk saluran
pernafasan, melibatkan sistem kardiovaskuler, sistem pulmonary dan kondisi
hematologis. Paru-paru terletak pada rongga dada, menghadap ke tengah rongga
dada. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada
mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput selaput
yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua, yaitu : pleura viseral dan
parietal. Pleura viseral (selaput dada pembungkus) merupakan selaput yang
langsung membungkus paru-paru. Pleura parietal merupakan selaput paru-paru
yang melapisi bagian dalam dinding dada. Antara kedua pleura, terdapat sebuah
rongga yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura menjadi
hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat
sedikit cairan yang berguna untuk melumasi permukaan pleura, untuk
menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding dada.
Dilihat dari struktur anatominya, paru-paru dibagi menjadi dua lobus, yaitu :
1. Lobus paru-paru kanan, terdiri dari tiga lobus, yaitu :
a. Lobus pulmo dekstra superior
b. Lobus medial
c. Lobus pulmo dekstra inferior
2. Lobus paru-paru kiri, terdiri dari dua lobus, yaitu :
a. Lobus pulmo sinistra superior
b. Lobus pulmo sinistra inferior
C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO KANKER PARU
Sebagaimana diketahui bahwa asap rokok merupakan penyebab utama
kanker paru tipe karsinoma. Didalam asap rokok terkandung lebih dari 4.000 zat
kimia, 50 jenis di antaranya bersifat karsinogen dan beracun. Data statistic
membuktikan bahwa sekitar 90% penderita kanker paru adalah perokok aktif atau
mantan perokok. (Tim CancerHelps, 2010 : 64)
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru
belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain
seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain:
a. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling
penting, yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi
dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok
dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap
setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok
(Stoppler,2010).
b. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok
pasif, atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam
ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi
mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua
kali (Wilson, 2005).
c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian
akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan
bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas
tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka
dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari
kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung
hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara
kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang
ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah
3,4 benzpiren (Wilson, 2005).
d. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium,
nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker
paru (Amin, 2006). Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani
asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko
kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat
kalau orang tersebut juga merokok.
e. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko
terkena kanker paru (Amin, 2006).
f. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih
besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan
tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker
paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-
gen K-ras dan myc), dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk
gen rb, p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005).
g. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga
dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru
obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena
kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).
Kalsifikasi/pentahapan klinik (clinical staging)
Klasifikasi berdasarkan TNM: tumor, nodul, dan metastase.
1. T: T0 : tidak tampak tumor primer.
T1 : diameter tumor > 3 cm,tanpa invasi ke bronkus.
T2 : diameter > 3 cm, dapat disertai atelektasis atau pneumonitis, namun
berjarak lebih dari 2 cm dari karina, serta belum ada efusi pleura.
T3 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah dekat
karina dan atau disertai efusi pleura.
2. N: N0 : tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe ragional
N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau kontralateral
N3 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal
3. M: M0 : tidak terdapat metastase jauh
M1 : sudah terdapat metastase jauh ke organ-organ lain.
D. MANIFESTASI KLINISKANKER PARU
Gejala-gejala kanker paru yaitu:
1. Gejala awal. Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan
oleh obstruksi pada bronkus.
2. Gejala umum.
a. Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor.
Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi
berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan
purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan
tumor yang mengalami ulserasi.
Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
E. PATOFISIOLOGI
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang
letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di
bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis,
dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat terdengan pada
auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke
struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium,
otak, tulang rangka.
F. PATHWAYS
Bronchus (percabangan segmen atau subsegmen)

Trauma oleh arus udara (rokok, paparan industri)

Bahan karsinogen mengendap

Perubahan epitel silia dan mukosa/ulserasi bronchus

Deskumasi produksi mukus meningkat

Cell Cadangan (reserve cell) basal

mukosa bronchus Bersihan jalan nafas


tidakefektif
Hyperplasi, metaplasi

Cell kanker

Manifestasi klinis

Intrapulmoner intratorasik ekstrapulmoner ekstratorasik non ekstratorasik


metastatik metastatik

kanker lumen bronchus

proksimal Distal

Sumbatal parsial Bronkiektasis/Aktelektasis

Sesak nafas (wheezing)


Gangguan pertukaran
gas
Malas makan/Anoreksia

Ketidakseimbangan
nutrisi Pola nafas tidakefektif
G.
Kurang dari kebutuhan
tubuh

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
a. Foto thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta tomografi dada.
Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis
erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium
a. Sitologi. Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila
pasien ada keluhan batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu
memberikan hasil positif karena tergantung dari letak tumor terhadap
bronkus, jenis tumor, teknik mengeluarkan sputum, jumlah sputum
yang diperiksa, waktu pemeriksaan sputum ( sputum harus segar). Pada
kanker paru yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang baik dapat
memberikan hasil positif sampai 67-85% pada karsinoma sel skuamosa.
Pemeriksaan sitologi sputum dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin dan
skrining untuk diagnosis dini kanker paru. Pemeriksaan sitologi lain
untuk diagnostik kanker paru dapat dilakukan pada cairan pleura,
aspirasi kelenjar getah bening servikal, bilasan dan sikatan
bronkoskopi.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji
kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk
mengevaluasi kompetensi imun pada kanker paru.
Adalah pemeriksaan standar emas diagnosis kanker paru untuk mendapatkan
spesimennya dapat dengan cara biopsy melalui :
a. Untuk mengetahui besarnya karsinoma bronkogenik. Hasil positif dengan
bronkoskopi ini dapat mencapai 95% untuk tumor yang letaknya sentral dan
70-80% untuk tumor yang letaknya perifer. Memungkinkan visualisasi,
pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma
bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsy trans torakal (TTB). Biopsy dengan TTB terutama untuk lesi yang
letaknya perifer dengan ukuran > 2cm sensitivitasnya mencapai 90-95%.
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran
< 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Biopsy tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi dari pada cara membuta (blind). Biopsi tumor didaerah pleura
memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
d. Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
e. Untuk diagnosis kanker paru dikerjakan jika berbagai prosedur non invasif
dan invasive sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
I. PENATALAKSANAAN
1. Manajemen tanpa pembedahan
a. Terapi oksigen
jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigen via masker
atau nasal canula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika pasien tidak
terlalu jelas hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen sesuai yang
dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea dan kecemasan.
b. Terapi obat
jika klien mengalami bronkospasma, dokter dapat memberikan obat
golongan bronkodilator (seperti pada klien asma) dan kortikosteroid untuk
mengurangi bronkospasma.
c. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada pasien dengan kanker
paru –paru, terutama pada small-cell lung cancer karena metastasis.
Kemoterapi dapat juga digunakan bersamaan dengan terapi surgikal
(pembedahan). Agen kemoterapi yang biasanya diberikan untuk
menangani kanker, termasuk kombinasi dari:
1) cyclophosphamide, deoxorubicin, methotrexate, dan procarbazine.
2) etopisade dan cisplatin.
3) mitomycin, vinblastine, dan cisplatin.
d. Imunoterapi
Banyak pasien dengan kanker paru – paru mengalami gangguan imun.
Agen imunoterapi (cytokin) biasa diberikan.
e. Terapi radiasi
1) indikasi:
a) Pasien dengan tumor paru – paru yang operable, tetapi berisiko
jika dilakukan operasi pembedahan.
b) Pasien dengan kanker adenokarsinoma atau sel skuamosa
inoperable dimana terdapat pembesaran kelenjar getah bening
pada hilus ipsilateral dan mediastinal.
c) Pasien kanker bronkhus dengan oat cell.
d) Pasien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi.
e) Dosis umum 5000-6000 rad dalam jangka waktu 5-6
minggu.Pengobatan dilakukan dalam lima kali seminggu dengan
dosis 180-200 rad/hari.
2) Komplikasi:
a) Esofagitis, hilang satu minggu sampai dengan sepuluh hari
sesudah pengobatan.
b) Pneumonitis, pada rontgen terlihat bayangan eksudat didaerah
penyinaran.
f. Terapi laser
g. torasintesis dan pleurodesis
1. efusi pleura dapat menjadi masalah bagi pasien dengan kanker paru –
paru.
2. efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura visceralis dan parietalis
dan obstruksi kelenjar limfe mediastinal.
3. tujuan akhir: mengeluarkan dan mencegah akumulasi cairan.
2. Manajemen bedah
a. Dikerjakan pada tumor stadium I serta stadium II jenis karsinoma,
adenokarsinoma, dan karsinoma sel besar tidak dapat dibedakan
(undifferentiated).
b. Dilakukan khusus pada stadium III secara individual yang mencakup 3
kriteria:
1) Karakteristik biologis tumor.
2) Letak tumor dan pembagian stadium klinik.
3) Untuk menentukan letak pembedahan terbaik.
4) Keadaan fungsional penderita.

J. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama klien, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, dan alamat
klien.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen, atau batuh darah
b) Malaise
c) Anorexia
d) Badan makin kurus
e) Sesak nafas pada penyakit yang lanjut dengn kerusakan paru yang
makin luas
f) Nyeri dada dapat bersifat okal atau pleuritik
2) Riwayat kesehatan dahulu
a) Terpapar asap rokok
b) Industri asbes, uranium, kromat, arsen (insektisda), besi dan oksida
besi
c) Konsumsi bahan pengawet
3) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga penderita kanker

c. Data dasar pengkajian pasien


Pemeriksaan bermacam-macam, tergantung pada jumlah akumulasi cairan,
kecepatan akumulasi dan fungsi paru sebelumnya.
1. Aktifitas / istirahat
Gejala : kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin,
dispnea akibat aktivitas.
Tanda : kelesuan (biasanya tahap lanjut)
2. Sirkulasi
Gejala : JVD ( obstruksi vena kava)
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi). Takikardi /
disritmia

3. Integritas ego
Gejala : perasaan takut. Takut hasil pembedahan, menolak kondisi yang berat
/ potensi keganasan.
Tanda : kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang-ulang
4. Eliminasi
Gejala : diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil), peningkatan frekuensi
/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid.
5. Makanan / cairan
Gejala : penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan
makanan. Kesulitan menelan, haus / peningkatan masukan cairan.
Tanda : kurus, atau penampilan kurang bobot (tahap lanjut) edema
wajah/leher, dada punggung (obstruksi vena cava), edema wajah /
periorbital (keidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
glukosa urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
6. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri dada (biasaya tidak ada pada tahap dini dan tidak selalu pada
tahap lanjut) dimana dapat / tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan
posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
7. Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau
produksi sputum. Nafas pendek, Pekerja yang terpajan polutan,
debu industry. Serak, paralysis pita suara.
8. Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja, Peningkatan fremitus taktil
(menunjukkan konsolidasi), Krekels/ mengi pada inspirasi atau
ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/ mengi menetap;
pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi). Hemoptisis.

9. Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma), Kemerahan, kulit
pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
10. Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar),
Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
11. Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker (khususnya paru), tuberculosis,
Kegagalan untuk membaik.
d. Pengkajian fisik
1) Integument
Pucat atau sianosis sentral atau perifer, yang dapat dilihat pada bibir atau
ujung jari/dasar kuku mnandakan penurunan perfusi perifer.
2) Kepala dan leher
Peningkatan tekanan vena jugularis, deviasi trakea.
3) Telinga
Biasanya tak ada kelainan
4) Mata
Pucat pada konjungtiva sebagai akibat anemia atau gangguan nutrisi
5) Muka, hidung, dan rongga mulut
a) Pucat atau sianosis bibir / mukosa menandakan penurunan perfusi
b) Ketidakmampuan menelan
c) Suara serak
6) Thoraks dan paru-paru
a) Pernafasan takipnea (50/menit atau lebih pada saat istirahat)
b) Nafas dangkal
c) Penurunan otot aksesoris pernafasan
d) Batuk kering / nyaring / non produktif atau mungkin batuk terus
menerus dengan atau tanpa sputum
e) Peningkatan fremitus, kreleks inspirasi atau ekspirasi
7) System CV
a) Frekuensi jantung mungkin meningkat / takikardi (150/menit atau
lebih pda sat istirahat)
b) Bunyi gerakan pericardial (pericardial effusion)
8) Abdomen
Bising usus meningkat / menurun
9) System urogenital
Peningkatan frekuensi atau jumlah urine
10) System reproduksi
Ginekomastia, amenorrhea, impotensi
11) System limfatik
Pembesaran kelenjar limfe regional : leher, ketiak (metastase)
12) System muskuluskeletal
a) Penurunan kekuatan otot
b) Jari-jari tubuh (clubbing fingers)
13) System persrafan
Perubahan status mental / kesadaran : apatis, letargi, bingung,
disorientasi, cemas dan depresi, kesulitan berkonsentrasi
e. Data psikologis
kegelisahan, pertanyaan yang diulang-ulang, perasaan tidak berdaya,
putus asa, emosi yang labil, marah, sedih.
f. Pemeriksaan diagnostic
1) Pemeriksaan non invasif
a) Sinar X (PA dan lateral), tomografi dada : menggambarkan bentuk,
ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian
hilus, efusi pleural, atelektasis, erosi tulang rusuk atau vertebrata.
b) Pemeriksaan sitologi (sputum, pleura, atau nodus limfe) ; dilakukan
untuk mengkaji adanya tahap karsinoma
c) Mediastinoskopi : digunakan untuk per tahapan karsinoma
d) Scan radioisotope : dapat dilakukan pada paru, hati, otak, tulang dan
organ lain untuk bukt metastasis
e) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA : dapat dilakukan untuk mengkaji
kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi pasca operasi
2) Pemeriksaan invasif
a) Bronkoskopi dan biopsi dan penyikatan mukosa bronkus serta
pengambilan bilasan bronkus yang kemudian diperiksa secara
patologianatomik. Bronkoskopi serat optik: memungkinkan
visualisasi, pencucian bagian dan pembersihan sitologi lesi (besarnya
kasrinoma bronkogenik dapat dilihat)
b) Biopsi transtorakal dengan bimbingan USG atau CT Scan
c) Biopsi dapat dilakukan pada nodus skalen, odus limfe hilus, atau
pleura untuk membuat diagnose
d) Tes kulit, jumlah absolute limfosit: dapat dilakukan untuk
mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru)
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
2. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan gangguan aliran udara
ke alveoli atau ke bagian utama paru, perubahan membran alveoli
3. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) yang berhubungan dengan invasi kanker ke
pleura, atau dinding dada.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
Anoreksia
L. FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN
Tgl NO TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL
1. Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi, 1. Untuk mengetahui
tindakankeperawa kedalaman pernafasan frekuensi & kedalan
tan 1x24 jam di dan ekspansi dada. pernafasan karena
harapkan pola 2. Auskultasi bunyi kedalamam
nafas klien efektif nafas, dan catat pernafasan bervariasi
dengan KH: adanya bunyi tergantung derajat
- Klien nafas tambahan. gagal nafas.
mengungkapkan 3. Observasi pola batuk 2. Perubahan bunyi
sesak berkurang/ dan karakter secret nafas menunjukan
tidak sesak. 4. Berikan pada klien obstruksi sekunder
- Respirasi posisi semi fowler. 3. Kongesti alveolar
dalam batas 5. Kolaborasi dalam mengakibatkan batuk
normal. pemberian oksigen kering/iritatif
- Tidak tambahan. 4. Posisi membantu
menggunakan 6. Berikan humidifikasi memaksimalkan
otot bantu tambahan. ekspansi paru dan
pernafasan menurunkan upaya
pernafasan
5. Memaksimalkan
pernafasan dan
menurunkan kerja
nafas.
6. Memberikan
kelembaban pada
membran mukosa dan
membantu
pengenceran secret
2. Setelah dilakukan 1. Kaji frekluensi dan 1. Berguna dalam
tindakan kedalaman evaluasi derajat
keperawatan 2x24 pernafasan. distress pernafasan
diharapkan pasien 2. Auskultasi paru untuk dan kronisnya
menunjukkan penurunan bunyi prosespenyakit.
perbaikanventilas nafas dan adanya 2. Area yang tak
i dan oksigenasi bunyi tambahan terventilasi dapat
jaringan yang 3. Observasi ferfusi diidentifikasikan
adekuat daerah akral dan dengan tak adanya
danPertukaran sianosis ( daun bunyi nafas.
gas telinga, bibir, lidah 3. Menunjukan
efektif.dengan dan membran lidah ) hipoksemia
KH: 5. Lakukan tindakan sistemik.
- Tidak bingung untuk memperbaiki 4. Jalan nafas
dan gelisah jalan nafas. lengket/kolaps
- TTV normal 6. Tinggikan menurunkan jumlah
- Tidak sesak kepala/tempat tidur alveoli yang
- Nilai GDA sesuai dengan berfungsi Secara
normal kebutuhan. negatif
7. Kaji TTV mempengaruhi
8. Monitor GDA pertukaran gas.
Berikano2 tambahan 5. Meningkatkan
sesuai dengan ekspansi dada
indikasi hasil GDA. maksimal, membuat
mudah bernafas
meningkatkan
kenyamanan.
6. Takikardia,
disritmia dan
perubahan tekanan
darah dapat
menunjukkan efek
hipoksemia sistemik
pada fungsi jantung
7. PaCO2 biasanya
meningkat, dan
PaO2 menurun
sehingga hipoksia
terjadi derajat lebih
besar/kecil.
8. Dapat
memperbaiki/mence
gah buruknya
hipoksia.
3 Seteh di lakukan 1. Tanyakan pasien 1. Membantu dalam
tindakan tentang nyeri, evaluasi gejala nyeri
keperawatan Tentukan kanker yang dapat
selama 1x24 jam karaktersitik nyeri melibatkan visera,
Nyeri hilang/ 2. Buat skala nyeri 0-10 saraf atau jaringan
berkurang dengan rentang intensitasnya tulang
KH: 3. Observasi tanda-tanda 2. Penggunaan skala
- TTV normal vital rentang membantu
- Klien nampak 4. Kaji pernyataan pasien dalam
rileks. verbal dan non verbal mengkaji tingkat
- Klien dapat nyeri pasien. nyeri
tidur. 5. Evaluasi keefektifan 3. Untuk mengetahui
- Klien dapat pemberian obat Penurunan tekanan
berpartisi dalam 6. Berikan tindakan darah : peningkatan
aktivitas. kenyamanan, ubah nadi dan pernafasan
posisi, dll. 4. Ketidaksesuaian
7. Berikan lingkungan antara verbal dan
tenang. non verbal
8. Kolaborasi: Berikan menunjukan.derajat
analgesik rutin s/d nyeri
indikasi. 5. Memberikan obat
berdasarkan aturan.
6. Meningkatkan
relaksasi dan
pengalihan
perhatian..
7. Penurunan stress,
menghemat energy
8. Mempertahankan
kadar obat,
menghindari puncak
periode nyeri

4. Setelah di 1. Catat ststus nutrisi 1. Berguna dalam


lakukan tindakan pasien pada mengidentifikasi
keperawatan penerimaan, catat derajat kurang
sselama 2x 24 turgor kulit, berat nutrisi dan
jamNutrisi klien badan dan derajat menentukan pilihan
terpenuhi. kekurangan berat intervensi
Dengan KH: badan 2. Meningkatkan
- Berat badan 2. Berikan penjelasan pengetahuan dan
bertambah dan. tentang pentingnya kepatuhan untuk
- Menunjukan makanan yang menjalankan
perubahan pola adekuat dan bergizi program diet sesuai
makan. 3. Pastikan pola diet atura
pasien yang 3. Pertimbangan
disukai/tidak disukai keinginan individu
4. Awasi dapat memperbaiki
pemasukan/pengelua masukan diet.
ran dan berat badan 4. Mengukur kefektifan
secara periodic nutrisi dan dukungan
5. Dorong klien untuk cairan.
makan diet TKTP 5. Peningkatan
6. Pertahankan higiene pemenuhan
mulut kebutuhan dan
7. Kolaborasi dengan kebutuhan
Ahli gizi dalam pertahanan tubuh
pemberian makanan 6. Akumulasi partikel
makanan di mulut
menambah rasa
ketidaknyamanan
pada mulut dan
menurunkan nafsu
makan
7. Meninkatkan
kemampuan asupan
sesuai dengan
kemampuan klien

DAFTAR PUSTAKA
Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Danusantoso Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran
Sudoyo Aru, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta
Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Tim CancerHelps. 2010. Stop Kanker “KANKER BUKAN LAGI VONIS MATI”
Panduan Deteksi Dini dan Pengobatan Menyeluruh Berbagai Jenis Kanker.
Jakarta. Penerbit AgroMedia Pustaka.
Suryo Joko. 2010. HERBAL”Penyembuh Gangguan Sistem Pernapasan”.
Yogyakarta. Penerbit B First(PT Bentang Pustaka)
Kusuma Hardhi. 2015. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN
DIAGNOSA MEDIS & NANDA, NIC-NOC. Jogjakarta. Penerbit Mediaction

LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KASUS TUBERCULOSIS ANAK
DI RSUD PASAR MINGGU

DISUSUN OLEH :
NURAINI
NPM : 18170000105

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INDONESIA MAJU (STIKIM)
JAKARTA, 2018

Você também pode gostar