Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Beberapa ahli hukum seperti Moekijat (1989) dan Hasibuan (1994) menyatakan
pengangkatan pejabat atau mutasi jabatan sebagai suatu perubahan posisi, jabatan, tempat,
pekerjaan, klas dan lain sebagainya baik secara horizontal maupun vertikal (promosi/demosi)
di dalam suatu organisasi. Namun kegiatan mutasi mengekspresikan kemunculan rasa
bahagia, senang, haru, iri, cemburu, dan tidak senang. Deskriptif kualitatif ekspresi ini tidak
dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk meningkatkan kualitas kinerja pemerintahan.
Pertimbangan ontologi sainsnya adalah apakah mutasi yang dilakukan oleh Pemkot Kupang
telah sesuai aturan perundang-undangan yang berlaku.
Dasar Hukum Mutasi adalah: Undang-Undang Nomor Tahun 2014 Tentang Aparatur
Sipil Negara; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan
Walikota Menjadi Undang-Undang; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang; Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003
Tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;
Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara,
berbunyi: “Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh
pejabat pembinan kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan”. Kegiatan
memindahkan ASN dari suatu tempat ke tempat kerja lain disebut mutasi. Kemudian Pasal 73
ayat (1), berbunyi: “Setiap PNS dapat dimutasi dan/atau lokasi dalam 1 (satu) instansi Pusat,
antar-Intansi Pusat, 1 (satu) Instansi Daerah, antar-Instansi Daerah, dan keperwakilan Negara
Republik Indonesia di luar negeri”. Pasal 3 ayat (2), berbunyi: “Mutasi PNS dalam satu
Instansi Pusat atau Instansi Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian”.
Defenisi Pejabat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 Tentang
Wewenang Pengangkatan Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil adalah
pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat, memindahkan dan memberhentikan
Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pejabat pembinan kepegawaian daerah tingkat kota adalah Walikota.
UU Nomor 8 Tahun 2015, Pasal 162 ayat (3) berbunyi “Gubernur, Bupati, atau
Walikota dilarang melakukan penggantian pejabat di lingkungan Pemerintah Daerah
Provinsi atau Kabupaten/Kota, dalam jangkan waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal
pelantikan”. Kemudian Pasal 162 ayat (3) tersebut diubah lagi dalam UU Nomor 10 Tahun
2016 menjadi :“Gubernur, Bupati, atau Walikota yang akan melakukan penggantian pejabat
di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota dalam jangka waktu 6
(enam) bulan terhitung sejak tanggal pelantikan harus mendapatkan persetujuan tertulis dari
Menteri”. Berdasarkan dasar hukum yang telah diuraikan maka beberapa pertimbangan
hukum dalam mutasi ASN adalah kegiatan mutasi dapat dilakukan oleh Walikota dalam
tenggang waktu setelah 6 (enam) bulan mulai tanggal pelantikan, dan jika dilakukan pada
masa waktu sebelum 6 bulan sejak tanggal pelantikan maka perlu ada persetujuan Menteri
Dalam Negeri (Mendagri).
Kegiatan perpindahan pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Kupang pada Selasa (19
Desember 2017) dapat dikatakan salah dan ilegal jika dilakukan tanpa adanya persetujuan
dari Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia (Mendagri RI). Tetapi pelantikan tersebut
telah sesuai dengan mekanisme hukum, yakni dengan adanya persetujuan oleh Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor: 820/10512/Dirjen Otda tanggal 6 Desember 2017
Tentang Persetujuan Pengisian Jabatan di Lingkungan Pemerintah Daerah Kota Kupang.
Berdasarkan surat dari Mendagri maka pelantikan tersebut adalah sesuai ketentuan hukum
dan tidak ilegal.
Penutup
Kegiatan melantik pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Kupang yang dilakukan oleh
Walikota Kupang telah memenuhi dan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia. Perbedaan non ilmiah dalam menanggapi proses
pelantikan pejabat di Pemkot Kupang melalui media sosial facebook merupakan dampak dari
kemajuan teknologi milenial yang kurang termanfaatkan oleh golongan milenial, baik yang
berstatus akademisi, politisi, praktisi hukum, dan lain sebagainya.