Você está na página 1de 10

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

TUJUAN, MANFAAT, PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB


GURU DALAM ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Dosen pengampu : Zaidatul Arifah, M.Pd

Nama kelompok:
1. Annida Nabila Khoirunnisa
2. Azimatus Saadah
3. Wulan Jari Husnul Khotimah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI ISLAM NAHDLATUL ULAMA
TEMANGGUNG
2017
A. Pengertian Administrasi
Pendidikan Berdasarkan etimologi “administrasi” berasal dari bahasa latin yang
terdiri dari “ad” artinya intensif dan “ministrare” artinya melayani, membantu atau
mengarahkan. Jadi pengertian administrasi adalah melayani secara intensif. Dari
perkataan “administrare” terbentuk kata benda “administrario” dan kata “administrauus”
yang kemudian masuk ke dalam bahasa Inggris yakni “administration” (DR. Hadari
Nawawis, 1982). Selain itu dikenal juga kata “administratie” yang berasal dari kata
belanda, namun memilki arti yang lebih sempit, sebab terbatas pada aktivitas
ketatatusahaan yaitu kegiatan penyusunan dan pencatatan keterangan yang diperoleh
secara sistematis. Administrasi sering dikaitkan dengan aktivitas administrasi
perkantoran yang hanya merupakan salah satu bidang dari aktivitas adminstrasi yang
sebenarnya.
Ditinjau dari katanya, administrasi mempunyai arti sempit dan arti luas. Dalam arti
sempit diartikan sebagai kegiatan pencatatan data, surat-surat informasi secara tertulis
serta penyimpanan dokumen sehingga dapat dipergunakan kembali bila diperlukan.
Dalam hal ini kegiatan administrasi meliiputi pekerjaan tata usaha. Dalam arti luas,
administrasi menyangkut kegiatan manajemen/pengelolaan terhadap keseluruhan
komponen organisasi untuk mewujudkan tujuan/program organisasi. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa pekerjaan administrasi merupakan pekerjaan operatif dan
manajemen. Sedangkan administrasi pendidikan merupakan perpaduan dari dua kata,
yakni “administrasi” dan “pendidikan”.
Pada hakekatnya administrasi pendidikan adalah penerapan ilmu administrasi
dalam dunia pendidikan atau dalam pembinaan, pengembangan dan pengendalian usaha
praktek-praktek pendidikan. Administrasi sekolah merupakan salah satu bagian dari
administrasi pendidikan, yaitu administrasi pendidikan yang dilaksanankan di sekolah.
Salah satu alat administrasi sekolah adalah tata usaha.

B. Dasar dan Prinsip Administrasi Pendidikan


Berikut ini merupakan dasar yang perlu diperhatikan agar administrator dapat
mencapai sukses dalam tugasnya.
Beberapa dasar dalam administrasi antara lain :
1. Prinsip Efisiensi Administrator akan berhasil dalam tugasnya bila dia menggunakan
semua sumber, tenaga, dana, dan fasilitas yang ada secara efisien.
2. Prinsip Pengelolaan Administrator akan memperoleh hasil yang paling efektif dan
efisien dengan cara melakukan pekerjaan manejemen, yakni merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan dan melakukan pemeriksaan (pengontrolan).
3. Prinsip Pengutamaan Tugas Pengelolaan Bila diharuskan untuk memilih pekerjaan
manajemen dan pekerjaan operatif dalam waktu yang sama, seorang administrator
cenderung memprioritaskan pekerjaan operatif. Namun ia sebaiknya tidak
memfokuskan perhatiannya pada pekerjaan operatif saja karena bila ia hanya
berkecimpung dalam tugas-tugas operatif saja, maka pekerjaan pokoknya akan
terbengkalai.
4. Prinsip Kepemimpinan yang Efektif Seorang administrator akan berhasil dalam
tugasnya apabila ia memiliki gaya kepemimimpinan yang efektif, yakni
memperhatikan hubungan antar manusia (human relationship), Pelaksanaan tugas
serta memperhatikan situasi dan kondisi (sikon) yang ada. Adapun tentang gaya
kepemiminan yang efektif adalah mampu memelihara hubungan baik dengan
bawahannya. Di samping itu ia juga harus memperhatikan pembagian dan
penyelesaian tugas bagi setiap anggota organisasi yang sesuai dengan jenis
pekerjaanya.
5. Prinsip Kerjasama Administrator dikatakan berhasil dalam melakukan tugasnya bila
ia mampu mengembangkan kerjasma antara seluruh anggota baik secara horizontal
maupun secara vertikal.
Adapun prinsip-prinsip yang digunakan dalam kurikulum 1975 sebagai landasan
operasional kegiatan administrasi di sekolah adalah berikut ini :
1. Prinsip Fleksibilitas Penyelenggaraan pendidikan di sekolah harus memperhatikan
faktor-faktor ekosistem dan kemampuan menyediakan fasilitas untuk pelaksanaan
pendidikan sekolah.
2. Prinsip Efisien dan Efektivitas Efisiensi tidak hanya dalam penggunaan waktu secara
tepat, melainkan juga dalam pendayagunaan tenaga secara optimal.
3. Prinsip berorientasi pada Tujuan Semua kegiatan pendidikan harus beriorientasi
untuk mencapai tujuan. Administrasi pendidikan di sekolah merupakan komponen
dalam sistem pendidikan maka untuk menjamin tercapainya tujuan tersebut, tujuan
operasional yang sudah dirumuskan harus menjadi sandaran orientasi bagi
pelaksanaan kegiatan administrasi pendidikan di sekolah.
4. Prinsip Kontinuitas Prinsip kontinuitas ini merupakan landasan operasional dalam
melaksanakan kegiatan administrasi di sekolah. Karena itu, dalam tiap jenjang
pendidikan harus memiliki hirarki yang saling berhubungan.
5. Prinsip Pendidikan Seumur Hidup Setiap manusia Indonesia diharapkan untuk selalu
berkembang. Karena itu masyarakat ataupun pemerintah diharapkan dapat
menciptakan situasi yang dapat mendukung dalam proses belajar mengajar. Dalam
pelaksanaan administrasi pendidikan, prinsip tersebut perlu digunakan sebagai
landasan operasional.

C. Tujuan Adminitrasi Pendidikan


Tujuan administrasi pendidikan pada umumnya adalah agar semua kegiatan
mendukung tercapainya tujuan pendidikan atau dengan kata lain administrasi yang
digunakakn dalam dunia pendidikan diusahakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Administrasi pendidikan semakin rumit karena menyangkut masyarakat atau orang tua
murid, yang terlibat langsung dalam pendidikan itu. Oleh karena itu, semakin baik
administrasi pendidikan ini, semakin yakin pula bahwa tujuan pendidikan itu akan
tercapai dengan baik. Sergiovanni dan Carver (1975) menyebutkan empat tujuan
administrasi yaitu:
1. Efektifitas produksi
2. Efisiensi
3. Kemampuan menyesuaikan diri (adaptivenes)
4. Kepuasan kerja.
Keempat tujuan tersebut dapat digunakan sebagai kriteria untuk menentukan
keberhasilan dalam penyelenggaraan sekolah. Sebagai contoh: sekolah memiliki fungsi
untuk mencapai efektifitas produksi, yaitu menghasilkan lulusan yang sesuai dengan
tuntutan kurikulum. Dalam pencapaian tujuan tersebut harus dilakukan usaha seefisien
mungkin, yaitu dengan menggunakan kemampuan dana, dan tenaga semaksimal
mungkin, tetapi memberi hasil sebaik mungkin, sehingga lulusan tersebut dapat
melanjutkan ke tingkat berikutnya dan dapat menyesuaikan dirinya (adaptivenes) dengan
lingkungan sekolahnya yang baru. Selanjutnya lulusan ini akan mencari kerja pada
perusahaan yang memberi kepuasan kerja kepada mereka.

D. Peran Guru
Hakekat Peran Guru adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan dari seorang
guru.
1. Peran Guru dalam Proses Belajar-Mengajar
Perkembangan baru terhadap pandangan belajar-mengajar membawa konsekuensi
kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya. Karena pada dasarnya
proses belajar-mengajar dan hasil belajar peserta didik sebagian besar ditentukan oleh
peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga
hasil belajar peserta didik berada pada tingkat optimal.
Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar-mengajar meliputi banyak hal
sebagaimana dikemukakan oleh Adams & Decǝy dalam Basic Principles of Student
Teaching antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur
lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan konselor.
Beberapa peranan yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Guru Sebagai Organisator
Guru berperan untuk menciptakan proses edukatif yang dapat
dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan
menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran didik,serta Tuhan yang
menciptakannya).
b. Guru sebagai Demonstrator
Sebagai demonstrator, lecturer atau pengajar, guru hendaknya senantiasa
menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan yang dimilikinya.
Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini
berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia akan
memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator serta mampu
memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis sehingga apa yang
disampaikan itu betul-betul dimiliki oleh anak didik.
Seorang guru hendaknya mampu dan terampil dalam merumuskan TPK serta
memahami kurikulum. Selain itu, guru juga harus memahami dirinya sebagai
sumber belajar dan terampil dalam memberikan informasi kepada peserta didik.
Sebagai pengajar ia pun harus membantu perkembangan peserta didik untuk dapat
menerima, memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan. Dengan demikian
seorang guru akan dapat memainkan peranannya sebagai pengajar dengan baik.
c. Guru sebagai Pengelola kelas
Guru dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), hendaknya
mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta mengorganisasikan
lingkungan sekolah. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan
belajar terarah pada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap lingkungan
belajar itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan
belajar yang baik. Lingkungan yang baik bersifat menantang dan merangsang
peserta didik untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai
tujuan.
Kualitas dan kuantitas belajar peserta didik di dalam kelas bergantung pada
banyak faktor, antara lain ialah guru, hubungan pribadi antara peserta didik di dalam
kelas, serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas.
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas
kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil
yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Sebagai manajer guru harus memelihara lingkungan fisik kelasnya agar
senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-
proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya
memungkinkan siwa belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan
belajar secara efektif di kalangan peserta didik.
Selain sebagai manajer, guru juga harus membimbing pengalaman-pengalaman
peserta didik sehari-hari ke arah self directed behavior. Salah satu manajemen yang
baik adalah menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk sedikit demi sedikit
mengurangi kebergantungannya pada guru sehingga mereka mampu membimbing
kegiatannya sendiri. Peserta didik harus belajar melakukan self control dan self
activity melalui proses bertahap.
d. Guru Sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru mamberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar-mengajar.
e. Guru Sebagai Mediator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat
komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar. Media pendidikan
merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan
bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Guru tidak cukup memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi juga
harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media
itu dengan baik. Untuk menjadi guru perlu mengalami latihan-latihan praktik secara
kontinu dan sistematis, baik melalui pre-service maupun inservice training.
Pemilihan dan penggunaan media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi,
metode, evaluasi, kemampuan guru serta minat dan kemampuan peserta didik.
Sebagai mediator guru pun menjadi perantara dalam hubungan antar manusia.
Untuk keperluan itu guru harus terampil menggunakan pengetahuan tentang
bagaiman orang berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya agar guru dapat
menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif. Dalam hal ini ada
tiga macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu mendorong
berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik, mengembangkan gaya interaksi
pribadi, dan menumbuhkan hubungan positif dengan para peserta didik.
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang
berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar, baik
yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.
f. Guru Sebagai Inspirator
Sebagai inspirator, guru harus memberikan inspirasi bagi kemajuan belajar
peserta didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik, guru harus dapat
memberikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik.
g. Guru Sebagai Motivator
Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar semangat
dan aktif belajar.
h. Guru Sebagai Klimator
Sebagai klimator, guru berperan untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif
dan menyenangkan.
i. Guru Sebagai Inisiator
Sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam
pendidikan dan pengajaran.
j. Guru Sebagai Informator
Sebagai informator, guru harus bisa menjadi sumber informasi kegiatan
akademik maupun umum
k. Guru Sebagai Evaluator
Setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan, pada waktu tertentu selama satu
periode pendidikan, guru selalu mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap hasil
yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik.
Demikian pula dalam satu kali proses belajar-mengajar, guru hendaknya
menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui
apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi
yang diajarkan selalu cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab
melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.
Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan,
penguasaan peserta didik terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode
mengajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya ialah untuk mengetahui kedudukan
peserta didik di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian, guru dapat
mengklasifikasikan apakah seorang peserta didik termasuk kelompok peserta didik
yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya jika dibandingkan dengan
temaan-temannya.
Dengan menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat mengetahui apakah
proses belajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan
memuaskan, atau sebaliknya. Jadi, jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan
terampil melaksanakan penilaian karena dengan penilaian, guru dapat mengetahui
prestasi yang dicapai oleh peserta didik setelah ia melaksanakan proses
pembelajaran.
Sebagai penilai hasil belajar peserta didik (evaluator), guru hendaknya terus
menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dari waktu ke
waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini, merupakan umpan balik
(feedback) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik
tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengjar selanjutnya.
Dengan demikian proses belajar-mengajar akan terus-menerus ditingkatkan untuk
memperoleh hasil yang optimal.
l. Guru sebagai Kulminator
Sebagai kulminator, Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara
bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik
akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta
didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu
dengan peran sebagai evaluator.
2. Peran Guru dalam Pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan
sebagai berilkut:
a) Pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilaian kegiatan-kegiatan pendidikan. Hal ini
berarti guru turut serta memikirkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan
serta nilainya.
b) Wakil masyarakat, yang berarti dalam lingkungan sekolah guru menjadi anggota
suatu masyarakat. guru harus mencerminkan suasana dan kemauan masyarakat dalam
arti yang baik.
c) Orang yang ahli dalam mata pelajaran. Guru bertanggungjawab untuk mewariskan
kebudayaan kepada generasi muda yang berupa pengetahuan.
d) Penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai suatu disiplin.
e) Pelaksana administrasi pendidikan,. Di samping menjadi pengajar, guru pun
bertanggungjawab akan kelancaran jalannya pendidikan dan ia harus mampu
melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi.
f) Pemimpin generasi muda, masa depan generasi muda terletak di tangan guru. Guru
berperan sebagai pemimpin mereka dalam mempersiapkan diri untuk anggota
masyarakat yang dewasa.
g) Penerjemah kepada masyarakat, artinya guru berperan untuk menyampaikan segala
perkembanmgan kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat, khususnya masalah-
masalaha pendidikan.

E. Tanggung Jawab Guru


Hakekat Tanggung Jawab Guru adalah perbuatan yang merupakan perwujudan dari
kewajiban guru. Tanggung jawab para guru dan unsur pendidikan lainnya bukan hanya
sekedar dalam hal mengajar atau memajukan dunia pendidikan di sekolah di tempatnya
bertugas, tetapi juga bertangggung jawab untuk mengajak masyarakat di sekitarnya
masing-masing untuk ikut berpartisipasi dalam memajukan pendidikan di wilayahnya.
Maju mundurnya pendidikan di daerah tergantung kinerja para dewan guru, pengawas
ekolah dan komite sekolah, karenanya diharapkan semuanya biasa menjalankan tugas
dengan sebaik-baiknya yang disertai keikhlasan hati dalam mengemban amanah yang
diberikan.
Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas
yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu juga
ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya.
Guru yang professional hendaknya mampu memikul dalam melaksanakan tanggung
jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara dan
agamanya. Tanggung jawab seorang Guru (professional) antara lain:
a. Tanggung jawab Intelektual
Tanggung jawab intelektual guru diwujudkan melalui penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi
kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi
materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya.
b. Tanggung jawab Profesi/Pendidikan
Tanggung jawab profesi/pendidikan diwujudkan melalui pemahaman guru
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
c. Tanggung jawab Sosial
Tanggung jawab sosial guru diwujudkan melalui kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
d. Tanggung jawab Moral dan Spiritual
Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru
sebagai makhluk beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari
norma agama dan moral.
e. Tanggung jawab Pribadi
Tanggung jawab pribadi diwujudkan melalui kemampuan untuk memahami
dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya dan menghargai serta
mengembangkan dirinya.

Você também pode gostar