Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asbabun Nuzul
Menurut bahasa (etimologi), asbabun nuzul berarti turunnya ayat-ayat Al-
Qur’an dari kata “asbab” jamak dari “sababa” yang artinya sebab-sebab, nuzul yang
artinya turun. Yang dimaksud disini adalah ayat al-Qur’an. Asbabun nuzul adalah
suatu peristiwa atau saja yang menyebabkan turunnya ayat-ayat al-Qur’an baik secara
langsung atau tidak langsung. Menurut al-zarkasyi sebab turunnya ayat al-qur’an ada
dua kemungkinan, (1) adanya pernyataan yang ditujukan kepada nabi, dan (2) adanya
peristiwa tertentu yang bukan dalam bentuk pertanyaan kemungkinan yang pertama,
misalnya turunnya ayat dari al-isra’; dan kemungkinan yang kedua, misalnya,
turunnya, ayat 113 dari surah al-Taubah.1
1Drs.Rosihon Anwar,M.Ag, Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h.153.
2
Prof.Dr.Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu tafsir, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, Agudtus 2005),
h.132.
1
1. Membantu dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an dan mengatasai ketidakpastian
dalam menangkap pesan dari ayat-ayat tersebut.3
2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.4
3. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an bagi ulama yang
berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat khusus dan
bukan lafaz yang bersifat umum.5
4. Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan turunnya ayat Al-Qur’an
sebagaimana kasus Aisyah yang pernah menjernihkan kekeliruan Marwan yang
menunjuk Abdul Rahman Ibn Abu Bakar sebagai orang yang menyebabkan turunnya
ayat. Untuk meluruskan masalah ini.6
5. Memudahkan untuk menghafal dan memahmi ayat, serta untuk menetapkan wahyu ke
dalam hati orang yang mendengarnya, hal ini karena hubungan sebab akibat hukum,
peristiwa dan pelaku, masa dan tempat merupakan jalinan yang dapat mengikat hati.7
3
Dr.Subhi As-Shalih, Membahas ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Beirut,Libanon: Pustaka Firdaus,1985), h.30.
4 Loc.Cit.hlm, 132
5 Loc.Cit.hlm.153
6 Loc.Cit.
7 Loc.Cit.
2
“sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal diantara
kamu, baik laki-laki ataupun perempuan : (karena) sebagian kamu adalah turunan
dari sebagian yang lain... (Ali ‘Imran [3]:195).
Diriwayatkan pula oleh Ahmad, Nasa’i, Ibn Jarir, Ibnul Munzir, Tabarani, dan
Ibn Mardawih dari Ummu Salamah yang mengatakan ; “Aku telah bertanya :
Rasulullah, mengapa kami tidak disebutkan dalam al-qur’an seperti kaum laki-laki ?
maka suatu hari aku dikejutkan oleh suara Rasulullah diatas mimbar. Ia mengatakan:
3
2. Penuruna ayat lebih dahulu daripada sebab
Az-Zarkasyi dalam membahas fi ulumil qur’an karya Manna’ Khalil Al
Qattan mengemukakan satu macam pembahasan yang berhubungan dengan sebab
nuzul yang dinamakan “penurunan ayat lebih dahulu daripada hukum (maksud)nya.”
Contoh yang diberikan dalam hal ini tidaklah menunjukkan bahwa ayat itu turun
mengenai hukum tertentu, kemudian pengalamanya datang sesudahnya. Tetapi hal
tersebut menunjukan bahwa ayat itu diturunkan dengan lafadz mujmal (global), yang
mengandung arti lebih dari satu, kemudian penafsiranya dihubungkan dengan salah
satu arti-arti tersebut, sehingga ayat tadi mengacu pada hukum yang datang
kemudian. Misalnya firman Allah : Sesungguhnya beruntunglah orang yang
membersihkan diri (dengan beriman) [87]:14). Ayat tertsebutdijadikan dalil untuk
zakat fitrah. Diriwayatkan oleh baihaqi dengan disanadkan kepada Ibn Umar, bahwa
ayat itu turun berkenaan dengan zakat Ramadhon ( Zakat Fitrah), kemudian dengan
isnad yang marfu’ Baihaqi meriwayatkan pula keterangan yang sama. Sebagian dari
mereka barkata : aku tidak mengerti maksud pentakwilan yang seperti ini, sebab
surah itu Makki, sedang di Makkah belum ada Idul fitri dan zakat.”8
Didalam ayat tersebut, Bagawi menjawab bahwa nuzul itu boleh saja
mendahului hukumnya, seperti firman Allah : aku benar-benar bersumpah dengan
kota ini, dan kaum (Muhammad) bertempat di kota ini (al-Balad [90]:1-2). Surah ini
Makki, dan bertempatnya di Makkah, sehingga Rasulullah berkata : “Aku
mnenempati pada siang hari).”
8 Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Uilmu Al-Qur’an, Pustaka Litera AntarNusa, Bogor:2001,
hlm.134.
4
sesuai dengan banyaknya peristiwa yang terjadi. Misalnya apa yang diriwayatkan
oleh Bukhari tentang berbakti kepada kedua orang tua. Dari sa’d bin Abi Waqqas
yang mengatakan : “ada empat ayat al-qur’an turun berkenaan denganku. Pertama,
ketika ibuku bersumpah bahwa ia tidak akan makan dan minum sebelum aku
meninggalkan Muhammad, lalu Allah menurunkan : “dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergauilah keduanya didunia
dengan baik” (luqman[31]:15).
Kedua ketika aku mengambil sebilah pedang dan mengaguminya, maka aku
berkata kepada Rasulullah : “Rasulullah, berikanlah kepadaku pedang ini”. Maka
turunlah : mereka bertanya kepadamu tentang pembagian harta rampasan perang
(al-anfal [8]:1).
Ketiga, ketika aku sedang sakit Rasulullah datang mengunjungilku kemudian
aku bertanya kepadanya : “Rasulullah, aku ingin membagikan hartaku, bolehkah aku
mewasiatkan separuhnya?” rasulullah diam. maka wasiat dengan sepertiga harta itu
dibolehkan.
Keempat, ketika aku sedang minum minuman keras (khamr) bersama kaum
Ansor, seorang dari mereka memukul hidungku dengan tulang rahang unta. Lalu aku
datang kepada Rasulullah , maka Allah ‘Azza Wajalla menurunkan larangan
minumkhamr.”
5
kalangan sahabat, tabi’in atau lainnya dengan catatan pengetahuan mereka diperoleh
dari ulama-ulama yang dapat dipercaya.9
Ibnu Sirin mengatakan “saya pernah bertanya kepada Abidah tentang satu
ayat Al-Qur’an, beliau menjawab; Bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah yang
benar sebagaimana orang-orang yang mengetahui di mana Al-Qur’an turun”
Salah satu cara mengetahui Ababun Nuzul berupa riwayat yang shahih adalah
apabila perawi sendiri menyatakan lafazh sebab secara tegas, dalam hal ini
merupakan nash yang nyata.10
9
Ibid, hlm. 134
10
Muhammad Alwi, Mabahits fi Ulumul Qur’an, dikutip dari
http://Pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/ulumul-Qur’an/allsub/67/bagaimana-cara-mengetahui-
Asbabunnuzul.html pada tgl 03 maret 2017, pukul 09:10.
6
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Dari pemaparan yang telah penulis sajikan dalam bentuk yang sederhana,
maka ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Asbabun nuzul merupakan suatu perangkat ilmu yang dipakai untuk lebih
memahami makna dan maksud diturunkannya suatu ayat, agar terhindar dari
penafsiran yang mungkin saja terjadi apabila tidak merujuk kepada sebab turun suatu
ayat yang berkaitan suatu masalah.
2. Allah menjadikan segala sesuatu melalui sebab-musabbab dan menurut suatu
ukuran tidak ada sesuatu pun terjadi dalam wujud ini kecuali setelah melewati
pendahuluan dan perencanaan.
3. Asbabun nuzul mempunyai arti penting dalam menafsirkan Al-Qur’an. Pemahaman
akan ilmu asbabun nuzul sangat membantu dalam memahami konteks turunnya ayat
dan peluang terjadinya kekeliruan akan semakin besar jika mengabaikan disiplin ilmu
ini.
4. Sebab turunnya suatu ayat dalam Al-Qur’an hanya dapat diketahui keberadaannya
dari dalil naqli (hadits).
5. Adapun hikmah dari asbabun nuzul adalah mencakup hikmah atas kaum muslimin
dan kaum non muslim. Bagi kaum muslimin hikmah yang dapat di petik ialah dapat
menambah iman sedang bagi kaum non muslimin ialah kaum non muslimin adalah
dapat menambah kepercayaan mereka terhadap Al-Qur’an sehingga dengan
mengetahui sebab turunnya ayat di dalam Al-Qur’an dapat menjadikan mereka masuk
ke dalam Islam.