Você está na página 1de 24

Analisis Anatomi Dalam Passing Bawah

Ada dua jenis sikap permulaan untuk menganalisis gerakan tubuh yaitu

sikap berdiri tegak dan sikap berdiri anatomis. Istilah arah yang digunakan ialah

anterior, posterior, distal, proksimal, superior, inferior, medial, superficial,

profundus. Gerakan dasar yang terjadi pada bidang sagital dengan sumbu

transfersal ialah fleksi, ekstensi, fleksi dorsal, fleksi plantar. Gerakan pada bidang

frontal sumbu anteroposterior ialah abduksi, adduksi, abduksi horisontal, adduksi

horisontal, elevasi, depresi, fleksi lateral, infers, eversi. Gerakan dasar pada

bidang transfersal dengan sumbu longitudinal ialah rotasi medial, rotasi lateral,

supinasi, pronasi. Gerak sirkumduksi terjadi pada bidang sagital dan frontal

dengan sumbu triaksial (Sudarminto, 1992:15).

Gerakan passing bawah merupakan koordinasi bagian anggota gerak atas

yang terdiri dari tulang belakang, gelang panggul, gelang bahu, lengan atas dan

lengan bawah. Sedangkan bagian anggota gerak bawah yang terlibat terdiri dari

tulang paha, tulang tempurung lutut, tulang kering, tulang betis, dan tulang kaki
Sehingga kedua bagian anggota gerak tersebut memerlukan koordinasi yang baik untuk

bisa melakukan passing bawah dengan benar.

Kerja Sendi Dan Gerak Yang Terjadi

Sendi sterno klavikular, sendi yang dibentuk oleh ujung besar di sebelah sternum dari

klavikula yang bergerak secara abduksi dan adduksi.

Sendi akromio klavikular, dibentuk oleh ujung luar dari klavikula yang bersendi dengan

proseus akromion dari scapula bergerak secara abduksi dan adduksi.

Sendi bahu humero scapular, sendi putar kepala humerus membentuk sepertiga

bola,pembatasan gerak ditentukan oleh otot yang mengelilinginya, kebebasan gerak

keseluruh arah (abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, eksorotasi, dan endorotasi).

Sendi siku atau sendi engsel, membentuk sendi humero radialis dan empat

permukaan persendian yang berada dalam kapsul sendi gerakan terjadi adalah

fleksi dan ekstensi.

Sendi radio ulnari, sendi antara radius dan ulna, radius berputar dalam ligamen

pembatas sendi dan dan ujung bawah radius berputar di atas kepala ulna serta

dalam gerakan pronasi dan supinasi.

Sendi pinggul, membatasi gerakan sendi keseluruh arah dan membentuk sikap

tegak tubuh dalam keadaan berdiri gerakan sendi fleksi dan ekstensi.

Sendi lutut, sendi pergelangan kaki, dan sendi telapak kaki merupakan sendi

engsel yang melakukan gerakan fleksi dan ekstensi dengan gerakan sedikit

mengayun (Syaifudin, 1996:33).


Analisis Fisiologi Dalam Passing Bawah
Gerakan pada bagian tubuh tertentu dihasilkan dari kontraksi sekelompok

otot. Sekelompok otot yang menghasilkan gerakan disebut otot penggerak atau

agonis. Pada sisi lain yang berkebalikan dengan otot penggerak ada otot lain yang

sifatnya menghambat gerakan yang disebut antagonis. Di dalam gerakan suatu

bagian tubuh, selain agonis dan antagonis ada lagi otot yang disebut sinergis

yaitu otot yang bersifat mengatur gerakan. Apabila otot agonis, sinergis, dan

antagonis bisa berfungsi secara serasi, maka gerakan bisa terjadi dengan lancar

(Sugiyanto, 1992:245).

Gerakan-gerakan tubuh merupakan hasil dari gerak sejumlah otot yang

terkoordinasi. Gerakan kelompok otot ini dapat merupakan kerjasama dari fleksi,

ekstensi, abduksi, adduksi, dan rotasi. Karena fungsinya setiap otot itu yang

memungkinkan kelompok otot bergerak efisien, maka otot tersebut dapat disebut

sebagai penggerak utama, antagonis, dan sinergis (Sudarminto, 1992:33).

Pengertian koordinasi dari sudut pandang anatomi fisiologi adalah

gerakan dilihat sebagai pengaturan terhadap kerja otot-otot yang diatur melalui

system persyarafan atau disebut dengan intra musculare coordination. Koordinasi

gerakan meliputi pengkoordinasian kerja otot-otot yang terlibat dalam suatu

pelaksanaan gerakan. Pengkoordinasian kerja otot-otot tersebut diatur sedemikian

rupa oleh system persyarafan.

Penyesuaian komponen-komponen kekuatan dan kecepatan yang

dibutuhkan oleh otot-otot dalam pelaksanaan gerakan sesuai dengan kebutuhan

setiap bagian gerakan. Penyesuaian kekuatan dan kecepatan ini dimaksudkan agar
setiap bagian gerakan dapat dilakukan secara efektif dan efisien, sehingga

memungkinkan pencapaian hasil yang optimal (Phil Yanuar Kiram, 1992:50).

Mekanisme Gerakan Otot

Otot merupakan penggerak tulang yang dapat bergerak karena adanya sel

otot. otot bekerja dengan cara berkontraksi (memendek) dan berelaksasi

(memanjang) sehingga otot disebut alat gerak aktif. Dalam keadaan relaksasi

ujung filamen aktin retumpang tindih satu sama lainnya, yang sekaligus juga

terjadi tumpang tindih sepenuhnya antara filamen miosin. Pada keadaan

berkontraksi maka filamen aktin akan tertarik ke bagian dalam diantara filamen

miosin (Soegiyanto, 2004:4).

Otot pada umumnya bekerja dengan kontraksi dan relaksasi. Pada otot

lurik terdapat aktin dan miosin yang mempunyai daya berkerut membentuk

aktomiosin. Bila aktin mendekat ke miosin maka otot akan berkontraksi,

sebaliknya bila aktin menjauhi miosin maka otot akan relaksasi

(http://tedbio.multiply.com/journal/item/16).

Mekanisme gerak otot dari hasil penelitian dan pengamatan dengan

mikroskop elektron dan difraksi sinar X, (Hansen dan Huxly ,l955)

mengemukakan teori kontraksi otot yang disebut model sliding filaments. Model

ini menyatakan bahwa kontraksi didasarkan adanya dua set filamen di dalam sel

otot kontraktil yang berupa filament aktin dan filamen miosin. Rangsangan yang

diterima oleh asetilkolin menyebabkan aktomiosin mengerut (kontraksi), dan

kontraksi ini memerlukan energi. Pada waktu kontraksi filamen aktin meluncur di

antara miosin ke dalam zona H (zona H adalah bagian terang di antara 2 pita
gelap). Dengan demikian serabut otot menjadi memendek yang tetap panjangnya

ialah ban A (pita gelap), sedangkan ban I (pita terang) dan zona H bertambah

pendek waktu kontraksi. Ujung miosin dapat mengikat ATP dan

menghidrolisisnya menjadi ADP. Beberapa energi dilepaskan dengan cara

memotong pemindahan ATP ke miosin yang berubah bentuk ke konfigurasi

energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi ini kemudian mengikatkan diri

dengan kedudukan khusus pada aktin membentuk jembatan silang. Kemudian

simpanan energi miosin dilepaskan, dan ujung miosin lalu beristirahat dengan

energi rendah, pada saat inilah terjadi relaksasi. relaksasi ini mengubah sudut

perlekatan ujung miosin menjadi miosin ekor. Ikatan antara miosin energi rendah

dan aktin terpecah ketika molekul baru ATP bergabung dengan ujung miosin.

Sumber energi untuk gerak otot ATP (Adenosht Tri Phosphat) merupakan sumber

energi utama untuk kontraksi otot ATP berasal dari oksidasi karbohidrat dan

lemak. kontraksi otot merupakan interaksi antara aktin dan miosin yang

memerlukan ATP (http://www.scribd.com/doc/37853517/Sistem-Mekanisme-

Gerak-Otot).

Otot Yang Berperan Dalam Passing Bawah

Otot-otot yang bekerja menggerakan lengan menurut Syaifudin (1997:38)

adalah:

Otot bahu terdiri dari :

1) M. deltoid atau (otot segitiga), otot ini berbentuk lengkung bahu dan

berpangkal disisi tulang selangka ujung bahu, balung tulang belikat, dan diafise
tulang pangkal lengan terdapat kandung lender yang fungsinya mengangkat

lengan sampai mendatar.

2) M. subskapularis (otot depan tulang belikat), otot ini mulai dari depan tulang

belikat menuju taju kecil tulang pangkal lengan, dibawahnya terdapat kandung

lender yang fungsinya menengahkan atau memutar tulang humerus ke dalam.

3) M. suprasupinatus (otot depan tulang belikat), otot ini berpangkal di lekuk

sebelah atas menuju ke taju besar tulang pangkal lengan yang fungsinya

mengangkat lengan.

4) M. infraspinatus (otot bawah tulang belikat), otot ini berpangkal di lekuk

sebelah bawah balung tulang belikat, menuju taju besar tulang pangkal lengan

yang fungsinya memutar lengan ke dalam.

5) M. teres mayor ( otot lengan bulat besar ), otot ini berpangkal di siku bawah

tulang belikat dan menuju ke taju kecil tulang pangkal lengan. Diantara otot

lengan bulat kecil dan otot lengan besar terdapat kepala yang panjang dari

muskulus triceps brachii yang fungsinya bisa memutar lengan kedalam.

6) M. teres minor (otot lengan belikat kecil), otot ini berpangkal di siku sebelah

luar tulang belikat menuju taju besar tulang pangkal lengan yang fungsinya

memutar lengan ke luar.

Otot pangkal lengan atas terdiri dari : otot-otot ketul ( fleksor ) dan otot

kedang ( ekstensor ). Yang meliputi :

1) M. biceps brachii (otot lengan berkepala dua), kepala yang panjang melekat

pada sendi bahu, kepala yang pendek melekat di sebelah luar dan di sebelah

dalam. Otot ini ke bawah menuju ketulang pengumpil. Dibawah urat terdapat
kandung lender yang fungsinya membengkokkan lengan bawah siku, meratakan

hasta dan mengangkat lengan.

2) M. brachialis (otot lengan dalam), otot ini berpangkal di bawah otot segitiga di

tulang pangkal lengan menuju taju di pangkal tulang hasta yang fungsinya

membengkokkan lengan bawah siku.

3) M. korako brachialis, otot ini berpangkal di prosesus korakoid menuju tulang

pangkal lengan yang fungsinya mengangkat lengan.

4) M. triceps brachialis (otot lengan berkepala tiga), kepala luar berpangkal

disebelah belakang tulang pangkal lengan dan menuju ke bawah kemudian bersatu

dengan yang lain, kepala dalam dimulai sebelah dalam tulang pangkal lengan,

kepala panjang dimulai pada tulang dibawah sendi dan ketiga-tiganya mempunyai

sebuah urat yang melekat di olekrani.

Gambar 9
Otot bahu
(Syaifudin, 1997:39)
Otot lengan atas bagian bawah terdiri :

1) M. ekstensor carpiradialis longus.

2) M. ekstensor carpiradialis brevis.

3) M. ekstensor carpiulnaris, ketiganya berfungsi sebagai ekstensi

lengan.( menggerakan lengan ).

4) M. digitorum carpi radialis, fungsinya sebagai ekstensi jari tangan kecuali ibu

jari.

5) M. ekstensor policis longus, fungsinya sebagai ekstensi ibu jari tngan.

6) Otot disebelah telapak tangan, fungsinya membengkokkan jari-jari tangan.

7) M. pronator teres (otot silang hasta bulat), fungsinya menggerakkan silang

hasta dan membengkokkan lengan bawah siku.

8) Otot-otot fleksor tangan. M. palmaris longus. M. fleksor carpi radialis, M.

fleksor digitor sublimis, fungsinya untuk fleksi jari ke dua dan kelingking. M.

digitorum profundus, M. fleksor policis longus fungsinya fleksi ibu jari.

9) Otot yang bekerja memutar radialis ( pronator dan supinator ) terdiri

dari : M. pronator teresequadratus, fungsinya pronasi tangan, M. supinator

brevis, fungsinya supinasi dari tangan.


Gambar 10
otot lengan bawah
(Syaifudin,1997:43-44)

2.1.6.1 Bentuk Kontraksi Otot Dalam Passing Bawah

Setelah kita mengetahui letak dan nama dari otot bagian lengan, dengan

begitu kita dapat menganalisa bagian otot lengan yang banyak bekerja atau

berkontraksi pada saat melakukan gerakan passing bawah.

Daya (power) adalah gabungan antara kekuatan dan kecepatan atau

pengerahan gaya otot maksimum dengan kecepatan maksimum (Eri praktiknyo,

2006:4). Power juga diartikan sebagai komponen kondisi fisik seseorang tentang

kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu

bekerja dalam waktu secepat-cepatnya (M. Sajoto,1995:8). Jadi, power adalah

kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang dalam mengerahkan tenaga

secara maksimal dalam waktu secepatnya untuk melakukan kontraksi atau

gerakan.
Pembahasan mengenai passing bawah dalam bola voli, telah diterangkan

bahwa pola gerak lengan untuk melakukan passing bawah ada tiga tahapan yaitu

tahap persiapan, tahap saat perkenaan, tahap akhir atau gerak lanjutan, sesuai

dengan analisa pola gerak tersebut maka otot-otot lengan yang berkontraksi atau

bekerja antara lain:

1) Untuk mempertahankan gerakan ekstensor siku, yaitu saat melakukan

persiapan menerima bola agar lengan tetap lurus yaitu otot M. triceps brachialis,

dan M. ekstensor carpiulnaris ulnaris.

Gambar 11
Gerakan ekstensor siku
(M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus Margono, 1994:125)

2) Untuk menggerakan ayunan lengan ke atas saat tahap perkenaan dengan bola

yaitu M. biceps brachi, M. deltoid, M. subscapularis, M. suprasupinatus, M.

supinator brevis dan M. korako brachialis.


Gambar 12
Gerakan perkenaan bola
(M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus Margono, 1994:125)

3) Untuk menggerakan lengan sebagai pendorong saat melakukan gerakan

lanjutan, yaitu M. deltoid, M. teres minor, dan M. biceps brachii.

Gambar 13
Gerakan lanjutan
(M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus Margono, 1994:125)
Passing bawah dalam gerakannya terjadi adanya kontraksi isometrik pada

lengan karena pada kontraksi ini tidak kelihatan adanya gerakan pada saat terjadi

ayunan lengan. Karena saat melakukan passing bawah bagian yang bekerja

menggerakkan ayunan lengan adalah otot bahu, sehingga hanya terjadi gerakan

pada sendi bahu dan tidak ada gerakan pada sendi siku (M. Mariyanto, Sunardi,

dan Agus Margono, 1994:67).

Selain adanya kontraksi otot lengan, pada saat gerakan passing bawah

juga terjadi proses relaksasi otot. Dalam gerakan passing bawah dari tahap awal

persiapan, tahap perkenaan, sampai pada tahap akhir atau lanjutan terdapat

sekelompok otot yang berelaksasi. Berikut beberapa otot lengan yang berelaksasi

saat passing bawah :

1) Gerakan awal persiapan saat lengan lurus yaitu M. biceps brachii, dan M.

pronator teres.

2) Gerakan tahap perkenaan saat ayunan ke atas yaitu M. triceps brachialis, M.

pronator teres, dan M. pronator teresequadratus.

3) Gerakan tahap akhir atau lanjutan saat lengan sebagai pendorong yaitu M.

triceps brachii, M. pronator teres, dan M. pronator teresequadratus.

Gambar 14 Gambar 15 Gambar 16


Gerakan Persiapan Gerakan perkenaan Gerakan Lanjutan
(M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus Margono, 1994:125)

2.1.8 Analisis Biomekanika Dalam Passing Bawah

Biomekanika mempelajari tentang gaya internal dan gaya eksternal yang

beraksi pada tubuh manusia dan pengaruh – pengaruh yang ditimbulkan oleh

gaya – gaya tersebut (Sugiyanto, 1992:243).

Secara mekanis gerakan bisa diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu

gerakan translatori dan gerakan rotatori (Sugiyanto, 1992:244). Gerakan

translatori adalah gerakan di mana benda bergerak secara keseluruhan dari suatu

tempat ke tempat lain. Sedangkan rotatori adalah gerakan yang berpusat pada

poros tertentu seperti pada gerakan lengan tangan terhadap bahu.

Gerakan terjadi karena adanya stimulus gerak. Stimulus gerak dihantarkan

oleh syaraf ke setiap unit gerak pada otot. Otot berkontraksi dan kemudian

menggerakkan tulang yang berporos pada persendian. Untuk berkontraksinya otot

diperlukan energi dan energi dihasilkan dari berfungsinya sistem suplai. Selama

terjadinya, agar gerakan itu bisa dilakukan dengan lancar dan sesuai dengan

kemauan, yang berperan mengendalikannya adalah system kontrol yaitu syaraf

dan endokrin (Sugiyanto, 1992:245).

Pengertian koordinasi dari sudut pandang biomekanika tidak jauh berbeda

dengan sudut pandang anatomi dan fisiologi. Pengertian dari sudut pandang

biomekanika lebih diarahkan pada penyesuaian antara impuls kekuatan kepada

otot atau sekelompok otot dengan kebutuhan setiap pelaksanaan bagian gerakan

(Phil Yanuar Kiram, 1992:50). Koordinasi merupakan kemampuan tubuh


melakukan gerakan atau kerja dengan tepat dan efisien. Koordinasi adalah

hubungan yang harmonis dari berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan

(Eri Pratiknyo, 2006:5).

2.1.8.1 Sifat Gerakan

Ditinjau dari biomekanika maka gerakan ayunan lengan saat passing

bawah lebih banyak didominasi oleh kekuatan otot lengan, sedangkan otot yang

terdapat pada pangkal lengan atas dan lengan bawah peran aktif terjadi saat

impact (pertemuan) antara bagian proksimal lengan dan bola dimana lengan

difleksikan dengan bantuan Musculus Biseps Brachii. Jadi pada saat impact

(pertemuan) lengan dengan bola terjadi suatu momentum yang berkaitan dengan

kecepatan dan massa benda yang sedang bergerak. Jika lengan saat impact

dengan bola bergerak cepat, maka akan terjadi peningkatan momentum pada

lengan terhadap bola. Sehingga dalam gerakan passing bawah memerlukan

momentum yang harus dikontrol oleh pemain. Karena saat passing bawah

memerlukan momentum dalam jumlah tertentu, sehingga bola dapat melayang

dengan jarak yang tepat untuk sampai kepada sasaran.

Momentum merupakan besaran gerak yang bertambah atau berkurangnya

dengan cara menambah atau mengurangi massa atau kecepatannya

(Soedarminto,1992:116). Peningkatan momentum terjadi bila gaya digunakan

searah dengan gerak. Bila gaya yang digunakan berlawanan dengan gerak akan

menghasilkan perlambatan atau pengurangan momentum. Hal ini terjadi pada

passing bawah saat kontak bola dengan lengan yang menghasilkan perlambatan

bola. Sesuai dengan dengan hukum reaksi ”pada setiap aksi akan timbul suatu
reaksi yang sama besarnya dan berlawanan arahnya”. Bila suatu benda bergerak

mendapatkan momentum, sedang benda lain yang dikenai gayanya akan memiliki

momentum yang sama besar dan berlawanan arah (Sri Haryono, 2005:16).

Gerakan ayunan lengan dari bawah ke atas pada passing bawah adalah

merupakan gerak fleksi dan abduksi lengan. Gerak fleksi adalah gerakan dari

bagian tubuh yang terjadi dalam bidang sagital dan berputar pada sumbu

transfersal. Sedangkan abduksi terjadi bila bagian badan bergerak menjauhi garis

tengah badan di dalam bidang frontal. Dalam hal ini bagian tubuh tersebut adalah

gerakan lengan saat melakukan passing bawah (Soedarminto, 1992:7).

Selain itu gerakan passing bawah merupakan gerakan pengungkit. Jadi

bola diungkit ke atas dengan jalan ayunkan lengan dan ditambah dengan

penurunan panggul. Maksud daripada gerakan ini tidak lain agar bola dapat

dipantulkan ke atas dengan sudut pantul 90 derajat (M. Mariyanto, Sunardi, dan

Agus Margono, 1994:69). Pengungkit adalah suatu batang yang kaku yang dapat

berputar pada satu titik yang tetap bila gaya digunakan untuk mengatasi beban.

Gerakan passing bawah merupakan pengungkit jenis kedua karena titik pusat

gerak atau sumbu putar terdapat pada sendi bahu serta pangkal beban dan pangkal

gaya terletak pada sepanjang lengan (Sri Haryono, 2005:21).

2.1.8.2 Prinsip Mekanika Yang Diterapkan

Gerakan passing bawah pada prinsipnya merupakan gerakan

menyongsong bola yaitu gerakan menuju ke suatu tempat di mana bola tertuju.

Gerakan menyongsong bola mengandung suatu tuntutan bagi pemain untuk dapat
berusaha menempatkan diri sehingga bola yang datang dapat dimainkan dengan

mudah dan berhasil baik (M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus Margono, 1994:161).

Kualitas gerakan penyongsongan bola datang dapat dipengaruhi oleh

cepat lambatnya bola yang datang dari lawan. Bola yang datang dari teman

seregu lazimnya tidak keras dan tidak cepat sehingga pemain tidaklah terlalu

mengalami kesulitan yang berarti untuk melakukan gerakan menyongsong bola.

Selanjutnya untuk menyongsong bola cepat, maka selalu diperlukan gerakan

imbangan yang cepat pula. Dan untuk menghadapi bola smes yang keras,

haruslah dikembangkan latihan antisipasi terhadap arah gerak dan timing lawan

yang melakukan smes tersebut (M.Mariyanto,Sunardi, Agus Margono,1992:162).

Gerakan saat melakukan passing bawah selain gerakan lengan juga terjadi

gerakan tungkai untuk memindahkan titik berat badan. Titik berat suatu benda

sering disebut sebagai titik keseimbangannya (Soedarminto,1992:149). Menurut

Boyke Mulyana (2000:19) letak titik berat atlet jarang tetap pada tempat yang

sama selama beberapa waktu. Jika saat berdiri tegak dan kemudian

menggerakkan tungkai ke arah depan satu langkah, maka titik beratnya berpindah

ke arah yang sama. Jika menggerakan tungkai dan lengannya, maka titik beratnya

berpindah ke depan lebih banyak massa yang dipindahkan.

Jarak berpindahnya titik berat tergantung pada seberapa besar dan jauh

massa tubuh dipindahkan. Menurut Soedarminto (1992:150) jika bentuk atau

posisi sebuah objek berubah, maka letaknya titik berat juga akan berubah.

Tungkai cukup berat dan memiliki massa yang besar, sehingga menyebabkan

pemindahan titik berat yang lebih besar dari pada ketika memindahkan salah satu
lengan saja. Pemindahan titik berat badan selalu berkaitan dengan jumlah massa

yang dipindahkan dan jarak yang ditempuhnya.

Selain titik berat badan, keseimbangan dan stabilitas tubuh juga

mempengaruhi gerakan saat melakukan passing bawah. Kedua hal tersebut

merupakan dua istilah yang hampir sama tetapi mempunyai arti yang berlainan.

Jika posisi sebuah objek diubah sedikit dan objek cenderung untuk kembali pada

posisi semula, maka objek itu dalam keadaan seimbang atau stabil

(Soedarminto,1992:152). Keseimbangan berkaitan dengan koordinasi dan

kontrol. Jika atlet yang mempunyai keseimbangan yang baik, maka ia dapat

mempertahankan keadaan equilibriumnya dan menetralkan gaya yang akan

mengganggu penampilannya. Stabilitas berkaitan dengan seberapa besar tahanan

yang diciptakan atlet untuk melawan gangguan lawan terhadap keseimbanganya.

Semakin stabil atlet, maka semakin besar tahanan yang diciptakannya untuk

mengatasi gaya yang mengganggunya. Berikut beberapa faktor yang

mempengaruhi stabilitas dan keseimbangan menurut Sri Haryono (2005:29)

dalam passing bawah :

1) Stabilitas berbanding lurus dengan luas dasar menumpu.

Atlet dapat meningkatkan stabilitasnya bila ukuran bidang tumpuannya

diperluas. Dalam gerakan persiapan penerimaan bola dalam passing bawah,

dengan melangkahkan tungkai ke depan berarti dapat memperluas bidang

tumpunya. Apabila seorang pemain melakukan posisi kuda-kuda dengan jarak

antara kedua ujung kaki sempit, maka bermain tersebut ada pada keadaan yang

tidak stabil, maka akan lebih mudah digoyangkan. Sebaliknya, apabila pemain
bola voli melakukan posisi kuda-kuda dengan jarak antara ujung kaki lebih lebar,

maka pemain tersebut dalam keadaan yang lebih stabil, sebab ia memilki dasar

menumpu yang luas sehingga tidak mudah digoyangkan.

2) Stabilitas berbanding terbalik dengan besarnya jarak antara titik berat badan

dengan dasar penumpu.

Atlet dapat meningkatkan stabilitasnya bila titik berat badannya

direndahkan. Seorang atlet yang menaikkan letak titik beratnya akan kurang stabil

bila dibandingkan dengan atlet yang mempunyai letak berat badannya lebih

rendah di atas bidang tumpunya. Sama halnya dalam gerakan penerimaan bola

dalam passing bawah, dengan gerakan sedikit menekuk tungkai atas dan

membungkukkan togok maka akan menurunkan letak titik beratnya. Sehingga

tubuh akan lebih stabil dalam melakukan gerakan passing bawah.

3) Gaya gesekan.

Keseimbangan dapat dipertahankan sesuai dengan kebutuhan aktivitas

cabang olahraga yang dilakukan, dapat dipergunakan alat yang mempunyai gaya

gesekan yang sesuai dengan aktivitas cabang olahraga tersebut. Untuk

memperoleh stabilitas yang besar diperlukan alat yang memiliki gaya gesekan

yang besar pula, misalnya sepatu dengan sol yang dilengkapi secara khusus untuk

hal itu. Pada pemain bola voli sebaiknya sepatu yang dipakai untuk bermain

memiliki sol karet, hal ini bertujuan untuk memperoleh stabilitas yang besar pada

saat melakukan posisi siap.


2.2 Kerangka Berfikir

2.2.1 Analisis anatomi pada gerak keterampilan passing bawah bola voli

Gerakan passing bawah secara anatomi merupakan suatu koordinasi

antara anggota gerak tubuh bagian atas dan bawah. Untuk anggota gerak tubuh

bagian atas terdiri dari tulang belakang, gelang panggul, gelang bahu, lengan atas

dan lengan bawah. Sedangkan anggota gerak bagian bawah yang terlibat terdiri

dari tulang paha, tulang tempurung lutut, tulang kering, tulang betis, dan tulang

kaki. Sehingga kedua bagian anggota gerak tersebut memerlukan koordinasi yang

baik untuk bisa melakukan passing bawah dengan benar.

Pembahasan mengenai passing bawah, menurut M. Yunus (1992:79) dapat

dijelaskan bahwa pola gerak untuk melakukan passing bawah ada tiga tahapan

yaitu saat permulaan, saat pelaksanaan, dan lanjutan. Berikut penjelasan kerja

sendi dan gerak yang terjadi mengenai pola gerakan passing bawah :

1) Sikap permulaan :

Sendi bahu yang bergerak secara abduksi dan adduksi saat lengan mengayun

ke depan.

Sendi siku yang bergerak secara fleksi dan ekstensi saat lengan dalam

keadaan membengkok atau lurus.

Sendi radio ulna yang bergerak saat lengan dalam keadaan pronasi dan

supinasi.

Sendi pinggul yang membatasi gerakan sendi keseluruh arah dan membentuk

sikap tegak tubuh dalam keadaan berdiri.


Sendi lutut merupakan sendi engsel yang bergerak secara fleksi dan ekstensi.

Sendi telapak kaki yang bergerak sedikit mengayun secara adduksi dan

abduksi.

2) Sikap permulaan :

Sendi bahu bergerak secara abduksi saat lengan bergerak ke atas.

Sendi siku bergerak secara fleksi saat lengan bergerak lurus saat menerima

bola.

Sendi radio ulna bergerak secara supinasi saat perkenaan bola dengan bagian

proksimal lengan.

Sendi pinggul bergerak secara fleksi saat tubuh dalam keadaan condong ke

depan.

Sendi lutut bergerak ekstensi saat gerakan lutut dalam keadaan lurus.

Sendi telapak kaki begerak secara adduksi saat adanya gerakan sedikit

mengayun.

3) Sikap lanjutan :

Sendi bahu bergerak adduksi saat lengan kembali dalam posisi sikap awal.

Sendi pinggul mempertahankan sikap tubuh yang agak condong ke depan.

Sendi lutut bergerak fleksi saat tubuh bergerak dalam posisi sikap awal.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa kerja sendi dan gerak

yang terjadi mempunyai peranan penting dalam hal koordinasi saat melakukan

gerakan passing bawah sehingga menghasilkan keterampilan gerak yang baik.

2.2.2 Analisis Fisiologi pada gerak keterampilan passing bawah bola voli
Gerakan pada passing bawah saat sikap permulaan, perkenaan, dan

lanjutan secara fisiologi merupakan hasil dari adanya koordinasi antara beberapa

kontraksi sekelompok otot bagian tubuh.Yaitu kontraksi otot pada bahu,

punggung, lengan atas, lengan bawah, panggul, tungkai atas, dan tungkai bawah.

Secara fisiologi kontraksi otot yang terlibat pada gerakan passing bawah

adalah sebagai berikut :

1) Otot bagian bahu yang terdiri dari muskulus deltoid yang fungsinya

mengangkat lengan sampai mendatar, muskulus supraspinatus yang fungsinya

mengangkat lengan, muskulus teres mayor dan minor yang fungsinya memutar

lengan ke dalam dan keluar.

2) Otot bagian punggung yang terdiri dari trapezius yang fungsinya mengangkat

dan menarik sendi bahu, muskulus interspinalis yang fungsinya untuk sikap dan

pergerakan tulan belakang.

3) Otot lengan atas yang terdiri dari muskulus bisep braki yang fungsinya untuk

membengkokkan lengan bawah siku, meratakan, dan mengangkat lengan,

muskulus brakialis yang fungsinya membengkokkan lengan bawah siku, muskulus

korakobrakialis yang fungsinya mengangkat lengan, muskulus triceps braki yang

fungsinya meluruskan lengan.

4) Otot lengan bawah yang terdiri dari muskulus pronator teres yang berfungsi

membengkokkan lengan bawah, muskulus pronator teres equadratus yang

fungsinya pronasi tangan, muskulus supinator brevis yang fungsinya supinasi

tangan.
5) Otot bagian panggul yang terdiri dari muskulus gluteus maksimus yang

fungsinya rotasi fleksi dan endorotasi femur, muskulus gluteus medius dan

minimus yang fungsinya abduksi dan endorotasi dari femur.

6) Otot tungkai atas yang terdiri dari muskulus abductor femoralis yang

fungsinya gerakan abduksi dari femur, muskulus ekstensor yang fungsinya

membengkokkan paha dan meluruskan atau membengkokkan tungkai bawah.

7) Otot tungkai bawah yang terdiri dari muskulus tibialis anterior yang

fungsinya mengangkat dan membengkokkan kaki, muskulus tibialis posterior

yang fungsinya membengkokkan kaki di sendi tumit dan telapak kaki.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa koordinasi yang baik

dari beberapa kontraksi otot pada bahu, punggung, lengan atas, lengan bawah,

panggul, tungkai atas, dan tungkai bawah mempunyai peranan penting dalam

melakukan gerakan keterampilan passing bawah.

2.2.3 Analisis biomekanika pada gerak keterampilan passing bawah bola voli

Secara biomekanika gerakan ayunan lengan saat passing bawah lebih

banyak didominasi oleh kekuatan otot lengan, sedangkan otot yang terdapat pada

pangkal lengan atas dan lengan bawah peran aktif terjadi saat impact (pertemuan)

antara bagian proksimal lengan dan bola dimana lengan difleksikan dengan

bantuan Musculus Biseps Brachii. Jadi jika lengan saat impact dengan bola akan

terjadi adanya momentum pada lengan terhadap bola. Sehingga pemain

memerlukan momentum yang harus dikontrol agar bola dapat memantul dengan

jarak yang tepat untuk sampai ke arah sasaran. Gerakan passing bawah merupakan

gerakan pengungkit. Artinya bola diungkit ke atas dengan jalan ayunan lengan
dan ditambah dengan penurunan panggul agar bola dapat dipantulkan ke atas

dengan baik (M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus Margono, 1994:69)

Gerakan passing bawah selain adanya gerakan lengan juga terjadi gerakan

tungkai untuk melakukan pemindahan titik berat badan. Menurut Boyke Mulyana

(2000:19) letak titik berat atlet jarang tetap pada tempat yang sama selama

beberapa waktu. Begitu juga menurut Soedarminto (1992:150) jika bentuk atau

posisi sebuah objek berubah, maka letaknya titik berat juga akan berubah. Selain

titik berat badan, keseimbangan dan stabilitas tubuh juga mempengaruhi gerakan

saat melakukan passing bawah. Keseimbangan berkaitan dengan koordinasi dan

kontrol. Stabilitas berkaitan dengan seberapa besar tahanan yang diciptakan atlet

untuk melawan gangguan lawan terhadap keseimbanganya. Semakin stabil atlet,

maka semakin besar tahanan yang diciptakannya untuk mengatasi gaya yang

mengganggunya.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa gaya, sifat

gerakan, dan prinsip mekanika yang terapkan mempunyai peranan penting dalam

melakukan gerakan keterampilan passing bawah.

Você também pode gostar