Você está na página 1de 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU
Kesehatan No. 23 th 1992 ). Sedangkan kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari
seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain (UU No.
3 th 1966 pasal 1).
Dengan melihat kedua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan diantaranya
mengenai jiwa yang merupakan bagian integral dari bagian lainnya baik fisik, sosial
maupun ekonomi. Dan ketika seseorang dalam pertumbuhan dan perkembangannya
tidak optimal baik fisik, intelektual dan emosionalnya dalam keselarasan dengan
orang lain maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut mengalami kelainan jiwa.
Dalam kenyataannya, ada individu yang mampu mencapai derajat kesehatan
secara optimal sehingga bisa selaras dan beradaptasi dengan lingkungannya. Namun
terdapat pula individu yang tidak mampu mencapai derajat kesehatan secara optimal
dalam pertumbuhan dan perkembangannya sehingga terjadilah konflik dalam dirinya
dan dengan ketidakmampuannya tersebut membawa dampak pada kelainan jiwa.
Depresi merupakan alam perasaan yang berat dan dimanifestasikan dengan
gangguan fungsi sosial dan fungsi fisik yang hebat,lama dan menetap pada individu
yang bersangkutan .depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam
waktu pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi
sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejal psikotik bila keluhan
yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realita, tidak dapat menilai realita dan
tidak dapat dimengerti oleh orang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari depresi ?
2. Bagaimana rentang respon emosional ?
3. Apa saja jenis – jenis tingkatan depresi ?
4. Apa saja faktor predisposisi depresi ?
5. Apa saja faktor presipitasi ?
1
6. Bagaimana manifestasi dari depresi ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada depresi ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui pengertian dari depresi
2. Untuk Mengetahui rentang respon emosional
3. Untuk Mengetahui Jenis – jenis tingkatan depresi
4. Untuk Mengetahui faktor predisposisi depresi
5. Untuk Mengetahui faktor prepistasi depresi
6. Untuk Mengetahui manifestasi depresi
7. Untuk Mengetahui asuhan keperawatan pada depresi.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Depresi
Depresi adalah suatu jenis gangguan alam perasaan atau emosi yang disertai
komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih ,putus asa,dan tidak bahagia,serta
komponen somatik : anoreksia, konstipasi, kulit lembab, ( rasa dingin ), tekanan
darah dan denyut nadi menurun.
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan
kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya
kegairahan hidup. (Hawari, 2001, hal.19)
Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari empat
minggu, yang disertai prilaku seperti perubahan tidur, gangguan konsentrasi,
iritabilitas, sangat cemas, kurang bersemangat, sering menangis, waspada berlebihan,
pesimis, merasa tidak berharga, dan mengantisipasi kegagalan. (DSM-IV-TR,2000
dalam Videbeck, 2008, hal.388)
Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
sedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. (Purwaningsih, 2009, hal.
130)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi adalah gangguan
alam perasaan yang disertai oleh komponen psikologik dan komponen somatic yang
terjadi akibat kesedihan yang panjang.

B. Rentang respon emosional


Menurut Purwaningsih (2009) Reaksi Emosi dibagi menjadi dua yaitu:
1. Reaksi Emosi Adaptif
Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan yang
diterima dan berlangsung singkat. Ada 2 macam reaksi adaptif :
a) Respon emosi yang responsive
Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini
individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.
b) Reaksi kehilangan yang wajar
Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang
mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari
3
kehilangan dan mengalami proses kehilangan, misalnya Bersedih, berhenti
kegiatan sehari – hari, takut pada diri sendiri, berlangsung tidak lama.
2. Reaksi Emosi Maladaptif
Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini
dapat dibagi 3 tingkatan yaitu :
a) Supresi
Tahap awal respon emosional maladaptive, individu menyangkal,
menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaannya terhadap
lingkungan.
b) Reaksi kehilangan yang memanjang
Supresi memanjang  mengganggu fungsi kehidupan individu
Gejala : bermusuhan, sedih berlebih, rendah diri.
c) Mania/ Depesi
Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui
intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi social.

C. Jenis Dan Tingkatan Depresi


Pembagian depresi dimaksudkan untuk mempermudah dalam mengambil
tindakan perawatan dan pengobatan. Ada tiga tingkatan dalam depresi antara lain :
1. Depresi Sesaat
Depresi sesaat terjadi karena kita bereaksi terhadap keadaan yang
teradi, misalnya path hati. Depresi ini terbilang tingkat ringan karena
kemudian bisa hilang begitu kondisi tak menyenangkan dilalui. Tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk mengatasi depresi ini, karena jika kita
menemukan sesuatu yang baru maka depresi ini akan hilang dengan sendirinya
2. Depresi Neurotik
Penyembuhan depresi ini memakan waktu bertahun dan lebih sering
ditemukan di antara orang-orang yang tidak menikah, pengguna narkoba dan
alkoholik. Dari sana menunjukkan bahwa kasus depresi bisa terjadi pada orang
segala usia. Tidak hanya orang dewasa tetapi juga pada orang yang sangat tua
maupun anak
3. Depresi Berat
Pada orang yang terkena gangguan depresi neurotik, sekitar 40 persen
menjadi depresi berat. Tingkat depresi berat itu adalah yang paling parah
4
karena sebagian menjadi gila dan mendapat perawatan rumah sakit. Biasanya
kerja mulai terganggu atau tidak bisa bekerja. Sedangkan depresi neurotik,
biasanya diri sendiri merasa terganggu tetapi dari luar belum kentara
terganggu kualitasnya. Terganggu pada pekerjaan tetapi masih bisa berjalan.
Pada tingkatan depresi berat penderita harus selalu mendapatkan perawatan
yang intensif baik dari segi medis maupun melalui psikiater.

D. Faktor Predisposisi Depresi


Pada intinya, depresi merupakan suatu kondisi di mana alam perasaan
seseorang itu turun ke posisi yang terendah. Sekalipun penyebab persis depresi tidak
diketahui, tetapi bisa diduga faktor-faktor yang mendukung terjadinya depresi
Macam-macam penyebab depresi :
1. Mengalami kekecewaan yang berat dalam hidupnya
2. Tidak berhasil mencapai suatu keinginan
3. Kehilangan orang yang paling dicintai
4. Tuntutan terhadap anak
5. Pertengkaran hebat antar pasangan
6. Derita penyakit berkepanjangan
7. Masalah keuangan
8. Persaingan karier
9. Rendahnya harga diri
10. Kesulitan menjalin hubungan dengan pasangan dan relasi
11. Gangguan hormonal
Sebab-sebab depresi di atas merupakan penyebab depresi yang terjadi karena
hubungan soial penderita. Beberapa obat yang dipakai untuk mengobati HIV dapat
menyebabkan atau memperburuk depresi, terutama efavirenz. Ada beberapa penyakit
misalnya anemia atau diabetes yang dapat menyebabkan gejala serupa dengan
depresi, begitu juga dengan penggunaan narkoba atau alkohol, serta testosteron,
vitamin B6 atau vitamin B12 yang rendah.

E. Manifestasi Depresi
Menurut dr. Hubertus gejala depresi dibagi menjadi 2 yaitu :
Gejala Major Depression :
1. Gelisah dan sedih
5
2. Pesimis
3. Tak berguna, tidak percaya diri
4. Kehilangan minat pada aktivitas yang menyenangkan termasuk seks
5. Tak bersemangat dan lamban
6. Sulit konsentrasi
7. Sulit mengambil keputusan putus asa
8. Sulit tidur atau terlalu banyak tidur
9. Putus asa
10. Kehilangan selerea makan atau makan jadi berlebihan
11. Berpikir tentang atau ingin bunuh diri
12. Mudah tersinggung
13. Merasa sakit kepala atau penyakit lain tak bisa sembuh seketika
Gejala Maniac-Depressive Illnes :
1. Gembira berlebihan dan tidak normal
2. Mudah tersinggung yang tidak lazim
3. Kebutuhan tidur menurun drastis
4. Bicara muluk tentang dirinya
5. Bicara berlebihan
6. Hasrat seksual meningkat pesat
7. Perilaku sosial menyimpang
8. Sulit berpikir jernih

F. Faktor Presipitasi
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang lebih berisiko terkena
depresi, faktor tersebut antara lain :
1. Jenis Kelamin
Pada pengamatan yang hampir universal, terlepas dari kultur negara, terdapat
prevalensi gangguan depresi berat yang dua kali lebih besar pada wanita
dibandingkan laki-laki. Walaupun alasn adanya perbedaan tersebut tidak
diketahui, penelitian telah jelas menunjukkan bahwa perbedaan di dalam
masyarakat barat tidak semata-mata karena praktek diagnostik yang secara sosial
mengalami bias (sinopsis psikiatri halm 779).

6
2. Usia
Rata-rata usia onset untuk gangguan depresif berat adalah kira-kira 40 tahun,
50 persen dari semua pasien mempunyai onset antara usia 20 dan 30 tahun.
Gangguan depresif berat juga mungkin memiliki onset selama masa anak-anak
atau pada lanjut usia, walaupun hal tersebut jarang terjadi. Beberapa data
epidemiologis baru-baru ini menyatakan bahwa insidensi gangguan depresif berat
mungkin meningkat pada orang-orang yang berusia kurang dari 20 tahun. Karena
pada usia tersebut masalah hidup lebih berat Jika pengamatan tersebut benar, hal
tersebut mungkin berhubungan dengan meningkatnya penggunaan alkohol dan zat
lain pada kelompok usia tersebut.
3. Status Perkawinan
Pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang yang
tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau berpisah.
Hal ini mungkin karena penderita tidak mempunyai tempat maupun orang untuk
menceritakan atau berbagi masalah yang dialami dalam kehidupannya
4. Pertimbangan Sosioekonomi dan Kultural
Tidak ditemukan adanya korelasi antara status sosioekonomi dan gangguan
depresif berat. Depresi mungkin lebih sering di daerah pedesaan daripada di
daerah perkotaan. Untuk depresi sesaat ekonomi sangat berpengaruhmisalnya
kenaikan harga BBM dapat menyebabkan depresi, karena hal tersebut sangat
memberatkan apalagi untuk golongan ekonomi ke bawah. Tetapi depresi ini akan
hilang dengan sendirinya dalam jangk waktu tertentu. Dalam kasus ini jika harga
BBM kembali turun maka depresi tersebut akan hilang.

G. Penatalaksanaan Depresi
Semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi, dan beberapa memerlukan
tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung pada diagnosis, berat
penyakit, umur pasien, respon terhadap terapi sebelumnya. Menurut (Tomb, 2003,
hal.61)
1. Terapi Psikologik
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati,
pengertian dan optimistic. Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan
hal – hal yang membuatnya prihatin dan melontarkannya. Identifikasi factor
pencetus dan bantulah untuk mengoreksinya. Bantulah memecahkan problem
7
eksternal (misal, pekerjaan, menyewa rumah), arahkan pasien terutama selama
periode akut dan bila pasien tidak aktif bergerak. Latih pasien untuk mengenal
tanda – tanda dekompensasi yang akan dating. Temui pasien sesering mungkin
(mula – mula 1 – 3 kali per minggu) dan secara teratur, tetapi jangan sampai tidak
berakhir atau untuk selamanya. Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat
memprovokasi kemarahan anda (melalui kemarahan, hostilitas, dan tuntutan yang
tak masuk akal, dll.). psikoterapi berorientasi tilikan jangka panjang, dapat
berguna pada pasien depresi minor kronis tertentu dan beberapa pasien dengan
depresi mayor yang mengalami remisi tetapi mempunyai konflik.
2. Terapi Kognitif
Perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi sedang dan ringan.
Diyakini oleh sebagian orang sebagai “ketidakberdayaan yang dipelajari”, depresi
diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan memberikan
pengalaman – pengalaman sukses. Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk
mengenal dan menghilangkan pikiran – pikiran negative dan harapan – harapan
negative. Terapi ini mencegah kekambuhan.
Deprivasi tidur parsial (bangun mulai di pertengahan malam dan tetap terjaga
sampai malam berikutnya), dapat membantu mengurangi gejala – gejala depresi
mayor buat sementara. Latihan fisik (berlari, berenang) dapat memperbaiki
depresi, dengan mekanisme biologis yang belum dimengerti dengan baik.
3. Terapi Fisik
Semua depresi mayor dan depresi kronis atau depresi minor yang tidak
membaik membutuhkan antidepresan (70 – 80 % pasien berespon terhadap
antidepresan), meskipun yang mencetuskan jelas terlihat atau dapat diidentifikasi.
Mulailah dengan SSRI atau salah satu antidepresan terbaru. Apabila tidak
berhasil, pertimbangkan antidepresan trisiklik, atau MAOI (terutama pada depresi
“atipikal”) atau kombinasi beberapa obat yang efektif bila obat pertama tidak
berhasil. Waspadalah terhadap efek samping dan bahwa antidepresan “dapat”
mencetuskan episode manik pada beberapa pasien bipolar (10 % dengan TCA,
dengan SSRI lebih rendah, tetapi semua koonsep tentang “presipitasi manic”
masih diperdebatkan). Setelah semuh dari episode depresi pertama, obat
dipertahankan untuk beberapa bulan, kemudian diturunkan, meskipun demikian
pada beberapa pasien setelah satu atau lebih kekambuhan, membutuhkan obat

8
rumatan untuk periode panjang. Antidepresan saja (tunggal) tidak dapat
mengobati depresi psikosis unipolar.
Litium efektif dalam membuat remisi gangguan bipolar, mania dan mungkin
bermanfaat dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa depresi unipolar.
Obat ini cukup efektif pada bipolar serta untuk mempertahankan remisi dan begitu
pula pada pasien unipolar. Antikonvulsan tampaknya juga sama baik dengan litium
untuk mengobati kondisi akut, meskipun kurang efektif untuk rumatan.
Antidepresan dan litium dapat dimulai secara bersama – sama dan litium
diteruskan setelah remisi. Psikotik, paranoid atau pasien sangat agitasi
membutuhkan antipsikotik, tunggal atau bersama – sama dengan antidepresan,
litium atau ECT – antidepresan antipikal yang baru saja terlihat efektif.
ECT mungkin merupakan terapi terpilih :
a) Bila obat tidak berhasil setelah satu atau lebih dari 6 minggu pengobatan,
b) Bila kondisi pasien menuntut remisi segera (misal, bunuh diri yang akut),
c) Pada beberapa depresi psikotik,
d) Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat (misal pasien tua yang
berpenyakit jantung). Lebih dari 90 % pasien memberikan respons.
4. Terapi Obat
Depresi dapat diobati dengan antidepresan Obat untuk depresi, namun anti
depresan dapat berinteraksi dengan ARV. Anti depresan harus dipakai dalam
pengawsan dokter yang mengetahui mengenai ARV yang kita pakai. Ritonavir
FOOTNOTE dan indinavir paling sering beriteraksi dengan antidepresan.
Antidepresan yang paling sering dipakai dalam mengobati depresi adalah
SSRIFOOTNOTE. Efek samping obat golongan ini dapat menyebabkn kehilangan
nafsu seks, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, insomnia (sulit tidur),
kelelahan, mual, diare, dan kegelisahan. Obat dari golongan trisiklik
menyebabkan lebih banyak efek samping daripada SSRI. Obat dari golongan ini
dapat menyebabkan sedasi FOOTNOTE, sembelit, dan denyut jantung tidak
teratur.
Pengobatan depresi ringan dapat disesuaikan dengan gejala-gejala yang
timbul. Misalnya susah tidur dan kehilangan nafsu makan dapat diberikan obat
penambah nafsu makan atau obat tidur. Terapi antidepresi yang pasti adalah
dengan obat atau kejang listrik (ECT) membutuhkan beberapa minggu atau lebih
lama. Informasi penting untuk menentukan tindakan pengobatan adalah : apakah
9
pasien psikotik?, apakah pasien telah minum obat atau alkohol?, adakah gangguan
medik yang ditemukan?. Jika kita telah mengetahui masing-masing informasi
tentang hal diatas, maka tindakan pengobatan selanjutnya akan lebih aman,
mengingat antidepresan sangat mudah bereaksi dengan obat lain.
Berikut ini adalah terapi obat dengan antidepresan :
a. Bila pasien mengidap gangguan organik, dapat diatasi dengan benzodiazepine
seperti lorazem (ativan) 1-2 mg per oral atau 1M, alprazolam (xanax) 0,5-1 mg
per oral, atau oksazepam (serax) 10-30 mg per oral, semua diberikan tiap 4
jam dan seperlunya
b. Bila gejala psikotik timbul, benzodiazepine dapat digunkan, tetapi
antipsikotika perlu dipertimbangkan. Contuh haloperidol (haldol) 2-5 mg per
oral atau 1M, flufenazin (prolixin, anatensol) 2-5 mg per oral atau 1M, atau
tiotiksen (navane) 2-5 mg per oral atau 1M. semua diberikan tiap 4 jam
seperlunya.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data subyektif:
Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.Sering
mengemukakan keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak
berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
2. Data obyektif:
Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk
dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat
dengan langkah yang diseret.Kadang-kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak
malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis.Proses
berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak
mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal Pada pasien
psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal
(irasional), waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi.Kadang-kadang pasien
suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable)
dan tidak suka diganggu.

B. Masalah Utama
Gangguan alam perasaan: depresi dengan resiko bunuh diri.

C. Etiologi
Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen
psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen
somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut
nadi sedikit menurun.
Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan
genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor
psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor keseimbangan
elektrolit dan sebagainya.

11
Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti bunuh diri, penyakit
infeksi, pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik
seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.

D. Pathway

Resiko mencederai diri

Gangguan alam perasaan : depresi

Koping maladaptif

E. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.
2. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

D. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.
2. Tujuan khusus
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1) Perkenalkan diri dengan klien
2) Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empati
3) Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak
memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan.
4) Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan keinginannya
5) Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan mudah
dimengerti
6) Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain.

12
b) Klien dapat menggunakan koping adaptif
Tindakan:
1) Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa
perawat memahami apa yang dirasakan pasien.
2) Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan
sedih/menyakitkan
3) Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan
4) Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.
5) Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat
diterima
6) Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
7) Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.
c) Klien terlindung dari perilaku mencederai diri
Tindakan:
1) Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
2) Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch pasien untuk
mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.
3) Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien.
4) Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh
peramat/petugas.
d) Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
1) Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
2) Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
3) Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar
sesama,keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
e) Klien dapat menggunakan dukungan social
Tindakan:
1) Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang terdekat,
tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
2) Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas
keagamaan, kepercayaan agama).
3) Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).

13
f) Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
1) Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum
obat).
2) Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis,
cara, waktu).
3) Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
4) Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Depresi merupakan gangguan psikis yang dapat menurunkan alam kesadaran
seseorang, sehingga seseorang yang terkena depresi akan terganggu aktifitasnya.
Ada banyak pengertian tentang arti depresi, Depresi adalah penyakit suasana hati.
Penyakit dari sekitar kesedihan atau duka cita. “Depresi adalah gangguan mood,
kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir,
berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara
dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan”. Depresi
merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia baik fungsi psikis mupun
fungsi fisik, yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala
penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotorik,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan
bunuh diri.(ilmu kedokteran jiwa darurat halm 227) Depresi tidak hanya
menggambarkan suasana hati, tetapi juga meliputi perubahan dalam pemikiran,
perilaku, dan biologis kita. Jika hal tersebut dibiarkan maka akan sangat berbahaya
karena akan mempengaruhi keseimbangan hubungan diri kita dengan lingkungan.
Depresi dapat menurunkan fungsi kognitif, emosi dan produktifitas pada individu.

B. Saran
Dalam melakukan tindakan keperwatan jiwa kepada pasien yang akan
melakukan terapi kejang listrik kita sebagai seorang perawat harus dapat
melakukan secara benar dalam arti keilmuannya untuk praktik keperawatan harus
dilakukan oleh perawat professional dan berkompeten.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta : Trans Info Media
Maramis, W.F. 1994. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press
Baihaqi, MIF. 2007. Psikiatri. Bandung : PT Refika Aditama

16

Você também pode gostar