Você está na página 1de 16

TUGAS MAKALAH BLOK MANAJEMEN RUMAH SAKIT

DAN OKUPASI

SKENARIO 5

Disusun Oleh :

Rafis Eko Setiawan 61113094

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
TAHUN 2017
Skenario 5
Sulitnya Mengurus Rumah Sakit

Gita, 19 tahun seorang mahasiswi kedokteran memiliki cita-cita apabila


selesai menjadi seorang dokter, berkeinginan menjadi direktur Rumah Sakit
seperti ayahnya Gita. Ayah Gita sudah menjadi direktur rumah sakit sejak 10
tahun yang lalu. Gita beranggaapan dengan menjadi direktur rumah sakit maka
Gita akan mudah membantu masyarakat yang sakit dan tidak memiliki
kemampuan dalam berobat. Ayah Gita memimpin rumah sakit tipe B. Ayah gita
pernah bercerita bahwa untuk menjadi direktur rumah sakit, harus memiliki latar
belakang pendidikan manajemen rumah sakit. Sebagai seorang direktur rumah
sakit, ayah gita harus menjaga pelayananrumah sakit yang bermutu dan
menghasilkan rumah sakit yang terakreditasiyang diakui masyarakat. Ayah gita
pernah menjelaskan bahwa salah satu yang sulit untuk dilakukan adalah dalam
manajemen sumber daya manusia yang bekerja di rumah sakit tersebut. Mulai dari
dokter, perawat, tenaga analis, apoteker, administrasi hingga petugas keamanan
rumah sakit harus mampu memberikan pelayanan yang terbaik dan paripurna dan
sesuai dengan standard operating procedure (SOP) sesuai dengan bidangnya
masing-masing sehingga masyarakat dapat pelayanan rumah sakit yang terbaik.
Bagaimana andamenjelaskan pengelolaan sebuah rumah sakityang terpadu?
SEVEN JUMPS

 Terminologi Asing
1. Rumah Sakit tipe B
= rumah sakit tipe b adalah rumah sakit yang memiliki fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya sebelas spesialistik
dan subspesialistik terbatas.
2. SOP
= SOP adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan pekerjaan atau
tugas sesuai dengan fungsi alat penilaian kerja.

 Rumusan Masalah
1. Apa syarat menjadi direktur RS?
2. Apasaja tipe RS?
3. Apa tugas dan fungsi RS?
4. Apasaja jenis pelayanan RS?
5. Apa tugas pimpinan RS?
6. Bagaimana SOP yang harus diterapkan?
7. Bagaimana struktur organisasi RS?

 Hipotesis
1. Direktur Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai
kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan. Direktur Rumah
Sakit telah mengikuti pelatihan perumahsakitan meliputi
Kepemimpinan, Kewirausahaan, Rencana Strategis Bisnis, Rencana
Aksi Strategis, Rencana Implementasi dan Rencana Tahunan,
Tatakelola Rumah Sakit, Standar Pelayanan Minimal, Sistem
Akuntabilitas, Sistem Remunerasi Rumah Sakit, Pengelolaan Sumber
Daya Manusia. Direktur Rumah Sakit harus seorang tenaga medis
yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.
Direktur Rumah Sakit telah mengikuti pelatihan perumahsakitan
meliputi Kepemimpinan, Kewirausahaan, Rencana Strategis Bisnis,
Rencana Aksi Strategis, Rencana Implementasi dan Rencana Tahunan,
Tatakelola Rumah Sakit, Standar Pelayanan Minimal, Sistem
Akuntabilitas, Sistem Remunerasi Rumah Sakit, Pengelolaan Sumber
Daya Manusia.
2. Tipe A,B,C,D san E
3. Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum
adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna
dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan
pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.
4.
A. Pelayanan Medik Umum
Pelayanan medik dasar
Pelayanan medik gigi mulut
Pelayanan KIA/KB
B. Pelayanan Gawat Darurat
24 jam dan 7 hari seminggu
C. Pelayanan Medik Spesialis Dasar
Penyakit dalam
Kesehatan anak
Bedah
Obstetri dan ginekologi
D. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik
Radiologi
Patologi klinik
Anastesiologi
Rehabilitasi medik
Patologi anatomi
E. Pelayanan Medik Spesialistik Lain
Mata
Telinga hidung tenggorokan
Syaraf
Jantung dan pembuluh darah
Kulit dan kelamin
Kedokteran jiwa
Paru
Orthopedi
Urologi
Bedah Syaraf
Bedah plastik
Kedokteran forensik
F. Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut
Bedah mulut
Konservasi/Endodonsi
Orthodonti
Periodonti
Prosthodonti
Pedodonsi
Penyakit mulut
G. Pelayanan Medik Subspesialis
Bedah
Penyakit dalam
Kesehatan anak
Obstetri dan ginekologi
Mata
Telinga hidung tenggorokan
Syaraf
Jantung dan pembuluh darah
Kulit dan kelamin
Jiwa
Paru
Orthopedi
Gigi mulut
5. Perumusan kebijakan RS
Penyusunan Rencana Strategik RS
Penyelenggaraan pelayanan umum dibidang kesehatan
Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan,
program dan kegiatan Rumah Sakit
6. pelayanan medis, penunjang medis, keperawatan, sumber daya
manusia, keuangan dan adminitrasi, pelayanan umum, pemasaran,
manajemen infus, QUMR, kebersihan dan keselamatan kerja,
perinasia/kamar bayi, dan penyebaran bahan-bahan berbahaya dari
rumah sakit.
7. A. Direktur
B. Wakil direktur
C. Kepala Sub bagian umum dan kepegawaian
D. Kepala sub bagian keuangan dan aset
E. Kepala sub bagian perencanaan
F. Kepala Bidang Pelayanan
 Skema

Dr. Gita Ayah dr. Gita (Direktur RS Tipe B)

Rumah Sakit

Tipe RS Rungsi RS SOP Organisasi RS

 Tujuan Pembelajaran
1. Indikator Pelayanan Rumah Sakit
2. Standar Akreditasi RS
3. SOP Rumah Sakit
4. Tipe RS
A. Indikator Pelayanan Rumah Sakit

Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk


mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit.
Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap.

1. BOR (Bed Occupancy Ratio =Angka penggunaan tempat tidur)


BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service
days to inpatient bed count days in a period under consideration”.
Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah presentase pemakaian
tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).

𝐵𝑂𝑅
Jumlah hari perawatan rumah sakit
= 𝑥 100%
Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu periode

2. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanyapasiendirawat)


AVLOS menurut Huffman (1994) adalah “The average
hospitalization stay of inpatient discharged during the period under
consideration”. AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama
rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan,
apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal
antara 6-9 hari (Depkes, 2005).

Jumlah lama dirawat


𝐴𝑉𝐿𝑂𝑆 =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi kesaat terisi berikutnya.
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat
tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

(Jumlah tempat tidur X Periode) − Hari perawatan


𝑇𝑂𝐼 =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

4. BTO (Bed Turn Over =Angka perputaran tempat tidur)


BTO menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect of changed
in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005)
adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali
tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu
tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)


𝐵𝑇𝑂 =
Jumlah tempat tidur

5. NDR (Net Death Rate)


NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam
setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini
memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Standar: <4.5%.
Semakin rendah NDR, suatu rumah sakit berarti mutu pelayanannya
semakin baik.

Jumlah pasien mati > 48 𝑗𝑎𝑚


𝑁𝐷𝑅 = 𝑥 100%
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

6. GDR (Gross Death Rate)


GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum
untuk setiap 1000 penderita keluar. Standar: <2.5%. Semakin rendah
GDR, berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik. Angka ini bias
digunakan untuk menilai mutu pelayanan jika angka kematian <48jam
tinggi.

Jumlah pasien mati seluruhnya


𝐺𝐷𝑅 = 𝑥 100%
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

B. Standar Akreditasi Rumah Sakit


Standar akreditasi rumah sakit yang dilakukan terdiri dari elemen
struktur, proses dan hasil (outcome). Struktur adalah fasilitas fisik, organisasi,
sumber daya manusia, sistem daya keuangan, peralatan medis dan non-medis,
AD/ART, kebijakan, SOP/Protap, program, dan sebagainya. Proses adalah
semua pelaksanaan operasional dari staf/unit/bagian RS kepada
pasien/keluarga/masyarakat pengguna jasa RS tersebut. Hasil (outcome)
adalah perubahan status kesehatan pasien, perubahan
pengetahuan/pemahaman serta perilaku yang mempengaruhi status
kesehatannya di masa depan, dan kepuasan pasien.

C. Manajemen Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang ada di rumah sakit terdiri dari : 1)


Tenaga kesehatan yang meliputi medis (dokter), paramedis(perawat) dan
paramedis non keperawatan yaitu apoteker, analis kesehatan, asisten apoteker,
ahli gizi, fisioterapis, radiographer, perekam medis. 2) Tenaga non kesehatan
yaitu bagian keuangan, administrasi, personalia dll.
Ada sebuah model manajemen SDM yang di kenal yaitu model 7P
yang merupakan kependekan dari Perencanaan – Penerimaan –
Pengembangan – Pembudayaan – Pendayagunaan – Pemeliharaan – Pensiun
yang keseluruhannya menggambarkan siklus kegiatan manajemen SDM
mulai dari perencanaan SDM sampai karyawan memasuki masa pensiun.
Penerapan model 7P di rumah sakit meliputi :
1. Perencanaan. Perencanaan merupakan aktivitas proses penetapan apa
yang ingin dicapai dan pengorganisasian sumberdaya untuk
mencapainya. Perencanaan sumber daya manusia meliputi jenis tenaga
yang dibutuhkan dan berapa jumlahnya yang disesuaikan dengan
lingkup pelayanan yang akan dilaksanakan. berapa jumlah dokternya,
perawatnya dan tenaga lainnya serta apakah perlu fisioterapis atau
tenaga yang lain tergantung lingkup pelayanannya. Lingkup pelayanan
ini biasanya ditentukan berdasarkan tipe rumah sakitnya. Lingkup
pelayanan rumah rumah sakit (tipe A/B/C/D) mempunyai standar
minimal. Misalnya untuk rumah sakit tipe C minimal pelayanan
medisnya adalah 4 besar spesialistik yaitu spesialis obsgyn, anak, bedah
dan dalam. Dengan adanya ketentuan tersebut maka tentu saja
perencanaan SDM di rumah sakit tipe C akan berbeda dengan tipe yang
lain.
2. Penerimaan. Penerimaan karyawan merupakan tahap yang sangat
kritis dalam manajemen SDM. Bukan saja karena biaya proses
penerimaan karyawan sangat mahal tetapi merekrut orang yang tidak
tepat ibarat menanam benih yang buruk. Ia akan menghasilkan buah
yang dapat merusak tatanan sebuah organisasi secara keseluruhan.
Rumah sakit perupakan sebuah organisasi pelayanan jasa yang sifat
produknya intangible (tidak bisa dilihat) tetapi bisa dirasakan. Dan
pelayanan ini hampir mutlak langsung diberikan oleh karyawan (bukan
oleh mesin/atau alat). Sehingga sikap, perilaku dan karakter karyawan
sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Oleh karena itu,
proses penerimaan SDM rumah sakit harus memperhatikan sikap,
perilaku dan karakter calon karyawan.
3. Pengembangan. Kompetensi SDM tidak terbentuk dengan otomatis.
Kompetensi harus dikembangkan secara terencana sesuai dengan
pengembangan usaha agar menjadi kekuatan untuk mendukung
pencapaian tujuan organisasi. Di rumah sakit diperlukan karyawan yang
selalu meningkat kompetensinya karena tehnologi, ilmu pengetahuan
tentang pelayanan kesehatan berkembang sangat pesat dari waktu
kewaktu. Adanya peralatan baru, metode perawatan yang berubah
merupakan contoh betapa perlunya pengembangan kompetensi.
Kegiatan pengembangan kompetensi ini antara lain pendidikan dan
pelatihan, pemagangan di rumah sakit lain, rotasi, mutasi.
4. Pembudayaan. Budaya perusahaan merupakan pondasi bagi organisasi
dan pijakan bagi pelaku yang ada didalamnya. Budaya organisasi
adalah norma-norma dan nilai-nilai positif yang telah dipilih menjadi
pedoman dan ukuran kepatutan perilaku para anggota organisai.
Anggota organisasi boleh pintar secara rasional, tetapi kalau tidak
diimbangi dengan kecerdasan emosional dan kebiasaan positif maka
intelektual semata akan dapat menimbulkan masalah bagi organisasi.
Pembentukan budaya organisasi merupakan salah satu lingkup dalam
manajemen SDM.
5. Pendayagunaan. The right person in the right place merupakan salah
satu prinsip pendayagunaan. Bagaimana kita menempatkan SDM yang
ada pada tempat atau tugas yang sebaik-baiknya sehingga SDM tersebut
bisa bekerja secara optimal. Ada SDM yang mudah bergaul, luwes,
sabar tetapi tidak telaten dalam hal keadministrasian. Mungkin SDM ini
cocok di bagian yang melayani publik daripada bekerja di kantor
sebagai administrator. Lingkup pendayagunaan ini adalah mutasi,
promosi, rotasi, perluasan tugas dan tanggung jawab.
6. Pemeliharaan. SDM merupakan manusia yang memiliki hak asasi
yang dilindungi dengan hukum. Sehingga SDM tidak bisa diperlakukan
semaunya oleh perusahaan karena bisa mengancam organisasi bila tidak
dikelola dengan baik. SDM perlu dipelihara dengan cara misalnya
pemberian gaji sesuai standar, jamisan kesehatan, kepastian masa
depan, membangun iklim kerja yang kondusif, memberikan
penghargaan atas prestasi dsb.
7. Pensiun. Dengan berjalannya waktu SDM akan memasuki masa
pensiun. Rumah sakit harus menghindari kesan ” habis manis sepah
dibuang”, dimana ketika karyawannya sudah masa pensiun kemudian di
keluarkan begitu saja. Karena itu sepatutnya rumah sakit
mempersiapkan karyawannya agar siap memasuki dunia purna waktu
dengan keyakinan. Ada banyak hal yang bisa disiapkan yaitu
pemberikan tunjangan hari tua yang akan diberikan pada saat karyawan
pensiun, pemberikan pelatihan-pelatihan khusus untuk membekali calon
purnakarya.
D. Peranan Standard Operating Procedure (SOP) Pelayan terhadap Mutu
Pelayanan Rumah Sakit
SOP adalah suatu perangkat instruksi atau langkah kegiatan yang
dibakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. (Depkes RI, 2004). SOP
merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui
untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. (KARS, 2000)

Tujuan SOP
1. Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja
petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.
2. Sebagai acuan (check list) dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi
sesame pekerja, supervisor, surveior, dan lain-lain.
3. Merupakan salah satu cara atau parameter dalam meningkatkan mutu
pelayanan.
4. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi.
5. Memperjelas alur tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari
petugas/pegawai terkait.
6. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek
atau kesalahan administrasi lainnya.
7. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi, dan
inefisiensi.
8. Sebagai dokumen pelatihan bagi pelatih.

Manfaat SOP
1. Memberikan penjelasan tentang prosedur kegiatan secara detail dan
terinci dengan jelas dan sebagai dokumentasi aktivitas perusahaan.
2. Meminimalisasi variasi dan kesalahan dalam suatu prosedur operasional
kerja.
3. Mempermudah dan menghemat waktu dan tenaga dalam program
training karyawan.
4. Menyamaratakan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh semua pihak.
5. Membantu dalam melakukan evaluasi dan penilaian terhadap setiap
proses operasional dalam perusahaan.
6. Membantu mengendalikan dan mengantisipasi apabila terdapat suatu
perubahan kebijakan.
7. Mempertahankan kualitas perusahaan melalui konsistensi kerja karena
perusahaan telah memilki sistem kerja yang sudah jelas dan terstruktur
secara sistematis.

Macam SOP
1. SOP Pelayanan
Berkaitan dengan pelayanan pada pasien. Meliputi unsur tata
cara pelayanan antara lain: komunikasi (cara dan isi),
sikap tubuh. Contoh: SOP Pelayanan Front Office, SOP
Pelayanan Apotik, SOP Pelayanan Poli, SOP Pelayanan Doorkeeper,
SOP Pelayanan Parkir.
2. SOP Administrasi
Berkaitan dengan proses administrasi di unit yang bersangkutan.
Proses dapat berkaitan dengan pasien. Contoh : SOP Proses Pengisian
Rekam Medis, SOP Proses Permintaan Obat, SOP Proses Pencatatan
Keuangan, SOP Kalibrasi Alat Medis.
3. SOP Keamanan dan Keselamatan
Berkaitan dengan tindakan untuk menjaga keselamatan dan keamanan
pelayanan pada pasien. Tidak berkaitan dengan pasien namun
memberikan pengaruh pada customer (petugas dan pasien). Contoh: SOP
Penyimpanan Obat, SOP Penanganan Jarum Suntik Bekas, SOP Cuci
Tangan Petugas, SOP Pemusnahan Obat Kadaluarsa.

Prinsip Pembuatan SOP :


1. Mudah dimengerti dan jelas. Harus dapat mudah dimengerti dan
diterapkan oleh semua pegawai bahkan pegawai baru pun dapat
melaksanakan tugasnya.
2. Dibuat efisien dan efektif. Merupakan prosedur yang paling efisien dan
efektif dalam proses pelaksanaan tugas.
3. Harus ada keselarasan. Harus selaras dengan prosedur standar lain yang
terkait.
4. Dapat terukur. Output dari segala prosedur yang distandarkan
mengandung standar kualitas (mutu) tertentu yang dapat diukur
pencapaian keberhasilannya.
5. Dinamis. Harus cepat dapat disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan
kualitas pelayanan yang berkembang dalam penyelenggaraan
pemerintahan.
6. Berorientasi pada pengguna (mereka yang dilayani). Harus
mempertimbangkan kebutuhan pihak yang dilayani sehingga dapat
memberikan kepuasan pengguna.
7. Kepatuhan hukum. Harus memenuhi ketentuan dan peraturan-peraturan
pemerintah yang berlaku.
8. Perlu adanya kepastian hukum. Harus ditetapkan oleh pimpinan sebagai
sebuah produk hukum yang ditaati, dilaksanakan, dan menjadi instrumen
untuk melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum.
9. Transparansi dan Keterbukaan. Transparansi bahwa setiap prosedur yang
dilaksanakan harus transparan. Keterbukaan bahwa prosedur yang ada
siap untuk menerima masukan dari masyarakat.
Klaisfikasi Rumah sakit menurut PERMENKES no 56 ttahun 2014

Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 diklasifikasikan


menjadi:
a. Rumah Sakit Umum Kelas A;
b. Rumah Sakit Umum Kelas B;
c. Rumah Sakit Umum Kelas C; dan
d. Rumah Sakit Umum Kelas D.
(2) Rumah Sakit Umum Kelas D sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
diklasifikasikan menjadi:
a. Rumah Sakit Umum Kelas D; dan
b. Rumah Sakit Umum Kelas D pratama.
(3) Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 diklasifikasikan
menjadi:
a. Rumah Sakit Khusus Kelas A;
b. Rumah Sakit Khusus Kelas B; dan
c. Rumah Sakit Khusus Kelas C.
Pasal 13
(1) Penetapan klasifikasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) didasarkan pada:
a. pelayanan;
b. sumber daya manusia;
c. peralatan; dan
d. bangunan dan prasarana.
(2) Bangunan dan prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d harus memenuhi persyaratan tata bangunan dan lingkungan serta
persyaratan keandalan bangunan dan prasarana Rumah Sakit.

Você também pode gostar

  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento2 páginas
    Daftar Pustaka
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • SOAL KULITyyyhhg
    SOAL KULITyyyhhg
    Documento4 páginas
    SOAL KULITyyyhhg
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • Mata 5
    Mata 5
    Documento15 páginas
    Mata 5
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • Soal Mata Mugia
    Soal Mata Mugia
    Documento1 página
    Soal Mata Mugia
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • Tinea Corporis
    Tinea Corporis
    Documento12 páginas
    Tinea Corporis
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • Soal
    Soal
    Documento1 página
    Soal
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • Anak 1 Bulan
    Anak 1 Bulan
    Documento1 página
    Anak 1 Bulan
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • PITIRIASIS ROSEA
    PITIRIASIS ROSEA
    Documento24 páginas
    PITIRIASIS ROSEA
    artha2damo
    0% (1)
  • Cover 1
    Cover 1
    Documento1 página
    Cover 1
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • Cover Tugas
    Cover Tugas
    Documento1 página
    Cover Tugas
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • Psoriasis
    Psoriasis
    Documento16 páginas
    Psoriasis
    Didy Febrian
    Ainda não há avaliações
  • PPT Eritroderma
    PPT Eritroderma
    Documento1 página
    PPT Eritroderma
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar Refarat Tinea Corporis
    Kata Pengantar Refarat Tinea Corporis
    Documento1 página
    Kata Pengantar Refarat Tinea Corporis
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi Refarat Pityriasis Rosea
    Daftar Isi Refarat Pityriasis Rosea
    Documento1 página
    Daftar Isi Refarat Pityriasis Rosea
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • PPT Eritroderma
    PPT Eritroderma
    Documento49 páginas
    PPT Eritroderma
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • KATA PENGANTAR Saraf
    KATA PENGANTAR Saraf
    Documento2 páginas
    KATA PENGANTAR Saraf
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • Pityriasis Rosea
    Pityriasis Rosea
    Documento1 página
    Pityriasis Rosea
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • Cover Psoariasis Vulgaris
    Cover Psoariasis Vulgaris
    Documento1 página
    Cover Psoariasis Vulgaris
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • Cover Pityriasis Rosea
    Cover Pityriasis Rosea
    Documento1 página
    Cover Pityriasis Rosea
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • Pityriasis Rosea
    Pityriasis Rosea
    Documento15 páginas
    Pityriasis Rosea
    Annisa Sarindah
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi Refarat Pityriasis Rosea
    Daftar Isi Refarat Pityriasis Rosea
    Documento1 página
    Daftar Isi Refarat Pityriasis Rosea
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • Tinea Corporis
    Tinea Corporis
    Documento12 páginas
    Tinea Corporis
    Chiang Weng
    100% (3)
  • Cover Tinea Corporis
    Cover Tinea Corporis
    Documento1 página
    Cover Tinea Corporis
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • Cover Bedah
    Cover Bedah
    Documento1 página
    Cover Bedah
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar Refarat Pityriasis Rosea
    Kata Pengantar Refarat Pityriasis Rosea
    Documento1 página
    Kata Pengantar Refarat Pityriasis Rosea
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • Cover SARAF
    Cover SARAF
    Documento1 página
    Cover SARAF
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi Refarat Pityriasis Rosea
    Daftar Isi Refarat Pityriasis Rosea
    Documento1 página
    Daftar Isi Refarat Pityriasis Rosea
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • DAFTAR PUSTAKA Referat
    DAFTAR PUSTAKA Referat
    Documento1 página
    DAFTAR PUSTAKA Referat
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • Cover SARAF
    Cover SARAF
    Documento1 página
    Cover SARAF
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações
  • Soal Kulit
    Soal Kulit
    Documento1 página
    Soal Kulit
    Rafis Eko Setiawan
    Ainda não há avaliações