Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
“ARTHRITIS REUMATOID”
2018
KATA PENGANTAR
Rematik merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar luas
diseluruh dunia yang secara simetris mengalami peradangan sehingga akan terjadi
pembengkakan, nyeri dan ahirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi
dan akan mengganggu aktivitas/pekerjaan penderita (Junaidi, 2006). Rematik
lebih sering terjadi pada orang mempunyai aktivitas yang berlebih dalam
menggunakan lutut seperti pedagang keliling, dan pekerja yang banyak jongkok
karena terjadi penekanan yang berlebih pada lutut, umumnya semakin berat
aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam kegiatan sehari-hari maka pasien
akan lebih sering mengalami Rematik terutama pada bagian sendi dan lebih sering
terjadi pada pagi hari. Penyakit peradangan sendi biasanya dirasakan terutama
pada sendi-sendi bagian jari dan pergelangan tangan, lutut dan kaki, dan pada
stadium lanjut penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan kualitas
hidupnya akan menurun (Sarwono, 2001). Oleh karena itu pola makan yang salah
menjadi salah satu pencetus terjadinya kekambuhan. Di mana pola makan yang
sehat sebaiknya dimulai dengan mengadakan perubahan-perubahan kecil pada
makanan yang kita pilih, juga mengurangi makanan dapat mempengaruhi
kekambuhan Rematik seperti, produk kacang-kacangan seperti susu kacang,
kacang buncis, organ dalam hewan seperti; usus, hati, limpa, paru, otak, dan
jantung, makanan kaleng seperti, sarden, kornet sapi, makanan yang dimasak
menggunakan santan kelapa, beberapa jenis buah-buahan seperti durian, air kelapa
muda dan produk olahan melinjho, minuman seperti alkohol dan sayur seperti
kangkung dan bayam (Putri, 2012). Berdasarkan survei awal yang peneliti
lakukan pada tanggal 13 Oktober 2016 di Puskesmas Beo Kabupaten Talaud
kepada 2 orang penderita Rematik yang berusia ± 34 tahun, 7 orang perempuan
diantaranya sering mengalami ngilu/nyeri pada persendian tangan dan susa dalam
melakukan aktivitas seharihari, 2 orang laki-laki mengatakan nyeri pada
persendian kaki dan susah dalam melakukan aktivitas seperti jalan kaki, susah
untuk berdiri akibat nyeri persendian, 1 orang diantaranya tidak mengetahui tanda
dan gejala, serta cara mengatasi penyakit Rematik tersebut, 4 orang diantarannya
memiliki berat badan lebih (obesitas), 4 diantaranya mengatakan keluhan kembali
dirasakan saat melakukan aktivitas/pekerjaan yang berat, maka kakinya terasa
nyeri pada persendian tulang sehingga penderita merasa kesulitan dalam
melakukan aktivitas, 3 orang diantaranya mengatakan jika sehabis mengonsumsi
makanan yang mengandung purin seperti kacang-kacangan maka penderita akan
merasakan nyeri pada persendian tulang, dan penderita mengatakan ketika terjadi
kekambuhan penderita hanya membeli obat-obatan di warung seperti, Bode,
Asmefenamat dan tumbuhan tradisional lainya, peneliti juga telah melakukaan
diskusi bersama salah satu tenaga kesehatan di Wilayah kerja Puskesmas Beo
mengatakan terdapat 15 lansia yang sering mengalami kekambuhan rematik dari
20 lansia yang datang berobat ke Puskesmas tersebut. Dan penderita rematik lebih
banyak perempuan dari pada laki-laki, banyak masyarakat yang tidak mengetahui
apa tanda dan gejala serta tidak tau tentang penyakit rematik tersebut (Bawarodi et
al., 2017).
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dari Arthritis rematoid
2. Untuk memahami etiologi Arthritis rematoid
3. Untuk memahami patofisiologi Arthritis rematoid
4. Untuk memahami tanda dan gejala dari Arthritis rematoid
5. Untuk memahami klasifikasi Arthritis rematoid
6. Untuk memahami pemeriksaan penunjang Arthritis rematoid
7. Untuk memahami penatalaksanaan Arthritis rematoid
8. Untuk memahami asuhan keperawatan Arthritis rematoid
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
2.2 Etiologi
2.3 Patofiologis
Fagositosis komplek imun oleh sel radang akan disertai oleh pembentukan
dan pembebasan radikal oksigen bebas, produksi protease, kolagenase dan enzim-
enzim hidrolitik lainnya. Enzim-enzim ini akan menyebabkan destruksi jaringan
sendi, memecahkan tulang rawan, ligamentum, tendon dan tulang pada sendi.
Proses ini diduga adalah bagian dari suatu respon autoimun terhadap antigen yang
diproduksi secara local. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga
terjadi edema, proliferasi membrane sinoval (Ns. Reny Yuli Aspiani, 2014)
a. Arthritis rheumatoid klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
b. Arthritis rheumatoid deficit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
c. Probable arthritis rheumatoid pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
d. Possible arthritis rheumatoid pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 3 bulan (Ns. Reny Yuli Aspiani, 2014)
2.6 Pemeriksaan penunjang
a. Tes factor reumathoid biasanya positif pada lebih dari 75% pasien arthritis
rheumatoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien
leprae, tuberculosis paru, sirosis hepatis, hepatitis infeksiosa, endokarditris
bakterialis, penyakit kolagen dan sarkoidosis.
b. Pemeriksaan laju endap darah (LED) :
1) Protein C-reaktif biasanya meningkat
2) Leukosit normal atau leukosit meningkat sedikit
3) Trombosit meningkat
4) Kadar albumin serum turun dan globulin naik
c. Pada pemeriksaan rongent ,semua sendi dapat terkena tetapi yang tersering
adalah metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka juga sering
terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak dan
demineralisasi jukstra articular kemudian terjadi penyempitan ruang sendi
dan erosi.
2.7 Penatalaksanaan
a. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang
akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan
pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama
b. OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid) diberikan sejak dini untuk
mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai.
c. DMARD (Disease Modifying Antireumathoid Drugs) digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat arthritis
reumatoid.
d. Rehabilitasi, bertujuan meningkatkan kualitas harapan hidup pasien.
Caranya dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan pemanasan
dan sebagainya (Ns. Reny Yuli Aspiani, 2014)
2.8.1 Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
Manifestasi awal pada penyakit ini berupa :
1. Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan atau tungkai
2. Rasa tidaknyaman terjadi beberapa periode waktu sebelum pasien
mengetahui sebelum pasien mengetahui dan merasakan adanya
perubahan pada sendi
b. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral),
amati warna kulit, ukuran dan pembengkakan.
2. Lakukan pengukuran “passive range of motion” pada sendi-sendi
sinovial :
a) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
b) Catat bila ada krepitasi
c) Catat bila nyeri terjadi saat sendi digerakkan
3. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skeletal secara bilateral:
a) Catat bila ada atrofi, tonus otot yang berkurang
b) Ukur kekuatan otot
4. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
5. Kaji aktifitas atau kegiatan sehari-hari
c. riwayat psikososial
pasien dengan remathoid arthritis mungkin merasakan adanya kecemasan
yang cukup tinggi apalagi pada pasien yang mengalami devormitas pada
sendi-sendi. Pasien merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah yang
disebabkan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body
image atau citra tubuh dan harga diri
b. Batasan karakteristik
d. Intervensi keperawatan
Pada intervensi keperawatan ini penulis menjabarkan rencana apa saja
yang nantinya akan dilaksanakan pada pasien dengan arthrtitis rheumatoid
1) Kaji tingkat nyeri pasien
2) Observasi tanda-tanda vital pasien
3) Berikan tindakan keperawatan seperti kompres hangat, masase, pengaturan
posisi tidur, dan anjurkan klien istirahat dengan cukup
4) Tingkatkan kualitas tidur pasien untuk mengatasi masalah nyeri, mencegah
keletiihan fisik.
5) Pengaturan posisi tubuh yang benar saat tidur mengurangi stress pada sendi
6) Dorong pasien untuk lebih bertanggung jawab terhadap perilakunya sendiri
(Wibowo & Zen, 2017)
e. Implementasi
Pada implementasi ini penulis menuliskan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien
1) Mengkaji tingkat nyeri pasien
2) Mengobservasi tanda-tanda vital pasien
3) Memberikan tindakan keperawatan seperti kompres hangat, masase,
pengaturan posisi tidur, dan menganjurkan klien istirahat dengan cukup
4) Meningkatkan kualitas tidur pasien untuk mengatasi masalah nyeri, mencegah
keletihan fisik.
5) Memberikan posisi tidur yang nyaman untuk mengurangi stress sendi dengan
cara pasien berbaring datar di atas kasur dengan kepala di beri bantal hanya
satu saja dan kedua kaki di letakkan pada papan penyangga kaki.
f. Evaluasi
1.1 Kesimpulan
Arthritis rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami perdangan, sehingga
terjadi pembengkakakn, nyeri dan sering kali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi. Tanda dan gejala pada umumnya berupa nyeri pada
persendian, bengkak (reumatid nodule), dan kekakuan pada sendi terutama setelah
bangun pada pagi hari.
1.2 Saran
Mengingat arthritis reumatid merupakan penyakit yang banyak dijumpai pada
lansia namun tidak menutup kemungkinan untuk menyerang usia muda maka
penanganan penyakit ini diupayakan secara maksimal dengan peningkatan,
prasarana dan sarana kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ns. Reny Yuli Aspiani, S. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik
Aplikasi NANDA, NIC dan NOC - Jilid 1. Jakarta : CV. TRANS INFO
MEDIA.
Wilkinson, J. M., Ns. Esty Wahyuningsih, S., & Ns. Wuri Praptiani, S. (2016).
DIAGNOSIS KEPERAWATAN: DIAGNOSIS NANDA-I, INTERVENSI
NIC, HASIL NOC, Ed.10 Wilkinson, Judith M. Jakarta: EGC.
RISNANTO, & Insani, U. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah Sistem Muskuloskeletal. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.
Bawarodi, F., Rottie, J. & Malara, R., 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kekambuhan Penyakit Rematik di Wilayah Puskesmas Beo
Kabupaten Talaud. e-journal Keperawatan (e-Kp), V(1), pp.1-7.