Você está na página 1de 17

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“ARTHRITIS REUMATOID”

Disusun Oleh Kelompok 6 :

1. Angesti Dwi Ningrum Handayani : 162303101012

2. Firliana Anggraeni S. : 162303101049

3. Henni Rafika Murni : 162303101053

4. Novita Sari Trisno Wibowo : 162303101091

5. Risa Rosyida : 162303101111

6. Muhammad Nizarudin : 162303101077

KEMENRISTEK DIKTI UNIVERSITAS JEMBER

PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur di panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat serta hidayah-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah berupa makalah dengan
judul “Arthritis Reumatoid” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu per satu, yang telah membantu menyiapkan dan memberi
masukan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis ini dapat
bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi pembaca.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah
ini, namun bukan mustahil dalam penulisan Kaya Tulis Ilmiah ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan baik materi maupun penyajian. Oleh karena itu,
diharapkan saran dan komentar yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam
menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang.
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rematik adalah penyakit inflamasi sistemik kronis, inflamasi sistemik yang


dapat mempengaruhi banyak jaringan dan organ, tetapi terutama menyerang
fleksibel (sinovial) sendi. Menurut World Health Organisation (WHO) (2016) 335
juta penduduk di dunia yang mengalami Rematik. Sedangkan prevalensi Rematik
tahun 2004 di Indonesia mencapai 2 juta jiwa, dengan angka perbandingan pasien
wanita tiga kali lipatnya dari laki-laki. Di Indonesia jumlah penderita Rematik
pada tahun 2011 diperkirakan prevalensinya mencapai 29,35%, pada tahun 2012
prevalensinya sebanyak 39,47%, dan tahun 2013 prevalensinya sebanyak 45,59%
dan pada tahun 2014 prevalensi Rematik di Sulawesi Utara sebanyak 24,7%.
Rematik adalah suatu penyakit yang menyerang sendi, dan dapat menyerang siapa
saja yang rentan terkena penyakit rematik. Oleh karena itu, perlu kiranya
mendapatkan perhatian yang serius karena penyakit ini merupakan penyakit
persendian sehingga akan mengganggu aktivitas seseorang dalam kehidupan
seharihari. Rematik paling banyak ditemui dan biasanya dari faktor, genetik, jenis
kelamin, infeksi, berat badan/obesitas, usia, selain ini faktor lain yang
mempengaruhi terhadap penyakit Rematik adalah tingkat pengetahuan penyakit
Rematik sendiri memang masih sangat kurang, baik pada masyarakat awam
maupun kalangan medis (Mansjoer, 2011).

Rematik merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar luas
diseluruh dunia yang secara simetris mengalami peradangan sehingga akan terjadi
pembengkakan, nyeri dan ahirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi
dan akan mengganggu aktivitas/pekerjaan penderita (Junaidi, 2006). Rematik
lebih sering terjadi pada orang mempunyai aktivitas yang berlebih dalam
menggunakan lutut seperti pedagang keliling, dan pekerja yang banyak jongkok
karena terjadi penekanan yang berlebih pada lutut, umumnya semakin berat
aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam kegiatan sehari-hari maka pasien
akan lebih sering mengalami Rematik terutama pada bagian sendi dan lebih sering
terjadi pada pagi hari. Penyakit peradangan sendi biasanya dirasakan terutama
pada sendi-sendi bagian jari dan pergelangan tangan, lutut dan kaki, dan pada
stadium lanjut penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan kualitas
hidupnya akan menurun (Sarwono, 2001). Oleh karena itu pola makan yang salah
menjadi salah satu pencetus terjadinya kekambuhan. Di mana pola makan yang
sehat sebaiknya dimulai dengan mengadakan perubahan-perubahan kecil pada
makanan yang kita pilih, juga mengurangi makanan dapat mempengaruhi
kekambuhan Rematik seperti, produk kacang-kacangan seperti susu kacang,
kacang buncis, organ dalam hewan seperti; usus, hati, limpa, paru, otak, dan
jantung, makanan kaleng seperti, sarden, kornet sapi, makanan yang dimasak
menggunakan santan kelapa, beberapa jenis buah-buahan seperti durian, air kelapa
muda dan produk olahan melinjho, minuman seperti alkohol dan sayur seperti
kangkung dan bayam (Putri, 2012). Berdasarkan survei awal yang peneliti
lakukan pada tanggal 13 Oktober 2016 di Puskesmas Beo Kabupaten Talaud
kepada 2 orang penderita Rematik yang berusia ± 34 tahun, 7 orang perempuan
diantaranya sering mengalami ngilu/nyeri pada persendian tangan dan susa dalam
melakukan aktivitas seharihari, 2 orang laki-laki mengatakan nyeri pada
persendian kaki dan susah dalam melakukan aktivitas seperti jalan kaki, susah
untuk berdiri akibat nyeri persendian, 1 orang diantaranya tidak mengetahui tanda
dan gejala, serta cara mengatasi penyakit Rematik tersebut, 4 orang diantarannya
memiliki berat badan lebih (obesitas), 4 diantaranya mengatakan keluhan kembali
dirasakan saat melakukan aktivitas/pekerjaan yang berat, maka kakinya terasa
nyeri pada persendian tulang sehingga penderita merasa kesulitan dalam
melakukan aktivitas, 3 orang diantaranya mengatakan jika sehabis mengonsumsi
makanan yang mengandung purin seperti kacang-kacangan maka penderita akan
merasakan nyeri pada persendian tulang, dan penderita mengatakan ketika terjadi
kekambuhan penderita hanya membeli obat-obatan di warung seperti, Bode,
Asmefenamat dan tumbuhan tradisional lainya, peneliti juga telah melakukaan
diskusi bersama salah satu tenaga kesehatan di Wilayah kerja Puskesmas Beo
mengatakan terdapat 15 lansia yang sering mengalami kekambuhan rematik dari
20 lansia yang datang berobat ke Puskesmas tersebut. Dan penderita rematik lebih
banyak perempuan dari pada laki-laki, banyak masyarakat yang tidak mengetahui
apa tanda dan gejala serta tidak tau tentang penyakit rematik tersebut (Bawarodi et
al., 2017).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Arthritis rematoid?
2. Bagaimana etiologi Arthritis rematoid?
3. Bagaimana patofisiologi Arthritis rematoid?
4. Bagaimana tanda dan gejala dari Arthritis rematoid?
5. Bagaimana klasifikasi dari Arthritis rematoid?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang Arthritis rematoid?
7. Bagaimana penatalaksanaan Arthritis rematoid?
8. Bagaimana asuhan keperawatan dari Arthritis rematoid?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dari Arthritis rematoid
2. Untuk memahami etiologi Arthritis rematoid
3. Untuk memahami patofisiologi Arthritis rematoid
4. Untuk memahami tanda dan gejala dari Arthritis rematoid
5. Untuk memahami klasifikasi Arthritis rematoid
6. Untuk memahami pemeriksaan penunjang Arthritis rematoid
7. Untuk memahami penatalaksanaan Arthritis rematoid
8. Untuk memahami asuhan keperawatan Arthritis rematoid
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Arthritis rematoid merupakan penyakit imflamasi non bacterial yang


bersifat sistemik progresif, cenderung kronis yang menyerang berbgai sistem
organ. Artritis dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi,
olahraga yang teratur, pengaturan berat badan seimbang, tidak melakukan aktifitas
fisik yang berlebihan makin sering lansia melakukan aktivitas yang berlebihan
atau kurangnya pergerakan tubuh akan menambah resiko terjadinya penyakit
arthritis rematoid (Situmorang, 2017).

Rhematoid arthritis adalah penyakit peradangan atau inflamotorik


progresif, sistematik dan kronis sering terjadi pada wanita dengan perbandingan
3:2 lebih banyak daripada laki-laki yang menyerang pad usia antara 25-35 tahun.
Infeksi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial disertai edema, kongesti
vasculer eksudatdan infiltrasi seluler (RISNANTO & Insani, 2015).

2.2 Etiologi

Penyebab arthritis rheumatoid belum diketahui secara pasti walaupun


banyak hal mengenai patogenesisnya telah terungkap. Factor genetic dan beberapa
factor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini.
Kecenderungan wanita untuk menderita Arthritis Reumatoid dan sering dijumpai
remisi pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatnya factor
keseimbangan hormonal sebagai salah satu factor yang berpengaruh terhadap
penyakit ini. Walaupun demikian, karena pembenaran hormone estrogen eksternal
tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga
kini belum berhasil dipastikan bahwa factor hormonal memang merupakan
penyebab penyakit ini (Ns. Reny Yuli Aspiani, 2014)

Sejak tahun 1930 infeksi telah diduga merupakan penyebab Arthritis


reumatoid. Dugaan factor infeksi timbul karena umumnya omset penyakit ini
terjadi secara mendadak dan timbul disertai oleh gambaran inflamasi yang
mencolok. Walaupun hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi suatu
organisme dari jaringan synovial, hal ini tidak menyingkirkan kemungkinan
bahwa terdapat suatu komponen peptidoglikan atau endotoksin mikroorganisme
yang dapat mencetuskan terjadinya Arthritis reumatoid. Agen infeksius yang
diduga merupakan penyebab Arthritis reumatoi antara lain bakteri, mikoplasma
atau virus (Ns. Reny Yuli Aspiani, 2014)

2.3 Patofiologis

Fagositosis komplek imun oleh sel radang akan disertai oleh pembentukan
dan pembebasan radikal oksigen bebas, produksi protease, kolagenase dan enzim-
enzim hidrolitik lainnya. Enzim-enzim ini akan menyebabkan destruksi jaringan
sendi, memecahkan tulang rawan, ligamentum, tendon dan tulang pada sendi.
Proses ini diduga adalah bagian dari suatu respon autoimun terhadap antigen yang
diproduksi secara local. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga
terjadi edema, proliferasi membrane sinoval (Ns. Reny Yuli Aspiani, 2014)

Masuknya sel radang kedalam sinoval akibat pengendapan komplekimun


yang menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen paling
destruktif dalam patogenesis Arthritis reumatoid. Pannus merupakan jaringan
granulasi yang terdiri dari sel fibroblast yang berproliferasi, mikrovaskuler dan
berbagai jenis sel radang, pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang, akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi
yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot
akan mengalami perubahan degenerative dengan menghilangkan elastisitas otot
dan kekuatan kontraksi otot. Selain itu juga akan timbul rasa nyeri
,pembengkakan, panas, eritmea , dan gangguan fungsi pada sendi akibat proses
inflamasi (Brunner &Suddarth. 2001) dalam (Ns. Reny Yuli Aspiani, 2014)

2.4 Tanda dan Gejala

Ada beberapa gejala yang lazim ditemukan pada penderita Arthritis


reumatoid. Gejala klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang beramaan
oleh karena penyakit ini memiliki gejala klinis yang sangat bervariasi (Ns. Reny
Yuli Aspiani, 2014).

a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anorexia, berat badan menurun


dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
b. Pentingnya untuk membedakan nyeri yang disebabkan perubahan mekanis
dengan nyeri yang disebabkan inflamasi. Nyeri yang timbul setelah aktivitas
dan hilang setelah istirahat serta tidak timbul di pagi hari merupakan tanda
nyeri mekanis. Sebaliknya nyeri inflamasi akan bertambah berat pada pagi
hari saat bangun tidur dan disertai kaku sendi atau nyeri yang hebat pada awal
gerak dan berkurang setelah melakukan aktivitas.
c. Kekauan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat generlisata tetapi
terutama menyerang sendi-sendi, kekauan ini berbeda dengan kekauan sendi
pada osteoarthritis yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit
dan selalu berkurang dari 1 jam (Ns. Reny Yuli Aspiani, 2014).

2.5 Klasifikasi Arthritis Reumatoid

Buffer (2010) mengklasifikasi arthritis rheumatoid menjadi 4 tipe, yaitu:

a. Arthritis rheumatoid klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
b. Arthritis rheumatoid deficit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
c. Probable arthritis rheumatoid pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
d. Possible arthritis rheumatoid pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 3 bulan (Ns. Reny Yuli Aspiani, 2014)
2.6 Pemeriksaan penunjang

Tidak banyak berperan dalam diagnosis arthritis rheumatoid namun dapat


menyokong bila terdapat kergauan atau untuk melihat prognosis pasien. Pada
pemeriksaan laboratorium terdapat: (Ns. Reny Yuli Aspiani, 2014)

a. Tes factor reumathoid biasanya positif pada lebih dari 75% pasien arthritis
rheumatoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien
leprae, tuberculosis paru, sirosis hepatis, hepatitis infeksiosa, endokarditris
bakterialis, penyakit kolagen dan sarkoidosis.
b. Pemeriksaan laju endap darah (LED) :
1) Protein C-reaktif biasanya meningkat
2) Leukosit normal atau leukosit meningkat sedikit
3) Trombosit meningkat
4) Kadar albumin serum turun dan globulin naik
c. Pada pemeriksaan rongent ,semua sendi dapat terkena tetapi yang tersering
adalah metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka juga sering
terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak dan
demineralisasi jukstra articular kemudian terjadi penyempitan ruang sendi
dan erosi.

2.7 Penatalaksanaan
a. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang
akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan
pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama
b. OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid) diberikan sejak dini untuk
mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai.
c. DMARD (Disease Modifying Antireumathoid Drugs) digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat arthritis
reumatoid.
d. Rehabilitasi, bertujuan meningkatkan kualitas harapan hidup pasien.
Caranya dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan pemanasan
dan sebagainya (Ns. Reny Yuli Aspiani, 2014)

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan

Pada konsep asuhan keperawatan ini penulis membahas tentang


pengkajian apa saja yang di gunakan untuk pasien yang menderita arthritis
rheumatoid, riwayat penyakit pasien, pemeriksaan fisik, dan penulis menjabarkan
tentang diagnosa yang sering muncul pada pasien arthritis rheumatoid yaitu nyeri
kronis dimana ada batasan karakteristik nyeri kronis, factor yang berhubungan,
intervensi dan implementasi, serta evaluasi.

2.8.1 Pengkajian

Pengkajian pada pasien lansia yang menderita arthritis rheumatoid adalah


salah satu komponen proses keperawatan yang dilakukan perawat dalam dalam
menggali masalah klien. Pengkajian keperawatan dilakukan dengan
mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara menyeluruh, akurat,
singkat, dan berkesinambungan (Muttaqin, 2009)

a. Riwayat keperawatan
Manifestasi awal pada penyakit ini berupa :
1. Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan atau tungkai
2. Rasa tidaknyaman terjadi beberapa periode waktu sebelum pasien
mengetahui sebelum pasien mengetahui dan merasakan adanya
perubahan pada sendi
b. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral),
amati warna kulit, ukuran dan pembengkakan.
2. Lakukan pengukuran “passive range of motion” pada sendi-sendi
sinovial :
a) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
b) Catat bila ada krepitasi
c) Catat bila nyeri terjadi saat sendi digerakkan
3. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skeletal secara bilateral:
a) Catat bila ada atrofi, tonus otot yang berkurang
b) Ukur kekuatan otot
4. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
5. Kaji aktifitas atau kegiatan sehari-hari
c. riwayat psikososial
pasien dengan remathoid arthritis mungkin merasakan adanya kecemasan
yang cukup tinggi apalagi pada pasien yang mengalami devormitas pada
sendi-sendi. Pasien merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah yang
disebabkan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body
image atau citra tubuh dan harga diri

2.8.2 Diagnosa Keperawatan

Nyeri Kronis berhubungan dengan ketunadayaan fisik atau psikososial kronis


(mis kanker metastasis, cedera neurologis, arthritis) (Wilkinson, Ns. Esty
Wahyuningsih, & Ns. Wuri Praptiani, 2016).

a. Definisi nyeri kronis

Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan dengan


kerusakan jaringan actual atau potensial atau digambarkan sebagai suatu
kerusakan (international association for the study of pain); awitan yang tiba-tiba
atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat, terjadi konstan atau
berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih
dari 3 bulan (Wilkinson, Ns. Esty Wahyuningsih, & Ns. Wuri Praptiani, 2016).

b. Batasan karakteristik

Mengungkapkan secara verbal atau dengan isyarat atau menunjukkan bukti


sebagai berikut:
1) Depresi
2) Keletihan
3) Takut kembali cedera
4) Nyeri
5) Anoreksia
6) Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien
yang tidak dapat mengungkapkannya (mis, Neonatal infant pain scale, pain
assessment checklist for senior with limited ability to communicate).
7) Ekspresi wajah nyeri (mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan
mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)
8) Perilaku melindungi
9) Iritabilitas
10) Perilaku protektif yang dapat diamati
11) Penurunan interaksi dengan orang lain
12) Gelisah
13) Fokus pada diri sendiri
14) Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya
15) Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrument
nyeri (mis, McGill Pain Questionnaire, Brief pain inventory)
16) Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas (mis, anggota keluarga,
pemberi asuhan)
17) Perubahan pola tidur (Wilkinson, Ns. Esty Wahyuningsih, & Ns. Wuri
Praptiani, 2016)

c. Faktor yang berhubungan

Ketunadayaan fisik atau psikososial kronis (mis, kanker metastasis,


cederaneurologis, arthritis). (Wilkinson, Ns. Esty Wahyuningsih, & Ns. Wuri
Praptiani, 2016)

d. Intervensi keperawatan
Pada intervensi keperawatan ini penulis menjabarkan rencana apa saja
yang nantinya akan dilaksanakan pada pasien dengan arthrtitis rheumatoid
1) Kaji tingkat nyeri pasien
2) Observasi tanda-tanda vital pasien
3) Berikan tindakan keperawatan seperti kompres hangat, masase, pengaturan
posisi tidur, dan anjurkan klien istirahat dengan cukup
4) Tingkatkan kualitas tidur pasien untuk mengatasi masalah nyeri, mencegah
keletiihan fisik.
5) Pengaturan posisi tubuh yang benar saat tidur mengurangi stress pada sendi
6) Dorong pasien untuk lebih bertanggung jawab terhadap perilakunya sendiri
(Wibowo & Zen, 2017)

e. Implementasi
Pada implementasi ini penulis menuliskan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien
1) Mengkaji tingkat nyeri pasien
2) Mengobservasi tanda-tanda vital pasien
3) Memberikan tindakan keperawatan seperti kompres hangat, masase,
pengaturan posisi tidur, dan menganjurkan klien istirahat dengan cukup
4) Meningkatkan kualitas tidur pasien untuk mengatasi masalah nyeri, mencegah
keletihan fisik.
5) Memberikan posisi tidur yang nyaman untuk mengurangi stress sendi dengan
cara pasien berbaring datar di atas kasur dengan kepala di beri bantal hanya
satu saja dan kedua kaki di letakkan pada papan penyangga kaki.

f. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan, pada tahap


ini dapat diketahui apakah tujuan dalam proses keperawatan sudah tercapai atau
belum, masalah apa yang sudah dipecahkan dan apa yang perlu dkaji,
direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali. Adapun evaluasi sebagai berikut:
1. Komplikasi dapat dihindari
2. Nyeri dapat terkontrol atau dapat berkurang
3. Meningkatnya mobilitas
4. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari
5. Perilaku yang adaptif berhubungan dengan adanya konsep diri
6. Memahami cara perawatan dirumah
BAB 3. PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Arthritis rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami perdangan, sehingga
terjadi pembengkakakn, nyeri dan sering kali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi. Tanda dan gejala pada umumnya berupa nyeri pada
persendian, bengkak (reumatid nodule), dan kekakuan pada sendi terutama setelah
bangun pada pagi hari.

1.2 Saran
Mengingat arthritis reumatid merupakan penyakit yang banyak dijumpai pada
lansia namun tidak menutup kemungkinan untuk menyerang usia muda maka
penanganan penyakit ini diupayakan secara maksimal dengan peningkatan,
prasarana dan sarana kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, R. (2018). Pengaruh Senam Rematik Terhadap Penurunan Nyeri


Rematik Pada Lansia. Menara Ilmu Vol.XII Jilid 1 No.79 , 118.

Afnuhazi, R. (2018). Pengaruh Senam Rematik Terhadap Penurunan Nyeri


Rematik Pada Lansia. Menara Ilmu Vol.XII Jilid 1 No.79 .

H. Wahyudi Nugroho, B. S. (2015). KEPERAWATAN GERONTIK &


GERIATRIK, Ed.3. Jakarta: Penrbit Buku Kedokteran EGC.

M, W. J. (2016). DIAGNOSIS KEPERAWATAN NANDA NIC NOC, Ed.10.


Jakarta: EGC.

Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Klien Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Noor. (2016). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal Edisi 2. Jakarta: Salemba


Medika.

Ns. Reny Yuli Aspiani, S. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik
Aplikasi NANDA, NIC dan NOC - Jilid 1. Jakarta : CV. TRANS INFO
MEDIA.

Wibowo, D. A., & Zen, D. N. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan


Sikap Keluarga Tentang Perawatan Arthritis Rheumatoid Pada Lansia Di
Desa Pamalayan Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Jurnal
Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017 , 339-
356.

Wilkinson, J. M., Ns. Esty Wahyuningsih, S., & Ns. Wuri Praptiani, S. (2016).
DIAGNOSIS KEPERAWATAN: DIAGNOSIS NANDA-I, INTERVENSI
NIC, HASIL NOC, Ed.10 Wilkinson, Judith M. Jakarta: EGC.
RISNANTO, & Insani, U. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah Sistem Muskuloskeletal. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.

Situmorang, P. R. (2017). GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI PENGETAHUAN LANSIA TERHADAP UPAYA
PENCEGAHAN REMATOID ARTHRITIS DI KELURAHAN MEDAN
LABUHAN TAHUN 2017. JurnalIlmiah Keperawatan Imelda .

Bawarodi, F., Rottie, J. & Malara, R., 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kekambuhan Penyakit Rematik di Wilayah Puskesmas Beo
Kabupaten Talaud. e-journal Keperawatan (e-Kp), V(1), pp.1-7.

Você também pode gostar

  • LP Atritis
    LP Atritis
    Documento8 páginas
    LP Atritis
    Didot
    Ainda não há avaliações
  • LEAFLET OK-dikonversi
    LEAFLET OK-dikonversi
    Documento2 páginas
    LEAFLET OK-dikonversi
    Didot
    Ainda não há avaliações
  • INC
    INC
    Documento45 páginas
    INC
    Didot
    50% (2)
  • PNC
    PNC
    Documento42 páginas
    PNC
    Didot
    Ainda não há avaliações
  • Pathway Vertigo
    Pathway Vertigo
    Documento2 páginas
    Pathway Vertigo
    Sebastian Alfarizi
    Ainda não há avaliações
  • 30-Article Text-56-1-10-20190201
    30-Article Text-56-1-10-20190201
    Documento8 páginas
    30-Article Text-56-1-10-20190201
    Didot
    Ainda não há avaliações
  • Mini Riset Gerontik Kel 2 Fix
    Mini Riset Gerontik Kel 2 Fix
    Documento92 páginas
    Mini Riset Gerontik Kel 2 Fix
    Didot
    Ainda não há avaliações
  • Dinda LP Keluarga
    Dinda LP Keluarga
    Documento30 páginas
    Dinda LP Keluarga
    Didot
    Ainda não há avaliações
  • LP REMATIK Didot Fix
    LP REMATIK Didot Fix
    Documento38 páginas
    LP REMATIK Didot Fix
    Didot
    Ainda não há avaliações
  • Jurnal Stroke
    Jurnal Stroke
    Documento9 páginas
    Jurnal Stroke
    Didot
    Ainda não há avaliações
  • Kel 5 MERENCANAKAN KETANAGAN KEPERAWATAN
    Kel 5 MERENCANAKAN KETANAGAN KEPERAWATAN
    Documento22 páginas
    Kel 5 MERENCANAKAN KETANAGAN KEPERAWATAN
    Didot
    Ainda não há avaliações
  • LP Cva Sah 1
    LP Cva Sah 1
    Documento1 página
    LP Cva Sah 1
    Ingga Rahasti
    Ainda não há avaliações
  • LP REMATIK Didot Fix
    LP REMATIK Didot Fix
    Documento38 páginas
    LP REMATIK Didot Fix
    Didot
    Ainda não há avaliações
  • Leaflet DHF
    Leaflet DHF
    Documento2 páginas
    Leaflet DHF
    Didot
    Ainda não há avaliações
  • Dokumentasi PKM
    Dokumentasi PKM
    Documento1 página
    Dokumentasi PKM
    Didot
    Ainda não há avaliações
  • LP Cva Sah 1
    LP Cva Sah 1
    Documento1 página
    LP Cva Sah 1
    Ingga Rahasti
    Ainda não há avaliações
  • Dokumentasi PKM
    Dokumentasi PKM
    Documento1 página
    Dokumentasi PKM
    Didot
    Ainda não há avaliações
  • Edukasi TB Paru
    Edukasi TB Paru
    Documento7 páginas
    Edukasi TB Paru
    Retno Nugroho
    Ainda não há avaliações
  • SAP DHF Oke
    SAP DHF Oke
    Documento7 páginas
    SAP DHF Oke
    Didot
    Ainda não há avaliações
  • Leaflet DHF
    Leaflet DHF
    Documento2 páginas
    Leaflet DHF
    Didot
    Ainda não há avaliações
  • Pathway Vertigo
    Pathway Vertigo
    Documento2 páginas
    Pathway Vertigo
    Sebastian Alfarizi
    Ainda não há avaliações
  • LP Artritis
    LP Artritis
    Documento8 páginas
    LP Artritis
    astutik
    Ainda não há avaliações
  • LP Cva Sah 1
    LP Cva Sah 1
    Documento1 página
    LP Cva Sah 1
    Ingga Rahasti
    Ainda não há avaliações
  • Sap Manajemen Nyeri
    Sap Manajemen Nyeri
    Documento8 páginas
    Sap Manajemen Nyeri
    Didot
    Ainda não há avaliações
  • Template J REMI
    Template J REMI
    Documento3 páginas
    Template J REMI
    desi
    Ainda não há avaliações
  • Anfis Perkemijajahhan
    Anfis Perkemijajahhan
    Documento22 páginas
    Anfis Perkemijajahhan
    hafidhoh
    Ainda não há avaliações
  • Tanpa Judul
    Tanpa Judul
    Documento5 páginas
    Tanpa Judul
    Didot
    Ainda não há avaliações
  • SAP Diabetes Melitus
    SAP Diabetes Melitus
    Documento7 páginas
    SAP Diabetes Melitus
    Melda Amalia Sikumbang
    86% (7)
  • Sap PHBS
    Sap PHBS
    Documento7 páginas
    Sap PHBS
    Didot
    Ainda não há avaliações
  • SAP Diabetes Melitus
    SAP Diabetes Melitus
    Documento7 páginas
    SAP Diabetes Melitus
    Melda Amalia Sikumbang
    86% (7)