Você está na página 1de 13

Cara Kerja :1.

Cuci tangan .2.

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.3.

Isi botol dengan air panas.4.

Tutup botol yang telah diisi air panas kemudian dikeringkan.5.

Masukan botol ke dalam kantong kain, atau bila menggunakan kain masukankain
pada air hangat lalu diperas.6.

Tempatkan botol/kain yang sudah diperas pada daerah yang akan dikompres.7.

Angkat botol setelah 20 menit, lalu isi lagi botol dan taruh pada daerah yangakan
dikompres lagi.8.

Catat perubahan selama tindakan.9.

Cuci tangan.
3.3 Terapi Kompres Dingin
Merupakan tindakan dengan cara memberikan kompres dingin yang
bertujuanmemenuhi kebutuhan rasa nyaman, menurunkan suhu tubuh,
mengurangi rasanyeri, mencegah oedema, dan mengontrol peredaran darah
dengan meningkatkanvasokonstriksi.Alat atau Bahan :

Thermometer
.

Air dingin.

Kain/ kantong pelindung.


Kantong es atau sejenisnya.Cara Kerja :1.

Cuci tangan.2.

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.3.


Ukur suhu tubuh.4.

Asupan air dingin pada kantong es atau bila menggunakan kain asupan kain pada
air dingin lalu diperas.5.

Letakan kantong/kain pada daerah yang akan dikompres seperti pada


axial, padadaerah yang sakit.6.

Catat perubahan yang terjadi selama tindakan.6

7.

Cuci tangan.

BAB IVPENUTUP
4.1

Kesimpulan

Manajemen nyeri atau


pain management
adalah salah satu bagian daridisiplin ilmu medis yang berkaitan dengan upaya-
upaya menghilangkannyeri atau
pain relief.

Terapi Kompres Hangat merupakan tindakan dengan memberikan kompreshangat


yang bertujuan memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi ataumembebaskan
rasa nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasmeotot, dan memberikan
rasa hangat.

Merupakan tindakan dengan cara memberikan kompres dingin


yang bertujuan memenuhi kebutuhan rasa nyaman, menurunkan suhu tubuh,meng
urangi rasa nyeri, mencegah oedema, dan mengontrol peredaran darahdengan
meningkatkan vasokonstriksi
4.2 Saran
Sebagai seorang Bidan sangat ditekankan akan pelayanan yang
maksimal.Tuntutan seorang bidan sangatlah berat dan berisiko tinggi terutama
dalammenerapkan manajemen nyeri. Maka dari itu seorang bidan wajib
menjalankantugas sesuai prosedur yang sudah ditentukan berdasarkan
pengetahuan, terutamamanajemen nyeri.

Definisi Nyeri
Nyeri merupakan Perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun
berat.yang hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat
dirasakan oleh orang lain, mencakup pola fikir, aktifitas seseorang secara
langsung, dan perubahan hidup seseorang. Nyeri merupakan tanda dan
gejala penting yang dapat menunjukkan telah terjadinya gangguan
fisiologikal.
Menurut beberapa tokoh atau sumber :
 IASP 1979 (International Association for the Study of Pain) nyeri
adalah “ suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata
atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan “, dari
definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri bersifat subyektif
dimana individu mempelajari apa itu nyeri, melalui pengalaman yang
langsung berhubungan dengan luka (injuri), yang dimulai dari awal masa
kehidupannya.
 Pada tahun 1999, the Veteran’s Health Administration
mengeluarkan kebijakan untuk memasukan nyeri sebagai tanda vital ke
lima, jadi perawat tidak hanya mengkaji suhu tubuh, nadi, tekanan darah
dan respirasi tetapi juga harus mengkaji tentang nyeri.
 Sternbach (1968) mengatakan nyeri sebagai “konsep yang abstrak”
yang merujuk kepada sensasi pribadi tentang sakit, suatu stimulus
berbahaya yang menggambarkan akan terjadinya kerusakan jaringan,
suatu pola respon untuk melindungi organisme dari bahaya.
 McCaffery (1979) mengatakan nyeri sebagai penjelasan pribadi
tentang nyeri ketika dia mengatakan tentang nyeri “ apapun yang
dikatakan tentang nyeri dan ada dimanapun ketika dia mengatakan hal itu
ada “.
 Tamsuri (2007) Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya
2.2 Tipe Nyeri
Pada tahun 1986, the National Institutes of Health Consensus
Conference on Pain mengkategorisasikan nyeri menjadi tiga tipe yaitu
Nyeri akut merupakan hasil dari injuri akut, penyakit atau pembedahan,
Nyeri kronik non keganasan dihubungkan dengan kerusakan jaringan
yang dalam masa penyembuhan atau tidak progresif dan Nyeri kronik
keganasan adalah nyeri yang dihubungkan dengan kanker atau proses
penyakit lain yang progresif.

2.3 Respon Terhadap Nyeri


Respon terhadap nyeri meliputi respon fisiologis dan respon perilaku.
Untuk nyeri akut repon fisiologisnya adalah adanya peningkatan tekanan
darah (awal), peningkatan denyut nadi, peningkatan pernapasan, dilatasi
pupil, dan keringat dingin, respon perilakunya adalah gelisah,
ketidakmampuan berkonsentrasi, ketakutan dan disstress. Sedangkan
pada nyeri kronis respon fisiologisnya adalah tekanan darah normal,
denyut nadi normal, respirasi normal, pupil normal, kulit kering, dan
respon perilakunya berupa imobilisasi atau ketidak aktifan fisik, menarik
diri, dan putus asa, karena tidak ditemukan gejala dan tanda yang
mencolok dari nyeri kronis ini maka tugas tim kesehatan, perawat
khususnya menjadi tidak mudah untuk dapat mengidentifikasinya.

2..4 Karakteristik Nyeri


Karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan
atau intensitas nyeri tersebut. Klien sering kali diminta untuk
mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun,
makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke
waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.
a. Lokasi
Pengkajian lokasi nyeri mencakup 2 dimensi :
 Tingkat nyeri, nyeri dalam atau superficial
 Posisi atau lokasi nyeri
 Nyeri superfisial biasanya dapat secara akurat ditunjukkan oleh klien;
sedangkan nyeri yang timbul dari bagian dalam (viscera) lebih dirasakan
secara umum. Nyeri dapat pula dijelaskan menjadi empat kategori, yang
berhubungan dengan lokasi
 Nyeri terlokalisir : nyeri dapat jelas terlihat pada area asalnya
 Nyeri Terproyeksi : nyeri sepanjang saraf atau serabut saraf spesifik
 Nyeri Radiasi : penyebaran nyeri sepanjang area asal yang tidak dapat
dilokalisir
 Reffered Pain (Nyeri alih) : nyeri dipersepsikan pada area yang jauh dari
area rangsang nyeri.
b. Intensitas
Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri : Distraksi atau konsentrasi
dari klien pada suatu kejadian Status kesadaran klien
Nyeri dapat berupa : ringan, sedang, berat atau tak tertahankan.
Perubahan dari intensitas nyeri dapat menandakan adanya perubahan
kondisi patologis dari klien.
c. Waktu dan Lama (Time & Duration)
Perawat perlu mengetahui/mencatat kapan nyeri mulai timbul; berapa
lama; bagaimana timbulnya dan juga interval tanpa nyeri dan kapan nyeri
terakhir timbul.
d. Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dari nyeri.
Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui: nyeri kepala
mungkin dikatakan “ada yang membentur kepalanya”, nyeri abdominal
dikatakan “seperti teriris pisau”.
e. Perilaku Non Verbal
Beberapa perilaku nonverbal yang dapat kita amati antara lain : ekspresi
wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah dan lain-lain.
f. Faktor Presipitasi
Beberapa faktor presipitasi yang akan meningkatkan nyeri : lingkungan,
suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba, stressor fisik dan emosi.

g. Alat Pengukur Nyeri


2.5 Penyebab Nyeri
1. Trauma
a. Mekanik
Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan,
misalnya akibat benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
b. Thermis
Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat
panas, dingin, misal karena api dan air.
c. Khemis
Timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat
d. Elektrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa
nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
2. Neoplasma
a. Jinak
b. Ganas
3. Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya
peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Misalnya : abses
4. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
5. Trauma psikologis

2.6 Faktor yang mempengaruhi respon nyeri


1. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus
mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan
nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia
cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap
nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau
mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara
signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya
(ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh
nyeri).

3. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka
berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut
kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena
mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
4. Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap
nyeri dan bagaimana mengatasinya.
5. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang
meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya
distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik
relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa
menyebabkan seseorang cemas.
7. Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan
saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi
nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung
pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
8. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri
dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang
mengatasi nyeri.
9. Support keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota
keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan
perlindungan
2.7 Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda.
Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin
adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.
Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan
gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :
1) skala intensitas nyeri deskritif
2) Skala identitas nyeri numerik

3) Skala analog visual

4) Skala nyeri menurut bourbanis

Keterangan :
0 :Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,
memukul.

2.8 Klasifikasi Nyeri


Menurut Tempat
a. Periferal Pain
1. Superfisial Pain (Nyeri Permukaan)
2. Deep Pain (Nyeri Dalam)
3. Reffered Pain (Nyeri Alihan)
nyeri yang dirasakan pada area yang bukan merupakan sumber nyerinya.
b. Central Pain
Terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord,
batang otak dll
c. Psychogenic Pain
Nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari trauma
psikologis.
d. Phantom Pain
Phantom Pain merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak ada
lagi, contohnya pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi
dendrit yang berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh
karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri pada area yang telah
diangkat.
e. Radiating Pain
Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan sekitar.

2. Menurut Sifat
a. Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang
b. Steady : nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama
c. Paroxysmal : nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan
biasanya menetal 10 – 15 menit, lalu menghilang dan kemudian timbul
kembali.
d. Intractable Pain : nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi.
Contoh pada arthritis, pemberian analgetik narkotik merupakan
kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang dapat mengakibatkan
kecanduan.
3. Menurut Berat Ringannya
a. Nyeri ringan : dalam intensitas rendah
b. Nyeri sedang : menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan psikologis
c. Nyeri Berat : dalam intensitas tinggi
4. Menurut Waktu Serangan
Terdapat beberapa cara untuk mengklasifikasikan tipe nyeri. Pada
tahun 1986, The National Institutes of Health Concencus Conference of
Pain mengkategorikan nyeri menurut penyebabnya. Partisipan dari
konferensi tersebut mengidentifikasi 3 (tiga) tipe dari nyeri : akut, Kronik
Malignan dan Kronik Nonmalignan. Nyeri akut timbul akibat dari cedera
akut, penyakit atau pembedahan. Nyeri Kronik Nonmalignan
diasosiasikan dengan cedera jaringan yang tidak progresif atau yang
menyembuh. Nyeri yang berhubungan dengan kanker atau penyakit
progresif disebut Chronic Malignant Pain. Meskipun demikian, perawat
biasanya berpegangan terhadap dua tipe nyeri dalam prakteknya yaitu
akut dan kronis :

1. Nyeri Akut
Nyeri akut biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada fraktur.
Klien yang mengalami nyeri akut baisanya menunjukkan gejala-gejala
antara lain : perspirasi meningkat, Denyut jantung dan Tekanan darah
meningkat, dan pallor
2.Nyeri Kronis
Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih
lama dan klien sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan.

2.8 Cara Mengatasi Nyeri


Tindakan Farmakologis
Umumnya nyeri direduksi dengan cara pemberian terapi farmakologi.
Nyeri ditanggulangi dengan cara memblokade transmisi stimulant nyeri
agar terjadi perubahan persepsi dan dengan mengurangi respon kortikal
terhadap nyeri
Adapun obat yang digunakan untuk terapi nyeri adalah :
1. Analgesik Narkotik
Opiat merupakan obat yang paling umum digunakan untuk mengatasi
nyeri pada klien, untuk nyeri sedang hingga nyeri yang sangat berat.
Pengaruhnya sangat bervariasi tergantung fisiologi klien itu sendiri. Klien
yang sangat muda dan sangat tua adalah yang sensitive terhadap
pemberian analgesic ini dan hanya memerlukan dosisi yang sangat rendah
untuk meringankan nyeri (Long,1996).
Narkotik dapat menurunkan tekanan darah dan menimbilkan depresi
pada fungsi – fungsi vital lainya, termasuk depresi respiratori, bradikardi
dan mengantuk. Sebagian dari reaksi ini menguntungkan contoh :
hemoragi, sedikit penurunan tekanan darah sangan dibutuhkan. Namun
pada pasien hipotensi akan menimbulkan syok akibat dosis yang
berlebihan.
2. Analgesik Lokal
Analgesik bekerja dengan memblokade konduksi saraf saat diberikan
langsung ke serabut saraf.
3. Analgesik yang dikontrol klien
Sistem analgesik yang dikontrol klien terdiri dari Infus yang diisi
narkotik menurut resep, dipasang dengan pengatur pada lubang injeksi
intravena. Pengandalian analgesik oleh klien adalah menekan sejumlah
tombol agar masuk sejumlah narkotik. Cara ini memerlukan alat khusus
untuk mencegah masuknya obat pada waktu yang belum ditentukan.
Analgesik yang dikontrol klien ini penggunaanya lebih sedikit
dibandingkan dengan cara yang standar, yaitu secara intramuscular.
Penggunaan narkotik yang dikendalikan klien dipakai pada klien dengan
nyeri pasca bedah, nyeri kanker, krisis sel.
4. Obat – obat nonsteroid
Obat – obat nonsteroid antiinflamasi bekerja terutama terhadap
penghambatan sintesa prostaglandin. Pada dosis rendah obat – obat ini
bersifat analgesic. Pada dosis tinggi, obat obat ini bersifat antiinflamatori
sebagai tambahan dari khasiat analgesik. Prinsip kerja obat ini adalah
untuk mengendalikan nyeri sedang dari dismenorea, arthritis dan
gangguan musculoskeletal yang lain, nyeri postoperative dan migraine.
NSAID digunakan untuk menyembuhkan nyeri ringan sampai sedang.
Tindakan Non Farmakologis
Menurut Tamsuri (2006), selain tindakan farmakologis untuk
menanggulangi nyeri ada pula tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi
nyeri terdiri dari beberapa tindakan penaganan berdasarkan :
1. Penanganan fisik/stimulasi fisik meliputi :
Stimulasi Kulit (Cutaneus)
Kompres hangat
 Dapat dilakukan dengan menempelkan kantong karet yang diisi air
hangat atau handuk yang telah direndam di dalam air hangat, ke bagian
tubuh yang nyeri.
 Sebaiknya diikuti dengan latihan pergerakan atau pemijatan.

 Dampak fisiologis dari kompres hangat adalah pelunakan jaringan


fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan atau
menghilangkan rasa nyeri, dan memperlancar pasokan aliran darah.
Kompres dingin
Yang digunakan adalah kantong berisi es batu (cold pack), bisa juga
berupa handuk yang dicelupkan ke dalam air dingin.
 Dampak fisiologisnya adalah vasokonstriksi (pembuluh darah
penguncup) dan penurunan metabolik, membantu mengontrol
perdarahan dan pembengkakan karena trauma, mengurangi nyeri, dan
menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot.
Melakukan kompres harus hati-hati karena dapat menyebabkan
jaringan kulit mengalami nekrosis (kematian sel). Untuk itu dianjurkan
melakukan kompres dingin tidak lebih dari 30 menit.

 Massase
Massase kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan
otot. Rangsangan masase otot ini dipercaya akan merangsang serabut
berdiameter besar, sehingga mampu mampu memblok atau menurunkan
impuls nyeri

 Stimulasi electric (TENS)


Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu pemikiran
adalah cara ini bisa melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok
stimulasi nyeri. Bisa dilakukan dengan massase, mandi air hangat,
kompres dengan kantong es dan stimulasi saraf elektrik transkutan
(TENS/ transcutaneus electrical nerve stimulation). TENS merupakan
stimulasi pada kulit dengan menggunakan arus listrik ringan yang
dihantarkan melalui elektroda luar.
 Akupuntur
Akupuntur merupakan pengobatan yang sudah sejak lama digunakan
untuk mengobati nyeri. Jarum – jarum kecil yang dimasukkan pada kulit,
bertujuan menyentuh titik-titik tertentu, tergantung pada lokasi nyeri,
yang dapat memblok transmisi nyeri ke otak.
 Plasebo
Plasebo dalam bahasa latin berarti saya ingin menyenangkan
merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk yang dikenal
oleh klien sebagai “obat” seperti kaplet, kapsul, cairan injeksi dan
sebagainya.
2. Intervensi perilaku kognitif meliputi :
 Intervensi
Secara umum intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri
dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu :
1. Non Farmakologik intervention : Distraksi, Relaksasi, Stimulasi Kutaneus
2. Farmakologi Intervention
 Relaksasi
Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
merelaksasikan keteganggan otot yang mendukung rasa nyeri. Teknik
relaksasi mungkin perlu diajarkan bebrapa kali agar mencapai
hasiloptimal. Dengan relaksasi pasien dapat mengubah persepsi terhadap
nyeri.
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan
beberapa keuntungan, antara lain :
1. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan
nyeri atau stress
2. Menurunkan nyeri otot
3. Menolong individu untuk melupakan nyeri
4. Meningkatkan periode istirahat dan tidur
5. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
6. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat
nyerI

Stewart (1976: 959), menganjurkan beberapa teknik relaksasi berikut :


1. Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru
2. Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi
kendor dan rasakan betapa nyaman hal tersebut
3. Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu
4. Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara
perlahan-lahan, pada saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta
kepada klien untuk mengkonsentrasikan fikiran pada kakinya yang terasa
ringan dan hangat.
5. Ulangi langkah 4 dan konsentrasikan fikiran pada lengan, perut,
punggung dan kelompok otot-otot lain
6. Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara
perlahan. Bila nyeri menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal
dan cepat.

 Umpan balik biologis


Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu
informasi tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih kontrol
volunter terhadap respon tersebut. Terapi ini efektif untuk mengatasi
ketegangan otot dan migren, dengan cara memasang elektroda pada
pelipis.
 Hipnotis
Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
 Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai
sedang. Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan bola), distraksi
audio (mendengar musik), distraksi sentuhan (massase, memegang
mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle, main catur)
Beberapa teknik distraksi, antara lain :
1. Nafas lambat, berirama
2. Massage and Slow, Rhythmic Breathing
3. Rhytmic Singing and Tapping
4. Active Listening
5. Guide Imagery

 Guided Imagery (Imajinasi terbimbing)


Meminta klien berimajinasi membayangkan hal-hal yang
menyenangkan, tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang
tenang serta konsentrasi dari klien. Apabila klien mengalami kegelisahan,
tindakan harus dihentikan. Tindakan ini dilakukan pada saat klien merasa
nyaman dan tidak sedang nyeri akut.

Bab 3: penutup

3.1 Kesimpulan
Manajemen nyeri harus menggunakan pendekatan yang holistik/
menyeluruh, hal ini karena nyeri mempengaruhi keseluruhan aspek
kehidupan manusia, oleh karena itu kita tidak boleh hanya terpaku pada
satu pendekatan saja tetapi juga menggunakan pendekatan-pendekatan
yang lain yang mengacu kepada aspek kehidupan manusia yaitu
biopsikososialkultural dan spiritual, pendekatan non farmakologik dan
pendekatan farmakologik tidak akan berjalan efektif bila digunakan
sendiri-sendiri, keduanya harus dipadukan dan saling mengisi dalam
rangka mengatasi/ penanganan nyeri pasien.
Pasien adalah individu-individu yang berbeda yang berespon secara
berbeda terhadap nyeri, sehingga penangananyapun tidak bisa disamakan
antar individu yang satu dengan yang lainnya.
Pengkajian yang tepat, akurat tentang nyeri sangat diperlukan sebagai
upaya untuk mencari solusi yang tepat untuk menanganinya, untuk itu
pengkajian harus selalu dilakukan secara berkesinambungan, sebagai
upaya mencari gambaran yang terbaru dari nyeri yang dirasakan oleh
pasien.

3.2 Saran
. Perlunya dikembangkan cara-cara lainnya untuk penanganan terhadap nyeri.
2. Pensosialisasian tentang nyeri harus di tingkatkan lagi agar masyarakat indonesia
paham betul dengan pengertian nyeri sesungguhnya .

DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin. (1997). Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2.
Jakarta : EGC. Hlm : 123-136.
http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/11/manajemen-nyeri/
http://contoh-askep.blogspot.com/2008/09/manajemen-nyeri.html
http://qittun.blogspot.com/2008/10/konsep-dasar-nyeri.html
Prasetyo Nian Sigit. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jakarta :
Graha Ilmu

Você também pode gostar

  • BHD 3
    BHD 3
    Documento36 páginas
    BHD 3
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • 01 Cover
    01 Cover
    Documento1 página
    01 Cover
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Ebd Cover Kata Pengantar Lembar Pengesahan
    Ebd Cover Kata Pengantar Lembar Pengesahan
    Documento5 páginas
    Ebd Cover Kata Pengantar Lembar Pengesahan
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Kontrak Belajar Analdocx
    Kontrak Belajar Analdocx
    Documento3 páginas
    Kontrak Belajar Analdocx
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Woc SN
    Woc SN
    Documento1 página
    Woc SN
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Inc
    Laporan Inc
    Documento30 páginas
    Laporan Inc
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Askep DM Ny.n
    Askep DM Ny.n
    Documento2 páginas
    Askep DM Ny.n
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Umj 1x Dwirahayus 4001 1 Artikel L
    Umj 1x Dwirahayus 4001 1 Artikel L
    Documento12 páginas
    Umj 1x Dwirahayus 4001 1 Artikel L
    erna setiawati
    Ainda não há avaliações
  • LP CA Serviks
    LP CA Serviks
    Documento26 páginas
    LP CA Serviks
    MadeSriWahyuni
    Ainda não há avaliações
  • 02 Asuhan Keperawatan GGN Nutrisi
    02 Asuhan Keperawatan GGN Nutrisi
    Documento11 páginas
    02 Asuhan Keperawatan GGN Nutrisi
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Umj 1x Dwirahayus 4001 1 Artikel L
    Umj 1x Dwirahayus 4001 1 Artikel L
    Documento15 páginas
    Umj 1x Dwirahayus 4001 1 Artikel L
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • FORMAT RESUME Ujian
    FORMAT RESUME Ujian
    Documento4 páginas
    FORMAT RESUME Ujian
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Proposal BHD
    Proposal BHD
    Documento32 páginas
    Proposal BHD
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • LP CA Serviks
    LP CA Serviks
    Documento3 páginas
    LP CA Serviks
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Umj 1x Dwirahayus 4001 1 Artikel L
    Umj 1x Dwirahayus 4001 1 Artikel L
    Documento15 páginas
    Umj 1x Dwirahayus 4001 1 Artikel L
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Dipake Ema1l
    Dipake Ema1l
    Documento2 páginas
    Dipake Ema1l
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Sisa Loker
    Sisa Loker
    Documento18 páginas
    Sisa Loker
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Askep BBL
    Askep BBL
    Documento11 páginas
    Askep BBL
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Loker Terbaru
    Loker Terbaru
    Documento13 páginas
    Loker Terbaru
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Dapus Genetika
    Dapus Genetika
    Documento1 página
    Dapus Genetika
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Peran Lingkungan Sebagai Penyebab Demam Berdarah
    Peran Lingkungan Sebagai Penyebab Demam Berdarah
    Documento4 páginas
    Peran Lingkungan Sebagai Penyebab Demam Berdarah
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Pormat Laporan
    Pormat Laporan
    Documento2 páginas
    Pormat Laporan
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Pormat Laporan
    Pormat Laporan
    Documento2 páginas
    Pormat Laporan
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Proposal BHD
    Proposal BHD
    Documento32 páginas
    Proposal BHD
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Retak Tapi Takkan Pernah Pecah
    Retak Tapi Takkan Pernah Pecah
    Documento1 página
    Retak Tapi Takkan Pernah Pecah
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Kebutuhan Nutrisi
    Kebutuhan Nutrisi
    Documento43 páginas
    Kebutuhan Nutrisi
    Fajrin Dwi Syaputra
    Ainda não há avaliações
  • Ilmu Gizi (Ari)
    Ilmu Gizi (Ari)
    Documento22 páginas
    Ilmu Gizi (Ari)
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Menentukan Perubahan Enltalpi Reaksi
    Menentukan Perubahan Enltalpi Reaksi
    Documento3 páginas
    Menentukan Perubahan Enltalpi Reaksi
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações
  • Cover Skripsi
    Cover Skripsi
    Documento6 páginas
    Cover Skripsi
    DayuPradnyawati
    Ainda não há avaliações