Você está na página 1de 2

Nama : Cahyadi Setya Nugraha

NIM : 171910501005

Prodi : Perencana Wilayah dan Kota

Analisa Aspek Teori Smails Pada Kota Jember

Sejarah Jember

Kabupaten Jember dibentuk berdasarkan Staatsbland Nomor 322 tanggal 9 Agustus 1928
dan sebagai dasar hukum mulai berlaku tanggal 1 Januari 1929. Pemerintah Hindia Belanda telah
mengeluarkan ketentuan tentang penataan kembali pemerintah desentralisasi di wilayah Provinsi
Jawa Timur, antara lain dengan menunjuk Regenschap Djember sebagai masyarakat kesatuan
hukum yang berdiri sendiri. Secara resmi ketentuan tersebut diterbitkan oleh Sekretaris Umum
Pemerintah Hindia Belanda (De Aglemeene Secretaris) G.R. Erdbrink, 21 Agustus 1928.

Pada masa 1900-an daerah Jember bukanlah sebuah kota, melainkan bagian dari
Bondowoso yang dijadikan daerah perkebunan dan irigasi oleh Belanda. Jember sendiri
sebenarnya bukan daerah pemukiman, sehingga saat ini, hampir tidak ada penduduk Jember yang
asli Jember. Kebanyakan dari mereka adalah imigran dari Madura (Sumenep, Pamekasan dll)
dan Jawa pedalaman (Tulungagung, Blitar, Trenggalek, Madiun dan sekitarnya) yang
dipekerjakan di perkebunan oleh Belanda. Apalagi semenjak dibukanya jalur kereta api Surabaya
- Jember - Banyuwangi semakin banyaklah pendatang dari daerah-daerah tersebut mencari
kehidupan dan harapan baru di daerah yang menjanjikan ini. Baik di perkebunan maupun di
jawatan kereta api.

Banyak istilah tentang nama Jember. Ada yang mengartikan Jember berasal dari kata
Jembrek (becek). Ada juga Jember dari bahasa Jawa alus yang artinya kotor, ini berkaitan
dengan kisah salah satu Putri Raja Brawijaya (Raja Majapahit) yang bernama Endang Retnawati,
juga ada yang mengkaitkan dengan nama seorang Putri kerajaan di Jember Selatan yang bernama
Putri Jembarsari, dan ada juga yang menganggapnya berasal dari kata jembar (luas)

A.Teori Morfologi menuurut Smails:

Smails(1995) Mengemukakan terdapat tiga unsur dalam kota yaitu: unsur penggunaan lahan
(Land Use), pola jaringan jalan (Street Plan/Layout), dan tipe-tipe bangunan (Architectural style
of building)
B. Aspek Penggunaan lahan

Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan
vegetasi serta benda yang diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan,
termasuk didalamnya hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang seperti hasil reklamasi
laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti yang tersalinasi. (FAO dalam
Arsyad, 1989).

Penggunaan lahan diwilayah Kota Jember memiliki intensitas terbesar adalah kegiatan
pertanian yakni seluas 5.099,283 Ha atau 51,47% dari total luas wilayah kota. Kemudian
berturut-turut adalah tanah tegalan seluas 1.477,9 Ha atau 14,92%, perumahan seluas 2.679,655
Ha atau 27,05%, kolam ikan seluas 1,0 Ha atau 0,01 % dan penggunaan tanah lain-lainnya seluas
416,415 Ha atau 4,20% (Dokumen Profil Kota Jember).
Grafik 1. Intensitas Penggunaan Lahan

Intensitas Penggunaan Lahan


6000

4000 5099
2000 intensitas
2679
0 1477
Pertanian Tegalan Perumahan Kolam
1 Ikan 416
Lain-lain

C. Pola Jaringan Jalan (Street Plan/Layout)

Pola jaringan jalan di Kota Jember membentuk pola radial, namun sebagian jalan-jalan
lingkungan yang nampak seolah-olah terputus. Lebar jalan yang ada berkisar antara 4 – 10
meter(Dokumen Profil Kota Jember). Pola jalan radial difokuskan pada daerah inti tertentu
seperti CBD. Pola jalan seperti menunjukkan pentingnya CBD dibandingkan dengan berbagai
pusat kegiatan lainnya di wilayah kota tersebut.

D.Tipe Bangunan

Tipe bangunan di Kota Jember di dominasi bangunan lantai 1 dan 2 dengan beberapa
bangunan yang memiliki lantai lebih dari 3, seperti Gedung Lippo,GM, MatahariStore,Gedung
Telkom Indonesia, Gedung Kempora dan beberapa Gedung yang digunakan sebagai pusat
perbankan. sedangkan bangunan perumahan didominasi oleh bangunan yang berlantai satu
hingga 3.

Você também pode gostar