Você está na página 1de 17

BAB 15

PARTNERSHIP FORMATION
(PERSEKUTUAN : PENDIRIAN, PENGOPERASIAN, DAN PERUBAHAN
KEANGGOTAAN)

KARAKTERISTIK ENTITAS PERSEKUTUAN


Berikut menggambarkan karakteristik utama yang membedakan bentuk persekutuan dari entitas
bisnis lain.
Regulasi Hukum Persekutuan
Akuntan yang bekerja untuk persekutuan harus memahami hukum atau undang – undang terkait
dengan persekutuan karena hukum atau undang-undang tersebut menjelaskan hak-hak tiap sekutu
dan kreditur selama proses pembentukan, operasi dan likuidasi atas persekutuan. Dalam kitab
Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer) dan kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD)
Indonesia tertera definisi hak-hak dan kewajiban-kewajiban setiap sekutu ke sekutu lain dan kreditor
dalam persekutuan.
Definisi Persekutuan
Pada KUHPer Bab VIII, Bagian I, Pasal 1618 menyatakan bahwa, “Persekutuan adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih yang setuju untuk menginvestasikan sesuatu ke dalam usaha
dan laba yang diperolehnya dibagi diantara mereka”. Definisi ini dapat dibagi menjadi tiga faktor
terpisah, yaitu:
1. Gabungan dua orang atau lebih. Istilah “orang” biasanya adalah bersifat individu; namun
dapat juga berupa perusahan ataupun persekutuan lain.
2. Untuk menginvestasikan sesuatu. Artinya setiap sekutu harus memberi kontribusi sesuatu
ke dalam persekutuan.
3. Usaha untuk laba. Sebuah persekutuan mungkin saja didirikan untuk melaksanakan segala
macam jenis usaha hukum, perdagangan, profesi, dan jasa lainnya. Namun, persekutuan
harus bertujuan menghasilkan keuntungan, di mana organisasi nirlaba seperti yayasan
bukanlah sebuah persekutuan.
Pendirian Persekutuan
Kesepakatan untuk mendirikan sebuah persekutuan bisa bersifat informal atau bisa bersifat
formal..
Akta pendirian persekutuan harus mencapai hal-hal berikut :
1. Nama dari persekutuan dan nama dari para sekutu.
2. Jenis usaha yang akan dijalani dan jangka waktu perjanjian persekutuan.
3. Kontribusi modal awal dari masing-masing sekutu dan metode dimana kontribusi modal di masa
depan diterapkan.
4. Penjelasan lengkap tentang distribusi keuntungan dan kerugian, termasuk gaji, bunga, atas saldo
modal, bonus, bats penarikan dalam mengantisipasi laba, dan presentase yang digunakan untuk
mendistribusikan sisa keuntungan dan kerugian.

1
5. Prosedur yang digunakan dalam perubahan persekutuan, seperti penambahan sekutu baru dan
berhentinya sebuah sekutu.
6. Aspek lain dalam operasi yang diputuskan oleh para sekutu, seperti hak manajeman dari masing-
masing sekutu, prosedur pemungutan suara, dan metode akuntansi.
Karakteristik Utama Lain Persekutuan
Seluruh persekutuan yang dibentuk di Indonesia diatur oleh KUHPer dan KUHD. Berikut bagian
dari KUHPer dan KUHD yang terkait dengan pembentukan dan operasi persekutuan.
1. Perjanjian persekutuan. KUHPer dan KUHD mengatur hubungan-hubungan dalam
persekutuan yang tidak disajikan secara spesifik dalam perjanjian persekutuan.
2. Persekutuan sebagai entitas terpisah. Konsep entitas ini mengartikan bahwa persekutuan dapat
menuntut atau dituntut dan bahwa kekayaan persekutuan menjadi milik persekutuan dan bukan
tiap individu sekutu.
3. Sekutu adalah wakil (agen) persekutuan. Tiap sekutu adalah wakil persekutuan atas transaksi
yang biasa terjadi dalam bisnis, kecuali sekutu tidak memiliki wewenang untuk bertindak atas
nama persekutuan karena sesuatu hal dan pihak ke tiga mengetahui atau telah menerima
pemberitahuan bahwa sekutu tersebut tidak memiliki wewenang.
4. Kewajiban sekutu adalah kewajiban bersama. Seluruh sekutu dapat dikenakan tanggung jawab
untuk seluruh kewajiban persekutuan kecuali dinyatakan dalam hukum.
5. Hak dan kewajiabn sekutu. Tiap sekutu memiliki akun modal yang menunjukkan jumlah
konstribusi sekutu tersebut dalam persekutuan, bersih dari kewajiabn, dan bagian sekutu atas
laba atau rugi persekutuan, dikurangi berbagai pembagian. Sekutu berhak atas bagian laba atau
rugi secara proporsional sebesar jumla h yang dikontribusikan ke persekutuan, kecuali disetujui
dalam perjanjian persekutuan. Tiap sekutu memiliki akses atas pembukuan dan catatan
persekutuan, dan tiap sekutu berkewajiaban berlaku atas nama persekutuan secara jujur dan
adil.
6. Kepemilikan sekutu yang dapat dialihkan dalam persekutuan. Kepemilikan yang dapat
dialihkan (transferable interest) sekutu adalah bagian sekutu atas laba dan rugi persekutuan dan
hak memperoleh pembagian, termasuk pembagian likuidasi.
7. Berhentinya sekutu. Sebuah sekutu berpisah dari persekutuan ketika terjadi kejadian-kejadian
berikut, yaitu : (a) sekutu tersebut memberitahukan kepada persekutuan tentang pernyataan
pengunduran diri sebagai sebuah sekutu; (b) sekutu tersebut dikeluarkan dari persekutuan
terkait dengan perjanjian persekutuan, biasanya karena sekutu itu melanggar beberapa isi
perjanjian persekutuan atau karena akan terjadi pelanggaran hukum bagi persekutuan jika terus
melakukan usaha dengan sekutu tersebut; (c) karena satu atau beberapa ketetapan pengadilan
(seperti, sekutu melakukan pelanggaran yang material atas perjanjian persekutuan, atau sekutu
terlibat tindakan yang merugikan secara material dan memengaruhi persekutuan; (d) sekutu
menjadi debitor proses kebangkrutan; (e) sekutu tersebut meninggal dunia.
Jenis-jenis persekutuan

2
Persekutuan terbatas (Limited Partnership – LP). Terdapat paling sedikit satu sekutu umum
dan satu atau lebih sekutu terbatas. Sekutu umum bertanggung jawab secara personal atas kewajiabn
persekutuan dan memiliki tanggung jawab manajeman. Sekutu terbatas bertanggung jawab hanya
sampai dengan konstribusi modal tapi tidak memiliki wewenang manajeman. Akuntansi untuk
investasi di persekutuan terbatas didasarkan pada control evaluasi. Umumnya, sekutu umum
memiliki elemen penting atas kontrol operasional persekutuan terbatas dan akan
mengkonsolidasikan investasi di pembukuan sekutu umum. Sekutu terbatas umumnya
menggunakan metode ekuitas untuk mencatat investasinya.
Persekutuan dengan kewajiban terbatas (Limited Liability Partnership – LLP). Persekutuan
dengan kewajiban terbatas (LLP) adalah dimana tiap sekutu memiliki tingkat perlindungan
kewajiban yang sama. Tidak ada sekutu umum atau sekutu terbatas di LLP. Sekutu dalam LLP tidak
bertanggung jawab secara personal atas kewajiban persekutuan.
Persekutuan terbatas dengan kewajiban terbatas (Limited Liability Limited Partnership –
LLLP). Di LLLP, setiap sekutu bertanggung jawab hanya atas kewajiban bisnis persekutuan, dan
tidak atas terjadinya malpraktek atau kesalahan dilakukan sekutu lain dalam operasi bisnis normal
persekutuan. Keuntungan LLLP adalah tiap sekutu umum, walau bertanggung jawab atas
manajeman persekutuan, tidak memiliki kewajiban personal atau kewajiban persekutuan, sama
dengan perlindungan kewajiban yang diberikan di sekutu terbatas. Identifikasi sebagai “LLLP” atau
“persekutuan terbatas dengan kewajiban terbatas” harus tercantum dalam nama atau identifikasi
entitas.
AKUNTANSI UNTUK PENDIRIAN PERSEKUTUAN
Persekutuan harus dapat memisahkan secara jelas antara kontribusi modal dan pinjaman yang
diberikan oleh sekutu kepada persekutuan. Juga sangat pentng memisahkan aset berwujud yang
dimiiki oleh persekutuan dan aset tertentu yang dimiliki oleh individu sekutu tapi digunakan oleh
persekutuan.
Aset yang disetorkan haruslah dinilai sebesar nilai wajarnya, yang mungkin membutuhkan jasa
penilai atau teknik penilaian lain. Kewajiban harus dinilai sebesar nilai sekarang dari sisa arus kas
yang akan dibayarkan.
Secara umum, saldo modal ditentukan proporsional dari modal yang disetorkan masing-masing
sekutu.
Ilustrasi Akuntansi Pendirian Persekutuan
Aldi, perusahan perseorangan, telah mengembangkan beberapa piranti lunak untuk
berbagai jenis computer. Berikut adalah saldo dari akun-akun Aldi pada tanggal 31 Desember 20X0.
Kas Rp. 3.000.000 Kewajiban Rp. 10.000.000
Persediaan 7.000.000 Modal, Aldi 15.000.000
Peralatan 20.000.000
Dikurangi:Akumulasi Penyusutan (5.000.000)
Total Aset Rp. 25.000.000 Total Kewajiban dan Modal Rp 25.000.000

3
Aldi memburuhkan bantuan teknis dari pihak lain untuk meningkatkan penjualan dan
menawarkan kepada Bayu, pihak yang tertarik pada usahanya untuk bergabung. Aldi dan Bayu
setuju untuk membentuk persekutuan. Usaha Aldi diaudit, dan aset bersihnya dinilai ulang. Hasil
audit dan penilaian menyatakan bahwa ada kewajiban senilai Rp. 1.000.000 yang tidak tercatat,
persediaan dinilai sebesar Rp. 9.000.000, dan peralatan memiliki nilai wajar Rp.19.000.000.
Aldi dan Bayu menyiapkan dan menadatangani perjanjian persekutuan yang mencakup
semua kebijakan operasi yang signifikan. Bayu akan menyetorkan uang tunai sebesar Rp.
10.000.000 untuk sepertiga kepemilikan modal. Persekutuan AB mengambil semua usaha Aldi,
termasuk kewajibannya.
Jurnal untuk mencatat penyetoran modal awal pada pembukaan persekutuan adalah:
1 Januari 20X1
1. Kas 13.000.000
Persediaan 9.000.000
Peralatan 19.000.000
Kewajiban 11.000.000
Modal, Aldi 20.000.000
Modal, Bayu 10.000.000
Pembentukan persekutuan AB dengan penyetoran modal oleh Aldi dan Bayu,
AKUNTANSI UNTUK OPERASI PERSEKUTUAN
Sebagian besar persekutuan menggunakan akuntansi akrual dan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dalam pembukuannya karena prinsip akuntansi yang berlaku umum menghasilkan
pengukuran laba yang lebih baik dibandingkan metode akuntansi alternative, seperti basis kas atau
pun basis kas yang dimodifikasi.
Akun Sekutu
Persekutuan bisa memiliki beberapa akun untuk masing-masing sekutu dala pencatatan
akuntansinya. Akun sekutu tersebut adalah sebagai berikut:
1. Akun Modal
Investasi awal para sekutu, setoran modal selanjutnya, distribusi keuntungan atau kerugian,
dan penarikan modal oleh sekutu dicatat dalam akun modal para sekutu. Setiap sekutu
memiliki satu akun modal, yang biasanya bersaldo kredit. Dalam keadaan tertentu, akun
modal seorang sekutu biasa saja bersaldo debit, disebut juga dengan kekurangan atau
defisiensi (deficiency) atau kadang-kadang dikatakan deficit (deficit), yang terjadi karena
kerugian dan penarikan modal seorang sekutu melebihi modal yang disetor dan pembagian
keuntungan. Defisit biasanya akan hilang dengan tambahan modal disetor.
2. Akun Prive (Penarikan)
Para sekutu biasanya melakukan penarikan atas aset dari persekutuan sepanjang tahun
sebagai antisipasi atas keuntungan. Contohnya, jurnal berikut dibuat dalam pembukuan

4
persekutuan AB untuk penarikan kas sejumlah Rp. 3.000.000 oleh Bayu pada tanggal 1
Mei 20X1
1 Mei 20X1
2) Prive—Bayu 3.000.000
Kas 3.000.000
Penarikan Rp. 3.000.000 oleh Bayu
Penarikan dalam bentuk selain kas harus dinilai sebesar niai wajarnya pada tanggal
penarikan. Beberapa persekutuan membuat pengecualian dari aturan nilai wajar atas
penarikan terhadap persedian oleh sekutu. Mereka mencatat penarikan persediaan pada
biaya perolehan, sehingga tidak mencatat keuntungan atau kerugian atas penarikan.
3. Akun Pinjaman
Persekutuan bisa meminta pendanaan tambahan dari para sekutu. Pinjaman dari sekutu
dicatat sebagai kewajiban dalam pembukuan persekutuan, sama seperti kewajiban yang
lain. Jika semua sekutu setuju, persekutuan diwajibkan untuk membayar bunga atas
pinjaman kepada sekutu yang meminjamkan. Perlu dicatat bahwa bunga tidak harus
dibayar kecuali jika perjanjian persekutuan menyatakan adanya bunga atas modal yang
harus dibayar. Bunga atas pinjaman dicatat sebagai beban operasi. Sebaliknya, persekutuan
dapat meminjamkan uang kepada sekutu, dalam kasus ini dicatat piutang pinjaman kepada
sekutu. Sekali lagi, apabila disetujui oleh semua sekutu, pinjaman ini seharusnya dikenakan
bunga dan diakui pendapatan bunga dalam laporan laba rugi persekutuan. Jurnal berikut
akan dibuat untuk mencatat pinjaman dari Aldi kepada persekutuan senilai Rp. 4.000.000
dengan bunga 10% pada tanggal 1 Juli 20X1.
1 Juli 20X1
3) Kas 4.000.000
Pinjaman dari Aldi 4.000.000
Mencatat pinjaman dari Aldi
Pinjaman kepada Aldi dilaporkan dalam neraca persekutuan. Pinjaman dari seorang sekutu
adalah transaksi pihak hubungan istimewa yang membutuhkan pengungkapan terpisah dalam
catatan atas laporan keuangan, dan harus disajikan sebagai komponen neraca yang terpisah, tidak
digabunh dengan kewajiban lainnya.
ALOKASI LABA ATAU RUGI KEPADA PARA SEKUTU
Laba atau rugi dialokasikan kepada para sekutu pada tiap akhir periode sesuai dengan perjanjian
dalam persekutuan. Jika tidak terdapat dalam perjanjian, Pasal 1633 KUHPer menyatakan bahwa
sekutu berhak memperoleh bagian laba atau rugi secara proporsional sesuai dengan jumlah yang
dikontribusikan ke dalam persekutuan.
Terdapat beragam rencana distribusi laba atau rugi (profit distribution plants) di dunia usaha.
Beberapa persekutuan memiliki rencana distribusi sederhana, sedangkan yang lain bersifat
kompleks. Kebanyakan persekutuan menggunakan 1 atau lebih metode distribusi, yaitu:
1. Rasio yang ditetapkan sebelumnya (preselected ratio).

5
2. Bunga atas saldo modal (interest on capital balance).
3. Gaji kepada sekutu.
4. Bonus kepada sekutu.
ILUSTRASI ALOKASI LABA
Selama tahun 20x1, persekutuan AB memperoleh pendapatan Rp45.000.000 dan beban
Rp35.000.000, sehingga menghasilkan laba Rp10.000.000 pada tahun tersebut. Aldi masih memiliki
saldo modal Rp20.000.000 selama tahun berjalan, tetapi investasi modal Bayu selama tahun berjalan
berubah-ubah sebagai berikut:
Tanggal Debit Kredit Total
1 Januari Rp10.000.000
1 Mei Rp3.000.000 7.000.000
1 September 500.000 7.500.000
1 November 1000.000 6.500.000
31 Desember 6.500.000
Nilai Debit sebesar Rp3.000.000 dan Rp1.000.000 dicatat dalam akun penarikan Bayu, sedangkan
tambahan investasi dikredit ke akun modalnya.
Rasio Pembagian Laba secaca Arbitrer
Aldi dan Bayu dapat menyetujui pembagian laba dengan rasio yang tidak ada hubungannya dengan
saldo modal atau kondisi operasional persekutuan. Misalnya para sekutu setuju untuk membagi laba
atau rugi dengan rasio 60% untuk Aldi dan 40% untuk Bayu (dengan perbandingan 3:2).
Aldi Bayu Total
Persentase pembagian laba 60% 40% 100%
Laba bersih Rp10.000.000
Alokasi 60:40 Rp6.000.000 Rp4.000.000 (10.000.000)
Total Rp6.000.000 Rp4.000.000 Rp 0

31 Desember 20x1
Modal-Bayu 4.000.000
Penarikan-Bayu 4.000.000
Menutup penarikan oleh Bayu
Pendapatan 45.000.000
Beban 35.000.000
Ikhtisar Laba Rugi 10.000.000
Menutup pendapatan dan beban
Ikhtisar Laba Rugi 10.000.000
Modal-Aldi 5.000.000
Modal-Bayu 4.000.000
Mendistribusikan laba bersarkan perjanjian

6
BUNGA ATAS SALDO MODAL
Perjanjian persekutuan dapat memberikan bunga atas saldo modal sekutu sebagai bagian dari
distribusi laba. Jumlah yang akan didistribusikan dapat berbeda tergantung kepada apakah bunga
dihitung dari saldo awal, saldo akhir, atau rata-rata saldo modal selama 1 periode. Berikut rata-rata
tertimbang saldo Bayu untuk tahun 20x1:
Tanggal Debit Kredit Saldo Jumlah Bulan Bulan x Saldo
1 Januari Rp10.000.000 4 Rp40.000.000
1 Mei Rp3.000.000 7.000.000 4 28.000.000
1 Sep Rp500.000 7.500.000 2 15.000.000
1 Nov 1.000.000 6.500.000 2 13.000.000
Total 12 Rp 96.000.000
Rata-rata modal Rp 8.000.00 0
Jika Aldi dan Bayu mengenakan bunga 15% atas rata-rata tertimbang saldo modal dengan sisa laba
yang akan didistribusikan pada rasio 60-40, maka distribusi laba Rp10.000.000 akan dihitung:
Aldi Bayu Total
Persentase laba 60% 40% 100%
Rata-rata modal Rp20.000.000 Rp8.000.000
Laba bersih Rp10.000.000
Bunga atas modal 3.000.000 1.200.000 (4.200.000)
Sisa laba Rp5.800.000
Alokasi 60:40 3.840.000 2.320.000 (5.800.000)
Total Rp6.840.000 3.520.000 Rp 0

GAJI
Gaji yang dibayarkan kepada sekutu sering kali termasuk di dalam rencama distribusi laba untuk
mengakui dan memberikan kompensasi atas perbedaan jasa yang diberikan masing –masing sekutu
kepada persekutuan. beberapa sekutu melakukan investasi modal, sementara yang lain
menginvestasikan waktunya. Pihal-pihak yang melakukan investasi modal berhak mendapatkan
bunga atas modal, sedangkan pihak yang menginvestasikan waktunya berhak mendapatkan gaji.
Untuk menghitung gaji para sekutu, misalnya perjanjian menyatakan bahwa gaji yang dibayarkan
ke Aldi sejumlah Rp5.000.000. sisanya akan dibagikan dengan dasar distribusi laba/rugi 60-40.
Distribusi laba dihitung sebagai berikut:
Aldi Bayu Total
Persentase laba 60% 40% 100%
Laba bersih Rp10.000.000
Gaji Rp2.000.000 Rp5.000.000 7.000.000
Sisa laba Rp3.000.000
Alokasi 60:40 1.800.000 1.200.000 (3.000.000)

7
Total Rp3.800.000 Rp6.200.000 Rp 0

Bonus
Bonus terkadang digunakan sebagai alat untuk memberikan kompensasi tambahan kepada sekutu
yang memberikan jasa kepada persekutuan. Bonus biasanya dinyatakan dalam persentase dari laba
sebelum atau setelah bonus. Terkadang persekutuan mensyaratkan laba minimum yang harus
diperoleh sebelum bonus dibagikan. Bonus mudah dihitung dengan menurunkan dan memecahkan
persamaan.
Misal, bonus sebesar 10% dari laba akan dikreditkan pada modal Bayu jika laba melebihi
Rp5.000.000 sebelum dibagikan dengan distribusi laba, maka :
Kasus 1 : bonus dihitung sebagai persentase dari laba sebelum dikurangi bonus:
Bonus = X% (NI-MIN)
Dimana: X% = persentase bonus
NI = laba bersih sebelum bonus
MIN = jumlah minimum laba sebelum bonus
Bonus = 0.10 (Rp10.000.000-Rp5.000.000) = Rp500.000
Kasus 2 : bonus dihitung sebagai persentase dari laba setelah dikurangi bonus.
Bonus = X% (NI-MIN-Bonus)
= 0.10(Rp10.000.000 - Rp5.000.000 - Bonus)
= 0.10 (Rp5.000.000 – Bonus)
= Rp500.000 - 0.10 Bonus
1,10 Bonus = Rp500.000
Bonius = Rp454,545
Alokasi Laba dengan Dasar Bertahap
Perjanjian persekutuan bisa memuat kombinasi dari beberapa prosedur alokasi yang akan digunakan
untuk distribusi laba. Misalnya, perjanjian laba atau rugi persekutuan AB menyatakan alokasi
dengan metode berikut:
1. Bunga 15% dari rata-rata tertimbang saldo modal.
2. Gaji sebesar Rp2.000.000 untuk Aldi dan Rp5.000.000 untuk Bayu
3. Bonus 10% akan dibayarkan kepada Bayu jika laba persekutuan melebihi Rp5.000.000
sebelum dikurangi bonus, gaji, dan bunga atas saldo modal.
4. Jika ada sisa akan dialokasikan 60% untuk Aldi dan 40% untuk Bayu.
Perjanjian persekutuan juga harus berisikan alternatif yang menyatakan proses alokasi dalam situasi
laba persekutuan tidak mencukupi untuk memenuhi semua prosedur alokasi. Beberpa persekutuan
menyatkan distribusi laba yang akan diikuti walau apapun kemungkiinan yang terjadi. Kebanyakan

8
perjanjian menyatakan bahwa seluruh proses harus diselesaikan dan jika ada sisa dialokasikan
sebesar rasio distribusi laba atau rugi sebagiamana yang digambarkan di bawah ini.

Aldi Bayu Total


Persentase laba 60% 40% 100%
Rata-rata modal Rp20.000.000 Rp8.000.000
Laba neto : Rp10.000.000
Langkah 1: Rp3.000.000 Rp1.200.000 (Rp4.200.000)
Bunga atas rata-rata modal (15 persen) Rp5.800.000
Sisa setelah langkah 1
Langkah 2:
Gaji Rp2.000.000 Rp5.000.000 (Rp7.000.000)
Defisit setelah langkah 2 (Rp1.200.000)
Langkah 3 :
Bonus (Rp500.000) (Rp500.000)
Defisit setelah langkah 3 (Rp1.700.000)
Langkah 4:
Alokasi 60:40 (Rp1.020.000) (Rp680.000) Rp1.700.000
Total Rp3.980.000 Rp5.020.000 Rp0

Dalam kasus ini, dua langkah distribusi pertama menghasilkan defisit. Perjanjian persekutuan
AB menyatakan seluruh proses distribusi laba harus diselesaikan dan defisit yang timbul dibagikan
dengan rasio laba atau rugi. Perjanjian persekutuan juga dapat menyatakan proses distribusi
dihentikan pada tahap manapun apabila terjadi defisit. Sekali lagi, sangatlah penting bagi akuntan
untuk memperlajari isi perjanjian persekutuan sebelum memulai proses distribusi laba.
Metode Alokasi Laba Khusus
Beberapa persekutuan mendistribusikan laba neto dengan dasar lain. Misalnya, kebanyakan
kantor akuntan publik mendistribusikan laba dengan dasar “unit” persekutuan. Seorang sekutu baru
memperoleh sejumlah unit dan tambahan unit yang ditugaskan oleh komite kompensasi dengan cara
memperoleh klien baru, menyediakan persekutuan dengan keahlian di industri tertentu, bertugas
sebagai managing patner, atau menerima berbagai tanggung jawab lainnya.
LAPORAN KEUANGAN PERSEKUTUAN
Sebuah persekutuan merupakan entitas pelaporan terpisah menurut kepentingan akuntansi dan
ada tiga laporan keuangan-laporan laba rugi, neraca, dan laporan arus kas-yang biasanya disusun
pada akhir periode pelaporan. Laporan interim juga bisa dibuat untuk memenuhi kebutuhan para
sekutu. Selain ketiga laporan keuangan, laporan modal para sekutu (statement of partners capital)
biasanya dibuat untuk menyajikan perubahan akun modal sekutu untuk suatu periode. Laporan

9
modal para sekutu persekutuan AB untuk tahun 20x1 dengan distribusi laba bertahap seperti
digambarkan sebelumnya adalah sebagai berikut.
Persekutuan AB
Laporan Modal Para Sekutu
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20X1
Aldi Bayu Total
Saldo, 1 Januari 20X1 Rp20.000.000 Rp10.000.000 Rp30.000.000
Ditambah : Investasi Tambahan Rp500.000 Rp500.000
Distribusi laba neto Rp3.980.000 Rp5.020.000 Rp9.000.000
Rp23.980.000 Rp15.520.000 Rp39.500.000
Dikurangi : Penarikan -Rp4.000.000 -Rp4.000.000
Saldo 31 Desember 20X1 Rp23.980.000 Rp11.520.000 Rp35.500.000

PERUBAHAN DALAM KEANGGOTAAN


Perubahan dalam keanggotaan persekutuan terjadi dengan adanya penambahan sekutu baru atau
berhentinya sekutu saat ini. Sekutu baru biasanya merupakan sumber tambahan modal utama atau
sebagai tenaga ahli. Pengumuman publik biasanya dibuat mengenai penambahan sekutu baru
sehingga pihak ketiga yang melakukan transaksi bisnis dengan persekutuan menyadari adanya
perubahan dalam persekutuan.
Berhentinya atau pengunduran diri seorang sekutu dari persekutuan menyebabkan pembubaran
secara hukum atas persekutuan. Banyak persekutuan yang tetap melanjutkan operasi bisnisnya dan
persekutuan mungkin saja membeli kepemilikan sekutu yang berhenti pada harga pembelian. Harga
pembelian adalah nilai estimasi jika, (1) aset dijual pada harga sama dengan atau lebih besar dari
nilai likuidasi atau nilai yang menjadi dasar penjualan seluruh bisnis jika bisnis tetap berjalan tanpa
sekutu yang keluar tersebut, dan (2) persekutuan diakhir pada saat tersebut, dengan pembayaran
seluruh kreditur persekutuan dan penghentian bisnis. Sekutu yang mengundurkan diri dari
persekutuan dapat dimintai pertanggungjawaban oleh persekutuan atas kerugian yang dialami
persekutuan karena pengunduran diri atau disasosiasi yang ilegal.
Konsep-konsep Umum untuk Mencatat Perubahan Keanggotaan dalam persekutuan
Persekutuan Sebagai Entitas Terpisah dari Individu-individu Sekutu dan Penggunaan Prinsip-
prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (GAAP)
KUHPer secara jelas mendefinisikan persekutuan sebagai sebuah entitas yang terpisah dan
masing-masing individu sekutu. Sebagai contoh, entitas persekutuan tidak berubah karena
penambahan atau pengunduran diri individu sekutu. Sebagi contoh, entitas persekutuan tidak
berubah karena penambahan atau pengunduran diri individu sekutu. Ini sama dengan konsep entitas
untuk bentuk bisnis korporasi, di mana korporasi tidak perlu direvaluasi setiap terjadi perubahan
pemegang saham.
Persekutuan Sebagai Sekumpulan Hak Kepemilikan Sekutu dan Penggunaaan Akuntansi Non-
GAAP

10
Para sekutu dalam sebuah perusahaan swasta dapat saja memiih mengikuti metode akuntansi
non GAAP untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dalam kasus ini, perusahaan dapat
diaudit oleh auditor eksternal, tapi opini audit yang menyatakan dengan jelas bahwa prinsip-prinsip
akuntansi non-GAAP digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Persekutuan seperti ini tidak
dapat memperoleh opini “wajar tanpa pengecualian”.
Sekutu Baru Membeli Hak Kepemilikan
Seseorang bisa memperoleh ahak kepemilikan dalam persekutuan secara langsung dari satu atau
lebih sekutu yang ada saat ini. Dalam transaksi ini, kas atau asset lain ditukar diluar persekutuan dan
pencatatan yang dilakukan dalam pembukuan persekutuan hanyalah reklarifikasi modal dalam
persekutuan. Konsep yang sering digunakan adalah nilai buku. Nilai buku persekutuan adalah
jumlah modal, yang juga merupakan selisih antara jumlah asset dan kewajiban.
Contoh pada kasus ini misalnya setelah beroperasi selama tahun 20X1 dan 20X2, persekutuan AB
memiliki nilai buku Rp30.000.000 dan persentase laba tanggal 1 januari 20X3 adalah:
Saldo Modal Persentase Laba
Aldi Rp20.000.000 60
Bayu 10.000.000 40
Total Rp30.000.000 100
Info seputar kasus ini:
1. Tanggal 1 januari 20X3, Aldi dan Bayu mengundang Citra menjadi sekutu dalam bisnis mereka.
Persekutuan yang dihasilkan disebut persekutuan ABC.
2. Citra membeli seperempat kepemilikan dalam modal persekutuan langsung dari Aldi dan Bayu
dengan jumlah biaya perolhan Rp9.000.000, dengan membayar Rp5.900.000 kepada Aldi dan
Rp3.100.000 kepada Bayu. Citra akan memiliki modal senilai Rp7.500.000(Rp30.000.000 x
0,25) secara proporsional terhadap saldo modal Aldi dan Bayu.
3. Citra akan diberikan 25% bagian dalam pembagian laba atau rugi persekutuan. Sisa 75% akan
dibagi antara Aldi dan Bayu pada rasio laba mereka sebelumnya 60-40 persen. Hasil dari
persentase laba atau rugi setelah masuknya Citra adalah :
Sekutu Persentase Laba
Aldi 45 ( 75% dari 60% )
Bayu 30 ( 75% dari 40% )
Citra 25
Total 100
25% persen bagian Citra dalam laba atau rugi persekutuan adalah sama dengan seperempat
nilai modalnya. Kedua nilai persentase tersebut tidak harus selalu sama. Citra bias memperoleh
seluruh bagian modalnya langsung dari sekutu manapun.Transaksi antara Citra dan sekutu lain
secara individu tidak tercermin dalam pembukuan persekutuan. Satu-satunya pencatatan adalah
reklasifikasi modal persekutuan. Aldi dan Bayu memberikan seperempat dari modal mereka kepada
Citra, sebagai berikut:
1 Januari 20X3

11
Modal, Aldi 5.000.000
Modal, Bayu 2.500.000
Modal, Citra 7.500.000
Reklasifikasi modal kepada sekutu baru.
Dari Aldi: Rp5.000.000 = Rp20.000.000 x 0.25
Dari Bayu: Rp2.500.000 = Rp10.000.000 x 0.25
Dalam kasus ini, modal yang dikredit kepada Citra hnya Rp7.500.000, sekalipun Rp9.000.000 yang
dibayarkan untuk seperempat kepemilikan. Pembayaran Rp9.000.000 mencerminkan bahwa nilai
wajar persekutuan adalah Rp36.000.000, dihitung :
Rp9.000.000 = nilai wajar x 0.25
Rp36.000.000 = nilai wajar
Nilai buku persekutuan adalah Rp30.000.000 sebelum investasi dari Citra. Pembayaran
Rp9.000.000 dilakukan secara langsung kepada individu sekutum dan tidak akan menjadi bagian
dari asset persekutuan. Selisih Rp6.000.000 antara nilai wajar dengan nilai buku yang baru bias
berupa asset yang dinilai terlalu rendah atau adanya goodwill yang belum dicatat. Jika tidak, maka
dapat menyebabkan bagian Citra akan meningkat secara proporsional ketika peningkatan nilai
dilakukan. Misalnya, jika persekutuan memiliki tanah yang nilainya krangnya sebesar Rp6.000.000
yang dijual setelah Citra masuk dalam persekutuan. Citra akan mendapatkan bagian keuntungan atas
penjualan berdasarkan rasio pembagian laba. Untuk menghindari masalah ini, beberapa persekutuan
melakukan revaluasi atas asset pada saat masuknya sekutu baru walaupun sekutu baru tersebut
membeli kepemilikan secara langsung dari salah satu sekutu lama. Dalam kasus ini, Aldi dan Bayu
dapat mengakui peningkatan nilai tanah secepatnya sebelum masuknya Citra dan mengalokasikan
kenaikan tersebut secara proporsional terhadap saldi modal masing-masing dengan rasio pembagian
60-40, sebagai berikut:
Tanah 6.000.000
Modal, Aldi 3.600.000
Modal, Bayu 2.400.000
Revaluasi nilai tanah sebelum masuknya sekutu baru:
Untuk Aldi : Rp3.600.000 = Rp6.000.000 x 0,60
Untuk Bayu : Rp2.400.000 = Rp6.000.000 x 0,40
Nilai modal persekutuan keseluruhan adlaah Rp36.000.000 (Rp30.000.000 ditambah revaluasi
Rp6.000.000). pemindahan seperempat modal kepada Citra dicatat sebagai berikut:
Modal, Aldi 5.900.000
Modal, Bayu 3.100.000
Modal, Citra 9.000.000
Reklasifikasi modal kepada sekutu baru:
Rp5.900.000 = Rp23.600.000 x 0.25
Rp3.100.000 = Rp12.400.000 x .0.25
Rp9.000.000 = Rp36.000.000 x 0.25

12
Sekutu Baru Melakukan Investasi di Persekutuan
Seorang sekutu baru dapat mengakuisisi kepemilikan dengan cara melakukan investasi ke dalam
persekutuan. Dalam kasus ini, persekutuan menerima kas atau asset lain. 3 kondisi dapat terjadi jika
sekutu baru melakukan investasi di persekutuan, yaitu:
Kasus 1. Investasi sekutu baru sama dengan proporsi sekutu baru terhadap nilai buku persekutuan.
Kasus 2. Investasi sekutu baru lebih besar dari proporsi sekutu baru terhadap nilai buku persekutuan.
Hal ini mengindikasikan bahwa nilai asset bersih persekutuan sebelumnya dicatat terlalu rendah di
pembukuan atau adanya goodwill yang belum dicatat.
Kasus 3. Investasi sekutu baru lebih rendah dari proporsi sekutu baru terhadap nilai buku
persekutuan. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai asset bersih persekutuan sebelumnya terlalu
tinggi di pembukuan atau sekutu baru memberikan kontribusi goodwill sebagai tambahan aset lain.
Langkah pertama untuk menentukan bagaimana menghitung masuknya sekutu baru adalah dengan
menghitung proporsi sekutu baru terhadap nilai buku persekutuan (new partner’s proportion
of the partnership’s book value) sebagai berikut:
Proporsi sekutu baru terhadap nilai buku persekutuan = (Modal sekutu sebelumnya + Investasi
sekutu baru) x persentase modal atas sekutu baru.
Proporsi sekutu baru terhadap nilai buku persekutuan dibandingkan dengan jumlah investasi yang
dibuat sekutu baru untuk menentukan prosedur akuntansi yang harus dilakukan dalam
penerimaannya sebagai sekutu baru.
Persekutuan AB masih digunakan dalam 3 kasus berikut. Informasi yang terkait dalam 3 kasus
adalah sebagai berikut:
1. Tanggal 1 januari 20X3, modal dari persekutuan AB adalah Rp30.000.000. modal Aldi senilai
Rp20.000.000 dan Bayu sebesar Rp10.000.000. Rasio pembagian laba antara Aldi dan Bayu
adalah 60:40.
2. Citra diminta menjadi sekutu baru. Citra akan mendapatkan seperempat kepemilikan modal dan
25% pembagian laba. Aldi dan Bayu akan membagi 75% sisal aba dengan rasio 60:40,
menghasilkan pembagian laba 45% untuk Aldi dan 30% untuk Bayu.
Kasus 1. Nilai Investasi Sekutu Baru Sama dengan Proporsi Nilai Buku Persekutuan
Total nilai buku sebelum penerimaan sekutu baru adalah Rp30.000.000, dan sekutu baru, Citra,
membeli seperempat kepemilikan modal senilai Rp10.000.000.
Besarnya investasi sekutu baru sering kali merupakan hasil negosiasi antara sekutu lama dengan
calon sekutu baru.
Gambaran Umum Akuntansi Penerimaan Sekutu Baru
Langkah 1: Langkah 2 : Metode Observasi Kunci
Membandingkan Proporsi Alternatif untuk Mencatat
Penerimaan Sekutu Baru

13
Nilai Buku dan Investasi
Sekutu Baru
Biaya perolehan investasi > 1. revaluasi asset bersih  Sekutu lama menerima
Nilai buku (Kasus 2) menuju nilai pasar dan peningkatan nilai aset ,
alokasikan kepada sekutu goodwill, atau bonus
lama. sebesar kelebihan biaya
2. Catat goodwill yang perolehan investasi sekutu
belum diakui dan baru atas nilai buku
alokasikan kepada sekutu  Mencatat peningkatan
lama. nilai aset atau goodwill
3. Alokasikan bonus kepada sekutu lama yang
kepada sekutu lama. meningkatkan modal
persekutuan.
Biaya perolehan investasi = 1. Tidak ada revaluasi,  Tidak ada alokasi lebih
Nilai buku (Kasus 1) bonus, atau goodwill. lanjut yang diperlukan
karena sekutu baru akan
menerima bagian modal
sebanding dengan
investasinya.
 Jumlah modal akhir
persekutuan sama dengan
modal sebelumnya
ditambah investasi sekutu
baru.
Biaya perolehan investasi < 1. Revaluasi asset bersih  Sekutu lama memperoleh
Nilai buku (Kasus 3) menuju nilai pasar dan alokasi penurunan nilai
alokasikan kepada sekutu aset yang terjadi sebelum
lama. penerimaan sekutu baru.
2. mengakui goodwill yang Atau sekutu baru
dibawa sekutu baru. mendapatkan goodwill
3. Alokasikan bonus atau bonus sebagai
kepada sekutu baru. insentif.
 Mencatat penurunan nilai
aset yang menghasilkan
penurunan modal,
sedangkan mencatat
goodwill sekutu baru

14
menghasilkan
peningkatan modal.
setelah nilai investasi disetujui, barulah memungkinkan untuk menghitung proporsi nilai buku
sekutu baru. Untuk investasi Rp10.000.000, Citra akan mendapatkan seperempat kepemilikan pada
persekutuan, sebagai berikut:
Investasi pada perusahaan Rp10.000.000
Proporsi nilai buku sekutu baru:
(Rp30.000.000 + Rp10.000.000) x 0.25 (10.000.000)
Selisih (investasi = nilai buku) Rp 0

Karena nilai investasi (Rp10..000.000) sama dengan 25% proporsi nilai buku sekutu baru
(Rp10.000.000 = Rp40.000.000 x 0.25), mengimplikasikan bahwa aset bersih telah dinilai secara
wajar. Modal yang dihasilkan sama dengan modal awal (Rp30.000.000) ditambah investasi sekutu
baru (Rp10.000.000). modal yang dialokasikan kepada sekutu baru adalah bagiannya atas modal
persekutuan setelah diterimanya ia sebagai sekutu baru. Jurnal yang dicatat dalam pembukuan
persekutuan adalah:
1 Januari 20X3
Kas Rp10.000.000
Modal, Citra (10.000.000)
Penerimaan Citra untuk seperempat kepemilikan atas investasinya sebesar Rp10.000.000
Berikut skedul yang menyajikan konesep kunci dalam Kasus 1.
Kasus 1 Modal Investasi Proporsi Total Modal Bagian
Sebelumnya Sekutu Baru nilai buku yang Sekutu Baru
persekutuan Dihasilkan atas Total
sekutu baru Modal yang
(25%) Dihasilkan
(25%)
Investasi Rp30.000.000 Rp10.000.000 Rp10.000.000
sekutu
baru sama
dengan
proporsi
nilai buku
Tidak ada Rp40.000.000 Rp10.000.000
revaluasi,
bonus,
atau
goodwill

15
PSAK yang Terkait dengan Materi
1. PSAK 15 tentang Investasi pada Entitas Asosiasi
Entitas asosiasi adalah suatu entitas yang mana investor mempunyai pengaruh
signifikan..
2. PSAK 66 tentang Pengaturann Bersama
Dalam pengaturan bersama tidak ada pihak tunggal yang mengendalikan pengaturan
secara sepihak. Pihak dengan pengendalian bersama atas peraturan dapat mencegah
pihak lain apapun atau sekelompok pihak dari mengendalikan secara kolektif.
Operasi bersama adalah pengaturan bersama yang mengatur bahwa para pihak yang
memiliki pengendalian bersama atas pengaturan memliki hak atas aset, dan kewajiban
terhadap liabilitas, terkait dengan pengaturan tersebut.
Pengaturan menetapkan bahwa para pihak dalam pengaturan berssama berbagi atas
semua liabilitas, kewajiban, biaya, dan beban dalam proporsi yang di tentukan (yaitu
proporsi bagian kepemilikan para pihak dalam pengaturan atau proporsi aktivitas yang
dijalankan melalui pengaturan yang secara langsug distribusikan dengan aset
tersebut).
Pembagian laba atau rugi yang terkit dengan pengaturan berdasarkan berdasarkan
proporsi yang telah ditentukan.

OPINI KELOMPOK
1. Di dalam PSAK 15 terdapat pernyataan yang menyebutkan entitas asosiasi adalah
suatu entitas yang mana investor mempunyai pengaruh signifikan, setelah kami
membuat makalah dan mendalami materi tentang persekutuan kami menyimpulkan
bahwa persekutuan merupakan suatu entitas diman di dalam persekutuan terdiri dari
beberapa sekutu yang semua sekutu tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan.
2. Di dalam PSAK 66 tentang Pengaturann Bersama terdapat pernyataan mengenai tidak
adanya pihak tunggal yang mengendalikan pengaturan secara sepihak. Di dalam
persekutuan semua keputusan diambil bersama, misanya setiap kontribusi dari sekutu
akan menjadi kekayaan persekutuan dan dimiliki secara bersama. Ditemukan kembali
dalam PSAK 66 yangmenyatakan bahwa pembagian atas biaya, kewajiban, dan beban
benar-benar ditentukan oleh tingkat proporsi bagian kepemilikan modal di dalam suatu
persekutuan. Apabila suatu persekutuan memiliki utang, maka utang tersebut
dibebankan kepada sekutu sesuai dengan jumlah proporsional kepemilikan modalnya
di dalam suatu persekutuan. Sama seperti hal nya dengan utang, laba atau rugi suatu
persekutuan berhak didapatkan atau ditanggung oleh semua sekutu sesuai dengan
jumlah proporsi modal yang mereka miliki di dalam persekutuan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Baker Richard E, Lembke Valdean C, King Thomas E, dkk. (2010). Akuntansi Keuangan
Lanjutan. Jakarta : Salemba Empat.

17

Você também pode gostar