Você está na página 1de 10

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Nommensen Volume VI Januari 2015 16

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN POTENSI EKONOMI


DI KABUPATEN DELI SERDANG

Marlina Mahdalena
Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen
Parulian Simanjuntak
Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen
Nancy Nopeline
Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen

ABSTRACT

Development is a continuous process with the ultimate goal of improving the welfare of
society. Indicators of success of the development of an area can be seen by measuring the rate of
change in the economic sectors of the region's gross Domestic Income. The development of
regional economic development depends on the condition and potential resources of each region.
Regional development more priority to the development and strengthening of sectors in the
economy to develop, improve and utilize resources optimally to keep improving and utilize
existing resources optimally while considering kesinergisan development among sectors of the
economy, especially in Deli Serdang , The purpose of this study was to determine the economic
sectors which form the basis for development of supporting economic growth in Deli Serdang and
to know the relationship between the Deli Serdang district with the surrounding areas so that
mutually supporting economic growth.
The analytical tool used in this research is the analysis Location Quotien (LQ) and Gravity Model.
Under the Local Analysis Quotient (LQ) can be seen that the Deli Serdang has four sector base
potential, namely (1) agricultural sector (2) processing industry (3) Trade, Hotels and Restaurants
(4) Offices. Determination of the gravity model analysis Langkat, Simalungun, Regency Cliff High.
Which have relevance to the weak economic interaction Deli Serdang. Areas that have strong
linkages with the Deli Serdang is Karo, Medan, Binjai, Serdang Berdagai, can be developed as a
cooperation partner in the development of the region.
Keywords : Gross Domestic Product (GDP) Sectors of Economy, Location Quotient (LQ), Gravity
Model.

1. PENDAHULUAN
Pembangunan nasional di negara-negara berkembang pada umumnya, terfokus pada
pembangunan ekonomi melalui usaha pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berkaitan
erat dengan peningkatan produksi barang dan jasa, yang diukur antara lain melalui Produk
Domestik Bruto ( PDB ) pada tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) pada
tingkat daerah baik Propinsi, Kabupaten maupun Kota. Pembangunan merupakan proses yang
berkesinambungan dengan tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Strategi
pembangunan harus ditekankan pada bidang pembangunan sektor produksi maupun
infrastruktur untuk memacu pertumbuhan ekonomi serta peningkatan kualitas sumberdaya
manusia. Indikator keberhasilan pembangunan suatu wilayah dapat dilihat dengan mengukur
tingkat perubahan sektor-sektor ekonomi wilayah tersebut melalui Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB) masing-masing wilayah.
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses bagaimana suatu perekonomian berkembang
atau berubah dari waktu ke waktu. Proses perkembangan tersebut terjadi dalam jangka waktu
yang cukup lama, dimana dapat terjadi penurunan atau kenaikan perekonomian, namun secara
umum menunjukkan kecenderungan untuk meningkatkan perekonomian wilayah.
17 Analisis Sektor Basis dan Potensi Ekonomi di Kabupaten Deli
Serdang

Perkembangan pembangunan perekonomian daerah tergantung dari kondisi dan potensi


sumberdaya yang dimiliki masing-masing daerah. Pembangunan daerah lebih memprioritaskan
kepada membangun dan memperkuat sektor-sektor di bidang ekonomi dengan mengembangkan,
meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya yang ada secara optimal dengan tetap
memerhatikan kesinergisan antar sektor-sektor perekonomian.
Menurut prishardoyo (2008:1) Perjalanan pembangunan ekonomi telah menimbulkan
berbagai macam perubahan terutama pada struktur perekonomian. Perubahan struktur ekonomi
merupakan salah satu karakteristik yang terjadi dalam pertumbuhan ekonomi pada hampir setiap
negara maju. Berdasarkan catatan sejarah, tingkat pertumbuhan sektoral ini termasuk pergeseran
secara perlahan dan kegiatan-kegiatan pertanian menuju ke kegiatan non pertanian dan akhir-
akhir ini dari sektor industri ke sektor jasa.
Pembangunan ekonomi secara nasional tidak bisa terlepas dari pembangunan ekonomi
secara regional. Pada hakekatnya pembangunan regional merupakan pelaksanaan dari
pembangunan nasional pada wilayah tertentu yang disesuaikan dengan kemampuan fisik, sosial
ekonomi regional tersebut, serta harus tunduk pada peraturan tertentu. Demi keberhasilan
pembangunan ekonomi regional itulah, maka pemerintah memberlakukan otonomi daerah.
Menurut Sukirno (2004:423) Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti
oleh perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. Namun, pembangunan tidak sekedar
ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara, akan tetapi lebih
dari itu pembangunan mempunyai perspektif yang lebih luas. Dimensi sosial yang sering
diabaikan dalam pendekatan pertumbuhan ekonomi justru mendapat tempat yang strategis
dalam pembangunan.
Pembangunan daerah sebagai integral dari pembangunan nasional merupakan suatu proses
perubahan yang terencana dalam upaya mencapai sasaran dan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang di dalamnya melibatkan seluruh kegiatan yang ada melalui
dukungan masyarakat di berbagai sektor. Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi
potensi serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas
pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah,
maka kemanfaatan sumber daya yang ada menjadi kurang optimal. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan.
Proses lajunya pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditunjukkan dengan menggunakan
tingkat pertambahan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), sehingga tingkat perkembangan
PDRB per kapita yang dicapai masyarakat sering kali sebagai ukuran kesuksesan suatu daerah
dalam mencapai cita-cita untuk menciptakan pembangunan ekonomi. Secara makro pertumbuhan
dan peningkatan PDRB dari tahun ke tahun merupakan indikator dari keberhasilan pembangunan
daerah yang dapat dikategorikan dalam berbagai sektor ekonomi yaitu: Sektor pertanian,
pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan,
perdagangan, perhotelan dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan, sektor jasa lainnya.
Semakin besar sumbangan yang diberikan oleh masing-masing sektor ekonomi terhadap
PDRB suatu daerah maka akan dapat melaksanakan pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih
baik. Pertumbuhan ekonomi dilihat dari PDRB merupakan salah satu indikator untuk melihat
keberhasilan pembangunan. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi melalui indikator Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) yang berarti pula akan meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah peran
pemerintah sangat diperlukan yaitu dalam pembuatan strategi dan perencanaan pembangunan
daerah, dengan memperhatikan pergeseran sektor ekonomi dari tahun ke tahun.
Produk domestik bruto (PDRB) di Indonesia menurut klasifikasi yang dilaksanakan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) pada dasarnya terdiri atas 9 (sembilah) sektor yaitu sektor pertanian,
sektor pertambangan dan penggalian, industri, pengolahan, listrik dan air minum, bangunan dan
17 Analisis Sektor Basis dan Potensi Ekonomi di Kabupaten Deli
Serdang

konstruksi, perdagangan, hotel dan restauran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan,


persewaan dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa.
Marlina Mahdalena, Parulian Simanjuntak & Nancy Nopeline 18

Tabel 1
PDRB Kabupaten Deli Serdang Atas Harga Konstan 2000 Menurut
Lapangan Usaha Periode 2008-2012 (Milyar Rupiah)

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012


Pertanian 2.164,63 2.273,24 2.386,45 2.499,58 2.621,78
Penggalian 175.12 179,96 192,73 205,76 219.37
Indutri 5.166,53 5.412,76 5.682,18 5.932,29 6.196,54
Listrik,gas,& A.Minum 28,01 29.42 31,71 34.53 37.54
Bangunan 341.49 388.01 408.63 455.64 500.55
Perdangan,Hotel,&
2.732,84 2,879.75 3.037,77 3.226,10 3.431,95
Restoran
Pengangkutan &
266,90 282.23 302,37 326.49 350.99
Komunikasi
Keuangan,Persewaan&j
393.47 434.81 484.33 540.82 595.52
asa Perusahaan
Jasa-Jasa 1.708,92 1.837,88 1.990,55 2.167,80 2.367,79
12.977,9 13.698,0 14.516,7 15.389,0 16.322,0
PDRB
4 6 3 1 3
Sumber :- Badan Pusat Statistik , Deli Serdang Dalam Angka, Tahun 2008
Badan Pusat Statistik, Deli Serdang Dalam Angka, Tahun 2009
Badan Pusat Statistik, Deli Serdang Dalam Angka, Tahun 2010
Badan Pusat Statistik, Deli Serdang Dalam Angka, Tahun 2011
Badan Pusat Statistik, Deli Serdang Dalam Angka, Tahun 2012

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu dari 33 Kabupaten/Kota Di Provinsi


Sumatera Utara. Sebagai salah satu daerah otonom yang memiliki kewenangan untuk
menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan serta memberikan pelayanan kepada
masyarakat, memiliki kewenangan yang luas untuk mengelola, merencanakan dan memanfaatkan
potensi ekonomi secara optimal, yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat di Kabupaten Deli
Serdang.
Dapat dilihat dari PDRB terlihat bahwa Kabupaten Deli Serdang memiliki Produk Domestik
Regional Bruto menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000 secara rata-rata dari
tahun 2008-2012 sebesar Rp. 16.322.03 milyar. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang
sangat dipengaruhi oleh sektor industri, terutama industri pengolahan. Selama kurung waktu
2008-2012, pertumbuhan ekonomi menunjukkan kecenderungan yang meningkat seiring dengan
menaikkan pertumbuhan seluruh sub sektor pembentuk PDRB kecuali sub sektor perbankan dan
jasa keuangan. Sejak tahun 2008 hingga tahun 2012 kondisi perekonomian Kabupaten Deli
Serdang mengalami pertumbuhan yang selalu positif rata-rata 5,50%. Hal ini perlu terus
ditingkatkan dengan perencanaan yang tepat menggunakan kaidah perencanaan yang ideal,
terlebih lagi Kabupaten Deli Serdang berdekatan dengan Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara,
sehingga dengan perencanaan sektor-sektor unggulan akan berdampak pada meningkatnya
kesejahteraan masyarakat antara lain dalam hal pendapatan perkapita.
Dengan seluruh kondisi di atas, ditambah lagi dengan pembangunan Bandara baru
pengganti Bandara Polonia Medan, perubahan konstribusi sektoral yang terjadi telah didasarkan
kepada strategi kebijakan pembangunan yang tepat, yaitu strategi yang memberikan dampak
yang optimal bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan kerja dan
peningkatan kesejahteraan penduduk. Karena untuk melaksanakan pembangunan dengan
sumber dana yang terbatas sebagai konsekuensinya harus difokuskan kepada pembangunan
sektor-sektor yang memberikan dampak pengganda (multiplier effect) yang besar terhadap sektor-
sektor lainnya atau perekonomian secara menyeluruh.
Marlina Mahdalena, Parulian Simanjuntak & Nancy Nopeline 19

Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi
dikelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan non basis. Kegiatan basis dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi wilayah. Tarigan (2006:29) menyatkana bahwa kegiatan basis adalah
semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar
wilayah. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi dari permintaan yang
bersifat exogenous (tidak tergantung pada kekuatan intern/permintaan lokal). Sedangkan non
basis adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal. Karena permintaan sektor ini sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat. Dengan demikian, sektor ini terikat
terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi
wilayah. Atas dasar anggapan di atas satu-satunya sektor yang bias meningkatkan perekonomian
wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis. Pertumbuhan ekonomi merupakan
salah satu ukuran dari keberhasilan program pembangunan yang telah dilaksanakan, khususnya
dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan rangkuman laju pertumbuhan dari
seluruh sektor ekonomi dan juga menggambarkan tingkat perubahan struktur ekonomi yang
terjadi pada suatu periode. Untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat
melalui perubahan PDRB atas dasar harga konstan di wilayah tersebut.

2. METODE PENELITIAN
2.1. Analisis Location Quotient (LQ)
Location Quotient (LQ) adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu
sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara
nasional. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi potensi yang dimiliki suatu daerah yaitu
sektor-sektor mana yang merupakan sektor basis atau non basis. Pada dasarnya teknik ini
menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor antara daerah yang diselidiki
dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas. Menggunakan LQ sebagai
petunjuk adanya keunggulan komperatif dapat digunakan bagi sektor-sektor yang telah lama
berkembang, sedangkan sektor yang baru atau sedang tumbuh apalagi yang selama ini belum
pernah ada, LQ tidak dapat digunakan karena produk totalnya belum menggambarkan kapasitas
rill daerah tersebut.
Rumus analisis Location Quotient (LQ) untuk penelitian skripsi ini adalah:

dimana :
PDRBis = Produk Domestik Regional Bruto sektor ke-i Kabupaten Deli
Serdang
PDRBs = Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Deli Serdang .
PDRBir = Produk Domestik Regional Bruto sektor ke-i Provinsi
Sumatera utara.
PDRBr = Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan rumus di atas dapat dikemukakan besarnya nilai LQi , yaitu (1) apabila LQ =
1, artinya peranan sektor tersebut di daerah penelitian sama dengan peran sektor tersebut dalam
daerah referensi. (2) apabila LQi < 1, maka peran sektor tersebut di daerah penelitian lebih kecil
daripada peran sektor tersebut di daerah referensi dan daerah bersangkutan mempunyai
kecenderungan dari daerah lain. Satu sektor mempuyai LQi < 1 berarti sektor tersebut dikatakan
sektor non basis. (3) jika LQi > 1, artinya peranan sektor tersebut di daerah penelitian lebih
menonjol dari pada peranan sektor itu dalam daerah referensi. Sektor bersangkutan dianggap
sektor basis atau unggulan dan secara tidak langsung memberi petunjuk bahwa daerah tersebut
memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage).
Marlina Mahdalena, Parulian Simanjuntak & Nancy Nopeline 20

2.2. Model atau Teori Gravitasi


Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk melihat besarnya daya
tarik suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini sering digunakan untuk melihat
kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut.
Misalnya, ada dua kota (kota A dan B) yang berdekatan, ingin diketahui berapa besar
interaksi yang terjadi antara dua kota tersebut. Interaksi itu ditentukan oleh beberapa faktor,
faktor pertama adalah besarnya kedua kota tersebut. Sebuah kota dapat diukur dari jumlah
penduduk, banyaknya lapangan kerja, total pendapatan (nilai tambah), jumlah atau luas
bangunan, banyaknya fasilitas kepentingan umum, dan lain-lain. Kemudahan dalam
mendapatkan data membuat ukuran jumlah penduduk lebih sering digunakan sebagai alat ukur.
Ukuran jumlah penduduk bukanlah arbiter karena jumlah penduduk juga terkait langsung dengan
berbagai ukuran lain yang dikemukakan di atas. Faktor kedua yang mempengaruhi interaksi
adalah jarak antara kota A dan B. Jarak mempengaruhi orang untuk berpergian karena
menempuh jarak tersebut diperlukan waktu, tenaga, dan biaya.
Penelitian ini menggunakan analisis gravitasi untuk melihat besarnya daya tarik dari suatu
potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini digunakan untuk melihat kaitan suatu potensi
dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut. Model gravitasi dapat digunakan untuk
menghitung besarnya interaksi yang terjadi antara dua wilayah.
Dalam konteks penelitian ini, analisis gravitasi digunakan untuk mengidentifikasikan
interaksi ekonomi atau keterkaitan antara Provinsi Sumatera Utara dengan kabupaten deli
serdang sekitarnya. Menurut analisis ini daya tarik menarik antar pusat pertumbuhan dengan
daerah sekitarnya merupakan perbandingan terbalik antara besarnya pengaruh pusat wilayah dan
kuadrat jarak antara dua wilayah.
Rumus analisis gravitasi adalah sebagai berikut:
PiPj
Tij
d ij2
Dimana :
T ij : Daya tarik-menarik antar daerah i dengan j
Pi : Besarnya massa dari wilayah (i) yang menggunakan
tolak ukur jumlah penduduk di daerah (i)
Pj : Besarnya massa dari wilayah (j) yang menggunakan Tolak
ukur jumlah penduduk di daerah (j).
d2ij : Jarak antara i dan j
Pengukuran dari analisis ini adalah:
1. Bila Tij nilainya semakin besar maka daya tarik menarik antara daerah (i) dan (j) semakin
kuat dan bisa dikatakan indikator kegiatan sosial ekonomi keduanya besar kaitannya.
2. Bila Tij nilainya semakin kecil maka daya tarik menarik antara daerah (i) dan (j) semakin
lemah dan bisa dikatakan indikator kegiatan sosial ekonomi keduanya kecil kaitannya.

2.3. Definisi Operasional Penelitian


Untuk menyamakan pandangan tentang variabel-variabel yang digunakan dan menghindari
terjadinya perbedaan penafsiran, maka penulis memberi batasan atau defenisi operasional sebagai
berikut :
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai tambah bruto (gross value added) yang
timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu
berdasarkan harga konstan(Milyaran rupiah).
2. Sektor Ekonomi adalah lapangan usaha yang terdapat dalam PDRB, yang mencakup 9
(sembilan) sektor utama menurut Badan Pusat Statistik.
3. Sektor Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di daerah sendiri maupun
diluar daerah yang bersangkutan.
Marlina Mahdalena, Parulian Simanjuntak & Nancy Nopeline 21

4. Location Quotient (LQ) adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu
sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara
nasional.
5. Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk melihat besarnya
daya tarik suatu potensi yang berada pada suatu lokasi.

3. PEMBAHASAN
Analisis gravitasi ini digunakan untuk mengetahui seberapa kuat keterkaitan (inter linkage)
antara Kabupaten Deli Serdang sebagai Ibu kota Lubuk Pakam dan pusat pertumbuhan dengan
kabupaten-kabupaten sekitarnya yaitu: Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang, Kabupaten Karo,
Kabupaten Simalungun, Kabupaten Serdang Berdagai. Dan Kota Medan, Kota Tebing, Kota Binjai.
Berdasarkan teori interaksi spasial keterkaitan yang lebih kuat mengindikasikan
adanyainteraksi ekonomi baik berupa arus uang, barang dan manusia lebih besar (intensif).
Dengan adanya interaksi antar wilayah maka suatu daerah(kota) akan saling melengkapi dan
bekerjasama dengan daerah lain (Kabupaten) untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi
masing-masing wilayah.Pertumbuhan ekonomi daerah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
internatetapi juga faktor eksterna yaitu hubungan interaksi dengan daerah lainnya. Prosesnya
ditandai dengan adanya interaksi antar daerah yang berupa aktifitas ekonomi, aktifitas sosial dan
komunikasi antar penduduk.
KotaMedan berkembang seiring dengan pesatnya pertumbuhan aktivitas perkotaan
yangmenjalar ke wilayah sekitarnya.Perkembangan aktivitas ini telah membentuk suatukawasan
metropolitan yang dikenal dengan Mebidang (Kota Medan, Kota Binjai, danKabupaten Deli
Serdang).

Tabel 2
Peringkat atau Level Keterkaitan Gravitasi antara
Kabupaten Deli Serdang dengan Kabupaten-kabupaten dan Kota
NO Kabupaten Nilai Indeks Gravitasi Makna

1. Kabupaten Langkat 17.369.069.54 Keterkaitan dengan


Kabupaten Deli Serdang
lemah.
2 Kabupaten Karo 286.664.404.34 Keterkaitan dengan
Kabupaten Deli Serdang
cu kuat
3 Kabupaten 76.626.593.52 Keterkaitan dengan
Simalungun Kabupaten Deli Serdang
lemah
4 Kabupaten Serdang 376.605.084. Keterkaitan dengan
Berdagai Kabupaten Deli Serdang
kuat
5 Kota Medan 465.294.252.95 Keterkaitan dengan
Kabupaten Deli Serdang
kuat
6 Kota Binjai 424.143.209.29 Keterkaitan dengan
Kabupaten Deli Serdang
kuat
7 Kota Tebing 48.009.494.42 Keterkaitan dengan
Kabupaten Deli Serdang
lemah
Marlina Mahdalena, Parulian Simanjuntak & Nancy Nopeline 22

Dengan adanya Interaksi antar wilayah maka suatu kota akan saling melengkapi dan
bekerjasama dengan kabupaten dalam satu wilayah geografis untuk meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi masing-masing wilayah. Ditunjang dengan Kawasan Metropolitan
Perkotaan pembentukan Kawasan Pengembangan Terpadu sebagai kawasan yang berpotensi
untuk tumbuh cepat dengan saling meningkatkanpertumbuhan ekonomi dan interaksi Kabupaten
Deli Serdang .
Berdasarkan, Tabel 2, bahwa yang memiliki Interaksi yang kuat dengan Kabupaten Deli
Serdang adalah Kota Medan (456.294,252.95), Kota Binjai(424.143,209.29) Kabupaten Serdang
Berdagai (376.605.084.13), Kabupaten Karo(286.66,404.34). Tinggi keterkaitan Kota Medan, Kota
Binjai, Kabupaten Serdang Berdagai, Kabupaten Karo, dengan Kabupaten Deli Serdang di
sebabkan karena Kabupaten Karo memiliki daya tarik tersendiri berupa banyak fasilitas untuk
pendidikan, jasa keuangan dan jasa kesehatan serta fasilitas-fasilitas lain seperti sentra-sentra atau
pusat-pusat perbelanjaan.
Jasa-jasa atau fasilitas tersebut menjadi rujukan karena skala produksi maupun aspek
teknologinya yang baik dibanding daerah-daerah sekitarnya.Ada banyak faktor yang mendorong
timbulnya Interaksi yang kuat antara Kabupaten Karo dengan Kabupaten Deli Serdang.
Faktor tersebut adalah banyaknya peninggalan sejarah yaitu, Pura di B. Meriah, Legenda
Gurda-gurdi, Tari-tari Ndurung, Tari tongkat erpangir kulau dan wisata alam yaitu, Air terjun
sipiso-piso, Gunung sibayak, Gunung sipiso-piso,Gunung api sinabung, Danau lau kawar, Air
panas lau sebuk-debuk, taman hutan raya bukti barisan, dan wisata kota yaitu , Kota Berastagi
Desa Budaya Lingga.
Kabupaten Serdang Berdagai yang tercatat juga memiliki keterkaitan yang kuat dengan
Kabupaten Deli Serdang sektor pendorong adaah Pertanian, industri perdagangan dan jasa-jasa
Kabupaten Deli Serdang Berdagai juga memiiki terkenal di bidang pariwisata yaitu, Pantai
cermir, theme park, pantai klang, pantai gudang garam, pantai sialang buah , pantai pondok
permai, kota pari, pantai kuala putrid, pantai mutiara, pulau berhala air terjun sampuran, sumur
air tawar, mesjid’iliyah, mesjid raya sulaimanayah sisa peninggalan kesultanan Serdang.
Sedangkan Kota Binjai memiliki sektor unggulan adalah Pertanian, perdagangan,hotel,
restoran, dan jasa-jasa dan objek wisata yaitu, Mesjid angung binjai, taman balita, pantai SB(Sei
Bingei) tugu perjuangan 1945. Sektor unggulan Kota Medan adalah Jasa-jasa,
perdagangan,hotel,restoran, bangunan dan objek wisata Kota Medan yaitu Istana maimun, mesjid
raya Medan, danau linting, penangkaran buaya asam kumbang medan, Rahmad gallery.
Selain memiliki keterkaitan yang kuat Kabupaten Deli Serdang juga memiliki keterkaitan
yang lemah dengan beberapa daerah pana penelitian seperti Kabupaten Langkat, Kabupaten
Simalungun, Kota Tembing Tinggi.Hal ini di sebabkan karena kurangnya fasilitas seperti jasa
pendidikan, jasa keuangan dan jasa kesehatan serta fasilitas-fasiitas seperti sentra-sentra atau
pusat perbelanjaan.

4. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik
kesimpulan antara lain.
1. Berdasarkan Hasil analisis Location Quotient sektor-sektor potensial yang paling
diandalkan selama 2008-2012 adalah Sektor industri pengolahan, Sektor perdagangan,
hotel dan restoran, sektor pertanian, dan sektor jasa-jasa
2. Hasil dari analisis gravitasi dengan nilai indeks terbesar menunjukkan keterkaitan atau
daya tarik menarik potensi ekonomi antara Kabupaten Deli Serdang dengan kabupaten
lain di sekitarnya yang paling kuat adalah Kabupaten Deli Serdang Dengan Kota Medan,
Kedua Kabupaten Karo, Kabupaten Serdang Berdagai, dan Kota binjai. Keterkaitan
dengan Kabupaten Deli Serdang karena kedua daerah tersebut mempunyai jarak yang
cukup dekat sehingga interaksi keduanya paling kuat. Interaksi dengan daerah ini
dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan jarak antara kedua daerah. Kota Medan
berkembang seiring dengan pesatnya pertumbuhan aktivitas perkotaan yang menjalar ke
Marlina Mahdalena, Parulian Simanjuntak & Nancy Nopeline 23

wilayah sekitarnya. Perkembangan aktivitas ini telah membentuk suatukawasan


metropolitan
4.2. Saran
1. Memberikkan perhatian yang lebih pada sektor pertanian, industri pengolahan,
perdagangan, hotel dan restoran yang sangat potensial untuk dikembangkan di
Kabupaten Deli Serdang pemberian izin yang selektif bantuan permodalan, perbaikan
infrastuktur pasar tradisional disertai dengan dukungan dan implementasi regulasi yang
lebih nyata di lapangan sebagai upaya untuk meningkatkan PDRB Kabupaten Deli
Serdang.
2. Peraturan daerah yang dikeluarkan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang hendaknya perlu
sosialisasi agar pelaksanaannya dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat yang
optimal meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan menindak
dengan tegas pelanggaran-pelanggaran yang terjadi melalui pemberian sanksi yang
menimbulkan efek jera.
3. Memperbaiki infrastruktur jalan di Kabupaten Deli Serdang agar dapat meningkatkan
pariwisata yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang.
Marlina Mahdalena, Parulian Simanjuntak & Nancy Nopeline 24

DAFTAR PUSTAKA

Nurfatimah, Annisa, Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi bali,


Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Tahun
2013. Skripsi S-1( tidak terbitkan)
Prishardoyo, Bambang, Analisis Tingkat Pertumbuhan Ekonomi dan Potensi Ekonomi Terhadap
Poduk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pati Tahun 2002-2005. Jurnal Ekonomi,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, 2008
Sjafrizal, Ekonomi Wilayah Dan Perkotaan, Cetakan Pertama Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012
Sukirno, Sadono, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan, Edisi Kedua,
Cetakan Keempat, Jakarta: Kencana, 2010.
Sukirno, Sadono, Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, Cetakan Kelima belas Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004.
Tarigan, Robinson, Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi, Cetakan Ketiga, Jakarta:
Bumi Aksara, 2006.
Todaro, Michael P. Smith dan Stephen C Smith. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi
Kedelapan, Jilid I, Alih Bahasa: Haris Munandar dan Puji A. L, Jakarta: Erlangga, 2004.
Purba F. Elvis dan Santi R. Siahaan, Pengantar Ekonomi Pembangunan, Edisi Kedua,Cetakan
Kedua, Medan: Universitas HKBP Nommesen Fakulyas Ekonomi, 2002.

Você também pode gostar