Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI PENYAKIT
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana trakea
dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. Asma adalah suatu
gangguan pada saluran bronchial dengan ciri bronkospasme periodik (kontraksi
spasme pada saluran nafas). (iman somantri, 2008)
Asma bronchial adalah suatu penyakit kronis yang ditandai dengan adanya
peningkatan kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsang dari luar (debu,
serbuk, bunga, udara dingin, makanan, dan lain-lain) yang menyebabkan
penyempitan saluran nafas yang meluas dan dapat sembuh spontan atau dengan
pengobatan.
B. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan Gejala :
1. Dyspnea parah dengan ekspirasi memanjang
2. Wheezing
3. Batuk Produktif
4. Penggunaan obat bantu nafas
5. Sianosis, takikardi, gelisah dan pulsus parodoksus
6. Hiperkapnia
7. Anoreksia
8. Diaphoresis
C. PATOFISIOLOGI
Infeksi merusak dinding bronchial, sehingga akan menyebabkan struktur
penunjang dan meningkatnya produksi sputum kental yang akhirnya akan
mengobstruksi bronkus. Dinding secara permanen menjadi distensi oleh batuk yang
berat, infeksi meluas ke jaringan peribronchial. Pada kondisi ini timbullah saccular
bronchiectasis. Setiap kali dilatasi, sputum kental akan berkumpul dan akan menjadi
abses paru, eksudat keluar secara bebas melalui bronkus. Bronchiectasis biasanya
1
terlokalisasi dan mempengaruhi lobus atau segmen paru. Lobus bawah merupakan
area yang paling sering terkena.
Retensi dari sekret dan timbulnya obstruksi pada akhirnya akan menyebabkan
obstruksi dan colaps (atelektasis) alveoli distal. Jaringan parut (fibrosis) terbentuk
sebagai reaksi peradangan akan menggantikan fungsi dari jaringan paru.
Pada saat ini kondisi klien berkembang ke arah insufisiensi pernafasan yang
di tandai dengan penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi dan peningkatan
ratio residual volume terhadap kapasitas total paru. Kemudian terjadilah kerusakan
pertukaran gas dimana gas inspirasi saling bercampur dan terjadi hipoksemia.
Pencetus serangan yaitu berupa alergen, emosi, stress, obat-obatan, infeksi
dan lain lain dapat menimbulkan antigen dan antibodi, kemudian dikeluarkan lah
substansi vasoaktif / sel mast (histamin, bradikin, anafilaktin, prostaglandin) setelah
itu terjadilah kontraksi otot polos (bronkospasme), peningkatan permeabilitas kapiler
(edema, mukosa, hipersekresi), dan sekresi mukus meningkat kemudian obstruksi
saluran nafas yang menyebabkan batuk, dyspnea dan mengi.
2
D. PATHWAY
Alergen
Genetika Stress
Peningkatan Antibodi
Ig E abnormal
3
E. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN FARMAKOLOGI
1. Terapi Obat
Penatalaksanaan medis pada penderita asma bisa dilakukan dengan penggunaan
obat-obatan asma dengan tujuan penyakit asma dapat dikontrol dan dikendalikan.
Penggolongan obat-obatan asma, sebagai berikut :
a. Obat-obatan anti peradangan (preventer)
Usaha pengendalian dalam jangka panjang, mencegah dan mengurangi
peradangan, pembengkakan saluran nafas dan produksi lendir.
b. Obat-obat pelega gejala jangka panjang
Contoh : salmoterol, teofilin, salbutamol
c. Obat-obat kortikosteroid oral
Berfungsi mengatasi pembengkakan dan peradangan yang mencetuskan
serangan asma. Dibutuhkan 6-8 jam agar obat bekerja
Contoh : prednisone, prednisolone, metilprednisolone, deksametason
2. Alat-alat hirup
Alat hirup disebut juga inhaler puffer adalah alat yang paling banyak digunakan
untuk menghantar obat-obatan ke saluran pernafasan atau paru-paru. Alat ini disebut
dosis terukur karena memang menghantar suatu jumlah obat yang konsisten terukur
dengan setiap semprotan.
F. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Pentalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan pada penderita asma adalah
sebagai berikut : memberikan penyuluhan (pendidikan kesehatan), pemberian cairan,
fisioterapy, dan pemberian O2 bila perlu.
4
TUJUAN DAN INTERVENSI
5
6
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Niluh Gede Yasmin. (2003). Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC