Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PEMBAHASAN
Pasien perempuan usia 50 tahun pekerjaan ibu rumah tangga datang dengan
keluhan sariawan di bibir dan lidahnya, sebelumnya pernah dirawat di Bag. Ilmu
Penyakit Mulut dengan keluhan yang sama 2 bulan lalu, Pada pemeriksaan klinis
ekstra oral KGB mandibula kanan dan kiri teraba, kenyal dan sakit (+). Pada bibir
atas dan bawah ditemukan adanya multiple ulser sebesar 1-2 cm serta terasa sakit.
Pada pemeriksaan intra oral ditemukan adanya multiple ulser pada lateral, ventral dan
anterior lidah berukuran 1-4 cm, dan sakit (+), Pada bagian mukosa bukal kiri juga
ditemukan multiple ulser, ukuran 1-3 cm, erosif, sakit (+) dan pada mukosa bukal
kanan ditemukan multiple ulser, ukuran 1-2 cm, erosive, sakit (+). Berdasarkan
dengan episode berulang dari vesikel-vesikel kecil pada kulit atau mukosa, yang
berisi cairan dan terasa sakit. Vesikel ini mudah sekali pecah dan membentuk lesi
ulser kecil bulat dan dangkal. Seiring dengan bertambah parahnya penyakit, lesi ulser
ini akan bergabung satu sama lain membentuk ulser yang lebih besar (multiple)
dengan bentuk yang tidak teratur. (Greenberg, 2003). Ulser-ulser ini dapat
menghilang dengan sendirinya meskipun virusnya tetap ada dalam keadaan tidak
aktif (dormant) di dalam ganglia (badan sel saraf), yang mempersarafi rasa pada
daerah yang terinfeksi. Secara periodik, virus ini akan kembali aktif. (Wayne &
Michael, 2003).
paparan sinar ultraviolet, trauma jaringan oral atau jaringan saraf, imunosupresi,dan
gangguan hormon. Patogenesis terjadinya reaktivasi ini belum diketahui pasti namun
diperkirakan oleh karena terjadinya stimulus pada nukleus sensoris tempat dormant
virus yang terjadi baik melalui stimulus sentral maupun perifer. (Greenberg, 2003).
Berdasarkan uraian dan kasus diatas HSV-1 dapat reaktivasi bisa disebabkan karena
faktor stress dan hormonal ( pasien perempuan usia 50 tahun dan pekerjaan IRT) atau
multiforme (HAEM). Menurut Greenberg tahun 2003, HAEM dapat muncul karena
berkaitan dengan antigen herpes simplex virus (HSV). Gejala khas dari HAEM ialah
lesi target yang terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian tengah berupa vesikel atau eritema
lingkaran yang merah (Greenberg, 2003). Karena pada kasus pasien tidak ditemukan
adanya lesi target sehingga dapat dipastikan bahwa pasien didiagnosa memiliki
pada bagian dorsal lidah. Menurut Ghom tahun 2005 plak putih atau kekuningan pada
lidah yang terdiri atas epitel terdekuamasi, bakteri, dan debris makanan merupakan
Coated Tongue. (Ghom, 2005; Taber, 2013). Menurut Lewis dan Jordan tahun 2013,
Plak putih dapat terbentuk karena kurangnya pergerakan lidah, yang bisa disebabkan
karena lesi minor (ulser) yang menyakitkan, gangguan aliran saliva, dan kebiasaan
buruk (merokok dan minum alcohol), kelainan pencernaan atau pernafasan, kondisi
demam, atau pasien yang sedang melakukan diet makanan lunak,. Warna selaput pada
lidah bergantung pada berbagai macam faktor, misalnya penggunaan tembakau dan
kebiasaan diet (Lewis and Jordan, 2013; Field and Longman, 2003).
jamur Candida albicans pada lapisan terluar epithelium yang memberikan gambaran
plak berwarna putih, difus, bergumpal-gumpal. Plak ini dapat dikerok dan
timbulnya candidiasis secara lokal yaitu kebersihan rongga mulut yang buruk,
xerostomia, kerusakan mukosa, gigi tiruan, obat kumur, dan penggunaan antibiotik
(Laskaris, 2006). Berdasarkan temuan pada kasus dan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa lidah pasien didiagnosa Coated Tongue a.r dorsal lidah.
Perawatan kasus pasien dengan infeksi Herpes Simplek yang disertai Coated
Tongue dengan menghilangkan etiologi penyebab ulser yaitu virus HSV-1. Wayne
dan Michael tahun 2003 berpendapat bahwa perawatan awal pada pasien Herpes
Simpleks yang rekuren adalah dengan menenangkan dan edukasi pasien tentang
kondisi dasar dan infeksi, serta menginstruksi untuk tidak bertukar alat makan dengan
keluarga, jangan menggaruk ataupun menyentuh lesi karena lesi menular, istirahat
yang cukup, konsumsi makanan yang bergizi, hindari paparan sinar matahari agar
sebagai agen antivirus diberikan untuk perlawanan terhadap virus HSV dengan dosis
standard 200mg acyclovir, 5 kali sehari selama 5 hari (Wayne & Michael, 2003).
2008, kombinasi vitamin B12 dan Asam folat mampu meregenerasi sel baru,
sehingga dapat mempercepat perbaikan jaringan epitel mukosa rongga mulut yang
rusak (Guyton dan Hall, 2008), serta Penggunaan Chlorheksidin 0,2% dan tongue
scapper dianjurkan untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta perawatan
Pasien melakukan kontrol pertama dan kedua terdapat pengurangan lesi pada
bagian mukosa bukal dan tanpa adanya rasa sakit. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan obat yang telah diberikan pada pasien sangat efektif dalam
menghilangkan simpton yang ada pada pasien. Rasa sakit ini berkurang karena
infeksi HSV membaik dan kerja dari obat antivirus yaitu Acyclovir efektif pada
pasien ini. Kooperatif pasien dalam pengobatan juga membantu penyembuhan lesi
yang cepat dan baik.