Você está na página 1de 13

ARTIKEL RSA

HERBARIUM, PENGOLAHAN SIMPLISIA,


PENGKAPSULAN, DAN RESEP HERBAL
LAINNYA

INSTRUKTUR : HARI NUGROHO,STP


DISUSUN OLEH :
YULYANA
NIM : 14174344
KELAS : B/KM/II
KELOMPOK : B-10

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


KONSENTRASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT
STIKes SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2018
BAB I
HERBARIUM

1. Pengertian Herbarium
Herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor
(1700) untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-
1550) seorang Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang
pertama yang mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan dan melekatkannya di
atas kertas serta mencatatnya sebagai koleksi ilmiah (Ramadhanil, 2003).
Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang hama,
penyakit atau kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan semak
disertakan ujung batang, daun, bunga dan buah, sedang tumbuhan berbentuk
herba disertakan seluruh habitus. Herbarium kering digunakan untuk spesimen
yang mudah dikeringkan, misalnya daun, batang, bunga dan akar, sedangkan
herbarium basah digunakan untuk spesimen yang berair dan lembek, misalnya
buah (Setyawan dkk, 2005).

2. Manfaat Herbarium
Herbarium dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk mentakrifkan
takson tumbuhan, ia mempunyai holotype untuk tumbuhan tersebut. Herbarium
juga dapat digunakan sebagai bahan penelitian untuk para ahli bunga atau ahli
taksonomi, untuk mendukung studi ilmiah lainnya seperti survey ekologi, studi
fitokimia, penghitungan kromosom, melakukan analisa perbandingan biologi dan
berperan dalam mengungkap kajian evolusi. Kebermanfaatan herbarium yang
sangat besar ini menuntut perawatan dan pengelolaan spesimen harus dilakukan
dengan baik dan benar (Setyawan dkk, 2005).

1
3. Cara Pembuatan Herbarium
Koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya,
pengawetan dan penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan pula
kelestarian objek tersebut. Perlu ada pembatasan pengambilan objek. Salah
satunya dengan cara pembuatan awetan. Pengawetan dapat dilakukan terhadap
objek tumbuhan. Pengawetan dapat dengan cara basah ataupun kering. Cara dan
bahan pengawetnya bervariasi, tergantung sifat objeknya. Organ tumbuhan yang
berdaging seperti buah, biasanya dilakukan dengan awetan basah. Sedang untuk
daun, batang dan akarnya, umumnya dengan awetan kering berupa herbarium
(Suyitno, 2004).
Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam
praktek pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang baik harus memberikan
informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan kata
lain,suatu koleksi tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan
harus ada keterangan yang memberikan seluruh informasi yang tidak Nampak
pada spesimen herbarium. Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan
pengamatan spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru.
Terutama untuk spesimen-spesimen yang sulit ditemukan di alam. Awetan
spesimen dapat berupa awetan kering dan awetan basah. Awetan kering tanaman
di awetkan dalam bentuk herbarium, sedangkan untuk mengawetkan hewan
dengan sebelumnya mengeluarkan organ-organ di dalamnya. Awetan basah baik
untuk hewan maupun tumbuhan biasanya dibuat dengan merendam seluruh
spesimen dalam larutan formalin 4% (Setyawan dkk, 2005).
Herbarium basah, setelah material herbarium diberi label gantung dan
dirapikan, kemudian dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Satu lipatan
kertas koran untuk satu spesimen. Tidak benar digabungkan beberapa spesimen di
dalam satu lipatan kertas. Selanjutnya, lipatan kertas koran berisi material
herbarium tersebut ditumpuk satu diatas lainnya. Tebal tumpukan disesuaikan
dengan dengan daya muat kantong plastik (40 × 60) yang akan digunakan.
Tumpukkan tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik dan disiram alcohol 70
% atau spiritus hingga seluruh bagian tumbukan tersiram secara merata, kemudian
kantong plastik ditutup rapat dengan isolatip atau hekter supaya alcohol atau
spiritus tidak menguap keluar dari kantong plastik (Onrizal, 2005).
Herbarium kering, cara kering menggunakan tiga macam proses yaitu
pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak terlalu
tebal di pres di dalam sasak, untuk mendpatkan hasil yng optimum sebaiknya di

2
pres dalam waktu dua minggu kemudian dikeringkan diatas tungku pengeringan
dengan panas yang diatur di dalam oven. Pengeringan harus segera dilakukan
karena jika terlambat akan mengakibatkan material herbarium rontok daunnya dan
cepat menjadi busuk. Pengeringan bertahap, yakni material herbarium dicelup
terlebih dahulu di dalam air mendidih selama 3 menit, kemudian dirapikan lalu
dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Selanjutnya, ditempuk dan dipres,
dijemur atau dikeringkan di atas tungku pengeringan. Selama proses pengeringan
material herbarium itu harus sering diperiksa dan diupayakan agar pengeringan
nya merata. Setelah kering, material herbarium dirapikan kembali dan kertas
koran bekas pengeringan tadi diganti dengan kertas baru. Kemudian material
herbarium dapat dikemas untuk diidentifikasi (Onrizal, 2005).

3
BAB II
PENGOLAHAN SIMPLISIA

1. Pengertian Simplisia
Menurut Departemen Kesehatan RI Simplisia adalah bahan alami yang
digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan
kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia
terbagi menjadi 3 golongan yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia
mineral. Yang akan dibahas pada artikel ini adalah simplisia nabati.
Simplisia nabati yaitu simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya. Eksudat tanaman
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu
sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau
bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari
tanamannya.
Bahan-bahan nabati yang dapat digunakan sebagai obat antara lain dapat
berasal dari kulit tumbuhan (misalnya kulit buah delima/Punica granatum yang
berkhasiat sebagai obat cacing), akar (misalnya akar tapak dara/ yang berkhasiat
sebagai obat diabetes, obat kanker), daun (misalnya daun saga/latin yang
berkhasiat sebagai obat sariawan, obbat batuk), bunga (misalnya bunga
cengkeh/latin yang berkhasiat untuk menghilangkan mual dan muntah), buah
(misalnya mahkota dewa/latin yang berkhasiat untuk obat asam urat), biji
(misalnya biji kopi yang berkhasiat sebagi penawar racun), dan lain lain.
Biasanya, simplisia dijadikan obat-obatan tradisional dalam bentuk larutan,
serbuk, tablet, maupun kapsul.

4
Simplisia memiliki banyak keunggulan antara lain efek sampingnya relatif
lebih kecil daripada obat-obatan kimia karena berasal dari alam, adanya komposisi
yang saling mendukung untuk mencapai efektivitas pengobatan, dan lebih sesuai
untuk penyakit metabolik dan degeneratif. Meskipun begitu, obat tradisional ini
memiliki kekurangan yaitu memiliki efek farmakologis yang lemah, bahan baku
belum terstandar, dan belum dilakukan uji klinik serta mudah tercemar berbagai
mikroorganisme. Jika ingin menggunakan simplisia sebagai obat tradisional,
sebaiknya menggunakan simplisia dari kelompok obat fitofarmaka atau fitoterapi
yang telah teruji khasiat dan keamanannya, teruji secara klinis, bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, serta memenuhi indikasi medis.

2. Pengeringan
Hasil panen tanaman obat untuk dibuat simplisia umumnya perlu segera
dikeringkan. Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air, untuk
menjamin dalam penyimpanan, mencegah pertumbuhan jamur, serta mencegah
terjadinya proses atau reaksi enzimatika yang dapat menurunkan mutu.
Dalam pengeringan faktor yang penting adalah suhu, kelembaban dan
aliran udara ( ventilasi ). Sumber suhu dapat berasal dari matahari atau dapat pula
dari suhu buatan.
Umumnya pengeringan bagian tanaman yang mengandung minyak atsiri
atau komponen lain yang termolabil, hendaknya dilakukan pada suhu tidak terlalu
tinggi dengan aliran udara berlengas rendah secara teratur. Untuk simplisia yang
mengandung alkaloida, umumnya dikeringkan pada suhu kurang dari 70 0 C.
Agar dalam pengeringan tidak terjadi proses pembusukan , hendaknya
simplisia jangan tertumpuk terlalu tebal. Sehingga proses penguapan berlangsung
dengan cepat. Sering suhu yang tidak terlalu tinggi dapat menyebabkan warna
simplisia menjadi lebih menarik. Misalnya pada pengeringanTemulawak suhu
awal pengeringan dengan panas buatan antara 50 0– 55 0 C.

3. Pengawetan
Simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga
atau cemaran atau mikroba dengan penambahan kloroform, CCl4, eter atau
pemberian bahan atau penggunaan cara yang sesuai, sehingga tidak
meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan.

4. Wadah
Wadah adalah tempat penyimpanan artikel dan dapat berhubungan
langsung atau tidak langsung dengan artikel. Wadah langsung (wadah primer)
adalah wadah yang langsung berhubungan dengan artikel sepanjang waktu.
Sedangkan wadah yang tidak bersentuhan langsung dengan artikel disebut wadah
sekunder.
Wadah dan sumbatnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan
didalamnya baik secara fisika maupun kimia, yang dapat mengakibatkan
perubahan kekuatan, mutu atau kemurniannya hingga tidak memenuhi persyaratan
resmi.

5
Wadah tertutup baik : harus melindungi isi terhadap masuknya bahan
padat dan mencegah kehilangan bahan selama penanganan, pengangkutan,
penyimpanan dan distribusi.

5. Suhu Penyimpanan
Dingin : adalah suhu tidak lebih dari 80C, Lemari pendingin mempunyai
suhu antara 20C– 80C, sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -
200C dan -100C.
Sejuk : adalah suhu antara 80C dan 150C. Kecuali dinyatakan lain, bahan
yang harus di simpan pada suhu sejuk dapat disimpan pada lemari pendingin.
Suhu kamar : adalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar
terkendali adalah suhu yang di atur antara 150 dan 300.
Hangat : hangat adalah suhu antara 300 dan 400 .
Panas berlebih : panas berlebih adalah suhu di atas 400.

6. Tanda dan Penyimpanan


Semua simplisia yang termasuk daftar narkotika, diberi tanda palang
medali berwarna merah di atas putih dan harus disimpan dalam lemari terkunci.
Semua simplisia yang termasuk daftar obat keras kecuali yang termasuk daftar
narkotika, diberi tanda tengkorak dan harus disimpan dalam lemari terkunci.

7. Kemurnian Simplisia
Persyaratan simplisia nabati dan simplisia hewani diberlakukan pada
simplisia yang diperdagangkan, tetapi pada simplisia yang digunakan untuk suatu
pembuatan atau isolasi minyak atsiri, alkaloida, glikosida, atau zat aktif lain,
tidak harus memenuhi persyaratan tersebut.
Persyaratan yang membedakan strukrur mikroskopik serbuk yang berasal
dari simplisia nabati atau simplisia hewani dapat tercakup dalam masing – masing
monografi, sebagai petunjuk identitas, mutu atau kemurniannya.

8. Benda Asing
Simplisia nabati dan simplisia hewani tidak boleh mengandung
organisme patogen, dan harus bebas dari cemaran mikro organisme , serangga dan
binatang lain maupun kotoran hewan . Simplisia tidak boleh menyimpang bau dan
warna, tidak boleh mengandung lendir , atau menunjukan adanya kerusakan.
Sebelum diserbukkan simplisia nabati harus dibebaskan dari pasir, debu, atau
pengotoran lain yang berasal dari tanah maupun benda anorganik asing.
Dalam perdagangan , jarang dijumpai simplisia nabati tanpa terikut atau
tercampur bagian lain , maupun bagian asing, yang biasanya tidak mempengaruhi
yang beracun atau membahayakan kesehatan. Bahan asing termasuk bagian lain
tanaman yang tidak dinyatakan dalam paparan monografi.

6
BAB III
PENGKAPSULAN

A. Pengertian dan Macam Kapsul


1. Pengertian Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang
keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi
dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
2. Macam – macam kapsul
Berdasarkan bentuknya kapsul dalam farmasi dibedakan
menjadi dua yaitu kapsul keras (capsulae durae, hard capsul ) dan kapsul lunak
(capsulae molles, soft capsul).

Perbedaan kapsul keras dan kapsul lunak.

Kapsul keras Kapsul lunak


- terdiri atas tubuh dan tutup - satu kesatuan
- tersedia dalam bentuk kosong - selalu sudah terisi
- isi biasanya padat, dapat juga cair - isi biasanya cair, dapat juga padat
- cara pakai per oral - bisa oral, vaginal, rectal, topikal
- bentuk hanya satu macam - bentuknya bermacam - macam

Macam-macam kapsul berdasarkan ukuran

Ketepatan dan kecepatan memilih ukuran kapsul tergantung dari


pengalaman. Biasanya dikerjakan secara eksperimental dan sebagai gambaran
hubungan jumlah obat dengan ukuran kapsul dapat dilihat dalam tabel dibawah
ini.

7
No. ukuran Asetosal Natrium NBB
(alam gram) Bikarbonat (dalam (dalam gram)
gram)

000 1 1,4 1,7

00 0,6 0,9 1,2

0 0,5 0,7 0,9

1 0,3 0,5 0,6

2 0,25 0,4 0,5

3 0,2 0,3 0,4

4 0,15 0,25 0,25

5 0,1 0,12 0,12

B. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Kapsul


Keuntungan bentuk sediaan kapsul :
1. Bentuk menarik dan praktis
2. Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang
kurang enak.
3. Mudah ditelan dan cepat hancur /larut didalam perut, sehingga bahan
cepat segera diabsorbsi (diserap) usus.
4. Dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi dari bermacam-
macam bahan obat dan dengan dosis yang berbeda-beda menurut
kebutuhan seorang pasien.
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat tidak memerlukan bahan penolong
seperti pada pembuatan pil atau tablet yang mungkin mempengaruhi
absorbsi bahan obatnya.

Kerugian bentuk sediaan kapsul :


1. Tidak bisa untuk zat-zat mudah menguap sebab pori-pori
cangkang tidak menahan penguapan.
2. Tidak untuk zat-zat yang higroskopis.
3. Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul.
4. Tidak untuk Balita.
5. Tidak bisa dibagi ( misal ½ kapsul).

C. Cara Pengisian Kapsul


Ada 3 macam cara pengisian kapsul yaitu dengan tangan, dengan alat
bukan mesin dan dengan alat mesin.
1. Dengan tangan

8
Merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa bantuan alat
lain. Cara ini sering dikerjakan di apotik untuk melayani resep dokter. Pada
pengisian dengan cara ini sebaiknya digunakan sarung tangan untuk mencegah
alergi yang mungkin timbul karena petugas tidak tahan terhadap obat tersebut.
Untuk memasukkan obat dapat dilakukan dengan cara serbuk dibagi sesuai
dengan jumlah kapsul yang diminta lalu tiap bagian serbuk dimasukkan kedalam
badan kapsul dan ditutup.
2. Dengan alat bukan mesin
Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan manusia.
Dengan menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih seragam dan
pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali cetak dapat dihasilkan berpuluh-
puluh kapsul. Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang tetap dan bagian
yang bergerak.
Caranya :
1. Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan kedalam lubang dari bagian
alat yang tidak bergerak.
2. Serbuk yang akan dimasukkan kedalam kapsul dimasukkan /ditaburkan
pada permukaan kemudian diratakan dengan kertas film.
3. Kapsul ditutup dengan cara merapatkan/menggerakkan bagian yang
bergerak. Dengan cara demikian semua kapsul akan tertutup.
3. Dengan alat mesin
Untuk menghemat tenaga dalam rangka memproduksi kapsul secara
besar-besaran dan untuk menjaga keseragaman dari kapsul tersebut , perlu
dipergunakan alat yang serba otomatis mulai dari membuka, mengisi sampai
dengan menutup kapsul. Dengan cara ini dapat diproduksi kapsul dengan jumlah
besar dan memerlukan tenaga sedikit serta keseragamannya lebih terjamin.

D. Cara Penutupan Kapsul


Penutupan kapsul yang berisi serbuk dapat dilakukan dengan cara yang
biasa yakni menutupkan bagian tutup kedalam badan kapsul tanpa penambahan
bahan perekat. Penutupan cangkang kapsul dapat juga dilakukan dengan
pemanasan langsung, menggunakan energi ultrasonik atau pelekatan
menggunakan cairan campuran air – alkohol.

E. Cara Membersihkan Kapsul


Caranya letakkan kapsul diatas sepotong kain (linnen,wol ) kemudian
digosok-gosokkan sampai bersih.

F. Pengisian Cairan ke Dalam Kapsul Keras


1. Zat-zat setengah cair/cairan kental
Misalnya ekstrak-ekstrak kental dalam jumlah kecil dapat dikapsul
sebagai serbuk sesudah dikeringkan dengan bahan-bahan inert, tetapi kalau
jumlahnya banyak yang jika dikeringkan membutuhkan terlalu banyak bahan
inert, maka dapat dibuat seperti masa pil dan dipotong-potong sebanyak yang
diperlukan, baru dimasukkan kedalam cangkang kapsul keras dan direkat.
2. Cairan-cairan
Untuk cairan-cairan seperti minyak-minyak lemak dan cairan lain yang
tidak melarutkan gelatinnya (bahan pembuat cangkang kapsul) dapat langsung

9
dimasukkan dengan pipet yang telah ditara.Sesudah itu tutup kapsul harus ditutup
(di seal) supaya cairan yang ada didalamnya tidak bocor atau keluar.

Untuk cairan-cairan seperti minyak menguap , kreosot atau alkohol yang


akan bereaksi dengan gelatinnya hingga rusak/meleleh , harus diencerkan terlebih
dahulu dengan minyak lemak sampai kadarnya dibawah 40 %.Sebelum
dimasukkan kedalam kapsul. Kapsul diletakkan dalam posisi berdiri pada sebuah
kotak, kemudian cairan kita teteskan dengan pipet yang sudah ditara dengan tegak
lurus, setetah itu tutup.

G. Faktor – Faktor yang Merusak Cangkang Kapsul

Cangkang kapsul dapat rusak jika kapsul tersebut :


1. Mengandung zat-zat yang mudah mencair ( higroskopis)
Zat ini tidak hanya menghisap lembab udara tetapi juga akan menyerap
air dari kapsulnya sendiri hingga menjadi rapuh dan mudah pecah. Penambahan
lactosa atau amylum (bahan inert netral) akan menghambat proses ini. Contohnya
kapsul yang mengandung KI, NaI, NaNO2 dan sebagainya.
2. Mengandung campuran eutecticum
Zat yang dicampur akan memiliki titik lebur lebih rendah daripada titik
lebur semula, sehingga menyebabkan kapsul rusak/lembek. Contohnya kapsul
yang mengandung Asetosal dengan Hexamin atau Camphor dengan menthol. Hal
ini dapat dihambat dengan mencampur masing-masing dengan bahan inert baru
keduanya dicampur.
3. Mengandung minyak menguap, kreosot dan alkohol.
(pemecahan sudah dibahas diatas )
4. Penyimpanan yang salah
Di tempat lembab, cangkang menjadi lunak dan lengket serta sukar
dibuka karena kapsul tersebut menghisap air dari udara yang lembab tersebut.
Di tempat terlalu kering, kapsul akan kehilangan air sehingga menjadi
rapuh dan mudah pecah.

Mengingat sifat kapsul tersebut maka sebaiknya kapsul disimpan :


1. Dalam ruang yang tidak terlalu lembab atau dingin kering
2. Dalam botol gelas tertutup rapat dan diberi silika (pengering)
3. Dalam wadah plastik yang diberi pengering
4. Dalam blitser / strip alufoil

H. Syarat – Syarat Kapsul


1. Keseragaman Bobot
Menurut FI. III, dibagi menjadi dua kelompok , yaitu :
1. Kapsul berisi obat kering
2. Kapsul berisi obat cair atau pasta
2. Waktu Hancur
3. Keseragaman Sediaan
4. Uji Disolusi

10
BAB IV
RESEP HERBAL LAINNYA

(Masker Bawang Putih, Solusi Cantik Untuk Samarkan Bekas Jerawat)

Jerawat memang menjadi salah satu masalah kulit wajah yang sangat

menjengkelkan. Lebih dari itu, jerawat juga merupakan salah satu masalah wajah

yang bisa membuat rasa percaya diri seseorang berkurang dan menjadi sedikit

minder. Apalagi, jika jerawat ini jumlahnya cukup banyak dan menimbulkan

bekas luka yang akan membuat kulit wajah tak mulus dan bersih lagi.

Lantas, bagaimana dong caranya agar bekas jerawat di wajah bisa dihilangkan

dan tak membuat kulit wajah bernoda? Untuk masyarakat perkotaan tentunya

memilih melakukan Facial Treatment untuk mengatasi masalah pada wajah

mereka, namun Di Sulawesi Tengah sendiri para wanita yang ada di pedesaan

memiliki cara unik untuk menghilangkan bekas jerawat yang ada pada wajah

mereka. Cara menghilangkan atau menyamarkan bekas jerawat ini adalah dengan

memanfaatkan bahan alami. Salah satu bahan alami tersebut sendiri adalah

bawang putih.

Kandungan nutrisi pada bawang putih dipercaya bisa menyamarkan bekas

luka jerawat atau bekas luka lainnya. Tak hanya itu saja, nutrisi yang terkandung

di dalam bawang putih juga dipercaya bisa menghaluskan kulit, mengempeskan

11
jerawat atau luka gigitan serangga dan mencerahkan kulit. Cara memanfaatkan

bawang putih sebagai solusi menyamarkan bekas jerawat ini sendiri sangat

mudah.

Caranya adalah, siapkan 4 sampai 5 siung bawang putih lalu haluskan.

Siapkan pula 2 sdm minyak zaitun lalu campur dengan bawang putih yang sudah

dihaluskan. Campur hingga kedua bahan benar-benar tercampur rata. Diamkan

beberapa saat terlebih dulu kira-kira sekitar selama 15 menit. Jika sudah,

aplikasikan ke kulit wajah yang mengalami bekas jerawat.

Oleskan masker bawang putih ini ke seluruh wajah secara merata dan pijat

lembut. Diamkan masker kira-kira selama 10 menit. Jika sudah, segera bilas

masker dengan air bersih. Sebagai sentuhan terakhir, oleskan pelembab alami

wajah yakni minyak zaitun. Ladies, itulah gimana cara membuat masker bawang

putih dan cara pengaplikasiannya untuk mengatasi masalah bekas jerawat.

12

Você também pode gostar