Você está na página 1de 25

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medik

1. Pengertian

a. Demam Tyfoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut

yang disebabkan oleh Salmonella Thypi. Penyakit ini yang ditandai

oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bakterimia tanpa

keterlibatan struktur endothelia atau endokardial dan infasi bakteri

sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit monocular dari hati, limpa,

kelenjar limfe usus dan peyer’s patch dan dapat menular pada orang

lain melalui makanan atau air yang terkontaminasi. (Sumarmo, 2002)

b. Demam Tyfoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus. Sinonim

dari demam tifoid dan paratiroid adalah typoid dan paratypoid fever,

enteric fever, tifus dan parativus abdominalis. Demam paratiroid

menunjukkan manifestasi yang sama dengan tifoid, namun biasanya

lebih ringan. (Mansjoer Arif, Kuspuji. T. dkk, 2001)

2. Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi pencernaan

1) Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri

atas dua bagian yaitu bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu

ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi, bagian rongga mulut

bagian dalam yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya oleh tulang
maksilaris, palatum dan mandibularis, di sebelah belakang

bersambung dengan faring. Fungsi mulut itu sendiri adalah untuk

menghancurkan makanan sehingga ukuranya cukup kecil.

2) Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir,

kerja otot lidah ini dapat digerakkan ke seluruh arah, fungsi lidah

yaitu mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat pengecap

dan menelan, serta merasakan makanan.

3) Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut

dengan kerongkongan (esofagus). Di dalam lengkung faring

terdapat tonsil (amandel), yaitu kumpulan-kumpulan kelenjar limfe

yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan

infeksi.

4) Esofagus merupakan saluran yang mengubungkan tekak dengan

lambung, panjangnya ±25 cm, mulai dari faring sampai pintu

masuk kardiak di bawah lambung, fungsi esofagus adalah

menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui gerak

peristaltik.

5) Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat

mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster. Fungsi

lambung itu sendiri adalah menampung makanan, mengancurkan

dan menghasilkan makanan oleh peristaltik lambung dan getah

bening.
6) Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem

pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir

pada sekum panjangnya ±6 m, merupakan saluran paling panjang,

tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang

terdiri dari lapisan usus halus. Fungsi usus halus yaitu:

a) Menerima zat-zat makanan yang sudah di cerna untuk diserap

melalui kapiler-kapiler darah dan saluran limfe.

b) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.

c) Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.

7) Duodenum disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm,

berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini

terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum ini terdapat

selaput lendur, yang membukit disebut papila vateri.

8) Jejenum dan Ileum mempunyai panjang sekitar ± 6 meter, dua

perlima bagian atas adalah (jejenum) dan ileum dengan panjang 4-5

meter. Lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding abdomen

posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk

kipas di kenal sebagai mesenterium.

9) Usus besar atau Intestinum mayor panjangnya ± 1 ½ meter,

lebarnya 5-6 cm. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam keluar.

Selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang,


jaringan ikat fungsi usus besar adalah menyerap air dari makanan,

tempat tinggal bakteri koli, tempat feces.

10) Sekum, di bawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang

berbentuk seperti cacing sehingga di sebut umbai

cacing.Seluruhnya di tutupi oleh peritonium mudah bergerak

walaupun tidak mempunyai mesenterium dan dapat di raba melalui

dinding abdomen.

11) Kolon asendens panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen

sebelah kanan, membujur ke atas dari ileum ke bawah hati di

bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini di sebut fleksura

hepatika, di lanjutkan sebagai kolon transversum.

12) Apendiks (usus buntu), bagian usus besar yang muncul seperti

cacing dari ujung sekum, mumpunyai pintu keluar yang sempit

tetapi masih memungkinkan dapat di lewati oleh beberapa isi usus.

13) Kolon transversum panjangnya ±38 cm, membujur dari kolon

desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat

fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.

14) Kolon desendens panjangnya ±25 cm, terletak di bawah abdomen

bagian kiri membujur dari atas ke bawah dan fleksura lienalis

sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.


15) Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak

miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai

hurus S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.

16) Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan

intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di

depan os sakrum dan os koksigis.

17) Anus adalah bgian dari saluran pencernaan yang menghubungkan

rektum dengan dunia luar. Terletak di dasar pelvis, dindingnya

diperkuat oleh 3 sfingter, sfingter ani internus (sebelah atas)

bekerja tidak menurut kehendak, sfingter levator ani bekerja juga

tidak menurut kehendak, sfingter ani eksternus (sebelah bawah)

bekerja menurut kehendak.

18) Peritonium terdiri dari dua bagian yaitu peritoneum parietal yang

melapisi dinding rongga abdomen dan peritoneum viseral yang

melapisi semua organ yang berada dalam rrongga abdomen. Fungsi

peritoneum yaitu:

a) Menutupi sebagian dari organ abdomen dan pelvis.

b) Membentuk pembatas yang halus sehingga organ yang ada

dalam rongga peritoneum tidak saling bergesekan.

c) Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ

terhadap dinding posterior abdomen.


19) Hati atau hepar adalah organ yang paling besar di dalam tubuh kita,

warnanya cokelat, dan beratnya ±1½ kg. Letaknya bagian atas

dalam rongga abdomen di sebelah kanan bawah diafragma. Fungsi

hati yaitu:

a) Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen.

b) Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat

dan air.

c) Pembentukan ureum, hati menerima asam amino di ubah

menjadi ureum.

20) Kandung empedu, sebuah kantong berbentuk terong dan

merupakan membran berotot, letaknya dalam sebuah lobus di

sebelah permukaan bawah hati sampai pinggir depanya,

panjangnya 8-12 cm, berkapasitas 60 cm.

21) Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat

mirip kelenjar ludah, panjangnya kira-kira 15 cm, lebarnya 5 cm

mulai dari duodenum sampai ke limpa, dan beratnya rata-rata 60-90

gram.
Gambar Anatomi (Scanlon C Valeria. 2007)
b. Fisiologi

Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan zat

nutrien (zat yang sudah di cerna), air, dan garam yang berasal dari

zat makanan untuk di distribusikan ke sel-sel melalui sistem

sirkulasi. Zat makanan merupakan sumber energi bagi tubuh sperti

ATP yang dibutuhkan sel-sel untuk melaksanakan tugasnya.

Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran

pencernaan maka saluran pencernaan harus mempunyai persediaan

air, elektrolit dan zat makanan yang terus menerus, untuk ini

dibutuhkan:

1) Pergerakan makanan melalui saluran pencernaan.

2) Sekresi getah pencernaan.

3) Absorbsi hasil pencernaan, air dan elektrolit.

4) Sirkulasi darah melalui organ gastrointestinal yang membawa

zat yang diabsorbsi.

5) Pengaturan semua fungsi oleh sistem saraf dan hormon.

Dalam lumen saluran gastrointestinal (GI) harus diciptakan

suatu lingkungan khusus supaya pencernaan dan absorbsi dapat

berlangsung, sekresi kelenjar dan kontraksi otot harus dikendalikan

sedemikian rupa supaya tersedia lingkungan yang optimal.


Mekanisme pengendalian lebih banyak dipengaruhi oleh volume dan

komposisi kandungan lumen gastrointestinal.

Sistem pengendalian harus dapat mendeteksi keadaan lumen

sistem ini terdapat di dalam dinding saluran gastrointestinal.

Kebanyakan refleks GI dimulai oleh sejumlah rangsangan di lumen

yaitu regangan dinding oleh isi lumen, osmolaritas kimus atau

konsentrasi zat yang terlarut, keasaman kimus atau konsentrasi ion

H, dan hasil pencernaan karbohidrat, lemak, protein (monosakarida,

asam lemak dan peptida dari asam amino.

3. Etiologi

a. Salmonella Typhi sama dengan salmonella yang lain adalah bakteri

gram negatif, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk

spora, fakultatif anaerob, mempunyai antigen somatik (O) yang

terdiri dari oligasakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari

protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida

mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang

membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin.

4. Patofisiologi

Salmonella Typhi masuk tubuh manusia melalui makanan dan air

yang tercemar, sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan

sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid dan
masuk ke aliran darah (bakteri primer) melalui duktus torasikus.

Salmonella typhi lain dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dari

usus. Salmonella typhi bersarang di plak peyeri yang menyebabkan

terjadinya perforasi dan peradangan, limpa, hati dan bagian-bagian lain

sistem retikuloendotelial. Berkembang biak di hati dan limfa

meyebabkan pembesaran hati dan limpa terjadi hepatomegali dan

splenomegali bila terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal.

Endotoksin salmonella typhi berperan dalam proses inflamasi lokal

pada jaringan tempat kuman tersebut berkembang biak. Salmonella

typhi dan endotoksinya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen

dan leukosit pada jaringan yang meradang, sehingga terjadi demam.

5. Manifestasi Klinis

a. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama.

b. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.

c. Nyeri kepala.

d. Nyeri perut.

e. Kembung.

f. Mual, muntah

g. Diare

h. Konstipasi

i. Pusing

j. Nyeri otot
k. Batuk

l. Epitaksis

m. Bradikardi

n. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merah serta

tremor)

o. Hepatomegali

p. Splenomegali

q. Meteorismus

r. Gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma

6. Pemeriksaan Test Diagnostik

a. Pemeriksaan darah tepi merupakan pemeriksaan sederhana yang

mudah dilakukan di laboratorium sederhana untuk membuat

diagnosa cepat. Akan ada gambaran jumlah darah putih yang

berkurang (leukopenia). Jumlah limfosit yang meningkat dan

eosinofilia.

b. Pemeriksaan widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan

zat anti terhadap kuman tifus. Widal positif kalau titer o 1/200 atau

lebih atau menunjukkan kenaikan progresif.

c. Pemeriksaan biakan empedu dengan di temukannya kuman

Salmonella typhosa dalam darah waktu minggu pertama dan

kemudian sering ditemukan dalam urine dan feces.

7. Komplikasi
a. Komplikasi Intestinal

1) Perdarahan usus

2) Perforasi usus

3) Ileus paralitik

b. Komplikasi ekstraintestinal

1) Komplikasi kardiovaskular : kegagalan sirkulasi, trombosis.

2) Komplikasi darah : anemia hemolitik.

3) Komplikasi paru : pneumonia

4) Komplikasi hepar : hepatitis

5) Komplikasi ginjal : glomerulonefritis

6) Komplikasi tulang : osteomiolitis

7) Komplikasi neuropsikiatrik : meningitis

8. Penatalaksanaan

a. Pemberian antibiotik untuk menghentikan dan memusnahkan

penyebaran kuman.

b. Isterahat dan perawatan profesional, bertujuan untuk mencegah

komplikasi dan mempercepat penyembuahan. Pasien harus tirah

baring absulut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang

lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan

pulihanya kekuatan pasien. Dalam perwatan perlu sekali dijaga

higine perseorangan kebersihan tempat tidur, pakaian dan peralatan

yang dipakai oleh pasien.


c. Diet dan terapi penunjang, pertama pasien diberi bubur saring,

kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai tingkat kesembuhan

pasien.

B. Konsep Dasar Keperawatan

Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional

yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berdasarkan

ilmu dan kiat keperawatan berbentuk layanan bio, psiko, sosial dan spiritual

yang komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga dan masyarakat

baik dalam keadaan sehat maupun sakit serta mencakup seluruh proses

kehidupan. Asuhan keperawatan dilaksanakan dalam proses keperawatan

yang meliputi tahap pengkajian, perencanaan, intervensi, pelaksanaan dan

evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan, pengkajian

harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis,

psikologis, sosial maupun spiritual pasien dalam melakukan pengumpulan

data ada beberapa hal yang harus diketahui oleh perawat diantaranya:

a. Tujuan pengumpulan data

b. Informasi atau data yang di perlukan

c. Sumber-sumber yang dapat di guanakan untuk memperoleh data.

d. Bagaimana sumber-sumber tersebut dapat memberikan informasi yang

baik.
e. Bagaimana mengorganisasi dan menggunakan informasi yang telah di

kumpulkan.

Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah

wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik dan diagnostik.

a. Wawancara, merupakan metode pengumpulan data secara langsung

antara perawat dan klien.

b. Observasi, merupakan metode pengumpulan data melalui

pengamatanvisual dengan menggunakan panca indera.

c. Pemeriksaan Fisik dilakukan dengan menggunakan empat metode yakni

inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.

1) Inspeksi

Sebagai kegiatan melihat atau memperhatiakan secara seksama

status kesehatan klien.

2) Auskultasi

Auskultasi adalah langka pemeriksaan fisik dengan menggunakan

stetoskop yang memungkinkan pemeriksa mendengar bunyi yang

keluar dari anggota tubuh pasien.

3) Perkusi

Perkusi adalah jenis pemeriksaan fisik dengan cara mengetuk

secara pelan, jari tengah menggunakan jari yang lain untuk

menentukan secara pelan, jari yang lain menentukan posisi, ukuran

dan konsistensi struktur suatu organ tubuh.


4) Palpasi

Palpasi adalah jenis pemeriksaan fisik dengan cara meraba atau

merasakan kulit untuk mengetahui struktur yang ada di bawah

kulit.

d. Data Dasar Pengkajian

1) Aktivitas atau isterahat

Gejala :kelemahan, kelelahan, malaise, merasa gelisah dan

ansietas, pembatasan aktivitasatau kerja

sehubungan dengan proses penyakit.

2) Sirkulasi

Tanda :Takikardi (respon demam, proses inflamasi dan

nyeri), bradikardi relatif, hipotensi termasuk

postural, kulit atau membran mukosa turgor

buruk,kering, lidah kotor.

3) Integritas Ego

Gejala :Ansietas, gelisah, emosi, kesal misal perasaan

tidak berdaya.

Tanda :Menolak, perhatian menyempit.

4) Eliminasi

Gejala :Diare atau konstipasi

Tanda :Menurunya bising usus atau tak ada, peristaltik

meningkat pada konstipasi atau adanya peristaltik.


5) Makanan atau cairan

Gejala :Anoreksia, mual dan muntah.

Tanda :Menurunya lemak subkutan, kelemahan, tonus otot

dan turgor kulit buruk, membran mukosa pucat.

6) Neurosensori

Tanda :Ketidakmampuan memperthankan perawatan diri,

bau badan.

7) Nyeri atau kenyamanan

Gejala :Peningkatan suhu tubuh 38-40 C, penglihatam

kabur, gangguan mental delirium atau psikosis.

8) Interaksi Sosial

Gejala :Menurunya hubungan dengan orang lain,

berhubungan dengan kondisi yang dialami.

9) Penyuluhan dan Pembelajaran

Gejala :Riwayat berpenyakit inflamasi usus.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang di buat oleh perawat

profesional yang memberi gambaran tentang masalah atau status

kesehatan klien, baik aktual maupun potensial. Adapun diagnosa yang

muncul adalah.

a. Nyeri ulu hati b/d iritasi mukosa gastric, proses peradangan.


b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah,

anoreksia.

c. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum, penurunan kekuatan, nyeri,

mengalami keterbatasan aktivitas.

d. Hipertermi b/d infeksi, disfungsi GI (meliputi muntah, diare,

anoreksia).

e. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh b/d kehilangan

berlebihan melalui muntah dan diare.

f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi prognosis

dan kebutuhan pengobatan b/d interpretasi infosrmasi, kurang

mengingat, tidak mengenal sumber informasi.

3. Intervensi atau Perencanaan

Tahap perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari proses

keperawatan sebuah perencanaan merupakan keputusan awal yang

memberi arah bagian tujuan yang ingin dicapai.

a. Diagnosa I

Nyeri ulu hati b/d iritasi mukosa gastric, proses peradangan.

HYD :

 Pasien menilai nyeri dengan menggunakan skala 1-10

 Pasien menjelaskan faktor-faktor yang mengintensifkan nyeri.

 Pasien mencoba metode nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.

 Pasien mengungkapkan perasaan nyaman berkurangnya nyeri.


Rencana Keperawatan

1) Kaji jenis dan tingkat nyeri pasien.

R/ Untuk menentukan nyerinya kronis atau akut, selain itu kaji faktor

yang dapat mengurangi atau memperberat, lokasi, durasi,

intensitas dan karakteristik nyeri.

2) Beri pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman, dan gunakan

bantal untuk membebat atau menyokong daerah yang sakit bila

diperlukan.

R/ Untuk menurunkan ketegangan atau spasme otot.

3) Jelaskan pada pasien untuk menghindari makanan pedas, minuman

yang terlalu panas dan dingin, minuman yang mengandung kafein

serta minuman yang beralkohol.

R/ Untuk mencegah terjadinya iritasi dinding lambung.

4) Ajarkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam.

R/ Untuk membantu mengalihkan atau mengurangi rasa nyeri.

5) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat analgetik.

R/ Menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan rangsangan

parasimpatis.

b. Diagnosa II

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah,

anoreksia.

HYD :
 Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

 Pasien menghabiskan makanan yang diberikan

Renacana Keperawatan

1) Observasi dan catat asupan pasien (cair dan padat)

R/ Untuk mengkaji zat gizi yang di komsumsi dan suplemen yang di

perlukan.

2) Kaji keluhan mual dan muntah

R/ Untuk membantu menentukan teraphy dan diit.

3) Berikan makanan porsi kecil dan frekuensi sering.

R/ Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia,

anoreksia paling buruk adalah sore hari membuat masukan yang

sulit pada sore hari.

4) Berikan makanan dalam keadaan hangat.

R/ Menambah selera makan pasien

5) Anjurkan pada pasien untuk banyak minum air putih

R/Menstabilkan cairan tubuh dan mencegah kemungkinan terjadinya

dehidrasi.

6) Jelaskan pada pasien tentang pentingnya makanan bernutrisi

R/Untuk menambah pengetahuan

7) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang pemberian diet sesuai indikasi.

R/ Membantu dalam perencanaan diet yaitu memenuhi nutrisi

pasien.
c. Diagnosa III

Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum, perubahan kekuatan, nyeri,

mengalami keterbatasan aktivitas.

HYD :

 Menyatakan pemahaman situasi atau faktor resiko dan program

pengobatan individu dengan kriteria,

 Pasien kooperatif dalam pembatasan aktivitas

 Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas

Renacana Keperawatan

1) Tingkatkan tirah baring, berikan lingkungan tenang

R/ Meningkatkan isterahat dan ketenangan merupakan energi untuk

penyembuhan

2) Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik

R/Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada

daerah tertentu dan meurunkan resiko kerusakan jaringan

3) Bantu pasien untuk memenuhi perawatan diri (makan, minum,

eliminasi, mandi)

R/ Untuk membantu pasien penghematan energi

4) Jelaskan pada pasien tujuan dari pembatasan aktivitas

R/ Untuk mengurangi rasa stres dan memuaskan kembali perhatian

dapat meningkatkan kembali koping

5) Berikan obat sesuai indikasi, sedatif.


R/ Membantu dalam manajemen kebutuhan tidur

d. Diagnosa IV

Hipertermi b/d infeksi, disfungsi GI (meliputi muntah, diare, konstipasi)

HYD :

 Suhu tubuh norma 36-37 C

 Pasien tidak mengeluh panas

 Pasien mengungkapkan perasaan nyaman

Rencana Keperawatan

1) Observasi TTV tiap 3 jam sekali

R/ Untuk mengevaluasi keefektifan intervensi

2) Berikan kompres alkohol 25% pada axilla dan kompres air hangat

pada dahi

R/Tindakan tersebut meningkatkan kenyamanan dan menurunkan

temperatur tubuh

3) Anjurkan pasien untuk minum sebanyak mungkin jika tidak di

kontraindikasikan

R/Asupan cairan yang berlebihan dapat mengakibatkan kelebihan

cairan atau dekompensasi jantung yang dapat memperburuk

kondisi pasien

4) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antipiretik

R/ Dapat menurunkan suhu tubuh


e. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh b/d kehilangan

berlebihan melalui muntah dan diare

HYD :

 Mempertahankan hidrasi adekuat

 Tanda vital stabill

 Turgor kulit baik atau elastis

Rencana Keperawatan

1) Awasi intake dan output, bandingkan dengan berat badan harian,

catat kehilangan melalui usus contoh muntah dan diare, pemasukan

diet atau jumlah kalori, berikan makanan sedikit frekuensi sering.

R/ Memberikan informasi tentang kebutuhan penggantian atau efek

therapy, diare dapat berhubungan dengan respon terhadap infeksi.

2) Kaji tanda vital dan nadi perifer, pengisan kapiler turgor kulit dan

membran mukosa

R/ Indikator volume sirkulasi atau perfusi

3) Periksa asites atau pembentukan edema, ukur lingkar abdomen

sesuai dengan indikasi

R/ Menurungkan kemungkinan perdarahan ke dalam jaringan

4) Berikan pasien menggunakan lap kantong atau spon dan pembersih

mulut untuk sikat gigi

R/ Menghindari trauma dan perdarahan gusi

5) Berikan cairan intravena


R/ Memberikan cairan dan penggantian elektrolit

f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan

kebutuhan pengobatan b/d salah intrepretasi informasi, kurang

mengingat, tidak mengenal sumber informasi.

HYD :

 Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan

 Mengidentifikasi hubungan tanda atau gejala penyakit dan hubungan

gejala dengan faktor penyebab

 Melakukan perubahan parilaku dan berpartisipasi dalam pengobatan

Rencana Keperawatan

1) Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan atau prognosis

kemungkinan plilihan pengobatan

R/Mengidentifikasi kekurangan pengetahuan atau salah informasi

dan memberikan informasi tambahan sesuai dengan keperluan.

2) Berikan informasi khusus tentang pencegahan atau penularan.

R/Kebutuhan atau rekomendasi akan bervariasi dan sirkulasi

individu.

3) Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas pengalih

R/Aktifitas yang dapat di nikimati akan membantu proses

menghindari pemusatan pada penyembuhan panjang.


4) Identifikasi cara untuk mempertahankan fungsi usus biasanya,

contoh masukan cairan adekuat, diet serat, aktivitas sedang sesuai

toleransi.

R/ Menurungkan tingkat aktivitas, perubahan pola makan atau cairan

dan motilitas usus dapat menyebabkan konstipasi.

5) Tekankan pentingnya mengevaluasi pemeriksaan fisik dan evaluasi

laboratorium.

R/ Proses penyakit dapat memakan waktu berbulan-bulan untuk

membaik.

4. Implementasi

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana

asuhan keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah di

tetapkan. Pelaksanaan atau implementasi adalah pengolahan atau

perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada rencana

tindakan yang sama.

a. Mandiri (independen)

b. Kolaborasi (kerjasama)

c. Pendokumentasian

Pada masalah Demam Tyfoid, tahap perencanaan yang sesuai

dengan keperawatan membantu pasien dalam memenuhi kebutuhanya.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang

merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir

yang teramati dan tujuan tau kriteria hasil yang dibuat pada tahap

perencanaan.

Ada 3 kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian

tujuan keperawatan.

a. Tujuan tercapai jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan

standar yang telah di tentukan.

b. Tujuan tercpai sebagian atau klien masih dalam proses pencapaian

tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria yang

telah di tetapkan.

c. Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukkan sedikit perubahan

dan tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat timbul masalah besar.

Você também pode gostar

  • Kimia Medisinal 2
    Kimia Medisinal 2
    Documento12 páginas
    Kimia Medisinal 2
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • Nia
    Nia
    Documento4 páginas
    Nia
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • Nia
    Nia
    Documento4 páginas
    Nia
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • Askep Thipoid
    Askep Thipoid
    Documento4 páginas
    Askep Thipoid
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • LP Post Partum
    LP Post Partum
    Documento12 páginas
    LP Post Partum
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • Cengkeh
    Cengkeh
    Documento23 páginas
    Cengkeh
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • Aspek Internal Perusahaan
    Aspek Internal Perusahaan
    Documento11 páginas
    Aspek Internal Perusahaan
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • Bab 2
    Bab 2
    Documento35 páginas
    Bab 2
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Documento31 páginas
    Laporan Pendahuluan
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • LP Neuroblastoma
    LP Neuroblastoma
    Documento22 páginas
    LP Neuroblastoma
    manny syam
    Ainda não há avaliações
  • Askep Thipoid
    Askep Thipoid
    Documento10 páginas
    Askep Thipoid
    arifin23
    100% (3)
  • AnemiaLaporanPendahuluan
    AnemiaLaporanPendahuluan
    Documento4 páginas
    AnemiaLaporanPendahuluan
    Sitti Maulida Baharuddin
    0% (1)
  • Pemeriksaan TTV
    Pemeriksaan TTV
    Documento1 página
    Pemeriksaan TTV
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • Askep Ruptur Uteri
    Askep Ruptur Uteri
    Documento7 páginas
    Askep Ruptur Uteri
    Ignas Ngefak Kalli
    Ainda não há avaliações
  • LP HS
    LP HS
    Documento14 páginas
    LP HS
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • Askep CKD
    Askep CKD
    Documento17 páginas
    Askep CKD
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • LP Ruptur Uteri
    LP Ruptur Uteri
    Documento29 páginas
    LP Ruptur Uteri
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Finis
    Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Finis
    Documento62 páginas
    Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Finis
    Nurul Husni
    Ainda não há avaliações
  • LP Hiv
    LP Hiv
    Documento14 páginas
    LP Hiv
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • ANALISA SINTESA O2
    ANALISA SINTESA O2
    Documento3 páginas
    ANALISA SINTESA O2
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • ANALISA SINTESA Injeksi
    ANALISA SINTESA Injeksi
    Documento1 página
    ANALISA SINTESA Injeksi
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Pendahuluan A. Konsep Medik 1. Definisi
    Laporan Pendahuluan A. Konsep Medik 1. Definisi
    Documento17 páginas
    Laporan Pendahuluan A. Konsep Medik 1. Definisi
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • ANALISA Infus
    ANALISA Infus
    Documento3 páginas
    ANALISA Infus
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Pendahuluan I. Konsep Dasar Medik A. Pengertian
    Laporan Pendahuluan I. Konsep Dasar Medik A. Pengertian
    Documento21 páginas
    Laporan Pendahuluan I. Konsep Dasar Medik A. Pengertian
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • 16.bab Ii
    16.bab Ii
    Documento30 páginas
    16.bab Ii
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • LP Peritonitis
    LP Peritonitis
    Documento23 páginas
    LP Peritonitis
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • 16.bab Ii
    16.bab Ii
    Documento32 páginas
    16.bab Ii
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • LP Peritonitis
    LP Peritonitis
    Documento23 páginas
    LP Peritonitis
    Inna Riznaa
    Ainda não há avaliações
  • LP Neuroblastoma
    LP Neuroblastoma
    Documento22 páginas
    LP Neuroblastoma
    manny syam
    Ainda não há avaliações