Você está na página 1de 36

ASKEP CA OVARIUM

A. Pengertian
Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium
(indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun.
Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem
getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-
paru.
Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini
merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995)
B. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori
yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk
penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel
yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini
didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor
androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan
epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
C. Faktor Risiko
1. Diet tinggi lemak
2. Merokok
3. Alkohol
4. Penggunaan bedak talk perineal
5. Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
6. Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
7. Nulipara
8. Infertilitas
9. Menstruasi dini
10. Tidak pernah melahirkan
D. Tanda & Gejala
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
1. Haid tidak teratur
2. Ketegangan menstrual yang terus meningkat
3. Menoragia
4. Nyeri tekan pada payudara
5. Menopause dini
6. Rasa tidak nyaman pada abdomen
7. Dispepsia
8. Tekanan pada pelvis
9. Sering berkemih
10. Flatulenes
11. Rasa begah setelah makan makanan kecil
12. Lingkar abdomen yang terus meningkat
E. Stadium
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation
InternationalofGinecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
STADIUM I –> pertumbuhan terbatas pada ovarium
1. Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas
yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
2. Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi
sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
3. Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan
luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas
atau dengan bilasan peritoneum positif.
STADIUM II –> Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul
1. Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
2. Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
3. Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau kedua
ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum
positif.
STADIUM III –> tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di
peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam
pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum.
1. Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening
negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat
adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.
2. Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2
cm, dan kelenjar getah bening negativ.
3. Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar
getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
STADIUM IV –> pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila efusi
pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.
F. Penegakan Diagnosa Medis
Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu, apabila
pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas
(kanker ovarium).
Ciri2 kista yang bersifat ganas yaitu pada keadaan :
Kista cepat membesar
Kista pada usia remaja atau pascamenopause
Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan
Kista dengan bagian padat
Tumor pada ovarium
Pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti :
USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah
Jika diperlukan, pemeriksaan CT-Scan/ MRI
Pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca-724, beta – HCG dan
alfafetoprotein
Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium,
akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.
G. PENATALAKSANAAN
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi.
Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat
diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan.
Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3 – 4 minggu sekali dengan
melakukan pemantauan terhadap efeh samping kemoterapi secara berkala
terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem
saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.
Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu :
Operasi (stadium awal)
Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal)
Radiasi (tambahan terapi untuk stadium lanjut)
H. ASUHAN KEPERWATAN
1. Pengkajian
Data diri klien
Data biologis/fisiologis –> keluhan utama, riwayat keluhan utama
Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat reproduksi –> siklus haid, durasi haid
Riwayat obstetric –> kehamilan, persalinan, nifas, hamil
Pemeriksaan fisik
Data psikologis/sosiologis–> reaksi emosional setelah penyakit diketahui
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologi
2. Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan
peran
3. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh,
perubahan kadar hormone
3.Tujuan dan Intervensi
Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen cidera biologi
Tujuan : Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan
Intervensi :
Kaji karakteristik nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi
Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, marah pasien
Kolaborasi dengan tim medis dalam memberi obat analgesic
Jelaskan kegunaan analgesic dan cara-cara untuk mengurangi efek samping
Ajarkan klien strategi baru untuk meredakan nyeri dan ketidaknyamanan:
imajinasi, relaksasi, stimulasi kutan
Diagnosa 2 : Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan peran
Tujuan : KLien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.
Intervensi :
Kaji perasaan klien tentang citra tubuh dan tingkat harga diri
Berikan dorongan untuk keikutsertaan kontinyu dalam aktifitas dan pembuatan keputusan
Berikan dorongan pada klien dan pasangannya untuk saling berbagi kekhawatiran tentang perubahan
fungsi seksual dan menggali alternatif untuk ekspresi seksual yang lazim
Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh,
perubahan kadar hormon
Tujuan : -KLien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual.
- Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara
mengekspresikan keinginan seksual
Intervensi:
Mendengarkan pernyataan klien dan pasangan
Diskusikan sensasi atau ketidaknyamanan fisik, perubahan pada respons individu
Kaji informasi klien dan pasangan tentang anatomi/ fungsi seksual dan pengaruh prosedur pembedahan
Identifikasi faktor budaya/nilai budaya
Bantu klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka
Dorong klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka
Dorong klien untuk berbagi pikiran/masalah dengan orang terdekatnya
Berikan solusi masalah terhadap masalah potensial. ex : menunda koitus seksual saat kelelahan
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Donges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
http://viethanurse.wordpress.com/2008/12/21/asuhan-keperawatan-klien-dengan-kanker-ovarium/
http://akperppnisolojateng.blogspot.com/2009/03/askep-ca-ovarium.html
Filed under: Askep Ditandai: | Askep Maternitas

KARSINOMA OVARIUM

I. Anatomi dan Fisiologi Ovarium


Ovarium adalah salah satu organ sistem reproduksi wanita, sistem reproduksi terdiri
dari ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina. Kedua ovarium terletak dikedua sisi uterus
dalam rongga pelvis dengan panjang sekitar 1,5 – 2 inchi dan lebar < 1 inchi, ovarium akan
mengecil setelah menopause.
Ovarium memiliki dua fungsi yaitu:
1. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan, ovum akan melalui tuba fallopi
tempat fertilisasi dengan adanya sperma kemudian memasuki uterus, jika terjadi proses
pembuatan (fertilisasi) ovum akan melekat (implantasi) dalam uterus dan berkembang
menjadi janin (fetus), ovum yang tidak mengalami proses fertilisasi akan dikeluarkan dan
terjadinya menstruasi dalam waktu 14 hari setelah ovulasi.
2. Memproduksi hormon estrogen dan progesteron, kedua hormon ini
berperan terhadap pertumbuhan jaringan payudara, gambaran spesifik wanita dan
mengatur siklus menstruasi.

II. Kanker ovarium

Kanker ovarium berasal dari sel – sel yang menyusun ovarium yaitu sel epitelial, sel germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam
ovarium juga dapat berasal dari metastasis organ lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan
sebagai kanker ovarium.

Menurut data statistik American Cancer Society insiden kanker ovarium sekitar 4 %
dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati peringkat kelima penyebab kematian
akibat kanker, diperkirakan pada tahun 2003 akan ditemukan 25.400 kasus baru dan
menyebabkan kematian sebesar 14.300, dimana angka kematian ini tidak banyak berubah
sejak 50 tahun yang lalu.
Hampir 70 % kanker ovarium epitelial tidak terdiagnosis sampai keadaan stadium
lanjut, menyebar dalam rongga abdomen atas (stadium III) atau lebih luas (stadium IV)
dengan harapan hidup selama 5 tahun hanya sekitar 15–20%, sedangkan harapan hidup
stadium I dan II diperkirakan dapat mencapai 90% dan 70%.

III. Faktor resiko kanker ovarium


Penyebab pasti kanker ovarium masih dipertanyakan, beberapa hal yang diperkirakan
sebagai faktor resiko kanker ovarium adalah sebagai berikut:
· Riwayat keluarga kanker ovarium dan kanker payudara
· Riwayat keluarga kanker kolon dan kanker endometrial
· Wanita diatas usia 50 – 75 tahun
· Wanita yang tidak memiliki anak(nullipara)
· Wanita yang memiliki anak > 35 tahun
· Membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2
· Sindroma herediter kanker kolorektal nonpolipoid
· Ras kaucasia > Afrika-Amerika
· Dll

IV. Jenis kanker ovarium

1. Tumor epitelial
Tumor epitelial ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada umumnya
jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, karsinoma adalah tumor ganas dari
epitelial ovarium (EOC’s : Epitelial ovarium carcinomas) merupakan jenis tumor yang paling
sering ( 85 – 90% ) dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran
tumor epitelial yang secara mikroskopis tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker dinamakan
sebagai tumor bordeline atau tumor yang berpotensi ganas (LMP tumor : Low Malignat
Potential).
Beberapa gambaran EOC dari pemeriksaan mikroskopis berupa serous, mucous,
endometrioid dan sel jernih.

2. Tumor germinal
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum atau telur, umumnya
tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk keganasan sel
germinal terutama adalah teratoma, dysgerminoma dan tumor sinus endodermal. Insiden
keganasan tumor germinal terjadi pada usia muda kadang dibawah usia 20 tahun, sebelum
era kombinasi kemoterapi harapan hidup satu tahun kanker ovarium germinal stadium
dini hanya mencapai 10 – 19% sekarang ini 90 % pasien kanker ovarium germinal dapat
disembuhkan dengan fertilitas dapat dipertahankan.

3. Tumor stromal
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi
hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan, bentuk yang didapat
berupa tumor theca dan tumor sel sartoli-leydig termasuk kanker dengan derajat keganasan
yang rendah.
Klasifikasi stadium kanker ovarium berdasarkan FIGO (International Federation of Gynecology

and Obstetrics(1,13,14).

Stadium I terbatas pada 1 / 2 ovarium


IA Mengenal 1 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)
IB Mengenai 2 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)
IC Kriteria I A / I B disertai 1 > lebih keadaan sbb :
Mengenai permukaan luar ovarium
Kapsul ruptur
Ascites (+)

Stadium II perluasan pada rongga pelvis


II A Mengenai uterus / tuba fallopi / keduanya
II B Mengenai organ pelvis lainnya
II C Kriteria II A / II B disertai 1 / > keadaan sbb :
Mengenai permukaan ovarium
Kapsul ruptur
Ascites (+)
Stadium III kanker meluas mengenai organ pelvis dan intraperitoneal
III A Makroskopis : terbatas 1 / 2 ovarium
Mikroskopis : mengenai intraperitoneal
III B Makroskopis : mengenai intraperitoneal diameter < 2 cm, KGB (-)
III C Meluas mengenai KGB dan /
Makroskopis mengenai intraperitoneal diameter > 2 cm

Derajat keganasan kanker ovarium(13,14)


1. Derajat 1 : differensiasi baik
2. Derajat 2 : differensiasi sedang
3. Derajat 3 : differensiasi buruk
Dengan derajat differensiasi semakin rendah pertumbuhan dan prognosis akan lebih baik.
Tanda dan keluhan kanker ovarium(13,14)
Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10 % dari kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal, keluhan
biasanya nyeri daerah abdomen disertai keluhan–keluhan:

· Pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites)


· Gangguan sistem gastrointestinal; konstipasi, mual, rasa penuh, hilangnya nafsu makan dll
· Gangguan sistem urinaria; inkontinensia uri

· Perasaan tidak nyaman pada rongga abdomen dan pelvis


· Menstruasi tidak teratur
· Lelah
· Keluarnya cairan abnormal pervaginam (vaginal discharge)
· Nyeri saat berhubungan seksual
· Penurunan berat badan
· Dll

Deteksi dini kanker ovarium(13,14)


Semakin dini tumor ovarium ditemukan dan mendapat pengobatan harapan hidup akan semakin baik metode pemeriksaan yang
sekarang ini digunakan sebagai penyaring kanker ovarium adalah:

Ø Pemeriksaan pelvik dan rektal : termasuk perabaan uterus dan ovarium untuk mengetahui
bentuk dan ukuran yang abnormal, meskipun pemeriksaan rektovaginal tidak dapat
mendeteksi stadium dini kanker ovarium.
Ø Ultrasounografi (USG): Dengan gelombang ultrasound untuk membedakan gambaran
jaringan sehat, kista dan bentuk tumor padat, melalui abdomen ataupun pervaginam, dimana
mampu mendeteksi keganasan dengan keluhan asimtomatik tapi ketepatan pada stadium dini
rendah.
Ø Penanda tumor CA-125: Pemeriksaan darah CA-125 digunakan untuk menilai kadar CA-
125 dimana peningkat pada kanker ovarium, wanita dengan kanker ovarium stadium lanjut
terjadi peningkatan CA-125 (>35µ/ml) sekitar 80% walaupun ketepatan pemeriksaan ini baru
mencapai 50 % pada stadium dini, pada wanita premonopause, kehamilan, endometriosis,
fibroid uterine, penyakit ganguan fungsi hati dan kista ovarium juga terjadi peningkatan
kadar CA-125.
Diagnosis kanker ovarium(13,14)
· Anamnesis dan pemeriksaan fisik pelvik
· Radiologi : USG Transvaginal, CT scan, MRI
· Tes darah khusus : CA-125 (Penanda kanker ovarium epitelial), LDH, HCG, dan AFP
(penanda tumor sel germinal)
· Laparoskopi
· Laparotomi
· Pemeriksaan untuk mengetahui perluasan kanker ovarium
- Pielografi intravena (ginjal, ureter, dan vesika urinaria), sistoskopi dan sigmoidoskopi.
- Foto rontgen dada dan tulang.
- Scan KGB (Kelenjar Getah Bening)
- Scan traktus urinarius

Penatalaksanaan kanker ovarium(1,13,14)


1. Operasi
2. Radioterapi
3. Kemoterapi

Kanker ovarium epitelial :


· Stadium I : Pilihan terapi stadium I dengan derajat diferensiasi baik sampai sedang, operasi
salpingo-ooforektomi bilateral (operasi pengangkatan tuba fallopi dan ovarium) atau disertai
histerektomi abdominal total (pengangkatan uterus) dan sebagian jaringan abdominal,
harapan hidup selama 5 tahun mencapai 90%, pada stadium I dengan diferensiasi buruk
atau stadium IC pilihan terapi berupa:
· Radioterapi
· Kemoterapi sistemik
· Histerektomi total abdominal dan radioterapi

· Stadium II: Pilihan terapi utama operasi disertai kemoterapi atau radioterapi, dengan terapi
ajuvan memperpanjang waktu remisi dengan harapan hidup selama 5 tahun mendekati 80
%.
· Stadium III dan IV:
Sedapat mungkin massa tumor dan daerah metastasis sekitarnya diangkat (sitoreduktif)
berupa pengeluran asites, omentektomi, reseksi daerah permukaan peritoneal, dan usus, jika
masih memungkinkan salpingo-ooforektomi bilateral dilanjutkan terapi ajuvan kemoterapi dan
atau radioterapi.

Kanker ovarium germinal :


· Disgerminoma: pengangkatan ovarium dan tuba fallopi dimana kanker ditemukan
dilanjutkan radioterapi atau kemoterapi.
· Tumor sel germinal lainnya: pengangkatan ovarium dan tuba fallopi dilanjutkan kemoterapi.

Kanker ovarium stromal :


· Operasi yang dilanjutkan dengan kemoterapi.

Kombinasi standar sistemik kemoterapi berupa TP (paclitaxel + cisplatin atau


carboplatin), CP (cyclophosphamide + cisplatin), CC (cyclophosphamide + carboplatin).
Sejak tahun 1993 perkumpulan ginekologi onkologi (GOG) melaporkan bahwa paclitaxel dengan kombinasi cisplatin kini merupakan
terapi lini pertama untuk kanker ovarium.
Askep Ca Ovarium
ASUHAN KEPERAWATAN KANKER OVARIUM
A. Definisi
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada
wanita berusia 50 - 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui
sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari
banyak kanker primer. (Wingo, 1995)
B. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan
tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka
pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan
proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2.Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil
percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen
dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
C. Faktor Risiko
 Diet tinggi lemak
 merokok
 alkohol
 penggunaan bedak talk perineal
 riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
 riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
 nulipara
 infertilitas
 menstruasi dini
 tidak pernah melahirkan
D. Tanda & Gejala
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
 haid tidak teratur
 ketegangan menstrual yang terus meningkat
 menoragia
 nyeri tekan pada payudara
 menopause dini
 rasa tidak nyaman pada abdomen
 dispepsia
 tekanan pada pelvis
 sering berkemih
 flatulenes
 rasa begah setelah makan makanan kecil
 lingkar abdomen yang terus meningkat
E. Stadium
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International of Ginecologies and
Obstetricians ) 1987, adalah :
STADIUM I –> pertumbuhan terbatas pada ovarium
1.Stadium 1A : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel ganas, tidak ada
pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
2.Stadium 1B : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel ganas, tidak ada tumor
di permukaan luar, kapsul intak.
3.Stadium 1C : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau kedua ovarium
atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
STADIUM II –> Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul
1.Stadium 2A : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
2.2. Stadium 2B : perluasan jaringan pelvis lainnya
3.Stadium 2C : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau kedua ovarium,
kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.
STADIUM III –> tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di luar
pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti
meluas ke usus besar atau omentum.
1.Stadium 3A : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi secara histologi
dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum
abdominal.
2.Stadium 3B : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan peritoneum dan
terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negativ.
3.Stadium 3C : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah bening
retroperitoneal atau inguinal positif.
STADIUM IV –> pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila efusi
pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.
F. Penegakan Diagnosa Medis
Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu, apabila pada seorang wanita
ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah
kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium).
Ciri2 kista yang bersifat ganas yaitu pada keadaan :
1. Kista cepat membesar
2. Kista pada usia remaja atau pascamenopause
3. Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan
4. Kista dengan bagian padat
5. Tumor pada ovarium
Pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti :
 USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah
 Jika diperlukan, pemeriksaan CT-Scan/ MRI
 Pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca-724, beta - HCG dan alfafetoprotein
Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium, akan tetapi hanya
sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.
G. PENATALAKSANAAN
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi. Hanya kanker ovarium
stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak
memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3 - 4
minggu sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efeh samping kemoterapi secara berkala
terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem saluran cerna, sistem
saraf dan sistem kardiovaskuler.
Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu :
 Operasi (stadium awal)
 Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal)
 Radiasi (tambahan terapi untuk stadium lanjut)
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
 Data diri klien
 Data biologis/fisiologis –> keluhan utama, riwayat keluhan utama
 Riwayat kesehatan masa lalu
 Riwayat kesehatan keluarga
 Riwayat reproduksi –> siklus haid, durasi haid
 Riwayat obstetric –> kehamilan, persalinan, nifas, hamil
 Pemeriksaan fisik
 Data psikologis/sosiologis–> reaksi emosional setelah penyakit diketahui
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologi
2. Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan peran
3. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh, perubahan
kadar hormon
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen cidera biologi
Tujuan : Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan
Intervensi :
 Kaji karakteristik nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi
 Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, marah pasien
 Kolaborasi dengan tim medis dalam memberi obat analgesic
 Jelaskan kegunaan analgesic dan cara-cara untuk mengurangi efek samping
 Ajarkan klien strategi baru untuk meredakan nyeri dan ketidaknyamanan: imajinasi, relaksasi,
stimulasi kutan
Diagnosa 2 : Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan
peran
Tujuan : Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.
Intervensi :
 Kaji perasaan klien tentang citra tubuh dan tingkat harga diri
 Berikan dorongan untuk keikutsertaan kontinyu dalam aktifitas dan pembuatan keputusan
 Berikan dorongan pada klien dan pasangannya untuk saling berbagi kekhawatiran tentang
perubahan fungsi seksual dan menggali alternatif untuk ekspresi seksual yang lazim
Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh,
perubahan kadar hormon
Tujuan :
-Klien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual.
-Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara mengekspresikan
keinginan seksual
Intervensi:
 Mendengarkan pernyataan klien dan pasangan
 Diskusikan sensasi atau ketidaknyamanan fisik, perubahan pada respons individu
 Kaji informasi klien dan pasangan tentang anatomi/ fungsi seksual dan pengaruh prosedur
pembedahan
 Identifikasi faktor budaya/nilai budaya
 Bantu klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka
 Dorong klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka
 Dorong klien untuk berbagi pikiran/masalah dengan orang terdekatnya
 Berikan solusi masalah terhadap masalah potensial. ex : menunda koitus seksual saat kelelahan
4. Evaluasi
1.Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan
2.Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.
3.Tidak adanya tanda-tanda disfungsi seksual
a.Klien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual.
b.Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara
mengekspresikan keinginan seksual
KANKER OVARIUM protap HOGI
Label: Onkologi
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz

I. Pendahuluan
Adalah proses keganasan primer yang terjadi pada organ ovarium. Keganasan ovarium dapat terjadi
pada seluruh usia kehidupan wanita. Pada wanita umur kurang dari 20 tahun terbanyak ditemukan
jenis tumor sel germinal sedangkan pada usia yang lebih tua tumor jenis sel epithelial sering
didapatkan. Mayoritas kanker ovarium adalah jenis epitelial yang berasal dari epitel ovarium.
Kelompok lainnya adalah non epithelial yang termasuk diantaranya germ sel tumor granulosa sel
tumor dan sex cord strumal tumor. Faktor herediter berkaitan dengan 5-10% berkaitan dengan
kanker ovarium yang berkaitan dengan kanker payudara, kanker usus dan ovarium. Kanker ovarium
merupakan urutan ketiga terbanyak pada kanker ginekologi.

1.1 Tumor Primer


Ovarium merupakan organ genitalia interna yang berbentuk oval dengan diameter 2- 4 cm, yang
terhubung dengan uterus melalui lipatan peritoneum dari ligamentum latum dan ligamentum
infundibulopelvikum ke sisi lateral dinding pelvis.

1.2 Aliran Limfatik


Penting memahami drainase limfatik dari ovarium :
Aliran limfatik melalui vasa ovarika, lig infundibulopelvicum ke paraaorta.
Yang lain melalui Ovarii proprium, hipogastrika, iliaka comunis ke paraaorta.
Frekuensi yang kecil melalui kelenjar inguinal .

1.3 Metastasi
Metatasis utama pada kanker ovarium adalah peritoneum, termasuk omentum dan organ visceral
pada rongga abdomen dan pelvis, termasuk permukaan hepar dan diaphragm.
Metastasis pada pleura juga sering ditemukan. Metastasis ekstra peritoneal dan ekstrapleura kadang
juga ditemukan dengan frekuensi yang kecil.

II. Skrining pada Kanker Ovarium


Hingga saat ini belum ada data tentang manfaat program skrining kanker ovarium.
Penelitian mengenai petanda tumor Ca125, USG pelvis dan pemeriksaan pelvis tidak menghasilkan
sensitivitas dan spesifisitas yang memadai untuk dipakai sebagai skrining pada wanita normal tanpa
faktor risiko. Hanya pada pasien dengan riwayat keluarga dekat yang menderita kanker ovarium
jenis epithelial terutama pada breast-ovarian syndrome yang dihubungkan dengan mutasi genetik
pada BRCA 1 dan BRCA 2 serta Lynch Syndrome type 2 harus mendapatkan perhatian khusus
untuk dilakukan skrining.
Pada saat ini belum ada skrining yang diperuntukkan pada kanker ovarium jenis non-epitheial.

III. Manifestasi Klinis


Kanker ovarium stadium awal pada umumnya tidak memberi tanda dan gejala yang khas seperti
dispepsia, merasakan perut membesar dan adanya benjolan di perut. Bila massa besar gejala yang
ada adalah akibat penekanan massa pada organ rongga pelvis/abdomen. Kanker ovarium yang
lanjut, pada umumnya penderita datang dengan gejala umum kanker: antara lain berat badan
menurun, malaise, fatique.
Abdomen: nyeri abdomen, dispepsia, obstruksi.
Pelvik: nyeri pelvik, kontipasi.
Toraks: dispnoe dan nyeri pleura.
Secara klinis dapat ditemukan adanya massa tumor di pelvis pada saat pemeriksaan ginekologi,
atau massa di abdomen. Bila tumor tersebut padat, bentuk irreguler dan sering terfiksir dengan
dinding panggul, pada keadaan tersebut maka keganasan perlu dicurigai.

IV. Kriteria Diagnosis


Anamnesis : Berat badan menurun, keluhan dispepsia, cepat lelah.
Klinis : pemeriksaan fisik umum ditemukan massa di abdomen/ pelvik, dan asites.
Penunjang : USG abdominal dan vagina (dianjurkan pemeriksaan dengan color Doppler).
CT scan atau MRI optional
Laboratorium: Petanda tumor Ca 125, CEA
Bila usia muda AFP dan LDH.

Diagnosis pasti dengan histopatologis


Penentuan Stadium dilakukan dengan surgical staging.

Prosedur pembedahan
1. Surgical staging (Massa terbatas pada ovarium/stadium dini)
2. Debulking (Stadium lanjut).
Pada pra pembedahan diperlukan persiapan colon dengan tujuan agar bisa dilakukan repair bila
terjadi cedera dan atau dilakukan anastomosis bila dilakukan reseksi.
Prosedur pembedahan penentuan stadium (Complete surgical staging)
1. Pembilasan peritoneum
2. Inspeksi dan perabaan secara cermat seluruh permukaan peritoneum
3. Biopsi setiap lesi yang dicurigai metastasis tumor
4. Histerektomi total abdominal dan salpingo-ooforektomia bilateral
5. Omentektomi infrakolika
6. Biopsi atau reseksi setiap perlekatan di dekat tumor primer
7. Biopsi secara buta (> 2) peritoneum buli-buli dan cul de sac
8. Biopsi secara buta (> 2) cekungan parakolik kiri dan kanan
9. Biopsi secara buta (> 2) atau hapusan hemidiafragma kanan
10. Biopsi secara buta (> 2) peritoneum dinding samping panggul pada sisi tumor primer (Ovarian
fossa)
11. Sampling KGB sepanjang arteri dan vena iliaka eksterna dan iliaka kommunis
12. Sampling KGB sepanjang aorta dan vena cava termasuk daerah antara a. Mesenterika inferior
dan vena renalis kiri

Pada kasus dimana fungsi reproduksi masih diperlukan dapat dilakukan (Conservative surgical
staging).
Stadium Kanker Ovarium
Stadium I : Tumor terbatas pada ovarium.
Stadium Ia : Pertumbuhan terbatas pada 1 ovarium
Stadium Ib : Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium;
Stadium Ic : Tumor dengan stadium la atau Ib dengan pertumbuhan tumor di permukaan luar satu
atau kedua ovarium; atau dengan kapsul pecah; atau dengan asites berisi sel ganas atau
dengan bilasan peritoneum positif
Stadium II : Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke panggul
Stadium IIa : Perluasan dan atau metastasis ke uterus dan/ atau tuba
Stadium IIb : Perluasan ke jaringan pelvis lainnya
Stadium IIc : Tumor stadium Ila atau llb tetapi dengan tumor pada permukaan satu atau kedua
ovarium, kapsul pecah; atau dengan asites yang mengandung sel ganas atau dengan
bilasan peritoneum positif.
Stadium III : Tumor mengenai satu atau kedua tumor dengan implan di peritoneum, di luar pelvis
dan/atau KGB retroperitoneal atau inguinal positif. Metastasis permukaan hati masuk
stadium III. Tumor terbatas dalam pelvis kecil, tetapi secara histologik terbukti meluas
ke usus besar atau omentum.
Stadium IIIa : Tumor terbatas di pelvis kecil dengan KGB negatif tetapi secara histologik dan
dikonfirmasi secara mikroskopik adanya penumbuhan (seeding) di permukaan
peritoneum abdominal
Stadium IIIb : Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implan di permukaan peritoneum
dan terbukti secara mikroskopik, diameter tidak melebihi 2 cm, dan KGB negatif
Stadium IIIc : Implan di abdomen dengan diameter > 2 cm dan / atau KGB retroperitoneal atau
inguinal positif.
Stadium IV : Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Disertai efusi
pleura dengan hasil sitologi positif dimasukkan dalam stadum IV. Begitu juga
metastasis ke parenkim hati.

Klasifikasi Histopatologis
Sebagian besar kanker ovarium berasal dari jenis epithelial.
Kanker ovarium jenis epithelial diklasifikan seperti tersebut di bawah ini :
- Serous tumours
- Mucinous tumours
- Endometrioid tumours
- Clear cell tumours
- Brenner tumours
- Undifferentiated carcinomas
- Mixed epithelial tumours
Kanker ovarium jenis epithelial juga dibagi sesuai grading / differensiasinya seperti :
- GX : Grading tidak dapat ditentukan
- G1 : Berdifferensiasi baik
- G2 : Berdifferensiasi sedang
- G3 : Berdifferensiasi buruk.
Keganasan ovarium jenis non-epithelial juga penting diketahui di antaranya :
Jenis Tumor Ovarium Sel Germinal
1. Dysgerminoma
2. Teatoma
a. Mature
b. Immature
3. Endodermal sinus tumor
4. Embryonal carcinoma
5. Polyembryoma
6. Choiocarcinoma
7. Mixed forms
Jenis Tumor Sex-cord Stromal
1. Granulosa-stromal-cell tumors
A. Granulosa-cell tumors
B. Tumors in thecoma-fibroma group
1. Thecoma
2. Fibroma-Fibrocarcoma
3. Sclerosing stromal tumor
2. Androblastomas; Sertoli-Leydig-cell tumors
3. Gynandroblastoma
4. Unclassified.

V. Diagnosis Differensial
Tumor ovarium jinak, tumor korpus uteri, mioma uteri, TBC peritoneal, Tumor abdomen non-
ginekologis lainnya.

VI. Pemeriksaan Penunjang


Radiodiagnostik : Foto toraks. Bila memungkinkan dilakukan CT-Scan abdominopelvik. Ba
enema kalau dicurigai adanya kanker traktus gastro intestinal. Pada kasus-kasus tertentu yang
tidak mungkin dilakukan operasi, maka dilakukan pungsi asites (pemeriksaan sitologi) atau biopsi
jarum.
USG, merupakan pemeriksaan yang non invasif dan relatif murah dapat secara tegas
membedakan tumor kistik dengan tumor padat. Tumor dengan bagian padat kemungkinan ganas
meningkat. Sebaliknya tumor kistik tanpa ekointernal kemungkinan keganasan rendah.
Pemakaian USG transvagina dapat meningkatkan ketajaman diagnosis karena mampu
menjabarkan morfologi dengan baik.
Indeks morfologi USG yang perlu diperiksa adalah:
- Volume
- Adanya bagian padat
- Tebal septum ( > 3 mm)
- Adanya pertumbuhan papil
- Jika alat USG dilengkapi dengan color doppler, perlu diperiksa neovaskularisasi dengan
penurunan indeks resistensi ( < 0.41).

Pemeriksaan petanda tumor :


CA-125 (epitel), Alfa-fetoprotein (pasien usia muda) perlu diperiksa untuk menyingkirkan tumor sel
germinal, khususnya tumor sinus endodermal.
Jika memungkinkan dapat dilengkapi CA 724, CEA (Carcino-embryogenic Antigen), CA-199

Untuk memudahkan memprediksi keganasan pada tumor ovarium dapat dipergunakan penilaian skor
sebagai berikut:

Skor RR
Penurunan Berat Badan ?? 2
Asites 2
USG: ada bagian padat 2
USG: RI< 0.40 2
CA- 125 > 35 2

Setiap variabel skoring mempunyai risiko keganasan yang berbeda.

Formula lain yang dapat dipakai adalah RMI ( Risk of Malignancy Index ) demgam rumus formula RMI = U x
M x Ca 125
- U ; Temuan USG transvaginal (multilokuler, solid, bilateral asites dan metastasis inta abdomen) temuan
0-1 nilai 1 , temuan > 2 nilai 4
- M : Status Menopause . Pre menopause nilai :1 Postmenopause nilai :4
- Ca 125 : nilai Ca 125 dalam IU/L

Nilai RMI > 125 = risiko tinggi terjadinya keganasan

VII. Konsultasi
- Konsultan Ginekologi Onkologi
- Konsultan Bedah / Bedah Digestif.

VIII. Terapi
Pembedahan
Laparatomi
Potong beku dilakukan atas indikasi kecurigaan keganasan
Hasil potong beku menjadi pertimbangan untuk tindakan selanjutnya selama operasi
berlangsung.
Pada usia muda, potong beku masih diperlukan untuk pertimbangan konservasi fertilitas.
Dari hasil potong beku ada beberapa kemungkinan hasil :
Tumor ovarium jinak (benign)
Tumor ovarium borderline
Tumor ovarium ganas (maligna)
Keganasan ovarium belum dapat dipastikan, untuk kepastian diagnosis menunggu hasil
pemeriksaan parafin.
Jika hasil potong beku adalah boderline (diperlakukan seperti tumor ganas ovarium), hasil potong
beku tumor ovarium ganas, maka tindakan selanjutnya:
1) Surgical staging pada stadium awal;
Complete surgical staging
Sitologi bilasan peritoneal, histerektomi, salpingo-ooforektomi bilateral, limfadenektomi
pelvik dan para-aorta, omentektomi, appendektomi, biopsi-biopsi peritoneum (parakolika,
subdiafragma, prevesikal, kavum Douglasi, dan pada perlekatan dari lesi yang dicurigai)
Conservative surgical staging (fungsi reproduksi), konservatif yaitu tindakan
salpingoofarektomi unilateral, omentektomi, limfadenektomi ipsilateral, sitologi, biopsi,
appendiktomi.
2) Debulking atau sitoreduksi pada stadium lanjut.

Terapi adjuvant kemoterapi


Kemoterapi pada kanker ovarium dengan menggunakan Platinum (Cysplatin dosis 50–100 mg/m 2 /
carboplatin AUC 5-6 )
Tumor ovarium epithelial dapat dikombinasi dengan :
CAP : Cyclophosphamide Adriamycin Platinum
CP : Cyclophosphamide Platinum
AP : Adryamycin dan platinum
EP : Epirubicyn dan Platinum
Docetaxel 75 mg/m2 dan Platinum
Paclitaxel 175 mg/m2 dan Platinum .

Tumor ovarium non-epitel


BEP (Bleomycin Etoposide Platinum)

Kanker Ovarium Residif


Kemoterapi pada kasus kanker ovarium residif
Dibagi menjadi pasien sensitif platinum (jika terjadinya residif lebih dari 6 bulan) dan pasien resisten
platinum (jika terjadinya residif kurang dari 6 bulan).
Pasien sensitif platinum dapat diberikan kemoterapi pada lini pertama, atau dapat diberikan kemoterapi
lini ke dua antara lain:
- Gemcitabin 1000–1250 mg/m2 ( D1, D8 setiap 3 minggu sekali)
- Liposomal doxorubicin 50–80 mg/m2 (setiap 4 minggu sekali)
- Topotekan / Irinotekan
- Etoposide.

Sementara pasien yang resisten platinum dapat dipilihkan terapi:


- Oxalopalatin dikombinasikan dengan regimen lini ke-2
- Bisa ditambahkan penghambat angiogenesis (seperti Bevacizumab)
Rentang respon pada kanker ovarium residif berkisar 10-15%

Kemoterapi Neoadjuvant
Kemoterapi neoadjuvant adalah pemberian kemoterapi sebelum pembedahan primer.
Indikasi kemoterapi neoadjuvant antara lain kanker ovarium stadium lanjut, yaitu yang diduga stadium
IIIC dan IV, dan operasi primer diperkirakan sukar mencapai pembedahan debulking yang optimal, atau
kondisi pasien diprediksi berisiko tinggi untuk tindak pembedahan, misalnya ada efusi pleura, asites
masif, diduga per-lekatan sangat berat, maka dapat dipertimbangkan untuk pemberian kemoterapi
neoadjuvant.

Kriteria kasus yang diberikan kemoterapi neoadjuvant:


- Diduga kanker ovarium stadium lanjut (pada pemeriksaan klinik/ USG terdapat asites, atau efusi
pleura)
- CA-125
- Sitologi (efusi pleura atau asites) positif sel ganas
Walaupun hasil negatif tidak menyingkirkan kanker ovarium.

Pilihan regimen (lihat pilihan kemoterapi lini pertama)


Lama pemberian: 3 seri pra bedah, lihat respons berdasar klinis, petanda tumor, imaging.
IX. Bagan / Algoritma

Bagan : Penanganan Kanker Ovarium (1)

Bagan : Penanganan Kanker Ovarium (2)


Bagan : Penanganan Kanker Ovarium (3)

Bagan : Penanganan Kanker Ovarium (4)


Bagan : Penanganan Kanker Ovarium (5)
X. Pengamatan Lanjut
Tujuan dari pengamatan lanjutan adalah :
- Untuk mengetahui respon awal dari pasien dari program terapi yang diberikan
- Untuk mengetahui dengan segera komplikasi yang mungkin timbul akibat dari terapi yang
diberikan dan melakukan program terapi komplikasi.
- Deteksi dini terhadap rekurensi dan kanker yang persisten
- Pengumpulan data yang berkaitan dengan respon terapi dan komplikasi yang timbul akibat
terapi yang diberikan

Secara umum biasanya pasien dilakukan pengamatan lanjutan tiap 3 bulan sekali dalam 1 tahun
pertama, secara perlahan-lahan dinaikkan tiap 4-6 bulan dan selanjutnya tiap tahun setelah 5 tahun
pengamatan.
Pada tiap kunjungan harus dilakukan anamnesis ulang, pemeriksaan fisik lengkap, pemeriksaan
ginekologis termasuk pemeriksaan colok dubur untuk menentukan deteksi dini terhadap terjadinya
rekurensi. Pemeriksaan petanda tumor Ca 125 juga dapat dilakukan secara rutin. Sedangkan
pemeriksaan radiologis, USG, CT-scan dan MRI dilakukan hanya atas indikasi. Level of Evidance
C
Seluruh pasien yang masih tersisa serviksnya harus dilakukan pemeriksaan pap-test secara teratur.
Sedangkan pasien yang berumur lebih dari 40 tahun dan pasien muda dengan riwata keluarga
terdekat pernah menderita kanker ovarium dan payudara harus dilakukan pemeriksaan mammografi
tiap tahun. Level of Evidance A.
Daftar Pustaka

1. Berek JS. Epithelial Ovarian Cancer. In: Berek JS, Hacker NF, eds. Practical gynecologic
oncology. 2d ed. Baltimore: Williams & Wilkins, June 2000.
2. Havrilesky LJ, Whitehead CM, Rubatt JM. Evaluation of Biomarker panels for early stage ovarian
cancer detection and monitoring for disease recurrance. Gynecologic Oncology. Elsevir, Vo1 10.
No.3. September 2008.
3. Benedet JL, Ngan HYS, Hacker NF. Staging classifications and clinical practice guidelines of
gynaecologic cancer. FIGO and IGCS, 3th Ed, November 2006.
4. Crowder S, Lee Christine. Ovarian Cancer. In: JT Santoso and RL Coleman, Handbook of Gyn
Oncology, Mc Graw-Hill, New York, 2000: 50-8.
5. Berek JS, Hacker NF. Nonepithelial Ovarian and Fallopian Tube Cancer. In: Berek JS, Hacker
NF, eds. Practical gynecologic oncology. 2d ed. Baltimore: Williams & Wilkins, 1994:377-402.
6. Rubin SC, Suton GP. Ovarian Cancer. 2nd Edition. Lippincott William and Wilkins Publisher.
Baltimore 2004.
7. Rubin SC. Chemotherapy of Gynecologic Cancer. Second Edition. Lippincott Williams and
Wilkins. Philadelphia. 2004.
8. Hoskins WJ et all. Principles and Practice of Gynecologic. Forth Edition. Lippincott Williams
and Wilkins. Philadelphia. 2005.
9. Gerhenson DM, McGuire WP, Gore M, Quuin MA, Thomas G. Gynecologic Cancer
Controversies in Management. Elsevier. Churchil Livingstone. Toronto. 2004.
10. Hegazy MA. Neoadjuvant chemotherapy versus primary surgery in advanced ovarian carcinoma
World Journal of Surgical Oncology 2005.
11. Azis MF, Andrijono, Saifudin AB, Editors. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta. 2007.
ASKEP CANCER OVARIUM

A. PENDAHULUAN

Cancer ovarium merupakan 20% dari semua keganasan alat reproduksi wanita. Insidensi rata-
rata dari semua jenis diperkirakan 15 kasus baru per 1.000.000 populasi wanita setahunnya. Cancer
ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari
ketiga dermoblast (ektodermal, entodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun biologis
yang beraneka ragam. Oleh karena itu histiogenesis maupun klasifikasinya masih sering menjadi
perdebatan. Kira-kira 60% terdapat pada usia perimenopausal, 30% dalam masa reproduksi, dan 10%
pada usia jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak pasti ganas
(borderline malignancy atau carcinoma of low malignant potential) dan yang jelas ganas (malignant).

B. PENGERTIAN

Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang
paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian
lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke
hati dan paru-paru.

Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal
dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995)

C. ETIOLOGI

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

1. Hipotesis incessant ovulation


Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan
luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat
menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan
pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-
vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
D. FAKTOR RISIKO

1. Diet tinggi lemak


2. Merokok
3. Alkohol
4. Penggunaan bedak talk perineal
5. Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
6. Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
7. Nulipara
8. Infertilitas
9. Menstruasi dini
10.Tidak pernah melahirkan
E. TANDA DAN GEJALA

Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :

1. Haid tidak teratur


2. Ketegangan menstrual yang terus meningkat
3. Menoragia
4. Nyeri tekan pada payudara
5. Menopause dini
6. Rasa tidak nyaman pada abdomen
7. Dispepsia
8. Tekanan pada pelvis
9. Sering berkemih
10. Flatulenes
11. Rasa begah setelah makan makanan kecil
12. Lingkar abdomen yang terus meningkat
F. PATOFISIOLOGI
G. KLASIFIKASI

Klasifikasi tumor epitelium menurut WHO yang dimodifikasi:

1. Tumor epitelial yang umum:

a. Serosa

b. Musinosa

c. Endometrioid

d. Clearcell: benigna, borderline malignancy, carsinoma.

e. Brenner

f. Epiteliel campuran

g. Carsinoma tak terdeferensiasi

h. Tumor tak terklasifikasi.

Tumor epitelium ovarium merupakan 40% dari semua tumor ovarium. Ada 2 jenis: serosa dan
musinosa. Kedua-duanya mempunyai kecenderungan untuk tumbuh bilateral dan berimplantasi di
rongga peritoneum. Perubahan ke arah ganas terjadi pada yang berjenis serosa. Kistadenokarsinoma
papiliferum pseudo musinosa merupakan satu variasi dari tumor dengan kemungkinan penyebaran
lokal yang tinggi. Tumor-tumor endometrioid, mesonephroid, dan brenner adalah jarang.
2. Sex-cord stromal tumours:

a. Tumor granulosa theca cell: benigna, maligna

b. Androblastoma (Sertoli-Leidig)

c. Gynandroblastoma
d. Tidak terklasifikasi

Diduga bahwa tumor jenis ini berasal dari mesenkhim gonad, yang potensial mampu
mendeferensiasi ke dalam struktur gonad laki-laki dan wanita, hingga tumor dapat mengakibatkan
munculnya tanda-tanda maskulinisasi atau feminisasi pada penderitanya. Androblastoma atau tumor
yang berasal dari tumor mesenkhim akan mendiferensiasi ke dalam struktur gonadal laki-laki:

1) Arrhenoblastoma : mikroskopik terlihat gambaran tubuler dan berhubungan dengan gejala atau
tanda defeminisasi atau maskulinisasi.

2) Tumor Sertoli cell: adalah bentuk feminisasi dari androblastoma. Sel-sel sertoli merupakan
sumber dari estrogen pada gonad lelaki.

3) Tumor cell granulosa

4) Tumor sel theca

Dalam banyak kejadian, elemen dari tumor sel granulosa dan theca terdapat pada tumor yang
sama. Mereka bisa dikaitkan dengan gejala hiperestrogennisme. Hiperplasi endometrium dan
karsinoma endometrium pernah dilaporkan berhubungan dengan tumor-tumor sel granulosa dan
sel theca.

3. Tumor-tumor lipid cell

4. Tumor-tumor germ-cell:

Tumor ini berasal dari germinal dan derivatnya.


a) Disgerminoma

Paling umum dari kelompok tumor ini, merupakan homolog dari seminoma testis, biasa terdapat
pada wanita muda dan sangat radiosensitif. Frekuensi tumor ini kurang dibandingkan dengan
Tumor sel granulosa yang kebanyakan ditemukan pada wanita muda, dapat ditemukan dalam
ukuran kecil sampai besar hingga mengisi rongga perut. Tumor dengan permukaan rata,
konsistensi kenyal, kecuali di bagian-bagian yang mengalami degenerasi berwarna sawo matang
sampai ke abu-abuan. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat gambaran sarang-sarang sel telur
yang besar, bundar, ovoid atau poligonal, terpisah oleh septa jaringan ikat. Tumor ini
keganasannya tak seberapa tinggi. Prognosis tumor yang masih unilateral dan terbatas dalam
kapsul yang baik (88,6% dapat disembuhkan) hanya dengan USO (Unilateral Salpingo
Ovarectomy) saja. Kalau perlu pasca bedah dapat dipertimbangkan radioterapi pada tumor bed
karena tumor ini sangat radiosensitif dan radiocurable.
b) Tumor sinus endodermal

Berasal dari Jolk sac atau saccus vitellius, umumnya ditemukan pada gadis atau wanita muda (20
th) dan sangat ganas. Pada pemeriksaan mikroskopik didapatkan retikulum dengan ruangan
berbentuk kistik (sinus endodermal) ditengahnya. Sinus tersebut terdiri dari pembuluh darah
ditengahnya dikelilingi oleh sel-sel kuboid.
c) Karsinoma embrional

d) Poli embrioma

e) Khoriokarsinoma

f) Teratoma: immatur, matur (solid atau kistik), monodermal (stroma ovarii dan atau karsinoid atau
lainnya).

Diduga berkembang dari jaringan embrional yang pluripoten dan mampu membentuk elemen dari
ketiga lapisan embrional. Bentuk kistik adalah tak ganas, sedang solid adalah ganas. Teratoma
yang benigna banyak ditemukan pada golongan usia tua. Teratoma ganas biasanya ditemukan
pada anak-anak dan pada masa pubertas. Tumor tumbuh capat dan prognosisnya buruk.
H. PENYEBARAN

Kanker ovarium menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta, mediastinal, dan supraklavikuler,
untuk seterusnya menyebar ke alat-alat yang jauh, terutama paru-paru, hati, dan otak. Obstruksi usus
dan ureter merupakan masalah yang sering menyertai penderita tumor ganas ovarium.
Penetapan Tingkat Klinik Keganasan

UICC Kriteria FIGO

T1 Terbatas pada ovarium I

T1a Satu ovarium, tanpa ascites Ia

T1b Kedua ovarium, tanpa ascites Ib

T1c Satu/dua ovarium, ada ascites Ic

T2 Dengan perluasan ke panggul II

T2a Uterus dan atau tuba, tanpa ascites Iia

T2b Jaringan panggul lainnya, tanpa ascites Iib

T2c Jaringan panggul lainnya, dengan ascites Iic

T3 Perluasan ke usus halus/omentum dalam panggul, atau III


penyebaran intraperitoneal/kelenjar retraperitoneal.
M1 Penyebaran ke alat-alat jauh IV

I. DIAGNOSIS

Diagnosis didasarkan atas 3 gejala/tanda yang biasanya muncul dalam perjalanan penyakitnya yang
sudah agak lanjut:
1. Gejala desakan, yang dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan infiltrasi ke jaringan sekitar.

2. Gejala diseminasi/penyebaran, yang diakibatkan oleh implantasi peritoneal dan bermanifestasi


adanya ascites.

3. Gejala hormonal, yang bermanifestasi sebagai defeminisasi, maskulinisasi atau hiperestrogenisme,


intensitas gejala ini sangat bervariasi dengan tipe histologik tumor dan usia penderita.

J. TERAPI TUMOR GANAS OVARIUM

Untuk kanker ovarium, pembedahan merupakan pilihan utama. Pada tingkatan awal prosedur
adalah TAH + BSO + OM + APP (optional). Luas pembedahan tergantung oleh insidensi dari seringnya
penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral) dan kecenderungan untuk menginvasi badan rahim (korpus
uterus). Biopsi dibeberapa tempat seperti: omentum, kelenjar getah bening para maupun pre orbital
dan area sub diaprahmatika amatlah penting.

Pembedahan juga amat penting sebagai tindakan primer pada penderita dengan penyakitnya
yang ekstensif ialah dengan mengangkat sebanyak mungkin jaringan tumor, bila keadaan
memungkinkan meskipun tidak semua jaringan tumordapat diangkat seluruhnya (debulking). Dengan
debulking (bulk reductive surgery) memungkinkan kemo maupun radioterapi menjadi lebih efektif.
Tindakan konservatif (hanya mengangkat tumor ovariumnya saja: oophorectomi atau oophoro
kistektomi) masih dapat dibenarkan jika tingkat klinik penyakit T1a, wanita masih muda, belum
mempunyai anak, derajat keganasan tumor rendah seperti disgerminoma, tumor sel granulosa, dan
arrheoblastoma atau low potential malignancy = borderline malignancy, hal itu masih bisa
dipertanggungjawabkan meskipun beberapa ahli berpendapat tindakan seperti itu tetap merupakan
gambling. Pengawasan ketat pada penderita pasca bedah merupakan suatu keharusan.

1. Radioterapi

Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa hanya efektif pada jenis tumor yang
peka terhadap sinar seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.
2. Kemoterapi

Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi. Hanya kanker
ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat diferensiasi sel yang baik/sedang)
yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan
interval 3 – 4 minggu sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efeh samping kemoterapi
secara berkala terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem
saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.
Sejumlah obat sitostatika telah digunakan, termasuk agens alkylating (cyclophosphamide,
chlorambucil), antimetabolit (MTX,5 FU), antibiotika (adriamisin) dan agen lain (ex: Cis-Platinum).
Adanya ascites mungkin dapat dikendalikan dengan kemoterapi intraperitoneal. Isotop radioaktif
sekarang jarang digunakan pada penanganan tumor ini, sedang teknik shunting cairan ascites ke
dalam vena jugularis melalui plastic tube yang berkatup searah sekarang banyak dipakai.
Penanganan paliatif sering menggunakan preparat hormon progestativa.
K. ASUHAN KEPERWATAN

1. Pengkajian

a) Data diri klien

b) Data biologis/fisiologis –> keluhan utama, riwayat keluhan utama

c) Riwayat kesehatan masa lalu

d) Riwayat kesehatan keluarga

e) Riwayat reproduksi –> siklus haid, durasi haid

f) Riwayat obstetric –> kehamilan, persalinan, nifas, hamil

g) Pemeriksaan fisik

h) Data psikologis/sosiologis–> reaksi emosional setelah penyakit diketahui

2. Diagnosa Keperawatan

a) Nyeri akut b.d agen cidera biologi

b) Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan peran

c) Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh, perubahan
kadar hormone
3. Tujuan dan Intervensi

Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen cidera biologi

Tujuan : Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan

Intervensi :

Kaji karakteristik nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi


Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, marah pasien

Kolaborasi dengan tim medis dalam memberi obat analgesic

Jelaskan kegunaan analgesic dan cara-cara untuk mengurangi efek samping

Ajarkan klien strategi baru untuk meredakan nyeri dan ketidaknyamanan: imajinasi, relaksasi,
stimulasi kutan

Diagnosa 2 : Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan peran

Tujuan : KLien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.

Intervensi :

Kaji perasaan klien tentang citra tubuh dan tingkat harga diri

Berikan dorongan untuk keikutsertaan kontinyu dalam aktifitas dan pembuatan keputusan
Berikan dorongan pada klien dan pasangannya untuk saling berbagi kekhawatiran tentang perubahan
fungsi seksual dan menggali alternatif untuk ekspresi seksual yang lazim

Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh,
perubahan kadar hormone

Tujuan : -KLien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual.
- Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara
mengekspresikan keinginan seksual

Intervensi:
Mendengarkan pernyataan klien dan pasangan

Diskusikan sensasi atau ketidaknyamanan fisik, perubahan pada respons individu


Kaji informasi klien dan pasangan tentang anatomi/ fungsi seksual dan pengaruh prosedur
pembedahan

Identifikasi faktor budaya/nilai budaya

Bantu klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka

Dorong klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka

Dorong klien untuk berbagi pikiran/masalah dengan orang terdekatnya

Berikan solusi masalah terhadap masalah potensial. ex : menunda koitus seksual saat kelelahan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Derek, Liewellyn-Jones 2001 Dasar-dasar obstetri dan ginekologi. Alih bahasa: Hadyanto, Ed. 6.
Hipokrates, Jakarta
Donges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Bagian Obstetri & ginekologi FK.Unpad,1993. Obstetri Fisiologi.Eleman Bandung
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA
Wong, Dona L& Perry, Shanon W (1998) Maternal Child Nursing Care, Mosby Year Book Co.,
Philadelphia.

Você também pode gostar