Você está na página 1de 25

Anatomi Sistem Perkemihan

Sistem perkrmihan terdiri dari :


1. 1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berpasangan dan berbentuk seperti kacang. Terletak di
kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh hati. Kutup atas ginjal kanan terletak setinggi kosta
12, sedangkan kutup atas ginjal kiri terletak setinggi kosta 11. Setiap ginjal pada orang
dewasa memiliki panjang 12 sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120 sampai
150 gram. Ginjal diliputi oleh suatu kapsula fibrosa tipis mengkilat, terbagi menjadi dua
bagian yaitu: bagian eksternal yang disebut Korteks, dan bagian internal disebut Medula.
Dilihat dari permukaan anterior, struktur ginjal terdiri dari; arteri dan vena renalis, saraf dan
pembuluh getah bening yang keluar dan masuk melalui hilus, ureter.
Darah dialirkan ke dalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam ginjal
melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena renalis
membawa darah kembali ke dalam vena kava inferior.Aliran darah yang melalui ginjal
jumlahnya 25% dari curah jantung.
Dilihat dari potongan longitudinal, struktur ginjal terdiri dari: Kapsula, Korteks, Piramid
medula, nefron (terdiri dari glomerulus dan tubulus: proksimal, ansa Henle, distal), kaliks
(minor dan mayor), pelvis ginjal dan ureter.
Penyakit ginjal dimanifestasikan dengan adanya perubahan struktur ginjal, yaitu adanya
perbedaan panjang dari kedua ginjal yang lebih dari 1,5 cm.

2. Ureter
Ureter merupakan pipa panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri atas otot polos.
Setiap ureter memiliki panjang 10 sampai 12 inci, Organ ini menghubungkan setiap ginjal
dengan kandung kemih. Organ ini berfungsi sebagai pipa untuk menyalurkan urin ke
kandung kemih.

3. Vesica Urinaria (Kandung Kemih)


Kandung kemih adalah satu kantung berotot yang sebagian besar dindingnya terdiri dari
otot polos disebut muskulus detrusor yang dapat mengempis, terletak dibelakang simfisis
pubis. Kontraksi otot ini terutama berfungsi untuk mengosongkan kandung kemih pada saat
BAK. Organ ini berfungsi sebagai wadah sementara untuk menampung urin dan
mendorong kemih keluar tubuh dibantu oleh uretra.

4. Uretra
Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari kandung kemih sampai
ke luar tubuh. Panjang uretra pada wanita 1,5 inci dan pada laki-laki sekitar 8 inci.

5. Meatus urinarius (Muara uretra)


Daerah segitiga di antara labia manora, yang berada di anterior muara uretra dan pada
posterior dibatasi oleh orifishium vagina, disebut vestibulum vagina, vestibulum ini berasal
dari sinus urogenital dan ditutupi oleh epitel skuamosa tipis berlapis yang rumit.
Meatus urinarius terlihat sebagai celah anteroposterior atau huruf V terbalik, seperti uretra,
meatus ini di lapisi oleh epitel transisional. Mukosa vaskularnya sering kali terlipat ke luar
sehingga tampak lebih merah dibandingkan mukosa vagina dengan epitel skuamosa yang
terletak bersebelahan.

1. FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN


Ginjal berfungsi sebagai organ ekskresi yang utama dari tubuh. Fungsi utama ginjal
mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstrasel dalam batas normal. Komposisi
dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorpsi dan sekresi
tubulus.
Darah dialirkan ke dalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam ginjal
melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena renalis
membawa darah kembali ke dalam vena kava inferior.Aliran darah yang melalui ginjal
jumlahnya 25% dari curah jantung.
Urin terbentuk di nefron. Proses pembentukan urin dimulai ketika darah mengalir lewat
glomerulus. Ketika darah berjalan melewati sruktur ini, filtrasi terjadi. Air, elektrolit dan
molekul kecil akan dibiarkan lewat, sementara molekul besar (protein, sel darah merah dan
putih, trombosit) akan tetap tertahan dalam aliran darah. Cairan disaring lewat dinding
jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus, cairan ini disebut “filtrat”. Di dalam
tubulus ini sebagian substansi secara selektif diabsorpsi ulang ke dalam darah,sebagian
lagi disekresikan dari darah ke dalam filtrate yang mengalir disepanjang tubulus. Filtrat ini
akan dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus pengumpul, dan kemudian menjadi urin
yang akan mencapai pelvis ginjal. Kemudian urin yang terbentuk sebagai hasil dari proses
ini diangkut dari ginjal melalui ureter ke dalam kandung kemih (tempat sementara urin
disimpan). Pada saat urinasi, kandung kemih berkontraksi dan urin akan diekskresikan dari
tubuh lewat uretra.

Fungsi utama ginjal adalah :

1. Fungsi Ekskresi
2. Mempertahankna osmolalitas plasma (285 m Osmol) dengan mengubah-ubah ekskresi air.
3. Mempertahankan kadar elektrolit plasma.
4. Mempertahankan pH plasma (7,4) dengan mengeluarkan kelebihan H+ dan membentuk
kembali HCO3.
5. Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein (urea, asam urat dan
kreatinin)

1. Fungsi Non Ekskresi


2. Menghasilkan renin untuk pengaturan tekanan darah.
3. Menghasilkan eritropoietin untuk stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang.
4. Metabolisme vitamin D.
5. Degradasi insulin.
6. Menghasilkan prostaglandin

2. MEKANISME PENGATURAN DAN ELEKTROLIT OLEH GINJAL


Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan
cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yakni sebagai pengatur air. Pengatur
konsentrasi garam dalam darah. Pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi
bahan buangan atau kelebihan garam.
Organ ginjal memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit.
Fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah,
pengatur keseimbangan asam – basa darah, dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan
garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini di awali oleh kemampuan bagian ginjal,
seperti glomerulus, dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung
500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 16 % disaring keluar. Cairan yang
tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat
dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.

Cairan dan elekttrolit yang dikendalikan oleh ginjal


Lokasi Fungsi Pengaruh Dasar~dasar fisiologi
Glomerulus Filtrasi air dan elektrolit Permulaan Tekanan hidrostatik
pembentukan
urin
Proksimal dari Reabsorbsi jumlah besar Konservasi Reabsorbsi oleh transport
tubulus yang air sodium, potassium, cairan dan aktif dan pasif.Reabsorbsi
berbelok~belok bikarbonat, chloride, elektrolitbikarbonat yang
fosfat dikendalikan oleh
ketidakseimbangan asam
dan basa
Tubulus Henle Disfusi sodium ke dalam Reduksi volume Pada medulla ginjal jadi
badan desenden tubulus.Reabsorbsi air urin, urin hipertonik
menjadi
hipertonis
Badan asenden Reabsorbsi sodium Urin menjadi Air tetap berada pada
hipotonik tubulus karena mebran
tidak permiabel untuk ari
Distal dari Reabsorbsi airSekresi Pengendalian Air direabsorbsi menurut
tubulus yang potassium, hydrogen cairan dan kebutuhan ADH.Disekresi
berbelok~belok dan ion ammonia elektrolit akstra potassium ion~ion
menurut berdasarkan hydrogen dan ammonia
kebutuhan.Reabsorbsi kebutuhan tubuh disekresi berdasarkan
sodium ketidakseimbangan asam
dan basa.Sodium
direabsorbsi kembali oleh
pengaruh adolsteron.

3. KONDISI GFR PASIEN DAN PENGATURAN GFR


Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut dan gagal ginjal
kronik. Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu
beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal
(ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat.
Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan.
Proses penurunan fungsi ginjal dapat berlangsung terus selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun sampai ginjal tidak dapat berfungsi sama sekali (end stage renal disease).
Gagal ginjal kronis dibagi menjadi lima stadium berdasarkan laju penyaringan (filtrasi)
glomerulus (Glomerular Filtration Rate = GFR) yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
GFR normal adalah 90 – 120 mL/min/1.73 m2.
Stadium GFR (ml/menit/1.73m2) Deskripsi
1 Lebih dari 90 Kerusakan minimal pada ginjal, filtrasi masih
normal atau sedikit meningkat
2 60-89 Fungsi ginjal sedikit menurun
3 30-59 Penurunan fungsi ginjal yang sedang
4 15-29 Penurunan fungsi ginjal yang berat
5 Kurang dari 15 Gagal ginjal stadium akhir (End Stage Renal
Disease)

Pengaturan GFR (Glomerulus Filtration Rate)


Rata-rata GFR normal pada laki-laki sekitar 125 ml/menit. GFR pada wanita lebih rendah
dibandingkan pada pria. Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya GFR antara lain
ukuran anyaman kapiler, permiabilitas kapiler, tekanan hidrostatik, dan tekanan osmotik
yang terdapat di dalam atau diluar lumen kapiler. Proses terjadinya filtrasi tersebut
dipengaruhi oleh adanya berbagai tekanan sebagai berikut:
1. Tekanan kapiler pada glomerulus 50 mm HG
b. Tekanan pada kapsula bowman 10 mmHG
c. Tekanan osmotik koloid plasma 25 mmHG
Ketiga faktor diatas berperan penting dalam laju peningkatan filtrasi. Semakin tinggi
tekanan kapiler pada glomerulus semakin meningkat filtrasi dan sebaliknya semakin tinggi
tekanan pada kapsula bowman. serta tekanan osmotik koloid plasma akan menyebabkan
semakin rendahnya filtrasi yang terjadi pada glomerulus.
Ketiga faktor diatas berperan penting dalam laju peningkatan filtrasi. Semakin tinggi
tekanan kapiler pada glomerulus semakin meningkat filtrasi dan sebaliknya semakin tinggi
tekanan pada kapsula bowman. serta tekanan osmotik koloid plasma akan menyebabkan
semakin rendahnya filtrasi yang terjadi pada glomerulus.
Kondisi GFR pasien terganggu karena GFR (glomerolus filter range ) berfungsi untuk
menyaeing toksik-toksik dan nantinya dikeluarkan lewat urine. Naamun disini ureum dan
kreatinin pasien meningkat,hal ini mengindikasi kan jika ginjal tidak dapat menyaring toksik
sehingga racun bisa masuk kedalam aliran darah.
Glomerular filtration rate (GFR) adalah volume cairan disaring dari ginjal (ginjal) kapiler
glomerular ke dalam kapsul Bowman per satuan waktu [2] Pusat untuk pemeliharaan
fisiologis dari GFR. Adalah nada diferensial basal arteriol aferen dan eferen ( lihat diagram).
Glomerular filtration rate (GFR) dapat dihitung dengan mengukur bahan kimia yang memiliki
tingkat yang stabil dalam darah, dan difiltrasi secara bebas tetapi tidak direabsorpsi atau
disekresi oleh ginjal. Tingkat Oleh karena itu diukur adalah kuantitas substansi dalam urin
yang berasal dari volume darah diperhitungkan. Prinsip ini berkaitan dengan persamaan di
bawah ini – untuk bahan yang digunakan, produk konsentrasi urin dan aliran urin sama
dengan massa zat diekskresikan selama waktu yang telah dikumpulkan urin. Massa ini
sama dengan massa disaring di glomerulus sebagai tidak ditambahkan atau dihapus dalam
nefron. Membagi massa ini dengan konsentrasi plasma memberikan volume plasma yang
massa harus memiliki awal datang dari, dan dengan demikian volume cairan plasma yang
telah memasuki kapsul Bowman dalam periode waktu tersebut. GFR biasanya dicatat
dalam satuan volume per waktu, misalnya, mililiter per menit ml / menit. Bandingkan
dengan fraksi filtrasi.
GFR adalah kecepatan laju filtrasi. Yang dapat dihitung dengan inuline clearance O.K
inuline absrpsi (-), sekresi (-)
Dalam klinik GFR ditentukan denngan :
1. Endogenous creatinine clearance ( hasil endogen CR.CL = 10 – 15 % inuline CL )
 Kumpul urine 24 jam
 Ukur creatinin urin
 Ukur creatinin plasma selama periode pengumpulan urin
 Hitung rumus GFR dengan rumus :
GFR = creat.excreted ( mg/mnt ) = ……. ml/mnt
Plasma creatinin ( mg/mnt )

Karena GFR merupakan fungsi dari luas permukaan tubuh ( body surface area = BSA ),
hasilnya harus dikoreksi dengan standart BSA orang dewasa
Standart BB orang dewasa = 66,5 kg
à BSA = ( 0.02 x 66.5 ) + 0.40 = 1.73 M²
Corrected CR. CL = patient’s CR x 1.73 = C CR
Patient’s BSA

2. GFR yang paling akurat diukur dengan :


 Inuline clearance
 Iothalamate clearance
 Sebagai “ GUIDE” untuk ukuran GFR dapat dipakai serum creatine level
Normal serum CR
< 2 tahun2 tahun – awal pubertasAwal < 0.4 mg/dl<0.6 mg/dl<1.0 mg/dl
puber – dewasa 1.2 mg/dl
Orang gemuk otot

 “ GUIDE” lainnya : level BUN Ifant – child , 1.5 mg/dl – normal

Glomerular Filtration Rate (GFR) berdasarkan ukuran kreatinin


GFR adalah hitungan yang menandai tingkat efisiensi penyaringan bahan ampas dari darah
oleh ginjal. Hitungan GFR yang umum membutuhkan suntikan zat pada aliran darah yang
kemudian diukur pada pengambilan air seni 24 jam. Baru-baru ini, para ilmuwan
menemukan bahwa GFR dapat dihitung tanpa suntikan atau pengambilan air seni.
Hitungan baru ini hanya membutuhkan pengukuran tingkat kreatinin dalam contoh darah.
Kreatinin adalah bahan ampas dalam darah yang dihasilkan oleh penguraian sel otot
secara normal selama kegiatan. Ginjal yang sehat menghilangkan kreatinin dari darah dan
memasukkannya pada air seni untuk dikeluarkan dari tubuh. Bila ginjal tidak bekerja
sebagaimana mestinya, kreatinin bertumpuk dalam darah.
Dalam laboratorium, darah kita akan dites untuk menentukan ada berapa miligram kreatinin
dalam satu desiliter darah (mg/dL). Tingkat kreatinin dalam darah dapat berubah-ubah, dan
setiap laboratorium mempunyai nilai normal sendiri, umumnya 0,6-1,2mg/dL. Bila tingkat
kreatinin sedikit di atas batas atas nila normal ini, kita kemungkinan tidak akan merasa
sakit, tetapi tingkat yang lebih tinggi ini adalah tanda bahwa ginjal kita tidak bekerja dengan
kekuatan penuh. Satu rumusan untuk mengestimasikan fungsi ginjal adalah menyamakan
tingkat kreatinin 1,7mg/dL untuk kebanyakan laki-laki dan 1,4mg/dL untuk kebanyakan
perempuan sebagai 50% fungsi ginjal normal. Tetapi karena tingkat kreatinin begitu
berubah-ubah, dan dapat dipengaruhi oleh makanan, hitungan GFR adalah lebih tepat
untuk menentukan apakah kita mempunyai fungsi ginjal yang rendah.
Hitungan GFR baru memakai ukuran kreatinin kita bersamaan dengan berat badan, usia,
dan nilai ditentukan untuk jenis kelamin dan ras. Beberapa laboratorium dapat menghitung
GFR saat tingkat kreatinin diukur, dan memasukkannya pada laporan.
Blood Urea Nitrogen (BUN)
Darah kita mengangkat protein pada sel di seluruh tubuh kita. Setelah sel memakai protein,
sisa bahan ampas dikembalikan ke darah sebagai urea, sebuah senyawa yang
mengandung nitrogen. Ginjal yang sehat menghilangkan urea dari darah dan
memasukkannya ke air seni. Bila ginjal kita tidak bekerja dengan baik, urea itu akan tetap
dalam darah.
Satu desiliter darah normal mengandung 7-20mg urea. Bila BUN kita lebih dari 20mg/dL,
ginjal kita mungkin tidak bekerja dengan kekuatan penuh. Penyebab lain BUN tinggi yang
mungkin termasuk dehidrasi dan kegagalan jantung.
Bila tes darah dan air seni menunjukkan kehilangan fungsi ginjal, dokter mungkin akan
mengusulkan tes tambahan untuk membantu menentukan penyebab masalah.
Stadium penyakit ginjal
GFR kita adalah tanda terbaik untuk menunjukkan kesehatan ginjal. Pada 2002, National
Kidney Foundation AS menerbitkan pedoman pengobatan yang menetapkan lima stadium
CKD berdasarkan ukuran GFR yang menurun. Pedoman tersebut mengusulkan tindakan
yang berbeda untuk masing-masing stadium penyakit ginjal.
 Risiko CKD meningkat. GFR 90 atau lebih dianggap normal. Bahkan dengan GFR normal,
kita mungkin berisiko lebih tinggi terhadap CKD bila kita diabetes, mempunyai tekanan
darah yang tinggi, atau keluarga kita mempunyai riwayat penyakit ginjal. Semakin tua kita,
semakin tinggi risiko. Orang berusia di atas 65 tahun dua kali lipat lebih mungkin
mengembangkan CKD dibandingkan orang berusia di antara 45 dan 65 tahun. Orang
Amerika keturunan Afrika lebih berisiko mengembangkan CKD.
 Stadium 1: Kerusakan ginjal dengan GFR normal (90 atau lebih). Kerusakan pada ginjal
dapat dideteksi sebelum GFR mulai menurun. Pada stadium pertama penyakit ginjal ini,
tujuan pengobatan adalah untuk memperlambat perkembangan CKD dan mengurangi risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah.
 Stadium 2: Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada GFR (60-89). Saat fungsi
ginjal kita mulai menurun, dokter akan memperkirakan perkembangan CKD kita dan
meneruskan pengobatan untuk mengurangi risiko masalah kesehatan lain.
 Stadium 3: Penurunan lanjut pada GFR (30-59). Saat CKD sudah berlanjut pada stadium
ini, anemia dan masalah tulang menjadi semakin umum. Kita sebaiknya bekerja dengan
dokter untuk mencegah atau mengobati masalah ini.
 Stadium 4: Penurunan berat pada GFR (15-29). Teruskan pengobatan untuk komplikasi
CKD dan belajar semaksimal mungkin mengenai pengobatan untuk kegagalan ginjal.
Masing-masing pengobatan membutuhkan persiapan. Bila kita memilih hemodialisis, kita
akan membutuhkan tindakan untuk memperbesar dan memperkuat pembuluh darah dalam
lengan agar siap menerima pemasukan jarum secara sering. Untuk dialisis peritonea,
sebuah kateter harus ditanam dalam perut kita. Atau mungkin kita ingin minta anggota
keluarga atau teman menyumbang satu ginjal untuk dicangkok.
 Stadium 5: Kegagalan ginjal (GFR di bawah 15). Saat ginjal kita tidak bekerja cukup untuk
menahan kehidupan kita, kita akan membutuhkan dialisis atau pencangkokan ginjal.
Selain memantau GFR, tes darah dapat menunjukkan apakah zat-zat tertentu dalam darah
kurang berimbang. Bila tingkat fosforus atau kalium mulai naik, sebuah tes darah akan
mendesak dokter untuk menangani masalah ini sebelum mempengaruhi kesehatan kita
secara permanen.
1. Hitung CCT pasien :
Ada berbagai cara mengukur fungsi ginjal yang tersisa, mulai dari yang memakai peralatan
canggih, memakai metode yang agak rumit dan memakai metode yang sederhana. Bagi
anda yang ingin menghemat pengeluaran, berikut ini diberikan contoh cara menghitung
fungsi ginjal berdasarkan perkiraan bersihan kreatinin (Creatinine Clearance) dengan
memakai rumus Cockcroft-Gault. Perhitungan ini sering disebut CCT terhitung. Caranya:
CCT terhitung pada laki-laki= {(140-umur) x berat badan} / (72 x kreatinin darah)
CCT terhitung pada perempuan= {(140-umur) x berat badan} / (72 x kreatinin darah) dikali
0,85

Rumus : ((140-usia) x BB)

(72 x kreatinin darah ) = ((140- 44) x 50) (72 x 10) = 96 x 50

72 = 4800 = 6,67 720

4. KLASIFIKASI GGK dan GGA


Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi
ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut dengan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) kurang dari 50 ml/menit. Gagal ginjal kronik dibagi menjadi empat
stadium berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG):
1. GGK ringan : LFG 30 – 50 ml/menit
2. GGK sedang : LFG 10 – 29 ml/menit
3. GGK berat : LFG <10 ml/menit
4. Gagal Ginjal Terminal : LFG <5 ml/menit

5. PENGHITUNGAN CCT(Creatinine Clearance Test)


Cara penghitungan CCT pada pasien
 CCT terhitung pada laki-laki= {(140-umur) x berat badan} / (72 x kreatinin darah)
 CCT terhitung pada perempuan= {(140-umur) x berat badan} / (72 x kreatinin darah) dikali
0,85
Contoh perhitungan:
 Seorang laki-laki (katakanlah bernama Mr. X), berusia 50 tahun, berat badan 60 kg, hasil
pemeriksaan Kreatinin Darah 3 mg/dl, maka perhitungan fungsi ginjalnya adalah:
CCT terhitung = {(140-umur) x berat badan} / (72 x kreatinin darah) = {(140-50) x 60} / (72 x
3) = 25
Jadi fungsi ginjal Mr. X = 25%.
 Sedangkan bila dia adalah seorang perempuan (misalnya Mrs. X) maka perhitungannya:
CCT terhitung pada perempuan = CCT pada laki-laki X 0,85 = {(140-50) x 60} / (72 x 3)
dikali 0,85= 25 X 0,85 = 21,25
Hasilnya, fungsi ginjal Mrs. X = 21,25%.
Saran:
Bila hasil penghitungan dengan cara ini menghasilkan fungsi ginjal dibawah 40%, maka
anda bisa mengulang pemeriksaan laboratorium Hb, ureum dan kretinin serta menghitung
ulang fungsi ginjal anda. Bila dari 2 kali penghitungan menunjukkan hasil yang sama/kurang
lebih sama maka sebaiknya anda berobat ke dokter. Bila hasilnya menunjukkan fungsi
ginjal anda sudah di bawah 25% dan mempunyai gejala GGK lain yang jelas maka anda
harus segera berobat ke dokter umum/dokter ahli penyakit dalam/ginjal. Hal lain yang perlu
diketahui, apabila fungsi ginjal yang tersisa sudah dibawah 40%, maka sering terjadi
akselerasi/percepatan progresifitas penurunan fungsi ginjal dalam waktu relative singkat
daripada progresifitas penurunan sebelumnya. Oleh karena itu akselerasi ini perlu di ‘rem’
dengan pengaturan makanan (diet) ditambah obat-obatan, dan yang terpenting sering
melakukan kontrol ke dokter atau dokter ahli penyakit ginjal.

6. PATHWAY GAGAL GINJAL KRONIK / AKUT


 Definisi
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi
ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut dengan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) kurang dari 50 ml/menit.
adalah suatu sindrom klinis yang di tandai dengan penurunan mendadak (dalam beberapa
jam sampai beberapa hari) laju filtrasi glomerulus (LFG), di sertai akumulasi nitrogen sisa
metabolisme (ureum dan kreatinin).

 Etiologi
Tiga kategori utama kondisi penyebab GGA adalah :
1. Pra Renal
2. Dimana aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan turunnya laju filtrasi glomerulus.
3. Penurunan volume vaskuler
4. Kehilangan darah/plasma : perdarahan luka baker
5. Kehilangan cairan ekstraselluer : muntah,diare
6. Kenaikan kapasitas kapiler : Sepsis, Blokade ganglion, Reaksi anafilaksis
7. Penurunan curah jantung/kegagalan pompa jantung : Renjatan kardiogenik,Payah jantung
kongestif, Dysritmia, Emboli paru, Infark jantung.

1. Intra Renal
2. Akibat dari kerusakan struktur glomerulus atau tubulus distal.
3. Kondisi seperti terbakar,udema akibat benturan dan infeksi dan agen nefrotik dapat
menyebabkan nekrosi tubulus akut (ATN)
4. Berhentinya fungsi renal.
5. Reaksi transfusi yang parah juga gagal intra renal.hemoglobin dilepaskan melalui
mekanisme hemolisis melewati membran glomerulus dan terkonsentrasi ditubulus distal
menjadi faktor terbentuknya hemoglobin.
6. Faktor penyebab adalah : pemakaian obat-obat anti inflamasi, non steroid terutama pada
pasien lansia.

1. Pasca Renal
2. Obstruksi dibagian distal ginjal
3. Tekanan ditubulus distal menurun, akhirnya laju filtrasi glomerulus

Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan
irreversibel dari berbagai penyebab. Sebab-sebab gagal ginjal kronik yang sering
ditemukan dapat dibagi menjadi delapan kelas seperti berikut:
1. infeksi, misal pielonefritis kronik.
2. Penyakit peradangan, misal glomerulonefritis.
3. Penyakit vaskuler hipertensif, misal nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis
arteria renalis.
4. Gangguan jaringan penyambung, misal lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodusa,
sklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter, misal penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal.
6. Penyakit metabolik, misal diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
7. Nefropati toksik, misal penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal.
8. Nefropati obstruktif, misal saluran kemih bagian atas seperti kalkuli, neoplasma, fibrosis
retroperitoneal; dan saluran kemih bagian bawah seperti hipertrofi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.

 Tanda dan Gejala


Tanda Gejala GGA:
1. Tampak letargi, mual, muntah & diare
2. Kulit & membran mukosa kering
3. Produk urine sedikit
4. Peningkatan BUN
5. Hiperkalemia
6. Asidosis metabolik
7. Abnormalitas Ca dan PO4
GGK
Tanda-tanda nyeri pinggang tak tertahankan disertai bengkak pada kaki dan mata, bisa jadi
ada yang tidak beres pada kesehatan metabolisme tubuh. Tanda-tanda itu merupakan
bagian dari gejala tidak berfungsinya ginjal sebagai alat pengeluaran atau ekskresi.
Gejala tak berfungsinya ginjal dengan baik juga bisa dideteksi dengan rasa sakit pada saat
buang air kecil, jarang atau justru keseringan buang air kencing, sesak napas juga demam
dan nafsu makan berkurang. “Yang pasti ada kelainan urine, kadang juga disertai mual dan
lemas. Ketika kerja ginjal itu tidak berfungsi, yang bersangkutan menderita gagal ginjal.
Sisa metabolisma yang tidak dikeluarkan tubuh,akan menjadi racun yang akan meracuni
tubuh. “Racun itulah yang menimbulkan keluhan mual, muntah, sakit kepala sampai
penurunan kesadaran dan beberapa efek lain.

 Komplikasi
1. Hiperkalemia akibat penurunan ekresi, asidosis, metabolic, katabolisme dan masuknya diet
berlebih.
2. Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah uremik
dan dialisi yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin angiotensin-
aldosteron
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin, dan kehilangan darah selama
hemodialisis.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatic akibat retensi fosfat, kadar kalium serum yang
rendah, metabolism vitamin D abnormal, dan peningkatan kadar aluminium.

 Terapi
Pemberian anti hipertensi, critropoetin, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen
kalsium, analgetik, antibiotic, kortikosteroid, dan diuretic

 Patofisiologi
GGA
Beberapa kondisi berikut yang menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan
gangguan fungsi ginjal : hipovelemia, hipotensi, penurunan curah jantung dan gagal jantung
kongestif, obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, bekuan darah atau
ginjal, obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal. Jika kondisi itu ditangani dan diperbaiki
sebelum ginjal rusak secara permanen, peningkatan BUN, oliguria dan tanda-tanda lain
yang berhubungan dengan gagal ginjal akut dapat ditangani.
GGK
Gambaran umum perjalanan gagal ginjal kronik dapat diperoleh dengan melihat hubungan
antara bersihan kreatinin dan kecepatan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) sebagai persentase
dari keadaan normal, terhadap kreatinin serum dan kadar nitrogen urea darah (BUN)
dengan rusaknya massa nefron secara progresif oleh penyakit ginjal kronik.
Perjalanan umum gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi empat stadium. Stadium ringan
dinamakan penurunan cadangan ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN
normal dan penderita asimptomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dapat diketahui
dengan memberi beban kerja yang berat pada ginjal tersebut, seperti test pemekatan kemih
yang lama atau dengan mengadakan test LFGyang teliti.
Stadium sedang perkembangan tersebut disebut insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75%
jaringan yang berfungsi telah rusak (LFG besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini kadar
BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-
beda, tergantung dari kadar protein dalam diet. Pada stadium ini, kadar kreatinin serum
juga mulai meningkat melebihi kadar normal. Azotemia biasanya ringan, kecuali bila
penderita misalnya mengalami stress akibat infeksi, gagal jantung, atau dehidrasi. Pada
stadium insufisiensi ginjal ini pula gejala-gejala nokturia dan poliuria (diakibatkan oleh
kegagalan pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala ini timbul sebagai respons terhadap
stress dan perubahan makanan atau minuman yang tiba-tiba. Penderita biasanya tidak
terlalu memperhatikan gejala-gejala ini, sehingga gejala tersebut hanya akan terungkap
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang teliti.
Stadium berat dan stadium terminal gagal ginjal kronik disebut gagal ginjal stadium akhir
atau uremia. Gagal ginjal stadium akhir timbul apabila sekitar 90% dari massa nefron telah
hancur, atau hanya sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh. Nilai LFG hanya 10% dari
keadaan normal, dan bersihan kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml per menit atau kurang.
Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat
menyolok sebagai respons terhadap LFG yang mengalami sedikit penurunan. Pada
stadium akhir gagal ginjal, penderita mulai merasakan gejala-gejala yang cukup parah,
karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam
tubuh. Kemih menjadi isoosmotis dengan plasma pada berat jenis yang tetap sebesar
1,010. Penderita biasanya menjadi oligourik (pengeluaran kemih kurang dari 500 ml/hari)
karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula-mula menyerang tubulus
ginjal. Kompleks perubahan biokimia dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik
mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti
akan meninggal kecuali kalau ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal
atau dialisis. Meskipun perjalanan klinis penyakit ginjal kronik dibagi menjadi empat
stadium, tetapi dalam prakteknya tidak ada batas-batas yang jelas antara stadium-stadium
tersebut.

 Gambaran Klinik dan Diagnosis


GGA
Terdapat 4 tahapan klinik dari gagal ginjal akut yaitu :
1. Stadium awal dengan awitan awal dan diakhiri dengan terjadinya oliguria.
2. Stadium Oliguria.
Volume urine 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat
diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari kadar
dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal.
Azotemia biasanya ringan kecuali bila penderita mengalami stress akibat infeksi, gagal
jantung atau dehidrasi. Pada stadium ini pula mengalami gelala nokturia (diakibatkan oleh
kegagalan pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala timbul sebagai respon terhadap stress
dan perubahan makanan dan minuman yang tiba-tiba. Penderita biasanya tidak terlalu
memperhatikan gejala ini.
Gejala pengeluaran kemih waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml atau
penderita terbangun untuk berkemih beberapa kalipada waktu malam hari. Dalam keadaan
normal perbandingan jumlah kemih siang hari dan malam hari adalah 3 : 1 atau 4 : 1.
Sudah tentu nokturia kadang-kadang terjadi juga sebagai respon teehadap kege;isahan
atau minum yang berlebihan.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutamam menyerang
tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter/hari. Biasanya
ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5%-25 %. Faal ginjal jelas
sangat menurun dan timbul gelala-gejala kekurangan farahm tekanan darah akan naik,
terjadi kelebihan, aktifitas penderita mulai terganggu.
3. Stadium III.
Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan dimana tak dapat
melakukan tugas sehari-hari sebagaimana mestinya. Gejala-gejala yang timbul antara lain
mual, muntah, nafsu makan berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi
penurunan kesadaran sampai koma. Stadium akhir timbul pada sekitar 90 % dari masa
nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin
sebesar 5-10 ml/menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatnin serum dan kadar BUN akan
meningkat dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal,
penderita merasakan gejala yang cukup parah karene ginjal tidak sanggup lagi
mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam tubuh. Penderita biasanya
menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500/hari karena kegagalan glomerulus
meskipun proses penyakit mula-mula menyerang tubulus ginjal. Kompleks menyerang
tubulus ginjal, kompleks perubahan biokimia dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom
uremik memepengaruhi setip sisitem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal,
penderita pasti akan meninggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk
transplantasi ginjal atau dialisis.

GGK
Manifestasi klinis pada pasien gagal ginjal kronik banyak terdapat pada seluruh sistem
organ tersebut. Hal ini disebabkan karena organ ginjal memegang peranan yang penting
dalam tubuh yaitu sebagai organ yang mengekskresikan seluruh sisa-sisa hasil
metabolisme. Secara umum pasien tersebut akan mengalami kelelahan dan kegagalan
pertumbuhan. Pada inspeksi ditemukan kulit pucat, mudah lecet, rapuh dan leukonikia.
Sedangkan pada mata ditemukan gejala mata merah dan pada pemeriksaan funduskopi
ditemukan fundus hipertensif.
Gejala sistemik yang dapat ditemukan antara lain hipertensi, penyakit vaskuler,
hiperventilasi asidosis, anemia, defisiensi imun, nokturia, poliuria, haus, proteinuria, dan
gangguan berbagai organ lainnya. Bahkan pada penderita stadium lanjut terdapat
gangguan fungsi seksual seperti penurunan libido, impoten, amenore, infertilitas,
ginekomastia, galaktore. Tulang dan persendian juga dapat terjadi gangguan seperti
adanya rakhitis akibat defisiensi vitamin D dan juga gout serta pseudogout. Letargi, tremor,
malaise, mengantuk, anoreksia, myoklonus, kejang, dan koma merupakan manifestasi
klinis pada sistem syaraf.
Diagnosis gagal ginjal kronik dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang menunjukkan adanya gejala-gejala sistemik seperti gangguan pada sistem
gastrointestinal, kulit, hematologi, saraf dan otot, endokrin, dan sistem lainnya. Pada
anamnesis diperlukan data tentang riwayat penyakit pasien, dan juga data yang
menunjukkan penurunan faal ginjal yang bertahap.
Etiologi memegang peranan penting dalam memperkirakan perjalanan klinis gagal ginjal
kronik dan terhadap penanggulangannya. Dalam anamnesis dan pemeriksaan penunjang
perlu dicari faktor-faktor yang memperburuk keadaan gagal ginjal kronik yang dapat
diperbaiki seperti infeksi traktus urinarius, obstruksi traktus urinarius, gangguan perfusi dan
aliran darah ginjal, gangguan elektrolit, pemakaian obat nefrotoksik termasuk bahan kimia
dan obat tradisional. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada gagal ginjal kronik
antara lain pemeriksaan laboratorium, EKG, USG, foto polos abdomen, pemeriksaan
pyelografi, pemeriksaan foto thorax, dan pemeriksaan radiologi tulang.

 Penyebab gagal ginjal kronikantara lain:


 Diabetes mellitustipe 1 dan tipe 2 yang tidak terkontrol dan menyebabkan nefropati
diabetikum.
 Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.
 Peradangan dan kerusakan pada glomerulus(glomerulonefritis), misalnya karena penyakit
lupus atau pasca infeksi.
 Penyakit ginjal polikistik, kelainan bawaan di mana kedua ginjal memiliki kista multipel.
 Penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka lama atau penggunaan obat yang bersifat
toksik terhadap ginjal.
 Pembuluh darah arteri yang tersumbat dan mengeras (atherosklerosis) menyebabkan aliran
darah ke ginjal berkurang, sehingga sel-sel ginjal menjadi rusak (iskemia).
 Sumbatan aliran urin karena batu, prostat yang membesar, keganasan prostat.
 Infeksi HIV, penggunaan heroin, amyloidosis, infeksi ginjal kronis, dan berbagai macam
keganasan pada ginjal.

 Penatalaksanaan Medik
GGA
Pada GGA pemeriksaan USG menjadi pilihan utama untuk memperlihatkan anatomiginjal,
dapat di peroleh informasi mengenai besar ginjal, ada tau tidaknya batu ginjal dan ada atau
tidaknya hidronefrosis. Pemeriksaan USG juga dapat menentukan apakah gangguan fungi
ginjal ini sudah terjadi lama (GGK), yaitu apabila di temukan gambaran ginjal yang sudah
kecil.
Pemeriksaan Biopsi Ginjal dan Serologi
Indikasi yang memerlukan biopsi adalah apabila penyebab GGA tak jelas atau berlangsung
lama, atau terdapat tanda glomerulonefrosis atau nefritis intertisisl.

GGK
1. Urinalisis: pemeriksaan urinroutin yang mengevaluasi tentang warna dan kejernihan urin,
bau, keasaman dan berat jenis, ada tidaknya; proteinuria,glukosuria, ketonuria,
pemeriksaan mikroskopik; hamaturia, sel darah putih, silindruria, kristaluria, piuria
bakteriuria.
2. Pengumpulan sample urin : pengumpulan urin 24 jam dan specimen urin Midstream.
3. Pemeriksaan fungsi ginjal: klirens kreatinin, BUN (Blood Urea Nitrogen), kedua
pemeriksaan ini memberikan informasi tentang efektifitas fungsi ekskresi ginjal.
4. Ultrasound (USG) untuk mengidentifikasi abnormalitas seperti: akumulasi cairan, massa,
malformasi, perubahan ukuran organ dan obstruksi.
5. Pemeriksaan sinar-X danpencitraan lainnya:
6. Kidney Ureter and Bladder (KUB): pemeriksaan ini untuk melihat ukuran, bentuk serta
posisi ginjal, serta mengidentifikasi kelainan ginjal seperti: batu dalam ginjal atau traktus
urinarius, hidronefrosis (distensi pelvis ginjal), kista, tumor.
7. Pemindai CT dan MRI (Magnetik Resonance Imaging). Kedua pemeriksaan ini memberikan
informasi tentang luasnya lesi invasif pada ginjal.
8. IVP (Intravenous pyelogram), Pielografi Retrograd
9. Pielografi Retrograf: kateteruretra dimasukkan lewat ureter ke dalam pelvis ginjal dengan
bantuan sistoskopi. Pemeriksaan ini dilakukan apabila pemeriksaan IVP hasilnya tidak
jelas.
10. Sistogram: kateter dimasukkan ke dalam kandung kemih kemudian kontras disemprotkan.
Pemeriksaan ini untuk melihat dinding kandung kemih serta mengevaluasi refluks
vesikouretral.
11. Sistouretrogram: menghasilkan visualisasi uretra dan kandung kemih.
12. Angiografi Renal :Pemeriksaan ini mengevaluasi dinamika aliran darah (visualisasi arteri
renalis), membedakan kiste renal dengan tumor renal.

 Gizi pada Gagal Ginjal Kronik


 Pembatasan konsumsi protein. Sangatlah penting untuk mendapatkan jumlah protein
yang tepat karena protein diperlukan untuk membentuk otot, memperbaiki jaringan yang
rusak dan melawan infeksi. Asupan protein yang sesuai akan membuat tubuh mendapatkan
protein yang cukup tanpa menghasilkan urea (hasil metabolisme protein) berlebihan dan
memperberat kerja ginjal. Protein hewani berasal dari telur, ikan, daging, keju, dan susu.
Protein nabati berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian.
 Pengurangan konsumsi garam. Batasi konsumsi garam sampai 4-6 gram sehari untuk
mencegah timbunan cairan dalam tubuh dan membantu mengontrol tekanan darah Anda.
 Batasi asupan cairan. Pada stadium awal, mungkin Anda tidak perlu membatasi asupan
cairan. Namun, saat fungsi ginjal memburuk dan pasien menjalani dialisis (cuci darah),
pasien akan menghasilkan urin dalam jumlah sangat sedikit atau bahkan tidak kencing
sama sekali. Hal ini akan menyebabkan timbunan cairan dalam tubuh sehingga
menyebabkan timbunan cairan di jantung, paru dan tungkai. Yang termasuk cairan adalah
air minum, kuah sayuran, kuah sup, jeli dan sebagainya.
 Batasi asupan kalium karena ginjal yang sudah rusak tidak dapat membuangnya dari
dalam tubuh. Kalium yang tinggi akan menyebabkan irama jantung yang tidak normal dan
bahkan dapat menyebabkan kematian. Contoh makanan dengan kandungan kalium yang
tinggi adalah pisang, jeruk, alpukat, kiwi, kismis, kacang-kacangan, kentang, asparagus,
tomat, dan labu. Pilihlah peach, pear, cherry, apel, strawberry, nanas, dan semangka,
brokoli, kol, wortel, bunga kol, seledri, ketimun, terong, selada, bawang.
 Batasi asupan fosfor untuk menjaga kesehatan tulang. Kelebihan fosfor dalam darah akan
menyebabkan kalsium berkurang sehingga tulang menjadi rapuh. Contoh makanan yang
tinggi fosfor adalah telur, susu, yoghurt, keju, biji-bijian, dan minuman bersoda. Anda
mungkin akan memerlukan kalsium tambahan dan vitamin D untuk menjaga keseimbangan
kalsium dan fosfor dalam tubuh Anda.
 Asupan kalori harus tetap cukup untuk mencegah penghancuran jaringan tubuh yang
sudah ada. Jika Anda memiliki berat badan berlebih, Anda mungkin harus mengurangi
asupan karbohidrat. Lemak dapat menjadi sumber kalori yang baik bagi tubuh. Pastikan
lemak yang dikonsumsi termasuk dalam
golongan monounsaturated dan polyunsaturated (misalnya minyak zaitun, canola) untuk
membantu melindungi pembuluh darah Anda.
 Pasien dengan gagal ginjal kronik biasanya mengalami anemia dan membutuhkan
suplemen zat besi. Makanan yang mengandung banyak zat besi adalah hati, daging sapi,
daging ayam, sereal yang diperkaya dengan zat besi.
 Data Dasar pengkajian Pasien
1. Aktivitas /Istirahat : Apakah ada gejala keletihan,kelemahan
2. Sirkulasi : Apakah ada hipotensi edema jaringan umum, pucat
3. Eliminasi : Perubahan pola berkemih, disuria , retensi abdomen kembung
4. Makanan/cairan : Peningkatan berat badan (Oedem), penurunan berat badan, mual
,muntah, anoreksia. Nyeri ulu hati
5. Neurosensori : Sakit kepala, kram otot/kejang
6. Pernapasan : Dispnea, takipnea, peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan, bau
ammonia, batuk produktif.
7. Keamanan : demam, petekie,pruritus, kulit kering
 Masalah Keperawatan yang mungkin muncul
o Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan kadar haluaran urin,
diit perlebihan dan retensi cairan serta natrium.
o Perubahan nutrisi; Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, perubahan membran mukosa
mulut.
o Kurang pengetahuan tentang kondisi dan program penanganan.
o Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi prodeuk
sampah dan proses dialisis.
o Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan pasien,
perubahan pada citra diri dan disfungsi seksual.
 Perencanaan pasien GGK
1. Mengkaji status cairan dan mengidentifikasi sumber potensial yang
mengakibatkan ketidakseimbangan
2. Memberikan asuhan keperawatan tentang program diet untuk menjamin
masukan nutrisi yang sesuai dalam batas – batas progam penanganan
3. Meningkatkan rasa positif dengan mendorongpeningkatan perawatan diri dan
kemandirian.
4. Menjelaskan dan menginformasikan kepada pasien dna keluarga tentang
penyakit gagal ginjal kronik, pilihan penanganan dan komplikasi potensial
5. Dukungan emosi terbesar diperlukan pasien dan keluarga berhubungan dengna
sejumlah perrbedaan yang dialami.
6. Penyuluhan dan pertimbangan perawatan pasien di rumah.

7. ASKEP
Tn. Beno (44 tahun) BB 50kg, TB 145cm dirawat di RS dengan dx. Medik GGK. Klien
adalah seorang supir bis malam, sering minum minuman berenergi. Dari hasil pengkajian
didapatkan dataklien mengeluh nyeri pada pinggangnya dengan skala , seperti ditusuk-
tusuk, tidak BAK selama 2 tahun. Klien tamapak udema anasarka +3, TD 150/90 mmHg,
Nafa bau amoniak, yremic frost (+), mengeluh gatal apda kulit, ureum 200 mg/dl, kreatine
10 mg/dl, HB 10 mg/dl, Na 160 mmol, K 7 mmol, terlihat gejala osteoporosis, leucopenia,
trombositopenia. Pasien sudah 2 kali cuci darah dan direncanakan transplantasi ginjal.
Pasien mendapatkan diit uremik. Di tangan kiri pasien terpasang AV shunt.

Analisa Data GGK


Tgl/Jam No Dp Data Fokus Problem Etiologi
09 Des. 1 Ds: –Do: Perfusi jaring Penurunan
2012  TD 150/90 mmHg renal tidak efektif konsentrasi Hb
 Nafas bau amoniak darah
 Uremic frost (+)
 Mengeluh gatal pada kulit
 Ureum 200 mg/dl
 Kreatinin 10 mg/dl
 Hb 10 mg/dl
 K 7 mmol
 Terlihat gejala osteoporosis,
leusopenia, trombositopenia
 Pasien sudah 2 kali cuci darah
09 Des. 2 Ds:– Pasien mengatakan Kelebihan Mekanisme
2012 tidakBAK selama 2 tahun volume cairan pengaturan
Do: melemah
 Klien tampak udem anasarka
+3
 Na 160 mmol
09 Des 3 Ds: Nyeri akut Agen cidera
2012  pasien mengeluh nyeri pada biologis
pinggangnya dengan skala 5
 Nyeri seperti ditusuk-tusuk
Do:-
PRIORITAS DIAGNOSA
 Perfusi jaringan renal tidak efektif berhubungan dengan Penurunan konsentrasi Hb darah
ditandai dengan TD 150/90 mmHg, Nafas bau amoniak, Uremic frost (+), Mengeluh gatal
pada kulit, Ureum 200 mg/dl, Kreatinin 10 mg/dl, Hb 10 mg/dl, K 7 mmol, Terlihat gejala
osteoporosis, leusopenia, trombositopenia, Pasien sudah 2 kali cuci darah.
 Kelebihan volume ciaran berhubungan dengan mekanisme penaturan melemah ditandai
dengan Klien mengatakan tidak BAK selama 2 tahun, klien tampak udem anasarka +3, Na
160 mmol.
 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan klien mengeluh nyeri
pada pinggangnya dengan skala 5, nyeri seperti ditusuk-tusuk.

INTERVENSI
Tgl/Jam No Dp Tujuan dan Intervensi dan Rasional
Kriteria Hasil
09 Des. Perfusi jaringan 1. Monitor TTV
2012 renal tidak efektif R : pasien dengan perfusi renal yang terganggu
dapat teratasi setelah sering mengalami perubahan TTV
dilakukan tindakan2. Monitor frekuensi BAK setiap 4 jam
keperawatan selama R: Pasien dengan GGK fungsi ginjal mengalami
10×24 jam, dengan kerusakan sehingga eliminasi urin terganggu.
kriteria hasil: 3. Monitor hasil lab pasien (kreatinin, ureum,
1. TD 110/70 – 130/80 uremic frost)
mmhg R :Pasien GGK kadar ureum, kreatinin
2. Nafas tidak bau meningkat karena sisa metabolisme tersebut
amoniak lagi tidak bisa di eksresikan lewat urin.
3. Uremic frost (-) 4. Lanjutkan kolaborasi transplantasi ginjal dan
4. Tidak mengeluh persiapkan apa saja yang diperlukan selama pre
gatal pada kulit lagi operasi.
5. Hb 12 mg/dl R: Pasien mengalami nyeri di area pinggang
6. K 3,5 – 5,1 mmol/l karena adanya kerusakan pada ginjalnya,
7. sehingga diperlukan transplantasi ginjal agar
nyerinya hilang.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi terkait gizi yang
tepat pada pasien (TKTP seperti telur, susu dan
daging, tinggi kalsium)
R; Diit TKTP dan tinggi kalsium membantu
memenuhi kebutuhan nutrisi dan perbaikan
ginjal pasien yang rusak.
09 Des. 2 Kelebihan volume R : pasien dengan kelebihan volume cairan
2012 cairan dpat teratasi sering mengalami perubahan TTV
setelah dilakukan2. Monitor BC
tindakan R : Balance Cairan digunakan untuk
keperawatan selama mengetahui keseimbangan cairan yang
7×24 jam, dengan dibutuhkan tubuh dan dikeluarkan tubuh
kriteria hasil: 3. Monitor BB pasien dan turgor kulit pasien +
1. Pasien bisa BAK pitting edema, lingkar perut pada pasien.
2. Tidak terdapat udem R: Memantau perubahan yang berkaitan dengan
anasarka lagi cairan dalam tubuh pasien
3. Na 136 – 145 4. Monitor pengeluaran cairan melalui AV Shunt
mmol/l tiap shift
4. Monitor TTV R: Mengetahui volume cairan yang keluar.
5. Batasi asupan cairan pasien maksimal 2 gelas
sehari
R: Pasien mengalami kelebihan cairan yang
tertimbun dalam tubuh sehingga perlu dibatasi
suplai cairan yang masuk ke tubuh pasien.
6. Kolaborasi pemberian diuretic
R : diuretik diindikasikan untuk membantu
pengeluaran urin
7. Kolaborasi pasang kateter
R : kateter dapat membantu pengeluaran urin
yang tertahan dalam kandung kemih
09 Des. 3 Nyeri akut dapat R : pasien dengan nyeri sering mengalami
2012 teratasisetelah perubahan TTV.
dilakukan tindakan2. Monitor skala nyeri PQRST
keperawatan selama R : pasien dengan nyeri sering mengalami
7×24 jam, dengan perubahan rasa nyeri dan skala nyeri.
kriteri hasil: 3. Ajarkan tehnik relaksasi
1. Pasien tidak R : pasien dengan nyeri sering mengalami rasa
mengeluh nyeri di gelisah, tehnik relaksasi bisa membantu
area pinggang lagi meregangkan otot yang tegang pada pasien,
2. Skala nyeri 0 sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
3. Monitor TTV/8 jam
4. Kolaborasi pemberian analgetik
R:analgetik diindikasikan untuk membantu
mengurangi rasa nyeri
5. Lanjutkan kolaborasi transplantasi ginjal dan
persiapkan apa saja yang diperlukan selama pre
operasi.
R: Pasien mengalami nyeri di area pinggang
karena adanya kerusakan pada ginjalnya,
sehingga diperlukan transplantasi ginjal agar
nyerinya hilang.

8. Apakah pasien Perlu diberi Diit Khusus ?


Ya. Karena Diit sangat diperlukan pada gangguna fungsi renal dan mencangkup
pengaturan yang cermat terhadap memasukan makanan protein, masukan kalori yang
adekuat dan suplemen vitamin harus dianjurkan. Protein akan dibatasi karena urea, asam
urat, dan asam organik – hasil pemecahan makanan dan protein jaringan – akan
menumpuk secara cepat didalam darah jika terdapat gangguna klirens renal. Protein yang
dikonsumsi harus memiliki nilai biologis tinggi(susu, telur, daging). Protein mengandung
nilai biologis yang tinggi adalah substansi protein lengkap dan menyuplai asam amino
utama yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perbaikan sel. Biasanya cairan yang
diperbolehkan adalah 500 samapai 600 ml untuk 24 jam. Kalori diperbolehkan dari
karbohidrat dan lemak untuk mencegah kelemahan. Pemberian vitamin juga penting karena
diit rendah protein tidak cukup memberikan komplemen vitamin yang diperlukan. Selain itu,
pasien yang melakukan dialisis mungkin kehilangan vitamin-larutair melalui darah selama
pengangan dialisis.
Edema juga memerlukan penanganan pembatasan cairan, diit rendah natrium, dan
diuretik.

9. Apakah Pasien Perlu dilakukan Pemasangan Catheter, Pemeriksaan Darah Ureum,


Creatinin, Diambil Urin Tampung, diukur BC ??
 Perlu Pemeriksaan:
1. Pasien perlu dilakuak pemaangna catheter untuk memenuhi kebutuhan
eliminasi pasien yang tidak BAK sejak 2 tahun yang lalu seta mampu menarik
cairan yang tertampung dikandung kemih (vesika urinaria) pasien.
2. Pemeriksaan Ureum dan Creatinin diperlukan untuk mengetahui kadar ureum
dan kreatinin dalam darah serta untuk mengetahui fungssi ginjal juga
dampaknya yangada yang terkandung dalam darah.
3. Urin tampung dan juga BC sangatlah diperlukan karena pasien mengalami
masalah diginjal yang mengakibatkan urinnya tidak keluar dan mengakibatkan
udem anasarka sehingga urin tampung sangatlah diperlukan untuk mengetahui
kadar dan kandungan urin karena fungsi ginjal yang rusak sehingga proses
penyaring oleh darah tidaklah optimal sehingga semua produk sampah
tertimbun dalam tubuh serta produk akhir dari etabolisme yang diperlukan tubuh
juga ikut keluar bersama urin, kesimbangan cairan masuk dan keluar pasien,
sehingga dapat menentukan suplai cairan yang tepat yang diperlukan oleh
pasien.
 Prosedur Pemasangan Catheter
Pengertian : Memasukan selang katheter steril melalui uretra kedalam Vesika Urinaria
Tujuan: 1. Memenuhi kebutuhan eliminasi urine pada pasien yang tidak dapat kencing
spontan atau kelemahan.
2. Mengistirahatkan uretra pada kondisi tertentu
3. Megetahui jumblah urin yang tepat

Fase Prainteraksi
Verivikasi Data
Persiapan Alat
1. Bak instrumen set steril berisi (duk alas, Duk berlubang, kom kecil, kapas sublimat, pinset
anatomis dan sirurgis, sarung tangan steril, lidi kapas)
2. Bengkok
3. Katheter steril
4. Sarung tangan bersih
5. Urine bag
6. Bethadine 2%, xylocain jelly steril/jelly steril
7. Nacl 0,9% atau aquadest steril sebanyak yang dibutuhkan oleh balon kateter
8. Perlak dan spuit 10/20cc
9. Gantungan urine bag k/p, alat cukur k/p.

Fase Kerja
1. Memberi salam, Memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan tindakan, menjelaskan langkah
prosedur, menanyakan kesiapan pasien
2. Menutup pintu, jendela dan mencuci tangan
3. Memakai sarung tangan bersih
4. Membuka pakaian bawah
5. Memasang perlak dibawah pantat
6. Mencukur rambut disekitar area genetalia pasien jika perlu
7. Mengatur posisi untuk memasang katheter (wanita; Dorsal recumbent, laki-laki:Supin)
8. MenggNti sarung tangan dengan sarung tangan steril
9. Memasang alas ddan duk steril, kemudian mendekatkan bengkok
10. Membuka daerah meatus (Wanita dibuka dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari
tangna kiri, lalu sedikit ditarik keatas. Pria: pegang daerah bawah gland penis dan ibu jari
dan telunjuk, preputium ditarik ke proximal)
11. Membersihkan meatus dengan kapas sublimat dan pinset ( Wanita: dibersihkan daerah
labia mayora, minora terakhir bagian meatus, kapas hanya sekali pakai, Pria: Bersihkan
dengan arah melingkar dari meatus keluar minimun 3 kali)
12. Mengolesi ujung katheter dengan xylocain jelly, wanita 4-5 cm: pria 15-18 cm
13. Masukan katheter secara perlahan (wanita sepanjang 5-7cm, 5 cm samapai urine keluar,
pria sepanajang 17,5-22 cm sampai urin keluar, tegakkan penis dengan sudut 90)
14. Selama pemasangan katheterr menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam. Jangan
melanjutkan memasukan katheter jika terasa ada tahanan.
15. Menyambungkan katheter dengan urine bag
16. Mengisi balon katheter dengan Nacl/ PH zont sebanyak yang ditentukan dengan
menggunakan spuit tanpa jarum.
17. Menarik katheter perlahan sampai ada tahanan ballon
18. Menutup daerah gland penis dengan kassa diolesi bethadine dan diplester (untuk pria),
memfiksasi katheter pada perut bagian bawah(untuk pria) pada paha untuk wania.
19. Menggantungkan urine lebih rendah dari pada vesica urinaria.
20. Merapikan pasien, melakuakan evaluasi, meyampaikan rencana tindak lanjut, berpamitan,
membereskan alat, mencuci tangan.

 PENAMPUNGAN URIN

Pengertian
Urin tampung (timed urin specimen/waktu tertentu)Beberapa pemeriksaan urin memerlukan
seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalamjangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-
2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanyadisimpan di lemari pendingin atau diberi
preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegahpertumbuhan bakteri atau mencegah
perubahan/kerusakan struktur urin. Biasanya urinditampung di tempat kecil lalu dipindahkan
segera ke penampungan yang lebih besar.

Tujuan
Adapun tujuan pemeriksaan yang menggunakan urin tampung adalah:
1. Mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin
2. Menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa,fungsi ginjal
3. Menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase, kreatinin, hormontertentu)

Hal yang perlu dilakukan perawat:


4. Periode pengumpulan jenis ini dimulai setelah klien berkemih
5. Beri wadah yang telah disiapkan oleh pihak laboratorium.
6. Setiap kali berkemih ,urin dikumpul dalam sebuah wadah yang bersih lalu segeramasukan
dalam wadah yang lebih besar
7. Setiap spesimen harus bebas dari feses atau tisu toilet
8. Perawat harus mengigatkan klien untuki berkemih nsebelum defekasi
9. Wadah pengumpil urin perlu dimasukan dalam lemari ES

Persiapan peralatan
1.Bak instrumen berisi :
1. Poly kateter sesuai ukuran 1 buah (klien dewasa yang pertama kali dipasang
kateter biasanya dipakai no. 16)
2. Urine bag steril 1 buah
3. Pinset anatomi 2 buah
4. Duk steril
5. Kassa steril yang diberi jelly
2. Sarung tangan steril
3. Kapas sublimat dalam kom tertutup
4. Perlak dan pengalasnya 1 buah
5. Sampiran
6. Cairan aquades atau Nacl
7. Plester
8. Gunting verband
9. Bengkok 1 buah
10. Korentang pada tempatnya

Prosedur
 Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, kemudian alat-
alatdidekatkan ke klien
 Pasang sampiran
 Cuci tangan
 Pasang pengalas/perlak dibawah bokong klien
 Pakaian bagian bawah klien dikeataskan/dilepas, dengan posisi klien terlentang. Kakisedikit
dibuka. Bengkok diletakkan didekat bokong klien
 Buka bak instrumen, pakai sarung tangan steril, pasang duk steril, lalu bersihkan
alatgenitalia dengan kapas sublimat dengan menggunakan pinset.
 Bersihkan genitalia dengan cara : Penis dipegang dengan tangan non dominan
penisdibersihkan dengan menggunakan kapas sublimat oleh tangan dominan dengan
gerakanmemutar dari meatus keluar. Tindakan bisa dilakukan beberapa kali hingga
bersih.Letakkan pinset dalam bengkok
 Ambil kateter kemudian olesi dengan jelly. Masukkan kateter kedalam uretra kira-kira10 cm
secara perlahan-lahan dengan menggunakan pinset sampai urine keluar. Masukkancairan
Nacl/aquades 20-30 cc atau sesuai ukuran yang tertulis. Tarik sedikit kateter.Apabila pada
saat ditarik kateter terasa tertahan berarti kateter sudah masuk padakandung kemih.
 Lepaskan duk, sambungkan kateter dengan urine bag. Lalu ikat disisi tempat tidur.

 PENILAIAN BALANCE CAIRAN


Pengertian :Penghitungan keseimbangan cairan masuk dan keluar tubuh
Tujuan
Mengetahui status cairan tubuh :
1. Mengetahui jumlah masukan cairan
2. Mengetahui keluaran cairan
3. Mengetahui balance cairan
4. Menentukan kebutuhan cairan
Peralatan
1. Alat tulis
2. Gelas ukur urine/urine bag
Prosedur pelaksanaan
1. Tahap PraInteraksi
a. Melakukan pengecekan program terapi
b. Mencuci tangan
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam pasien dan sapa nama pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Tahap Kerja
a. Menghitung in take oral (minum)
b. Menghitung in take oral (makan)
c. Menghitung in take parenteral
d. Menentukan cairan metabolisme
e. Menghitung out put urine
f. Menghitung out put feces
g. Menghitung out put abnormal (muntah, drain, perdarahan dll)
h. Menghitung out put IWL
i. Menghitung balance cairan
4. Tahap Terminasi
a. Berpamitan dengan klien
b. Membereskan alat-alat
c. Mencuci tangan
d. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

1. Perawatan Pasien yang Terpasang kateter dan AV shunt.


 Perawatan Katheter menetap
Pengertian
Suatu tindakan perawatan sehari-hari yang dilakukan pada psien yang menggunakan
katheter. Tujuannya untuk menghindari terjadinya HALs-UTI, menjaga kebersihan dan
kenyamanan pasien.
Prosedur
Verifikasi data
Persiapan alat :
1. Bak instrumen steril berisi : sarung tangan steril, kapas lidi steril, pinset anatomis dan
sirurgis steril, kapas, kassa steril.
2. NaCl 0,9% steril,
3. Perlak dan Handuk bawah / alas bokong
4. Piala Ginjal / bengkok
5. Bethadine, Plester dan Gunting
6. Sarung tangan bersih dan sampiran bila perlu.
Fase Kerja
1. Memberi salam, memperkenalkan diri, mejelaskan tujuan tindakan, menjelaskan langkah
prosedur, menayakan kesiapan pasien.
2. Menutup pintu dan jendela kamar pasien, mencuci tangan,
3. Memakai sarung tangan bersih
4. Meletakan perrlak dan alas bokong / handuk bawah
5. Mengatur posisi pasien (Wanita : dorsal recumbent dan Pria: supine), pada pria melepas
kasa peutup meatus uretra
6. Mengganti sarung tangan bersih dengan yang steril
7. Membuka daerah meatus, kaji keadaan meatus, nersihkan dengan kassa NaCl 0,9% steril,
olesi dengan bethadine dari ujung katheter dekat meatus sepanajng 10cm dengan arah
melingkar keluar pada pasien pria, membungkus ujung penis denga kassa steril.
8. Memfiksasi dengan plester, pada wanita memfiksasi katheter pada bagian paha dalam,
pada pria di perut bagian bawah.
9. Merapikan pasien, melakukan evaluasi, meyampaikan rencana tindak lanjut, berpamitan,
membereskan alat, mencuci tangan.
Hal-hal yang harus diperhatiakan
1. Tindakan dilakuakn dengan prinsip steril
2. Kaji keadaan meatus, jaringna sekitarnya adakah radang, pembengkakan/kotoran
3. Dokumentasikan dalam catatan perawatan secara lengkap
 Perawatan AV shunt
 Pengertian AV – Shunt
AV-shunt adalah penyambungan pembuluh darah vena dan arteri dengan tujuan untuk
memperbesar aliran darah vena supaya dapat digunakan untuk keperluan hemodialisis
 Teknik Penyambungan atau Anatomosis Pada AV – Shunt
1. Side ( sisi ) to End ( ujung ) adalah teknik penyambungan dengan menyambungkan
pembuluh darah vena yang dipotong dengan sisi pembuluh darah arteri.
2. Side ( sisi ) to side (Sisi ) adalah teknik penyambungan dengan menyambungkan sisi
pembuluh darah vena dengan sisi pembuluh darah arteri.
3. End ( ujung ) to End ( ujung ) adalah teknik penyambungan dengan menyambungkan
pembuluh darah vena yang dipotong dengan pembuluh darah arteri yang juga di potong
4. End ( ujung ) to side ( sisi ) adalah teknik penyambungan dengan menyambungkan
pembuluh darah arteri yang dipotong dengan sisi pembuluh darah vena.
 Waktu terbaik untuk AV – Shunt
Waktu terbaik untuk AV – Shunt adalah pada masa awal setelah penderita dinyatakan
menderita gagal ginjal tahap akhir. Keuntungannya adalah memudahkan ahli bedah untuk
melakukan operasi karena kulitas pembuluh darah belum terkena terauma penusukan dan
komplikasi lain dari penyakit yang menyertai gagal ginjal seperti penyakit yang
menyebabkan terjadinya arterosklerosis atau hiperpalsia sel pembuluh darah.
 Komplikasi AV – Shunt
Thrombotic occlusion
b. Non- Thrombotic occlusion:
1) Bleeding – Early complication ( 8 mg/dl, Trombosit dalam batas normal,Gula Darah
Sewaktu dalam batas normal untuk pasien tanpa riwayat DM dan untuk pasien dengan DM
harus dikonsultasikan lagi dengan ahli bedahnya ( Berdasarkan pengalaman GDS dibawah
200 mg/dl bisa di lakukan operasi AV-Shunt )
 Penting untuk perawat untuk menghindari akses vaskular ( outlet ) pada tangan yang akan
dilakukan operasi.
 Lakukan program free heparin sebelum dilakukan operasi,menurut literatur sebaiknya
heparin tidak diberikan 6-8 jam sebelum operasi dan diharapkan tidak diberikan kembali
setelah 12 jam post operasi atau dikondisikan sampai luka operasi mengering
 Latihan dibutuhkan pada pasien yang mempunyai pembuluh darah yang sangat kecil saat
di insfeksi atau palpasi.
 Sebelum operasi perawat HD bisa melakukan palpasi pada arteri radialis dan ulnaris untuk
merasakan kuat tidaknya aliran darah arterinya kemudian dilaporkan ke
ahli bedah.bila salah satu arteri (a.radilis/a.ulnaris ) tidak teraba dan tidak ditemukan
dengan alat penditeksi ( dopler ) maka kontra indikasi untuk dilakukan AV-Shunt. ( Ronco :
2004, Sumer DS, 1987, Suzane C,2002 )
 Kapan AV – Shunt di Gunakan Perawat
1. Penggunaaan AV-Shunt biasanya di rekomendasikan oleh ahli bedahnya
2. Sebagai pertimbangan bahwa pernyembuhan pembuluh darah yang lengkap atau
sempurna terjadi pada akhir minggu ke lima atau 35 hari setelah operasi, sedangkan luka
jaringan kulit sudah kering mulai 2 hari post operasi dan penyembuhan epitel luka kulit
terjadi pada akhir minggu ke dua.
3. Apabila setelah waktu yang ditentukan ( direkomendasikan ) ahli bedah perawat belum bisa
atau belum cukup berani menggunakan AV-Shunt yang biasanya disebabkan oleh : aliran
darah vena ( bruit/tril ) masih kecil, pembuluh darah vena belum nampak saat di
inspeksi,palpasi dan pembengkakan, maka laporkan ke ahli bedah dan sarankan pasien
untuk kembali melakukan latihan diantarnya dengan mengepal-ngepalkan tangan dan
digunakan untuk aktivitas biasa.
4. Berdasarkan Penelitian dari Prof.Hendro S.Y dr.Sp.B-KBV.Ph.D dan dr.Marven dalam
Skripsi S-2 Kedokterannya menunjukan bahwa penggunaan AV-Shunt untuk HD kurang
dari 7 hari setelah operasi dibandingkan dengan lebih dari 7 hari setelah operasi secara
statistik menunjukan perbedaan yang tidak nyata dalam hal terjadinya komplikasi
tromboisi,perdarahan dan infeksi. Berdasarkan penelitian tersebut maka AV-Shunt dapat
digunakan sesegeramungkin untuk HD apalagi untuk pasien dengan kedua femoral yang
sudah bengkak dan tidak terpasang sub clavia dengan pertimbangan lain yang disebutkan
sebelumnya.

PERAWATAN SELAMA HEMODIALISIS (INTRA HD)


Pasien
Sarana hubungan sirkulasi/ akses sirkulasi :
Dengan internal A-V shunt/ fistula cimino Pasien sebelumnya dianjurkan cuci lengan &
tangan
Teknik aseptic + antiseptic : bethadine + alcohol
Anestesi local (lidocain inj, procain inj)
Punksi vena (outlet). Dengan AV fistula no G.14 s/d G.16/ abocath, fiksasi, tutup dengan
kasa steril, Berikan bolus heparin inj (dosis awal), Punksi inlet (fistula), fiksasi, tutup dengan
kassa steril.
Dengan eksternal A-V shunt (Schibner)
Desinfektan
Klem kanula arteri & vena Bolus heparin inj (dosis awal) Tanpa 1 & 2 (femora dll)
Desinfektan
Anestesi local
Punksi outlet/ vena (salah satu vena yang besar, biasanya di lengan).
Bolus heparin inj (dosis awal)
Fiksasi, tutup kassa steril
Punksi inlet (vena/ arteri femoralis)
Raba arteri femoralis
Tekan arteri femoralis 0,5 – 1 cm ke arah medial±Vena femoralis
Anestesi lokal (infiltrasi anetesi) Vena femoralis dipunksi setelah anestesi lokal 3-5 menit
Fiksasi
Tutup dengan kassa steril
Memulai hemodialisis
1.Ujung ABL line dihubungkan dengan punksi inlet
2.Ujung VBL line dihubungkan dengan punksi outlet
3.Semua klem dibuka, kecuali klem infus set
100 ml/m, sampai sirkulasi darah terisi darah semua.±4.Jalankan pompa darah (blood
pump) dengan Qb
5.Pompa darah (blood pump stop, sambungkan ujung dari VBL dengan punksi outlet
6.Fiksasi ABL & VBL (sehingga pasien tidak sulit untuk bergerak)
7.cairan priming diampung di gelas ukur dan jumlahnya dicatat (cairan dikeluarkan sesuai
kebutuhan).
8.Jalankan pompa darah dengan Qb = 100 ml/m, setelah 15 menit bisa dinaikkan sampai
300 ml/m (dilihat dari keadaan pasien)
9.Hubungkan selang-selang untuk monitor : venous pressure, arteri pressure, hidupkan air/
blood leak detector
10.Pompa heparin dijalankan (dosis heparin sesuai keperluan). Heparin dilarutkan dengan
NaCl
11.Ukur TD, Nadi setiap 1 jam. Bila keadaan pasien tidak baik/ lemah lakukan mengukur
TD, N, lebih sering.
12.Isi formulir HD antara lain : Nama, Umur, BB, TD, S, N, P, Tipe GB, Cairan priming yang
masuk, makan/minum, keluhan selama HD, masalah selama HD.
CATATAN !!!!
1.Permulaan HD posisi dialyzer terbalik setelah dialyzer bebas udara posisi kembalikan ke
posisi sebenarnya.
2.Pada waktu menghubungkan venous line dengan punksi outlet, udara harus diamankan
lebih dulu
3.Semua sambungan dikencangkan
4.Tempat-tempat punksi harus harus sering dikontrol, untuk menghindari terjadi perdarahan
dari tempat punksi.
Mesin
Memprogram mesin hemodialisis :
1.Qb : 200 – 300 ml/m
2.Qd : 300 – 500 ml/m
3.Temperatur : 36-400C
4.TMP. UFR
5.Heparinisasi
Tekanan (+) /venous pressure
Trans Membran Pressure / TMP Tekanan (-) / dialysate pressure
Tekanan (+) + tekanan (-)
Tekanan / pressure :
Arterial pressure / tekanan arteri : banyaknya darah yang keluar dari tubuh
Venous pressure / tekanan vena : lancar/ tidak darah yang masuk ke dalam.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu keadaan menurunnya laju filtrasi glomerulus (LFG)
yang bersifat tidak reversibel dan terbagi dalam 4 stadium sesuai dengan jumlah nefron
yang masih berfungsi. Pada anak-anak GGK dapat disebabkan oleh berbagai hal, terutama
karena kelainan kongenital, glomerulonefritis, penyakit multisistem, dan lain-lain.
Gagal ginjal kronik adalah apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50 ml/menit/1.73m2
luas permukaan tubuh, oleh karena dibawah kadar fungsi ginjal tersebut gangguan asidosis
metabolik dan hiperparatiroidisme sekunder telah tampak nyata, pertumbuhan mulai
terganggu, dan progresivitas penurunan fungsi ginjal akan terus berlanjut.
Dua penyebab utama GGGK pada anak adalah kelainan kongenital dan glomerulonefritis
kronik. Etiologi yang paling sering didapatkan pada anak di bawah 6 tahun adalah kelainan
kongenital, kelainan perkembangan saluran kencing seperti uropati obstruktif, hipoplasia
dan displasia ginjal, dan ginjal polikistik. (lihat tabel). Menurut laporan EDTA,
glomerulonefritis dan pielonefritis merupakan penyebab tersering timbulnya GGK (24%),
diikuti oleh penyakit herediter (15%), penyakit sistemik (10,5%), hipoplasia ginjal (7,5%),
penyakit vaskular (3%), penyakit lainnya (9%) serta yang tidak diketahui etiologinya 7%.
Dari kelompok pielonefritis dan nefritis interstitial yang tersering adalah uropati obstruktif
kongenital dan nefropati refluks (>60%), diikuti oleh displasia ginjal.

Saran
1. Berikan penjelasan yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan untuk mencegah
terjangkitnya penyakit gagal ginjal dan mempercepat penyembuhan.
2. Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Bruner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC. Hal 1449.
Diagnosis Keperawatan NANDA 2012 – 2014. 2012. Jakarta: EGC.
Wilkinson, M. Judith. Buku Saku Diagnosis Keperawatan NIC – NOC. 2007. Jakarta: EGC.
http://anggifatma.blogspot.com/2012/04/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html
http://gagalginjal.org
http://taufik-ardiyanto.blogspot.com/2011/07/transport-zat-pada-ginjal.html
http://thebenez.wordpress.com/2008/10/13/klasifikasi-stadium-gagal-ginjal-kronik.html
Report this ad

Report this ad

Bagikan ini:

 Twitter
 Facebook3
 Google

Written by darmasiusyendi Dipublikasi di Tak Berkategori

Você também pode gostar