Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
2. Ureter
Ureter merupakan pipa panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri atas otot polos.
Setiap ureter memiliki panjang 10 sampai 12 inci, Organ ini menghubungkan setiap ginjal
dengan kandung kemih. Organ ini berfungsi sebagai pipa untuk menyalurkan urin ke
kandung kemih.
4. Uretra
Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari kandung kemih sampai
ke luar tubuh. Panjang uretra pada wanita 1,5 inci dan pada laki-laki sekitar 8 inci.
1. Fungsi Ekskresi
2. Mempertahankna osmolalitas plasma (285 m Osmol) dengan mengubah-ubah ekskresi air.
3. Mempertahankan kadar elektrolit plasma.
4. Mempertahankan pH plasma (7,4) dengan mengeluarkan kelebihan H+ dan membentuk
kembali HCO3.
5. Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein (urea, asam urat dan
kreatinin)
Karena GFR merupakan fungsi dari luas permukaan tubuh ( body surface area = BSA ),
hasilnya harus dikoreksi dengan standart BSA orang dewasa
Standart BB orang dewasa = 66,5 kg
à BSA = ( 0.02 x 66.5 ) + 0.40 = 1.73 M²
Corrected CR. CL = patient’s CR x 1.73 = C CR
Patient’s BSA
Etiologi
Tiga kategori utama kondisi penyebab GGA adalah :
1. Pra Renal
2. Dimana aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan turunnya laju filtrasi glomerulus.
3. Penurunan volume vaskuler
4. Kehilangan darah/plasma : perdarahan luka baker
5. Kehilangan cairan ekstraselluer : muntah,diare
6. Kenaikan kapasitas kapiler : Sepsis, Blokade ganglion, Reaksi anafilaksis
7. Penurunan curah jantung/kegagalan pompa jantung : Renjatan kardiogenik,Payah jantung
kongestif, Dysritmia, Emboli paru, Infark jantung.
1. Intra Renal
2. Akibat dari kerusakan struktur glomerulus atau tubulus distal.
3. Kondisi seperti terbakar,udema akibat benturan dan infeksi dan agen nefrotik dapat
menyebabkan nekrosi tubulus akut (ATN)
4. Berhentinya fungsi renal.
5. Reaksi transfusi yang parah juga gagal intra renal.hemoglobin dilepaskan melalui
mekanisme hemolisis melewati membran glomerulus dan terkonsentrasi ditubulus distal
menjadi faktor terbentuknya hemoglobin.
6. Faktor penyebab adalah : pemakaian obat-obat anti inflamasi, non steroid terutama pada
pasien lansia.
1. Pasca Renal
2. Obstruksi dibagian distal ginjal
3. Tekanan ditubulus distal menurun, akhirnya laju filtrasi glomerulus
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan
irreversibel dari berbagai penyebab. Sebab-sebab gagal ginjal kronik yang sering
ditemukan dapat dibagi menjadi delapan kelas seperti berikut:
1. infeksi, misal pielonefritis kronik.
2. Penyakit peradangan, misal glomerulonefritis.
3. Penyakit vaskuler hipertensif, misal nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis
arteria renalis.
4. Gangguan jaringan penyambung, misal lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodusa,
sklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter, misal penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal.
6. Penyakit metabolik, misal diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
7. Nefropati toksik, misal penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal.
8. Nefropati obstruktif, misal saluran kemih bagian atas seperti kalkuli, neoplasma, fibrosis
retroperitoneal; dan saluran kemih bagian bawah seperti hipertrofi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
Komplikasi
1. Hiperkalemia akibat penurunan ekresi, asidosis, metabolic, katabolisme dan masuknya diet
berlebih.
2. Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah uremik
dan dialisi yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin angiotensin-
aldosteron
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin, dan kehilangan darah selama
hemodialisis.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatic akibat retensi fosfat, kadar kalium serum yang
rendah, metabolism vitamin D abnormal, dan peningkatan kadar aluminium.
Terapi
Pemberian anti hipertensi, critropoetin, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen
kalsium, analgetik, antibiotic, kortikosteroid, dan diuretic
Patofisiologi
GGA
Beberapa kondisi berikut yang menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan
gangguan fungsi ginjal : hipovelemia, hipotensi, penurunan curah jantung dan gagal jantung
kongestif, obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, bekuan darah atau
ginjal, obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal. Jika kondisi itu ditangani dan diperbaiki
sebelum ginjal rusak secara permanen, peningkatan BUN, oliguria dan tanda-tanda lain
yang berhubungan dengan gagal ginjal akut dapat ditangani.
GGK
Gambaran umum perjalanan gagal ginjal kronik dapat diperoleh dengan melihat hubungan
antara bersihan kreatinin dan kecepatan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) sebagai persentase
dari keadaan normal, terhadap kreatinin serum dan kadar nitrogen urea darah (BUN)
dengan rusaknya massa nefron secara progresif oleh penyakit ginjal kronik.
Perjalanan umum gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi empat stadium. Stadium ringan
dinamakan penurunan cadangan ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN
normal dan penderita asimptomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dapat diketahui
dengan memberi beban kerja yang berat pada ginjal tersebut, seperti test pemekatan kemih
yang lama atau dengan mengadakan test LFGyang teliti.
Stadium sedang perkembangan tersebut disebut insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75%
jaringan yang berfungsi telah rusak (LFG besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini kadar
BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-
beda, tergantung dari kadar protein dalam diet. Pada stadium ini, kadar kreatinin serum
juga mulai meningkat melebihi kadar normal. Azotemia biasanya ringan, kecuali bila
penderita misalnya mengalami stress akibat infeksi, gagal jantung, atau dehidrasi. Pada
stadium insufisiensi ginjal ini pula gejala-gejala nokturia dan poliuria (diakibatkan oleh
kegagalan pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala ini timbul sebagai respons terhadap
stress dan perubahan makanan atau minuman yang tiba-tiba. Penderita biasanya tidak
terlalu memperhatikan gejala-gejala ini, sehingga gejala tersebut hanya akan terungkap
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang teliti.
Stadium berat dan stadium terminal gagal ginjal kronik disebut gagal ginjal stadium akhir
atau uremia. Gagal ginjal stadium akhir timbul apabila sekitar 90% dari massa nefron telah
hancur, atau hanya sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh. Nilai LFG hanya 10% dari
keadaan normal, dan bersihan kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml per menit atau kurang.
Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat
menyolok sebagai respons terhadap LFG yang mengalami sedikit penurunan. Pada
stadium akhir gagal ginjal, penderita mulai merasakan gejala-gejala yang cukup parah,
karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam
tubuh. Kemih menjadi isoosmotis dengan plasma pada berat jenis yang tetap sebesar
1,010. Penderita biasanya menjadi oligourik (pengeluaran kemih kurang dari 500 ml/hari)
karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula-mula menyerang tubulus
ginjal. Kompleks perubahan biokimia dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik
mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti
akan meninggal kecuali kalau ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal
atau dialisis. Meskipun perjalanan klinis penyakit ginjal kronik dibagi menjadi empat
stadium, tetapi dalam prakteknya tidak ada batas-batas yang jelas antara stadium-stadium
tersebut.
GGK
Manifestasi klinis pada pasien gagal ginjal kronik banyak terdapat pada seluruh sistem
organ tersebut. Hal ini disebabkan karena organ ginjal memegang peranan yang penting
dalam tubuh yaitu sebagai organ yang mengekskresikan seluruh sisa-sisa hasil
metabolisme. Secara umum pasien tersebut akan mengalami kelelahan dan kegagalan
pertumbuhan. Pada inspeksi ditemukan kulit pucat, mudah lecet, rapuh dan leukonikia.
Sedangkan pada mata ditemukan gejala mata merah dan pada pemeriksaan funduskopi
ditemukan fundus hipertensif.
Gejala sistemik yang dapat ditemukan antara lain hipertensi, penyakit vaskuler,
hiperventilasi asidosis, anemia, defisiensi imun, nokturia, poliuria, haus, proteinuria, dan
gangguan berbagai organ lainnya. Bahkan pada penderita stadium lanjut terdapat
gangguan fungsi seksual seperti penurunan libido, impoten, amenore, infertilitas,
ginekomastia, galaktore. Tulang dan persendian juga dapat terjadi gangguan seperti
adanya rakhitis akibat defisiensi vitamin D dan juga gout serta pseudogout. Letargi, tremor,
malaise, mengantuk, anoreksia, myoklonus, kejang, dan koma merupakan manifestasi
klinis pada sistem syaraf.
Diagnosis gagal ginjal kronik dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang menunjukkan adanya gejala-gejala sistemik seperti gangguan pada sistem
gastrointestinal, kulit, hematologi, saraf dan otot, endokrin, dan sistem lainnya. Pada
anamnesis diperlukan data tentang riwayat penyakit pasien, dan juga data yang
menunjukkan penurunan faal ginjal yang bertahap.
Etiologi memegang peranan penting dalam memperkirakan perjalanan klinis gagal ginjal
kronik dan terhadap penanggulangannya. Dalam anamnesis dan pemeriksaan penunjang
perlu dicari faktor-faktor yang memperburuk keadaan gagal ginjal kronik yang dapat
diperbaiki seperti infeksi traktus urinarius, obstruksi traktus urinarius, gangguan perfusi dan
aliran darah ginjal, gangguan elektrolit, pemakaian obat nefrotoksik termasuk bahan kimia
dan obat tradisional. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada gagal ginjal kronik
antara lain pemeriksaan laboratorium, EKG, USG, foto polos abdomen, pemeriksaan
pyelografi, pemeriksaan foto thorax, dan pemeriksaan radiologi tulang.
Penatalaksanaan Medik
GGA
Pada GGA pemeriksaan USG menjadi pilihan utama untuk memperlihatkan anatomiginjal,
dapat di peroleh informasi mengenai besar ginjal, ada tau tidaknya batu ginjal dan ada atau
tidaknya hidronefrosis. Pemeriksaan USG juga dapat menentukan apakah gangguan fungi
ginjal ini sudah terjadi lama (GGK), yaitu apabila di temukan gambaran ginjal yang sudah
kecil.
Pemeriksaan Biopsi Ginjal dan Serologi
Indikasi yang memerlukan biopsi adalah apabila penyebab GGA tak jelas atau berlangsung
lama, atau terdapat tanda glomerulonefrosis atau nefritis intertisisl.
GGK
1. Urinalisis: pemeriksaan urinroutin yang mengevaluasi tentang warna dan kejernihan urin,
bau, keasaman dan berat jenis, ada tidaknya; proteinuria,glukosuria, ketonuria,
pemeriksaan mikroskopik; hamaturia, sel darah putih, silindruria, kristaluria, piuria
bakteriuria.
2. Pengumpulan sample urin : pengumpulan urin 24 jam dan specimen urin Midstream.
3. Pemeriksaan fungsi ginjal: klirens kreatinin, BUN (Blood Urea Nitrogen), kedua
pemeriksaan ini memberikan informasi tentang efektifitas fungsi ekskresi ginjal.
4. Ultrasound (USG) untuk mengidentifikasi abnormalitas seperti: akumulasi cairan, massa,
malformasi, perubahan ukuran organ dan obstruksi.
5. Pemeriksaan sinar-X danpencitraan lainnya:
6. Kidney Ureter and Bladder (KUB): pemeriksaan ini untuk melihat ukuran, bentuk serta
posisi ginjal, serta mengidentifikasi kelainan ginjal seperti: batu dalam ginjal atau traktus
urinarius, hidronefrosis (distensi pelvis ginjal), kista, tumor.
7. Pemindai CT dan MRI (Magnetik Resonance Imaging). Kedua pemeriksaan ini memberikan
informasi tentang luasnya lesi invasif pada ginjal.
8. IVP (Intravenous pyelogram), Pielografi Retrograd
9. Pielografi Retrograf: kateteruretra dimasukkan lewat ureter ke dalam pelvis ginjal dengan
bantuan sistoskopi. Pemeriksaan ini dilakukan apabila pemeriksaan IVP hasilnya tidak
jelas.
10. Sistogram: kateter dimasukkan ke dalam kandung kemih kemudian kontras disemprotkan.
Pemeriksaan ini untuk melihat dinding kandung kemih serta mengevaluasi refluks
vesikouretral.
11. Sistouretrogram: menghasilkan visualisasi uretra dan kandung kemih.
12. Angiografi Renal :Pemeriksaan ini mengevaluasi dinamika aliran darah (visualisasi arteri
renalis), membedakan kiste renal dengan tumor renal.
7. ASKEP
Tn. Beno (44 tahun) BB 50kg, TB 145cm dirawat di RS dengan dx. Medik GGK. Klien
adalah seorang supir bis malam, sering minum minuman berenergi. Dari hasil pengkajian
didapatkan dataklien mengeluh nyeri pada pinggangnya dengan skala , seperti ditusuk-
tusuk, tidak BAK selama 2 tahun. Klien tamapak udema anasarka +3, TD 150/90 mmHg,
Nafa bau amoniak, yremic frost (+), mengeluh gatal apda kulit, ureum 200 mg/dl, kreatine
10 mg/dl, HB 10 mg/dl, Na 160 mmol, K 7 mmol, terlihat gejala osteoporosis, leucopenia,
trombositopenia. Pasien sudah 2 kali cuci darah dan direncanakan transplantasi ginjal.
Pasien mendapatkan diit uremik. Di tangan kiri pasien terpasang AV shunt.
INTERVENSI
Tgl/Jam No Dp Tujuan dan Intervensi dan Rasional
Kriteria Hasil
09 Des. Perfusi jaringan 1. Monitor TTV
2012 renal tidak efektif R : pasien dengan perfusi renal yang terganggu
dapat teratasi setelah sering mengalami perubahan TTV
dilakukan tindakan2. Monitor frekuensi BAK setiap 4 jam
keperawatan selama R: Pasien dengan GGK fungsi ginjal mengalami
10×24 jam, dengan kerusakan sehingga eliminasi urin terganggu.
kriteria hasil: 3. Monitor hasil lab pasien (kreatinin, ureum,
1. TD 110/70 – 130/80 uremic frost)
mmhg R :Pasien GGK kadar ureum, kreatinin
2. Nafas tidak bau meningkat karena sisa metabolisme tersebut
amoniak lagi tidak bisa di eksresikan lewat urin.
3. Uremic frost (-) 4. Lanjutkan kolaborasi transplantasi ginjal dan
4. Tidak mengeluh persiapkan apa saja yang diperlukan selama pre
gatal pada kulit lagi operasi.
5. Hb 12 mg/dl R: Pasien mengalami nyeri di area pinggang
6. K 3,5 – 5,1 mmol/l karena adanya kerusakan pada ginjalnya,
7. sehingga diperlukan transplantasi ginjal agar
nyerinya hilang.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi terkait gizi yang
tepat pada pasien (TKTP seperti telur, susu dan
daging, tinggi kalsium)
R; Diit TKTP dan tinggi kalsium membantu
memenuhi kebutuhan nutrisi dan perbaikan
ginjal pasien yang rusak.
09 Des. 2 Kelebihan volume R : pasien dengan kelebihan volume cairan
2012 cairan dpat teratasi sering mengalami perubahan TTV
setelah dilakukan2. Monitor BC
tindakan R : Balance Cairan digunakan untuk
keperawatan selama mengetahui keseimbangan cairan yang
7×24 jam, dengan dibutuhkan tubuh dan dikeluarkan tubuh
kriteria hasil: 3. Monitor BB pasien dan turgor kulit pasien +
1. Pasien bisa BAK pitting edema, lingkar perut pada pasien.
2. Tidak terdapat udem R: Memantau perubahan yang berkaitan dengan
anasarka lagi cairan dalam tubuh pasien
3. Na 136 – 145 4. Monitor pengeluaran cairan melalui AV Shunt
mmol/l tiap shift
4. Monitor TTV R: Mengetahui volume cairan yang keluar.
5. Batasi asupan cairan pasien maksimal 2 gelas
sehari
R: Pasien mengalami kelebihan cairan yang
tertimbun dalam tubuh sehingga perlu dibatasi
suplai cairan yang masuk ke tubuh pasien.
6. Kolaborasi pemberian diuretic
R : diuretik diindikasikan untuk membantu
pengeluaran urin
7. Kolaborasi pasang kateter
R : kateter dapat membantu pengeluaran urin
yang tertahan dalam kandung kemih
09 Des. 3 Nyeri akut dapat R : pasien dengan nyeri sering mengalami
2012 teratasisetelah perubahan TTV.
dilakukan tindakan2. Monitor skala nyeri PQRST
keperawatan selama R : pasien dengan nyeri sering mengalami
7×24 jam, dengan perubahan rasa nyeri dan skala nyeri.
kriteri hasil: 3. Ajarkan tehnik relaksasi
1. Pasien tidak R : pasien dengan nyeri sering mengalami rasa
mengeluh nyeri di gelisah, tehnik relaksasi bisa membantu
area pinggang lagi meregangkan otot yang tegang pada pasien,
2. Skala nyeri 0 sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
3. Monitor TTV/8 jam
4. Kolaborasi pemberian analgetik
R:analgetik diindikasikan untuk membantu
mengurangi rasa nyeri
5. Lanjutkan kolaborasi transplantasi ginjal dan
persiapkan apa saja yang diperlukan selama pre
operasi.
R: Pasien mengalami nyeri di area pinggang
karena adanya kerusakan pada ginjalnya,
sehingga diperlukan transplantasi ginjal agar
nyerinya hilang.
Fase Prainteraksi
Verivikasi Data
Persiapan Alat
1. Bak instrumen set steril berisi (duk alas, Duk berlubang, kom kecil, kapas sublimat, pinset
anatomis dan sirurgis, sarung tangan steril, lidi kapas)
2. Bengkok
3. Katheter steril
4. Sarung tangan bersih
5. Urine bag
6. Bethadine 2%, xylocain jelly steril/jelly steril
7. Nacl 0,9% atau aquadest steril sebanyak yang dibutuhkan oleh balon kateter
8. Perlak dan spuit 10/20cc
9. Gantungan urine bag k/p, alat cukur k/p.
Fase Kerja
1. Memberi salam, Memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan tindakan, menjelaskan langkah
prosedur, menanyakan kesiapan pasien
2. Menutup pintu, jendela dan mencuci tangan
3. Memakai sarung tangan bersih
4. Membuka pakaian bawah
5. Memasang perlak dibawah pantat
6. Mencukur rambut disekitar area genetalia pasien jika perlu
7. Mengatur posisi untuk memasang katheter (wanita; Dorsal recumbent, laki-laki:Supin)
8. MenggNti sarung tangan dengan sarung tangan steril
9. Memasang alas ddan duk steril, kemudian mendekatkan bengkok
10. Membuka daerah meatus (Wanita dibuka dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari
tangna kiri, lalu sedikit ditarik keatas. Pria: pegang daerah bawah gland penis dan ibu jari
dan telunjuk, preputium ditarik ke proximal)
11. Membersihkan meatus dengan kapas sublimat dan pinset ( Wanita: dibersihkan daerah
labia mayora, minora terakhir bagian meatus, kapas hanya sekali pakai, Pria: Bersihkan
dengan arah melingkar dari meatus keluar minimun 3 kali)
12. Mengolesi ujung katheter dengan xylocain jelly, wanita 4-5 cm: pria 15-18 cm
13. Masukan katheter secara perlahan (wanita sepanjang 5-7cm, 5 cm samapai urine keluar,
pria sepanajang 17,5-22 cm sampai urin keluar, tegakkan penis dengan sudut 90)
14. Selama pemasangan katheterr menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam. Jangan
melanjutkan memasukan katheter jika terasa ada tahanan.
15. Menyambungkan katheter dengan urine bag
16. Mengisi balon katheter dengan Nacl/ PH zont sebanyak yang ditentukan dengan
menggunakan spuit tanpa jarum.
17. Menarik katheter perlahan sampai ada tahanan ballon
18. Menutup daerah gland penis dengan kassa diolesi bethadine dan diplester (untuk pria),
memfiksasi katheter pada perut bagian bawah(untuk pria) pada paha untuk wania.
19. Menggantungkan urine lebih rendah dari pada vesica urinaria.
20. Merapikan pasien, melakuakan evaluasi, meyampaikan rencana tindak lanjut, berpamitan,
membereskan alat, mencuci tangan.
PENAMPUNGAN URIN
Pengertian
Urin tampung (timed urin specimen/waktu tertentu)Beberapa pemeriksaan urin memerlukan
seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalamjangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-
2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanyadisimpan di lemari pendingin atau diberi
preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegahpertumbuhan bakteri atau mencegah
perubahan/kerusakan struktur urin. Biasanya urinditampung di tempat kecil lalu dipindahkan
segera ke penampungan yang lebih besar.
Tujuan
Adapun tujuan pemeriksaan yang menggunakan urin tampung adalah:
1. Mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin
2. Menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa,fungsi ginjal
3. Menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase, kreatinin, hormontertentu)
Persiapan peralatan
1.Bak instrumen berisi :
1. Poly kateter sesuai ukuran 1 buah (klien dewasa yang pertama kali dipasang
kateter biasanya dipakai no. 16)
2. Urine bag steril 1 buah
3. Pinset anatomi 2 buah
4. Duk steril
5. Kassa steril yang diberi jelly
2. Sarung tangan steril
3. Kapas sublimat dalam kom tertutup
4. Perlak dan pengalasnya 1 buah
5. Sampiran
6. Cairan aquades atau Nacl
7. Plester
8. Gunting verband
9. Bengkok 1 buah
10. Korentang pada tempatnya
Prosedur
Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, kemudian alat-
alatdidekatkan ke klien
Pasang sampiran
Cuci tangan
Pasang pengalas/perlak dibawah bokong klien
Pakaian bagian bawah klien dikeataskan/dilepas, dengan posisi klien terlentang. Kakisedikit
dibuka. Bengkok diletakkan didekat bokong klien
Buka bak instrumen, pakai sarung tangan steril, pasang duk steril, lalu bersihkan
alatgenitalia dengan kapas sublimat dengan menggunakan pinset.
Bersihkan genitalia dengan cara : Penis dipegang dengan tangan non dominan
penisdibersihkan dengan menggunakan kapas sublimat oleh tangan dominan dengan
gerakanmemutar dari meatus keluar. Tindakan bisa dilakukan beberapa kali hingga
bersih.Letakkan pinset dalam bengkok
Ambil kateter kemudian olesi dengan jelly. Masukkan kateter kedalam uretra kira-kira10 cm
secara perlahan-lahan dengan menggunakan pinset sampai urine keluar. Masukkancairan
Nacl/aquades 20-30 cc atau sesuai ukuran yang tertulis. Tarik sedikit kateter.Apabila pada
saat ditarik kateter terasa tertahan berarti kateter sudah masuk padakandung kemih.
Lepaskan duk, sambungkan kateter dengan urine bag. Lalu ikat disisi tempat tidur.
KESIMPULAN
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu keadaan menurunnya laju filtrasi glomerulus (LFG)
yang bersifat tidak reversibel dan terbagi dalam 4 stadium sesuai dengan jumlah nefron
yang masih berfungsi. Pada anak-anak GGK dapat disebabkan oleh berbagai hal, terutama
karena kelainan kongenital, glomerulonefritis, penyakit multisistem, dan lain-lain.
Gagal ginjal kronik adalah apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50 ml/menit/1.73m2
luas permukaan tubuh, oleh karena dibawah kadar fungsi ginjal tersebut gangguan asidosis
metabolik dan hiperparatiroidisme sekunder telah tampak nyata, pertumbuhan mulai
terganggu, dan progresivitas penurunan fungsi ginjal akan terus berlanjut.
Dua penyebab utama GGGK pada anak adalah kelainan kongenital dan glomerulonefritis
kronik. Etiologi yang paling sering didapatkan pada anak di bawah 6 tahun adalah kelainan
kongenital, kelainan perkembangan saluran kencing seperti uropati obstruktif, hipoplasia
dan displasia ginjal, dan ginjal polikistik. (lihat tabel). Menurut laporan EDTA,
glomerulonefritis dan pielonefritis merupakan penyebab tersering timbulnya GGK (24%),
diikuti oleh penyakit herediter (15%), penyakit sistemik (10,5%), hipoplasia ginjal (7,5%),
penyakit vaskular (3%), penyakit lainnya (9%) serta yang tidak diketahui etiologinya 7%.
Dari kelompok pielonefritis dan nefritis interstitial yang tersering adalah uropati obstruktif
kongenital dan nefropati refluks (>60%), diikuti oleh displasia ginjal.
Saran
1. Berikan penjelasan yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan untuk mencegah
terjangkitnya penyakit gagal ginjal dan mempercepat penyembuhan.
2. Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC. Hal 1449.
Diagnosis Keperawatan NANDA 2012 – 2014. 2012. Jakarta: EGC.
Wilkinson, M. Judith. Buku Saku Diagnosis Keperawatan NIC – NOC. 2007. Jakarta: EGC.
http://anggifatma.blogspot.com/2012/04/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html
http://gagalginjal.org
http://taufik-ardiyanto.blogspot.com/2011/07/transport-zat-pada-ginjal.html
http://thebenez.wordpress.com/2008/10/13/klasifikasi-stadium-gagal-ginjal-kronik.html
Report this ad
Report this ad
Bagikan ini:
Twitter
Facebook3
Google
Written by darmasiusyendi Dipublikasi di Tak Berkategori