Você está na página 1de 13

B.

Aplikasi Asuhan Keperawatan Operatif


1. Proses Keperawatan dalam Fase Bedah Preoperatif
1) Pengkajian
Tujuan dari pengkajian klien sebelum operasi adalah untuk menetapkan fungsi
normal klien perioperatif untuk mencegah dan meminimalkan kemungkinan
komplikasi pascaoperasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan
pengkajian yaitu:
 Pemeriksaan fisik fokus pada riwayat klien dan rencana pembedahan
 Pengkajian faktor-faktor risiko bedah pada klien
 Pengalaman bedah klien sebelumnya
 Sumber koping pada klien
 Hasil dari pemeriksaan diagnostik praoperasi
2) Diagnosis Keperawatan

Kelompokkan pola dalam mendefinisikan karakteristik yang dikumpulkan selama


pengkajian untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan untuk klien bedah.
Faktor-faktor yang terkait untuk setiap diagnosis unutk membangun arah
perawatan yang akan diberikan selama satu atau semua fase bedah. Berikut adalah
beberapa diagnosis keperawatan umum yang relevan dengan klien yang menjalani
operasi:

 Tidak efektif bersihan jalan napas


 Ansietas
 Ketakutan
 Risiko untuk kurangnya volume cairan
 Risiko untuk cedera posisi perioperatif
 Kurang pengetahuan (spesifik)
 Gangguan mobilitas fisik
 Mual
 Nyeri akut
 Pemulihan bedah yang tertunda
3) Perencanaan
Perencanaan yang sukses membutuhkan keterlibatan klien dan keluarga dalam
menetapkan rencana perawatan. Keterlibatan klien lebih awal ketika
mengembangkan perawatan bedah meminimalkan risiko dan komplikasi
pascaoperasi bedah.
Jadi, dalam perencanaan ini sebaiknya:
 Libatkan klien dan keluarga dalam instruksi praoperatif
 Sediakan terapi yang bertujuan untuk meminimalkan rasa takut klien
terhadap pembedahan
 Rencanakan terapi untuk mengurangi risiko pembedahan
 Konsultasikan kepada profesi kesehatan lainnya
4) Implementasi
a) Informed Consent
Operasi tidak dapat dilakukan secara legal atau etik sampai klien memahami
kebutuuhan prosedur, langkah-langkah yang terlibat, risiko, hasil yang
diharapkan, dan pengibatan alternatif. Merupakan tanggung jawab ahli bedah
untuk menjelaskan prosedur dan menyediakan informed consent. Setelah klien
melengkapi formulir persetujuan, tempatkan dalam catatan medis. Dokumen
tersebut dibawa ke ruang operasi bersama klien.
b) Promosi Kesehatan
Kegiatan promosi kesehatan selama fase praoperasi fokus pada pemeliharaan
kesehatan, pencegahan komplikasi, dan dukungan rehabilitasi yang mungkin
dibutuhkan pascaoperasi.
c) Perawatan Akut
Kegiatan perawatan akut dalam tahap praoperasi fokus pada intervensi secara
fisik mempersiapkan klien untuk bedah.
d) Persiapan Fisik
Tingkat persiapan fisik sebelum operasi tergantung pasa status kesehatan klien,
operasi yang direnccanakan dan preferensi dokter bedah. Persiapan ini
meliputi:
 Penatalaksanaan cairan normal dan keseimbangan elektrolit
 Pengurangan risiko infeksi luka bedah
 Pencegahan inkontinensia bowel dan kandung kemih

Persiapan pada Hari Pembedahan

Perawat menyelesaikan beberapa prosedur rutin sebelum mengirimkan klien untuk


operasi.

 Kebersihan
Langkah-langkah dasar kebersihan memberikan kenyamanan tambahan
sebelum operasi. Jika klien yang dirawat di rumah sakit tidak mau mandi
lengkap, maka mandi parsial dapat menyegarkan dan menghilangkan
sekresi yang mengganggu.
 Rambut dan kosmetik
Untuk menghindari cedera, minta klien untuk tidak menggunakan jepit
rambut atau klip sebelum berangkat operasi karena jepit rambut dan klip
dapat menjadi sumber listrik dan menyebabkan luka bakar dikarenakan
elektrokauter yg digunakan selama operasi. Lepaskan juga lensa kontak,
bulu mata palsu dan riasan mata.
 Melepas protesa
Semua jenis perangkat palsu sangat mudah hilang atau rusak selama
operasi. Jadi klien perlu melepas semua protesa, termasuk gigi palsu parsial
atau lengkap, kaki palsu, mata buatan, dan alat bantu dengar.
 Nilai keamanan
Jika klien mempunyai barang berharga, berikan semua kepada anggota
keluarga atau simpan untuk diamankan.
 Mempersiapkan usus dan kandung kemih
Beberapa klien membutuhkan enema atau katartik di pagi hari sebelum
operasi untuk memastikan usus kosong. Jika demikian, berikan setidaknya
1 jam sebelum klien akan pergi, berikan waktu bagi kllien untuk defekasi
tanpa terburu-buru dan buang air kecil sebelum ke ruang operasi dan
sebelum memberikan obat preoperasi. Kandung kemih yang kosong
mengurangi rasa tidak nyaman selama prosedur dan mengurangi risiko
inkontinensia selama operasi.
 Tanda-tanda vital
Operator anestesi menggunakan nilai-nilai satu set tanda vital final
preoperatif klien yang diukur perawat sebagai dasar untuk tanda-tanda vital
intraoperatif. Jika tanda-tanda vital praoperasi tidak normal, pembedahan
mungkin perlu ditunda.
 Dokumentasi
Sebelum klien pergi ke ruang operasi, periksa isi laporan medis untuk
memastikan bahwa hasil laboratorium dan formulir persetujuan telah
tersedia. Periksa juga catatan perawat adalah catatan yang terkini.
 Melakukan prosedur khusus
Beberapa klien memerlukan pemasangan infus IV atau tabung nasogastrik
sebelum berangkat untuk operasi atau di tempat praoperasi.
 Pemberian obat praoperasi
Pemberian obat praoperasi bertujuan untuk mengurangi kecemasan klien,
sejumlah anestesi umum diperlukan, risiko mual dan muntah-muntah dan
aspirasi resultan serta sekresi saluran pernafasan.
 Sensistivitas lateks/alergi
Ketika insiden dan prevalensi sensistivitas lateks dan alergi meningkat,
kebutuhan untuk mengenali sumber potensi lateks sangat penting. Jika
memang diperlukan, akomodasikan tempat khusus alergi lateks dan klien
menggunakan barang bebas lateks selama periode perioperatif dan
pemulihan.
 Mengurangi kemungkinan salah tempat dan prosedur bedah yang salah
Tiga prinsip protokol meliputi verivikasi praoperasi yang memastikan
semua dokumen relevan dan studi tersedia sebelum memulai prosedur dan
konsisten dengan harapan klien; menandai lokasi operasi dengan tinta untuk
menandai perbedaan kiri dan kanan, struktur ganda, dan tingkatan spina;
serta waktu istirahat tepat sebelum memulai prosedur untuk verivikasi
terakhir dari klien yang benar, prosedur, tempat dan setiap implan.

5) Evaluasi
 Evaluasi pengetahuan klien terhadap prosedur bedah dan perawatan
pascaoperasi yang direncanakan
 Minta klien menunjukkan latihan pascaoperasi
 Amati perilaku atau ekspresi nonverbal akan kecemasan atau ketakutan
 Tanyakan apakah harapan klien sudah terpenuhi
2. Proses Keperawatan di Tahap Bedah Intraoperatif

1) Pengkajian
Dalam PSCU, lakukan pengkajian berfokus pada praoperasi untutk memverifikasi
bahwa klien siap untuk operasi dan rencana perawatan intraoperative. Karena klien
tidak akan mampu berbicara sendiri selagi di bawah anestesi umum, pengkajian
praoperasi di dalam ruang operasi adalah penting untuk keselamatan klien. Telaah
kembali rencana perawatan intraoperative. Perhatikan kenyamanan psikologis klien
selama pengkajian ini.

2) Diagnosis Keperawatan
Tinjau diagnosis keperawatan praoperasional, dan modifikasi untuk
mengindividualisasikan rencana perawatan di ruang operasi.

3) Perencanaan
Tujuan dan hasil. Hasil ynag berpusat pada klien dari tahap praoperasi. Sebagai
contoh, tujuan adalah untuk menjaga integritas kulit. Hasil yang diharapkan meliputi;
a) Klien akan memiliki kulit yang utuh dan tidak menunjukkan tanda-tanda
kemerahan.
b) Klien akan bebas dari luka bakar di dasar alas.

4) Implementasi
Fokus utama dari asuhan intraoperative adalah untuk mencegah cedera dan
komplikasi berhubungan dengananestesi, operasi, posisi, dan komplikasi berhubungan
dengan anestesi, operasi, opsisi, dan penggunaan peralatan. Perawat perioperative
adalah pembela klien selama operasi dan melindungi martabat dan hak-hak klien
setiap saat.
Perawatan Akut
a) Persiapan fisik. Setelah mengamankan klien di meja kamar operasi, pasang
perangkat monitor untuk klien sebelum operasi. Klien yang menerima
anestesi umum dan regional mendapatkan pemantauan EKG kontinu.
Tempatkan elektroda pada dan kaki untuk merekam aktivitas listrik jantung.
Sebuah monitor di kamar operasi menampilkan aktivitas listrik jantung.
Oksimetri pulsasi memonitor saturasi oksigen. Pasang alas pada kauterisasi
listrik pada kulit.
b) Terapkan stoking antiemboli (misalnya stoking elastis) atau stoking kompresi
sekuensial intraoperative (terutama untuk kasus-kasus yang berdurasi lama)
atau pascaoperasi sesuai dengan kebijakan instidusi. Dokumentasikan
perangkat aplikasi, pengisian kembali kapiler, dan toleransi klien terhadap
prosedur. Untuk operasi ekstremitas, nilai denyut perifer distal di lokasi
operasi. Ukur suhu secara kontinu melalui kandung kemih, kerongkongan,
atau rectum.
c) Pengenalan Anestesi. Klien yang menjalani prosedur bedah menerima satu
tempat dari empat tipe anestesi, yaitu : umum, regional, local, atau sedasi
sadar.
d) Anestesi Umum. Agen anestesi modern lebih mudah untuk pemulihan dan
memungkinkan klien untuk sembuh dengan efek negative yang lebih sedikit.
Anestesi umum menghasilkan imobilisasi, klien yang tenang dan tak bergerak
dan tidak ingat prosedur bedah. Amnesia klien bertindak sebagai alat
pelindung dari peristiwa yang tidak menyenangkan terhadap prosedur.
Penyedia anestesi umum dengan rute IV dan inhalasi melalui tiga fase
anestesi, yaitu : induksi, pemeliharaan, dan munculnya. Pembedahan yang
membutuhkan anestesi umum melibatkan prosedur mayor dengan manipulasi
jaringan yang luas. Induksi meliputi pemberian obat anestesi dan intubasi
andotrakeal. Tahap pemeliharaan meliputi posisi klien, persiapan untuk insisi,
dan prosedur pembedahan itu sendiri. Tingkat anestesi yang tepat terjaga
selama fase ini. Selama tiga fase, anestesi mengalami penurunan dank lien
mulai terbangun. Karena waktu paruh pendek obat ini, sadar klien sering
terjadi di ruang operasi. Durasi anestesi bergatung pada lamanya operasi.
Risiko terbesar dari anestesi umum adalah efek samping dari agen anestesi
termasuk depresi kardiovaskular atau iritabilitas, depresi pernapasan, serta
kerusakan hati dan ginjal.
e) Anestesi Regional. Induksi anestesi regional menghasilkan hilangnya sensasi di
daerah tubuh. Metode induksi, seperti tulang belakang, epidural, atau block saraf
perifer memengaruhi porsi jalur sensorik yang dibius. Tidak ada kehilangan
kesadaran yang terjadi akibat anestesi regional, tetapi klien sering mengantuk.
Operator anestesi memberikan anestesi regional dengan infiltrasi dan aplikasi
lokal. Risiko dapat terjadi pada anestesi infiltrasi, terutama dalam kasus anestesi
spinal. Karena tingkat anestesi bisa meningkat, yang berarti bahwa agen anestesi
bergerak ke atas di tulang belakang, hal ini mungkin akan mempengaruhi
pernapasan. Perpindahan anestesi ini tergantung pada jenis obat, jumlah, dan
posisi klien.
f) Anestesi local. Anestesi local melibatkan hliangnya sensasi di tempat yang
diinginkan (misalnya bagian kulit yang tumbuh atau kornea mata). Agen obat
bius (misalnya lidocaine) menghambat konduksi saraf samapai obat tersebut
berdifusi ke dalam sirkulasi. Agen disuntikkan secara local atau dioleskan. Klien
mengalami kehilangan dalam sensasi nyeri da sentuhan serta aktivitas motoric
dan otonom (misalnya mengosongkan kandung kemih). Local anestesi umum
dilakuakan untuk prosedur minor dalam operasi rawat jalan. Penyedia perawatan
kesehatan sering masuk ke daerah operasi dengan memberikan anestesi local
untuk mempromosikan nyeri pascaoperasi.
g) Sedasi Sadar. Sedasi sadar secara rutin digunakan untuk prosedur yang tidak
memerlukan anestesi lengkap melainkan tingkat kesadaran yang ditekan. Seorang
klien di bawah sedasi sadar independen harus mempertahankan jalan napas yang
paten dan ventilisasi yang memadai dan mampu merespons dengan tepat terhadap
rangsangan verbal atau stimulus taktil ringan (rothrock, 2007). Sedatif IV yang
bekerja singkat, seperti midazolam (Versed) diberikan.
h) Posisi Klien Bedah. Selama anestasi umum, tenaga perawat dan dokter beah
sering tidak memposisikan klien sampai tahap relaksasi lengkap. Pendekatan
bedah biasanya menentukan pilihan posisi. Idealnya posisi klien menyediakan
akses yang baik untuk lokasi yang akan dioperasi, mempertahankan fungsi
sirkulasi dan pernapasan yang memadai, dan menjamin keamanan klien dan
integritas kulit. Posisi tidak boleh merusak struktur neuromuscular.
i) Dokumentasi Asuhan Keperawatan Intraoperaif. Selama fase intraoperatif,
lanjutkan rencana perawatan praoperasi. Sebagai contoh, ikuti asepsis ketat untuk
meminimalkan risiko infeksi luka bedah.Sepanajnag prosedur operasi, pastikan
catatan kegiatan perawatan klien dan prosedur yang dilakukan oleh personel
kamar operasi telah akurat. Dokumentasi perawatan intraoperative memeberikan
data yang berguna periode pascaoperasi klien.

5) Evaluasi
Evaluasi intervensi dilakukan selama fase intraoperative selama prosedur bedah.
Terus pantau tanda vital serta asupan dan keluaran. Ukur suhu tubuh klien selama
dan pada penyelesaian prosedur. Periksa kulit di bawah landasan alas dan di
daerah di mana posisi tertekan. Untuk klien yang tidak mendapat anestesi umum,
tanyakan dengan sering kepada merakatentang rasa sakit, mati rasa, suhu ruangan
yang dirasakan, dan kenyamanan secara kesuluruhan. Berikan informasi yang
terkini kepada anggota keluarga di ruang tunggu.
3. Proses Keperawatan dalam Perawatan Pascaoperatif

1) Pengkajian

Setelah pengkajian pada kedatangan klien untuk pemulihan, ukur tanda-tanda


vital dan observasi lainnya setidaknya setiap 15 menit atau lebih sering,
tergantung pada kondisi klien dan kebijakan unit. Pengkajian ini biasanya
berlanjut sampai klien keluar dari PACU. Ketika kondisi klien stabil, frekuensi
pengkajian biasanya akan berkurang menjadi satu kali per shift sampai klien
keluar. Dokumentasi secara maksimal hasil pengkajian termasuk tanda vital,
tingkat kesadara, kondisi balutan dan drainase, tingkat kenyamanan, status cairan
IV, dan pengukuran keluaran urine. Selain itu yang sangat perlu dikaji pada klien
pascaoperatif yaitu :

 Jalan napas dan pernapasan

Kaji patensi jalan napas, kedalaman ventilasi, simetri gerakan dinding dada,
suara napas, dan warna mukosa.

 Sirkulasi

Klien beresiko mengalami komplikasi kardiovaskuler yang disebabkan oleh


hilangnya darah actual atau potensial dari tempat pembedahan, efeksamping
dari anastesi, ketidakseimbangan elektrolit, dan depresi mekanisme yang
mengatur sirkulasi normal. Pengkajian yang teliti terhadap denyut dan irama
jantung, bersama dengn tekanan darah, mengungkapkan status
kardiovaskuler klien. Monitor tanda vital setiap 15 menit selamaa tahap
pemulihan.

 Kontrol suhu

Monitor suhu dengan teliti dibagian perawatan akut. Karena suhu tinggi
mungkin merupakan indikasi pertama infeksi, evaluasi klien untuk potensi
sumber infeksi, termasuk lokasi IV (jika ada), sayatan/luka bedah, serta
saluran pernapasan dan saluran kemih.

 Keseimbangan cairan dan elektrolit

kaji status hidrasi dan pantau fungsi jantung dan saraf untuk tanda-tanda
perubahan elektrolit.

 Fungsi neurologi

Kaji reflek pupil dan muntah, cengkraman tangan, dan gerakan kaki.

 Integritas kulit dan kondisi luka


Di dalam PCAU, kaji kondisi kulit klien, titik-titik ruam, petekie, lecet atau
luka bakar. Setelah operasi hamper semua luka bedah diperban untuk
melindungi lokasi luka dan mengumpulkan drainase. Perhatikan jumlah,
warna, baud an konsistensi drainase di perban.

 Fungsi perkemihan

Raba perut bagian bawah tepat diatas simfisis pubis untuk mengkaji distensi
kandung kemih. Jika klien terpasang kateter urine, harus ada aliran urine
terus-menerus sebanyak 30-50 ml/jam pada orang dewasa. Perawat harus
mengamati warna urine.

 Fungsi gastrointestinal

Inspeksi abdomen untuk memeriksa perut kembung yang mungkin


disebabkan oleh akumulasi gas. Auskultasi perut secara rutin untuk
mendeteksi suara usus kembali normal,5-30 bunyi keras permenit pada
masing-masing kuadran menunjukkan gerak paristaltik yang telah kembali.
Jika selang nasogastrik ada ditempatnya, kaji kepatenan selang, warna, dan
jumlah drainase lambung.

 Kenyamanan

Kaji skala nyeri klien, mengevaluasi respon terhadap analgesic dan objektif
dokumen keparahan nyeri. keluarga

 Harapan klien

Kaji harapan klien dan terhadap pemulihan dan kemajuan yang dirasaakan
dalam fase pemulihan.

2) Diagnosis keperawatan

Tentukan status dari diagnosis keperawatan praoperasi melalui pembagian


pengkajian data baru pascaoperasi dan mengidentifikasi diagnosis baru yang
relevan. Identivikasi faktor-faktor resiko baru yang mengarah ke identifikasi
diagnosis keperawatan tambahan. Pertimbangkan juga kebutuhan keluarga klien
ketika membuat diagnosis.

3) Perencanaan

Karena sifat kritis periode pascaoperasi langsung, rencana keperawatan di


PACU melibatkan pemantauan dan pengkajian erat klien untuk memastikan
kembalinya ke fungsi fisiologis yang stabil. Instruksi dokter bedah pascaoperasi
juga menjadi pedoman. Instruksi pasca operasi yang khas meliputi :

 Pantau tanda vital dan pengkajian yang khusus dengan sering.


 Jenis cairan IV dan kecepatan infuse

 Penerusan obat sebelum operasi sebagai kondisi yang memungkinkan


(beberapa obat oral akan dikonvensikan ke rute IV dengan menyesuaikan
disis yang tepat)

 Cairan dan makanan yang diperbolehkan lewat mulut.

 Tingkat aktivitas klien yang diperbolehkan untuk dilanjutkan

 Posisi klien yang harus dipertahankan untuk dilanjutkan

 Posisi klien yang harus dipertahankan sementara ditempat tidur

 Masukan dan keluaran

 Laboratorium tes dan foto sinar-x

 Arahan khusus (misalnya drain bedah untuk diisap, irigasi tabung, dan
penggantian balutan.

Tujuan dan hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut :

 Tanda-tanda vital klien kembali seperti fase preoperative.

 Saluran napas klien paten dan respirasi tidak dibantu

 Suhu klien kembali ke awal dan tetap stabil.

 Cairan dan elektrolit klien tetap seimbang

 Klien kembali ketingkat aktivitas sebelumnya.

4) Implementasi

a. Promosi kesehatan

1) Memelihara fungsi pernapasan

Ketika klien bangun dari anastesi, bantu mereka untuk mempertahankan


kepatenan jalan napas. Posisikan klien di satu sisi dengan wajah ke bawah dan
leher sedikit direntangkan untuk nmemfasilitasi gerakan maju dari lidah dan
aliran sekresi lendir keluar dari mulut. Sebuah handuk kecil yang dilipat dapat
mendukung kepala. Teknik posisi lain untuk mempromosikan jalan napas
paten adalah kepala tempat tidur yang agak tinggi dan leher klien agak sedikit
di nrentangkan, dengan kepala menghadap ke samping.

2) Mencegah komplikasi sirkulasi


Langkah=langkah berikut mempromosikan aliran balik vena normal dan
sirkulasi aliran darah :

 Dorong klien untuk melakukan latihan kaki nsetidaknya setiap jam saat
terjaga.

 Pasang stoking elastis antiemboli atau perangkat kompresi berurutan


seperti yang diperintahkan oleh penyedia layanan kesehatan. Lepaskan
stoking setiap 8 jam, dan berhenti selama 1 jam.

 Dorong ambulansi awal

 Hindari posisi klien yang mengganggu aliran darah ke kaki.

 Berikan obat antikoagulan seperti yang diperintahkan.

 Promosikan asupan cairan oral atau intravena yang cukup.

3) Mencapai istirahat dan kenyamanan

Nyeri pada klien meningkat setelah operasi setelah efek anastesi berkurang.
Hal ini umum untuk memberikan analgesic opioid segera setelah operasi.
Dosis awal analgesic biasanya diberikan melalui infuse IV di PACU dan di
titrasi untuk kenyamanan klien.

b. Perawatan akut

1) Pengaturan suhu tubuh

Pengaturan suhu penting pada periode pasca operasi . klien sering menggigil
setelah operasi. Menggigil tidak selalu merupakan tanda hipotermia melainkan
efekng dari agen anastesitertentu. Berikan meperidin (Demol) sedikit demi
sedikit untuk mengurangi mggigil seperti yang di tentukan oleh penyedia layan
kesehatan.

2) Memelihara fungsi neurologi

Orientasi terhadap lingkungan penting untuk mempertahankan status mental


klien.

3) Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit

Satu-satunya sumber asupan can klien segera setelah pembedahan adalah


melalui kateter IV.

4) Meningkatkan eliminasi usus normal dan gizi yang adekuat

Langkah-langka berikut mempromosikan kembali eliminasi normal :

 Pertahankan kemajuan secara bertahap dalam asupan makanan.


 Promosikan ambulansi dan olahraga.

 Atur asupan cairan yang memadai.

 Promosikan asupan makanan yang cukup dengan merangsang selera


makan klien.

 Berikan suplemen serat, pelunak tinja, dan supositoria rectal sesuai


yang diperintahkan.

 Sediakan makanan ketika klien beristirahat dan bebas dari rasa sakit.

5) Mempromosikan eliminasi urine

Langkah-langkah mempromosikan eliminasi urine normal :

 Bantu klien dengan asumsi posisi normal selama BAK.

 Periksa kebutuhan klien untuk BAK dengan sering.

 Kaji distensi kandung kemih.

 Monitor asupan dan keluaran.

6) Mempromosikan penyembuhan luka

Waktu kritis untuk penyembuhan luka adalah 24 samapai 72 jam setelah


operasi, setelah itu luka dapat tertutup. Jika luka menjadi terinfeksi, biasanya
terjadi 3 sampai 6 harisetelah operasi. Sebuah luka bedah bersih biasanya tidak
kembali meregang terhadap tegangan normal selama 15 – 20 hari setelah
operasi. Gunakan teknik aseptic selama penggantian perban dan perawatan
luka.

7) Mempertahankan/meningkatkan konsep diri

Langkah-langkah berikut ini membantu mempertahankan konsep diri klien :

 Sediakan privasi selama penggantian perban atau pemeriksaan luka.

 Jaga kebersihan klien.

 Cegah perangkat drainase meluap.

 Jaga lingkungan yang menyenangkan

 Tawarkan kesempatan bagi klien untuk mendiskusikan perasaan


tentang penampilan.

 Tawarkan keluarga kesempatan untuk membahas cara untuk


mempromosika konsep diri klien.
8) Pemulihan dan perawatan yang berkelanjutan

Selama periode pasca operasi, perawat, klien dan keluarga bekerja untuk
mempersiapkan klien untuk keluar. Pendidikan tentang perawatan luka, tingkat
aktivitas, diet, pengobatan dan jenis operasi yang spesifik adalah proses yang
berkelanjutan di seluruh rumah sakit.

5) Evaluasi

Keefektifan evaluasi keperawatan berdasarkan hasil yang diharapkan yang dibuat


setelah operasi. Dalam semua ruang lingkup bedah, konsultasikan dengan klien
dan keluarga untuk mengumpulkan data evaluasi. Bagian dari evaluasi adalah
menentukan sejauh mana klien dan keluarga mempelajari langkah-langkah
perawatan diri.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Potter, Patricia A., Anne Griffin Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku 3.
Jakarta: Salemba Medika.

Você também pode gostar