Você está na página 1de 22

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

PT Unilever Indonesia,Tbk adalah perusahaan Indonesia yang merupakan anak


perusahaan dari Unilever. Perusahaan ini sebelumnya bernama Lever
Zeepfabrieken N.V. PT Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933
sebagai Lever Zeepfebrieken N.V. pada 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah
menjadi PT Lever Brothers Indonesia dan pada 30 Juni 1997, nama perusahaan
diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Unilever Indonesia melepas 15%
sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1981.
Unilever Indonesia mempunyai lebih dari 1.000 distributor di seluruh Indonesia.
Unilever memiliki beberapa anak perusahaan di Indonesia, yakni :

1. PT Anugrah Lever - didirikan pada tahun 2000 dan bergerak di bidang


pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, saus cabe dan
saus-saus lain dengan merk dagang Bango, Parkiet dan Sakura dan merek-
merek lain
2. PT Technopia Lever - didirikan pada tahun 2002 dari hasil patungan dengan
Technopia Singapore Pte. Ltd. Techopia bergerak di bidang distribusi, ekspor
dan impor barang-barang dengan menggunakan merk dagang Domestos
Nomos.
3. PT Knorr Indonesia - diakuisisi pada 21 Januari 2004.
4. PT Sara Lee
Unilever Indonesia memenangkan 2005 Energi Globe Awarduntuk skema
pengelolaan sampah mereka di desa-desa di dekat sungai Brantas di Surabaya.
Skema ini melibatkan kompos. Sampah organik dan daur ulang, dan telah
menghasilkan peningkatan kualitas air setempat di sungai.
Pada bulan Mei 2011, PT Unilever Indonesia Tbk akan menginvestasikan
setidaknya £300 juta dalam 2 tahun ke depan untuk memperluas pabriknya
di Cikarang, Jawa Barat dan Rungkut, Jawa Timur . Saat ini Unilever Indonesia
telah mengoperasikan 8 pabrik dan 3 pusat distribusi.
PT Unilever Indonesia Tbk merupakan bagian dari Unilever Group NV/plc untuk
memproduksi dan mengawasi semua merek yang diproduksi oleh Unilever
(seperti Surf, Close-up, Clear dll.).
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka diperlukan adanya analisis laporan keuangan
untuk mengetahui posisi keuangan PT Unilever Indonesia, Tbk selama periode
2016-2017 serta mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu
dilakukan untuk penilaian kinerja manajemen perusahaan.

1
1.2. Rumusan Masalah
Dalam rangka memahami latar belakang masalah serta mempersempit materi yang
akan dibahas, maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah definisi dari Analisis Common Size. Ratio, dan Dupont?
2. Apakah manfaat dari Analisis Common Size, Ratio, dan Dupont
3. Bagaimana hasil perhitungan dari masing-masing analisis?
4. Bagaimana kinerja perusahaan dilihat dari hasil analisis laporan keuangan?
5. Bagaimana dampak Analsis laporan keuangan terhadap para Investor?

1.3. Tujuan Penelitian


Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Definisi dari Analisis Common Size, Ratio, dan Dupont
2. Manfaat dari Analisis Common Size, Ratio, dan Dupont
3. Hasil Perhitungan dari masing-masing analisis
4. Kinerja perusahaan berdasarkan hasil dari analisis laporan keuangan
5. Dampak analisis laporan keuangan terhadap para Investor

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat yang diperoleh dari penulisan ini, yaitu:

A. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan memperkaya wawasan mengenai analisis laporan keuangan
berdasarkan Analisis common size, ratio, dan dupont.

B. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi penulis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,
wawasan, dan gambaran yang lebih jelasa mengenai analisis laporan
keuangan PT Unilever Indonesia, Tbk.
2. Manfaat bagi perusahaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan dan
kondisi yang jelas mengenai kondisi keuangan perusahaan.
3. Manfaat bagi Investor
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
gambaran yang jelas tentang kondisi keuangan perusahaan, sehingga dapat
dijadikan pertimbangan pengambilan keputusan dalam pemberian
investasi.

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1. Analisis Common Size
Analisis Common Size adalah analisis yang disusun dengan menghitung tiap-tiap
rekening dalam laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan
(untuk laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca).

Laporan keuangan dalam persentase per-komponen (Common-size statement)


menyatakan masing-masing posnya dalam satuan persen atas dasar total
kelompoknya, cara penyusunan laporan keuangan ini disebut teknik analisis
common-size dan termasuk metode analisis vertikal.

Suatu neraca yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size


statement) dapat memberikan informasi sebagai berikut:

1. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran


tentang posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar.
2. Struktur modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran
mengenai posisi relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri.

Informasi hasil analisis bermanfaat untuk menilai tepat tidaknya kebijakan


(operasi, investasi, dan pendanaan) yang diambil oleh perusahaan di masa lalu,
serta kemungkinan pengaruhnya terhadap posisi dan kinerja keuangan perusahaan
di masa yang akan datang.

Persentase per komponen setiap elemen laporan keuangan dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :

1. Elemen2 Aktiva = Elemen ybs / Total Aktiva

2. Elemen2 Pasiva = Elemen ybs / Total Pasiva

3. Elemen2 Laba/Rugi = Elemen ybs / Penjualan

Laporan dengan prosentase per komponen menunjukan prosentase dari total


aktiva yang telah diinvestasikan dalam masing-masing jenis aktiva. Dengan
mempelajari laporan dengan prosentase ini dan memperbandingkan dengan rata-
rata industri sebagai keseluruhan dari perusahaan yang sejenis, akan dapat
diketahui apakah investasi kita dalam suatu aktiva melebihi batas-batas yang
umum berlaku (over investment) atau justru masih terlalu kecil (under
investment), dengan demikian untuk periode berikutnya kita dapat mengambil
kebijaksanaan - kebijaksanaan yang perlu, agar investasi kita dalam suatu aktiva
tidak terlalu kecil ataupun terlalu besar.

3
Laporan dengan cara ini juga menunjukan distribusi daripada hutang dan modal,
jadi menunjukan sumber-sumber darimana dana yang diinvestasikan pada aktiva
tersebut. Studi tentang ini akan menunjukan sumber mana yang merupakan
sumber pokok pembelanjaan perusahaan., juga akan menunjukan seberapa jauh
perusahaan menggunakan kemampuannya untuk memperoleh kredit dari pihak
luar, karena dari itu juga dapat diduga atau diketahui berapa besarnya margin of
safety yang dimiliki oleh para kreditur.

Prosentase per komponen yang terdapat pada neraca akan merupakan prosentase
per komponen terhadap total aktiva, sehingga perbandingan secara horizontal dari
tahun ke tahunnya akan menunjukan trend daripada hubungan (trend of
relationship), dan tidak menunjukan ada tidaknya perubahan secara absolut.
Perubahan ini dapat dilihat kalau dikembalikan pada data absolutnya. Jadi
perubahan dari tahun ke tahun tidak menunjukan secara pasti adanya perubahan
dalam data absolut.

Laporan dalam prosentase per komponen dalam hubungannya dengan laporan


rugi-laba, menunjukan jumlah atau prosentase dari penjualan netto atau net sales
yang diserap tiap - tiap individu biaya dan prosentase yang masih tersedia untuk
income. Oleh karena itu Common Size percentage analysis banyak digunakan
oleh perusahaan dalam hubungannya dengan income statement, karena adanya
hubungan yang erat antara penjualan, harga pokok dan biaya operasi, sedang
untuk neraca tidak banyak digunakan.

Dalam laporan prosentase per komponen (Common Size statement) semua


komponen atau pos dihitung prosentasenya dari jumlah totalnya, tetapi untuk
lebih meningkatkan atau menaikan mutu atau kwalitas data maka masing-masing
pos atau komponen tersebut tidak hanya prosentase dari jumlah totalnya tetapi
juga dihitung prosentase dari masing-masing komponen terhadap sub totalnya,
misalnya komponen aktiva lancar dihubungkan atau ditentukan prosentasenya
terhadap jumlah aktiva lancar, komponen hutang lancar terhadap jumlah hutang
lancar dan sebagainya.

4
2.1.2. Analisis Ratio
1. Pengertian Analisis Rasio

Analisa rasio adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan


laporan laba rugi terhadap satu dengan yang lainnya, yang memberikan
gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap suatu perusahaan
tertentu. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan
meramalkan reaksi para calon investor dan kreditur dapat ditempuh untuk
memperoleh dana.

2. Manfaat Analisis Rasio


Manfaat Analisis Rasio adalah sebagai berikut :
1. Membantu penganalisis untuk mengetahui keadaan
2. Perkembangan keuangan perusahaan yg bersangkutan.

Untuk mengambil manfaat rasio keuangan kita memerlukan standar untuk


perbandingan. Salah satu pendekatan adalah membandingkan rasio-rasio
perusahaan dengan pola industri atau lini usaha di mana perusahaan secara
dominan beroperasi.

3. Kategori Analisis Rasio

Kategori Analisis Rasio sebagai berikut :

1) Rasio Likuiditas

Menurut Jusuf (2006:50), rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan


kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya termasuk
bagian dari kewajiban jangka panjang yang telah berubah menjadi kewajiban
jangka pendek). Pengertian rasio likuiditas menurut Munawir (2004:31) adalah
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih.

2) Rasio Profitabilitas

Menurut Agnes (2005:21), profitability ratio (rasio profitabilitas) adalah suatu


rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Menurut
Munawir (2004:43), rentabilitas atau profitability adalah menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Pengertian profitabilitas (kemampuan mencapai laba) menurut Aliminsyah dan
Padji (2003:206) adalah suatu kemahiran untuk memperoleh hasil dalam dunia
usaha dengan perhitungan yang seksama.

5
3) Rasio Solvabilitas

Pengertian rasio solvabilitas menurut Riyanto (2001:224) adalah kemampuan


perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya (baik jangka pendek maupun
jangka panjang). Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila perusahaan
sekiranya saat ini dilikuidasikan.

4) Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas atau sering disebut rasio efisiensi. Menurut Riyanto (2001:235)
adalah mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber
dayanya.

5) Rasio Pasar

Rasio pasar mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku.

Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor (atau calon
investor), meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio‑rasio
ini.

4. Macam-macam Analisis Rasio

Dilihat dari sumbernya rasio dibagi menjadi 3 :

a. Rasio-Rasio Neraca

Adalah rasio-rasio yg disusun dari data yg berasal dari neraca misalnya: current
ratio, Acid test-ratio, , current assets to total assets ratio, current lialibilities to
total assets ratio dan lain sebagainya.

b. Rasio Statemen Rugi-Laba

Rasio-rasio yang disusun berdasarkan income statements, misalnya gross profit


margin, net operating margin, operating ratio, dan lain sebagainya.

c. Rasio-Rasio Antar Statemen Keuangan

Adalah rasio keuangan yang disusun berdasarkan Neraca dan data lainnya yg
berasal dari income statement, misalnya assets turnover, inventory turnover,
receivables turnover dan sebagainya.

6
2.1.3. Analisis Du Pont

Menurut Bambang Riyanto, dalm bukunya Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan


yang sering disebut sebagai “ Du Pont System” adalah suatu system analisis yang
dimaksudkan untuk menunjukan hubungan antara “ Return On Investment, Assets
Turn Over “, dan “Profit Margin”. ROI adalah rasio keuntungan neto sesudah
pajak dengan jumlah investasi (aktiva) sehingga dalam Du Pont System
diperhitungkan juga bunga dan pajak.

Menurut J. C. Van Horne & J. M. Wachowicz, Jr, dalam buku prinsip-prinsip


Manajemen Keuangan, yang diterjemahkan oleh Heru Sutojo, Sistem Du Pont
adalah system yang menggunakan pendekatan tertentu terhadap analisis rasio
untuk mengevaluasi efektifitas perusahaan. Menurut Sofyan S . Harahap, dalam
buku Analisa Kritis Laporan Keuangan, Du Pont memiliki cara sendiri dalm
menganalisa laporannya. Caranya hamper sama dengan analisa laporan keuangan
biasa, namun pendektannya lebih integrative dan menggunakan komposisi laporan
keuangan sebagai elemen analisisnya.

Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2002:90), Analisa Du Pont


adalah analisis yang menghubungkan tiga macam rasio sekaligus, yaitu ROI,
Profit Margin dan Asset Turn Over. Menurut A. J. Keown, dkk (2004:102),
analisa du Pont adalh system rasio keuangan yang dirancang untuk menyelidiki
determninan rasio pengembalian ekuitas pemegang saham dan pengembalian
aktiva

Menurut Syamsudin (2000:64), analisis Du Pont adalah ROA yang dihasilkan


melalui perkalian antara keuntungan dari komponen-komponen sales serta
efisiensi penggunaan total aset di dalam menghasilkan keuntungan tersebut.
Sedangkan pendapat Sutrisno (2001:256), analisis Du Pont adalah suatu analisis
yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas dan net profit
margin dan seberapa besar pengaruhnya terhadap ROA.

Menurut Syafarudin (2003:128), analisis Du Pont penting bagi manajer untuk


mengetahui faktor mana yang paling kuat pengaruhnya antara profit margin dan
total asset turnover terhadap ROA. Disamping itu dengan menggunakan analisis
ini, pengendalian beban dapat diukur dan efisiensi perputaran aset sebagai akibat
turun naiknya penjualan dapat diukur.

7
Menurut Soediyono (2001:137), yang dapat diuraikan dengan menggunakan
analisis Du Pont adalah ROA (Return On Assets) yang merupakan angka
pembanding atau rasio antara laba yang diperoleh perusahaan dengan besarnya
total aset perusahaan.
Sistem Du-Pont merupakan suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Du-Pont
Company untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Sistem ini memberikan gambaran faktor-faktor yang saling
berhubungan dan berpengaruh pada tingkat pengembalian atas investasi suatu
perusahaan (ROI) dan tingkat pengembalian atas ekuitas (ROE) yaitu marjin laba
bersih, perputaran total aktiva dan tingkat hutang suatu perusahaan. Dengan
mengetahui dan memahami faktor-faktor tersebut, dapat membantu manajemen
dalam memutuskan kebijakannya dalam rangka untuk meningkatkan tingkat
pengembalian atas investasi dan ekuitas suatu perusahaan.

Tujuan analisis ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana efektvitas


perusahaan dalam memutar modalnya, sehingga analisis ini mencakup berbagai
rasio. Du Pont System ini didalamnya menggabungkan rasio aktivitas / perputaran
aktiva dengan rasio laba / profit margin atas penjualan dan menunjukkan
bagaimana keduanya berinteraksi dalam menentukan Return On Invesment (ROI),
yaitu profitabilitas atas aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio laba atas penjualan
(profit margin) dipengaruhi oleh tingkat penjualan dan laba bersih yang
dihasilkan. Berarti profit margin ini mencakup pula seluruh biaya yang digunakan
dalam operasional perusahaan. Rasio aktivitas sendiri dipengaruhi oleh penjualan
dan total aktiva. Dapat dikatakan bahwa analisis ini tidak hanya menfokuskan
pada laba yang dicapai, tetapi juga pada invesatasi yang digunakan untuk
menghasilkan laba tersebut.

Semakin besar ROI semakin baik pula perkembangan perusahaan tersebut dalam
mengelola asset yang dimilikinya dalam menghasilkan laba. Hal ini disebabkan
karena ROI tersebut terdiri dari beberapa unsur yaitu penjualan, aktiva yang
digunakan, dan laba atas penjualan yang diperoleh perusahaan. Angka ROI ini
akan memberikan informasi yang penting jika dibandingkan dengan pembanding
yang digunakan sebagai standart. Jadi perbandingan ROI selama beberapa periode
berturut-turut akan lebih akurat. Berdasar dari kecenderungan ROI ini dapat
dinilai perkembangan efektivitas operasional usaha perusahaan, apakah
menunjukkan kenaikan atau penurunan.

8
Du Pont System ini lebih tepat jika diterapkan pada perusahaan cabang/ divisi/
departemen/ pusat investasi. Melalui analisis ini perusahaan dapat menilai kinerja
keuangan divisi/ departemen/ pusat investasinya dengan melihat efektivitas
penggunaan aktiva dalam memperoleh laba bersih, sehingga pada akhirnya
perusahaan pusat dapat mengambil kebijaksanaan yang tepat atas divisi/ pusat
investasinya.

Guna melihat dan menilai tingkat efektivitas operasional suatu perusahaan, tidak
hanya menggunakan kepekaan dan ketajaman para manajer secara kualitatif saja,
tetapi harus menggunakan metode secara kuantitatif. Du Pont System merupakan
suatu metode yang digunakan untuk menilai efektivitas operasional perusahaan
tersebut, karena dalam analisis ini mencakup unsur penjualan, aktiva yang
digunalan serta laba yang dihasilkan perusahaan.

9
2.2 Studi Kasus
2.2.1. Analisis Common Size PT Unilever Indonesia, Tbk.
Analisis common-size ialah analisis yang disusun dengan menghitung tiap-tiap
rekening dalam laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan
(untuk laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca).
1. Persentase Common Size Neraca
Rumus :
%Common-size = (item-item dalam Neraca / Tot. Aktiva) x 100%

PT Unilever Indonesia Tbk.


Neraca Komparatif dalam Persentase Per-Komponen
Per 31 Desember 2016 dan 2017
(dalam jutaan rupiah)

Neraca Common-Size (%)


Keterangan
2017 2016 2017 2016
ET
Aset lancar
Kas dan setara kas 404.784 373.835 2,14 2,23
Piutang usaha
Piutang usaha pihak ketiga 4.346.917 3.290.889 22,99 19,65
Piutang usaha pihak berelasi 368.637 417.368 1,95 2,49
Piutang lainnya
Piutang lainnya pihak ketiga 72.986 85.188 0,39 0,51
Piutang lainnya pihak berelasi 66.285 16.409 0,35 0,10
Persediaan 2.393.540 2.318.130 12,66 13,84
Biaya dibayar dimuka lancar 109.578 86.290 0,58 0,52
Pajak dibayar dimuka lancar 3.707 0 0,02 0,00
Jumlah aset lancar 7.941.635 6.588.109 42,00 39,34
Aset tidak lancar
Aset tetap 10.422.133 9.529.476 55,12 56,91
Goodwill 61.925 61.925 0,33 0,37
Aset takberwujud selain goodwill 390.838 409.802 2,07 2,45
Aset pengampunan pajak tidak lancar
Aset tidak lancar non-keuangan lainnya 89.882 156.383 0,48 0,93
Jumlah aset tidak lancar 10.964.778 10.157.586 58,00 60,66
Jumlah asset 18.906.413 16.745.695 100,00 100,00
Liabilitas dan ekuitas
Liabilitas
Pinjaman jangka pendek 3.450.000 2.392.970 18,25 14,29
Utang usaha
Utang usaha pihak ketiga 4.291.308 4.295.353 22,70 25,63
Utang usaha pihak berelasi 235.802 346.557 1,25 1,41

10
Utang lainnya
Utang lainnya pihak ketiga 965.798 1.208.673 5,11 7,22
Utang lainnya pihak berelasi 709.313 131.640 3,75 0,79
Beban akrual jangka pendek 2.288.992 1.659.753 12,11 9,91
Liabilitas imbalan pasca kerja jangka 146.529 144.651
pendek 0,78 0,86
Utang pajak 444.562 698.477 2,35 4,17
Jumlah liabilitas jangka pendek 12.532.304 10.878.074 66,29 64,96
Liabilitas pajak tangguhan 344.965 245.152 1,82 1,46
Kewajiban imbalan pasca kerja jangka 855.756 918.211
panjang 4,53 5,48
Jumlah liabilitas jangka panjang 1.200.721 1.163.363 6,35 6,95
Jumlah liabilitas 13.733.025 12.041.437 72,64 71,91
Ekuitas
Saham biasa 76.300 76.300 0,40 0,46
Tambahan modal disetor 96.000 96.000 0,51 0,46
Saldo laba (akumulasi kerugian)
Saldo laba yang telah ditentukan 15.260 15.260
penggunaannya 0,08 0,09
Saldo laba yang belum ditentukan 4.985.828 4.516.698
penggunaannya 26,37 26,97
Jumlah ekuitas yang diatribusikan 5.173.388 4.704.258
kepada pemilik entitas induk 27,36 28,09
Jumlah ekuitas 5.173.388 4.704.258 27,36 28,09
Jumlah liabilitas dan ekuitas 18.906.413 16.745.695 100,00 100,00

Analisis :

Dari laporan Common size diatas, tampak bahwa terjadi perubahan dari tiap-tiap
pos aktiva, liabilitas dan ekuitas. Terjadi kenaikan perubahan asset lancar (39.34%
menjadi 42% ), hal ini disebabkan dari kenaikan perubahan liabilitas (71,91%
menjadi 72,64%) dimana terjadi kenaikan pinjaman jangka pendek yang cukup
signifikan. PT Unilever Indonesia Tbk.ingin meningkatkan kinerja keuangan
dengan menambah asset lancar dan liabilitas jangka pendek. Diharapkan dapat
meningkatkan jumlah laba bersih yang diperoleh

11
2. Persentase Common Size Neraca
Rumus :
%Common size = (item -item dalam Lap. Rugi laba / Tot. Penjualan) x 100%

PT Unilever Indonesia Tbk.


Laporan Laba Rugi Komparatif dalam Persentase Per-Komponen
Per 31 Desember 2016 dan 2017
(dalam jutaan rupiah)
Laba-Rugi Common-Size (%)
Keterangan
2017 2016 2017 2016
Penjualan dan pendapatan usaha 41.204.510 40.053.732 100 100
Beban pokok penjualan dan pendapatan (19.984.776) (19.594.636) -48,501 -48,921
Jumlah laba bruto 21.219.734 20.459.096 51,499 51,079
Beban penjualan (7.839.387) (7.791.556) -19,026 -19,453
Beban umum dan administrasi (3.875.371) (3.960.830) -9,405 -9,889
Pendapatan keuangan 3.579 7.468 0,009 0,019
Beban keuangan (127.682) (143.244) -0,310 -0,358
Pendapatan lainnya 0 951 0,000 0,002
Beban lainnya (9.212) (0) -0,022 -0,000
Jumlah laba (rugi) sebelum pajak penghasilan 9.371.661 8.571.885
22,744 21,401
Pendapatan (beban) pajak (2.367.099) (2.181.213) -5,745 -5,446
Jumlah laba (rugi) dari operasi yang 7.004.562 6.390.672
dilanjutkan 17,000 15,955
Jumlah laba (rugi) 7.004.562 6.390.672 17,000 15,955
Pendapatan komprehensif lainnya, setelah
pajak
Pendapatan komprehensif lainnya yang
tidak akan direklasifikasi ke laba rugi, setelah
pajak

Pendapatan komprehensif lainnya atas 102.668 (433.165)


pengukuran kembali kewajiban manfaat pasti,
setelah pajak
0,249 -1,081
Jumlah pendapatan komprehensif 102.668 (433.165)
lainnya yang tidak akan direklasifikasi ke laba
rugi, setelah pajak
0,249 -1,081
Jumlah pendapatan komprehensif lainnya, 102.668 (433.165)
setelah pajak
0,249 -1,081
Jumlah laba rugi komprehensif 7.107.230 5.957.507 17,249 14,874
Laba (rugi) yang dapat diatribusikan

12
Laba (rugi) yang dapat diatribusikan ke entitas 7.004.562 6.390.672
induk 17,000 15,955
Laba rugi komprehensif yang dapat 7.107.230 5.957.507
diatribusikan ke entitas induk
17,249 14,874
Laba (rugi) per saham dasar dari operasi yang 918,00 838,00
dilanjutkan 0,002 0,002

Analisis :

Pada laporan common size di atas, tampak bahwa tiap-tiap pos tidak berubah
secara signifikan. Tetapi, terjadi kenaikan pendapatan dari tahun 2016 ke tahun
2017. Selain itu, perubahan beban semakin menurun, sehingga perubahan jumlah
laba bersih pun meningkat yaitu semula 15,9% menjadi 17%. Dapat disimpulkan
bahwa laporan laba rugi tahun 2016 dan 2017 memiliki perubahan yang positif
dimana menunjukan kinerja keuangan PT Unilever Indonesia Tbk. yang semakin
baik.

13
2.2.2. Analisis Ratio PT Unilever Indonesia, Tbk.
PT Unilever Indonesia Tbk.
Laporan Posisi Keuangan
Per 31 Desember 2017
(dalam jutaan rupiah)

14
15
Analisis Rasio :

Ratio Likuiditas :

Current Ratio = Total aktiva lancar / Total hutang lancar

Current Ratio (2016) = Rp6,588,109/ Rp 10,878,074

= Rp 0,605

Current Ratio (2017) = Rp 7,941,635 / Rp 12,532,304

= Rp 0,633

Analisis : Pada tahun 2016, setiap Rp 1. hutang lancar dijamin oleh Rp 0,605
harta lancar sedangkan pada tahun 2017, Rp 1. hutang lancar dijamin oleh Rp
0,633 harta lancar. Peningkatan current ratio pada tahun 2016 dan 2017 terjadi
karena adanya peningkatan hutang lancar yang cukup signifikan.

16
Quick Ratio (2016) = (Total aktiva lancar - persediaan) / total hutang lancar

= (Rp 6,588,109 - Rp 2,318,130) / Rp 10,878,074

= Rp4,269,979/ Rp 10,878,074

= Rp 0,39

Quick Ratio (2017) = (Total aktivalancar - persediaan) / total hutanglancar

= (Rp 7,941,635 - Rp 2,393,540) / Rp 12,532,304

= Rp 5,548,095 / Rp 12,535,304

= Rp 0,44

Analisis : Rata-rata industry tingkat liquidnya / quick ratio adalah 0,5 sedangkan
PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2016 hanya Rp 0,39 dan pada tahun 2017
sebesar Rp 0,44. Hal ini menunjukkan keadaanya buruk/tidak baik karena
perusahaan tidak dapat membayar hutang walaupun sudah dikurangi persediaan.

Ratio Solvabilitas

Total Debt to Equity Ratio (2016) = (Total Hutang / Ekuitas pemegang saham) x
100%

= (Rp 12,733,025 / Rp 4,704,258) x 100%

= Rp 2,55

Total Debt to Equity Ratio (2017) = (Total Hutang / Ekuitas pemegang saham)
x 100%

= (Rp 13,733,025 / Rp 5,173,388) x 100%

= Rp 2,56

Analisis : Pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang untuk tahun 2016


artinya bahwa setiap Rp 100-, pendanaan perusahaan terdapat Rp 2,55-, yang
dibiayai dengan hutang dan Rp 97,45-, disediakan oleh pemegang saham. Pada
tahun 2017, Total Debt to Equity Ratio hanya meningkat sebesar 0,01.

Ratio provitabilitas/Rentabilitas

Gross profit marginal (2016) = (Laba kotor / penjualan bersih) x 100%

= (Rp 20,459,096 / Rp 40,053,732) x 100%

17
= 0,51

Gross profit marginal (2017) = (Laba kotor / penjualan bersih) x 100%

= (Rp 21,219,734 / Rp 41,204,510) x 100%

= 0,51

Analisis:

Kemampuan perusahaan pada tahun 2016 dan 2017 dalam menghasilkan laba
kotor dari penjualan bersih adalah sebesar 51% . tidak terjadi perubahan dalam
Gross profit marginal ini disebabkan oleh peningkatan laba kotor juga diikuti oleh
peningkatan penjualan bersih.

Net proft marginal (2016) = (Laba setelah pajak / Total aktiva) x 100%

= (Rp 6,390,672 / Rp 16,745,695) x 100%

= 0,38

Net proft marginal (2017) = (Laba setelah pajak / Total aktiva) x 100%

= (Rp 7,004,562 / Rp 18,906,413) x 100%

= 0,37

Analisis :

Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan bersih


pada 2016 dan 2017 masing maisng sebesar 38% dan 37%. Penurunan net profit
marginal ini terjadi karena peningkatan laba setelah pajak tidak sebanding dengan
peningkatan total aktiva.

Operating profit margin (2016) = (Laba usaha / penjualan bersih) x 100%

= (Rp8,707,661 / Rp 40,053,732) x 100%

= 0,21

Operating profit margin(2017) = (Laba usaha / penjualan bersih) x 100%

= (Rp 9,495,764 / Rp 41,204,510) x 100%

= 0,23

Analisis : Peningkatan Operating ratio pada 2016 dan 2017 mencerminkan tingkat
efisiensi perusahaan meningkat. Ini meurpakan hal yang baik karena setiap rupiah

18
penjualan yang terserap dengan biaya juga rendah dan tersedia untuk laba yang
besar.

Return of Equity (2016) = (Laba bersih setelah pajak / total modal


pemegangs aham) x 100%

= (Rp6,390,672 / Rp 4,704,258) x 100%

= 1,35%

Return of Equity (2017) = (Laba bersih setelah pajak / total modal


pemegang saham) x 100%

= (Rp 7,004,562 / Rp 5,173,388) x 100%

= 1,35%

Analisis :

Pengembalian atas modal perusahaan pada tahun 2016 dan 2017 tidak mengalami
perubahan, yaitu sebesar 1,35% . Hal ini berarti pada tahun 2017 kemampuan
perusahaan untuk mendapat laba dari besarnya modal tidak ada perubahan.

2.2.3 Analisis Du Pont System

1. Return On Investment (ROI)


ROI = NPM x TATO x 100%

Tahun NPM TATO ROI


(%) (kali) (%)

2016 16,99 2,18 37,04

2017 15,95 2,39 38,12

Berdasarkan hasil perhitungan Return OnInvestment PT. Unilever Indonesia, Tbk


selama periode 2016 sampai dengan 2017 mengalami peningkatan yaitu pada
tahun 2016 sebesar 37,04% menurun menjadi 38,12% pada tahun 2017.

19
Faktor lain yang menyebabkan peningktan ROI pada tahun 2017 adalah
peningkatan perputaran total aktiva (TATO) menjadi 2,18 kali yang semula 2,39
kali dari tahun 2016.

Peningkatan ROI pada tahun 2017, mengindikasikan bahwa kemampuan


manajemen perusahaan meningkat dalam melaksanakan pengelolaan hartanya
untuk menghasilkan laba operasi.

2. Return On Equity (ROE)


ROI

ROE = 1-DR x 100%

Tahun ROI Debt 1 – DR ROE


(%) Ratio (%)
(%)

2016 0,3704 0,7263 0,2737 13,53

2017 0,3812 0,7190 0,281 13,56

Berdasarkan hasil perhitungan Return On Equity PT. Unilever Indonesia, Tbk


selama periode 2016 s 2016 sebesar 13,53% meningkat menjadi 13,56%% pada
tahun 2017. Meningkatnya ROE mengindikasikan bahwa tingkat penghasilan
bersih yang diperoleh oleh pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan di
dalam perusahaan mengalami peningkatan.

20
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari perhitungan dengan menggunakan analisis common size, analisis ratio, dan
analisis du pont, dapat disimpulkan bahwa kinerja PT Unilever Indonesia Tbk.
pada tahun 2017 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal tersebut
terlihat dari peningkatan persentase common size neraca dan laporan laba rugi,
peningkatan rasio likuiditas dan rasio solvabilitas dalam analisis ratio, serta
peningkatan ROI dan ROE dalam analisis du pont.
Dengan adanya analisis-analisis tersebut, dapat terlihat bahwa kinerja PT
Unilever Indonesia Tbk cukup baik. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi
investor untuk menginvestasikan dananya ke Unilever dan menjadi pertimbangan
bagi kreditur untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan karena prestasi
manajemen dalam mengelola perusahaan yang cukup baik.

21
Daftar Pustaka

Bursa Efek Indonesia. 2016 dan 2017. Laporan Tahunan Unilever Indonesia, Tbk.
Jakarta: Bursa Efek Indonesia.

Hanafi, M. Mamduhdan Abdul Halim. AnalisaLaporan Keuangan. Yogyakarta:


UPP AMP YKPN

Tantri, NusarifaSakina. 2015. AnalisisLaporanKeuangan. Yogyakarta:


SekolahVokasi UGM

https://www.unilever.co.id/

http://enemy12.blogspot.com/2015/03/makalah-analisis-laporan-keuangan.html

22

Você também pode gostar