Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Hal. 1-1
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
BAB I PENDAHULUAN
Hal. 1-1
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Berbagai kasus pencemaran lingkungan dan memburuknya kesehatan
masyarakat yang banyak terjadi dewasa ini diakibatkan oleh limbah cair dari
berbagai kegiatan industri, rumah sakit, pasar, restoran hingga rumah tangga.
1.2.1 Maksud
Maksud dilaksanakannya Penyusunan Kajian Perencanaan Penanganan
Limbah Perumahan dan Industri di kota Tangerang adalah :
1. Mengidentifikasi, dan menginventarisir jenis-jenis limbah dan potensi
limbah diperumahan dan industri, baik industri skala kecil, sedang, dan
besar serta termasuk perdagangan dan jasa.
2. Mengidentifikasi, dan menginventarisir kapasitas masyarakat untuk
penanganan limbah rumah tangga dan industri.
3. Menganalisa hasil dari poin 1 dan 2 tersebut di atas untuk kemudian di
analisis dalam rangka menyusun Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan Dan Industri di kota Tangerang
1.2.2 Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah ;
1. Mengevaluasi penanganan jenis- jenis limbah Perumahan dan industri di
Kota Tangerang
2. Menyusun strategi penanganan limbah Perumahan dan industri di Kota
Tangerang
3. Menyusun perencanaan sistem pengelolaan air limbah penanganan limbah
Perumahan dan industri di Kota Tangerang, seperti :
Instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT)
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
Clean construction, dan lain-lain.
4. Kebijakan dan strategi penanganan limbah Perumahan dan industri di Kota
Tangerang
1.2.3 Output
Keluaran (output) yang dihasilkan dari Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang ini antara lain adalah :
- Laporan Pendahuluan 10 Buku
Hal. 1-2
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
- Laporan Antara 10 Buku
- Laporan Akhir 10 Buku
- CD Master 5 buah
1.5 Anggaran
Laporan Pendahuluan ini dibagi menjadi 6 bab, dengan garis besar isi
setiap bab sebagai berikut :
Bab 1 Pendahuluan
Berisikan latar belakang penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang, tujuan dan sasaran, ruang
lingkup pekerjaan, waktu pelaksanaan pekerjaan, anggaran, dan
sistematika penyajian.
Bagian ini berisi gambaran umum Kota Tangerang serta potensi dan
permasalahan yang dimilikinya.
Hal. 1-3
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Menyajikan uraian tahap perencanaan, teknik pengumpulan data, dan
teknik analisis data
Hal. 1-4
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
b. Kota Tangerang sebagai pintu gerbang provinsi dari segi transportasi udara;
c. Kota Tangerang sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang
menuju kawasan internasional karena adanya Bandar Udara Internasional
Soekarno-Hatta; dan
Hal. 2-1
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
b. Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK), memiliki fungsi sebagai perdagangan dan
jasa, perumahan kepadatan menegah, perumahan kepadatan tinggi, industri di
Kota Tangerang meliputi Kecamatan Ciledug, Periuk, dan Benda.
Lebih jelas mengenai sistem perkotaan di Kota Tangerang berdasarkan Sistem Pusat
Pelayanan Kota Tangerang dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Gambar 2.1 berikut.
Pusat Pelayanan /
No. Sub Pusat Pelayanan / Fungsi Skala Pelayanan
Unit Lingkungan
A. Pusat Kota
1. Pusat Kota Baru Pusat pemerintahan Kota Regional & Kota
Tangerang
Pusat Perdagangan dan
Jasa
Perkantoran
Permukiman
2. Pusat Kota Lippo Perkantoran Regional & Kota
Karawaci Utara Pusat perdagangan dan
jasa
Permukiman
3. Pusat Kota Alam Sutra Perkantoran Regional & Kota
Pusat perdagangan dan
jasa
Permukiman
4. Pusat Kota Cipondoh Perkantoran Regional & Kota
Pusat perdagangan dan
Hal. 2-2
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Pusat Pelayanan /
No. Sub Pusat Pelayanan / Fungsi Skala Pelayanan
Unit Lingkungan
jasa
Permukiman
B. Sub Pusat Kota
1. Ciledug Perdagangan dan Jasa Kota dan Lokal
Permukiman
2. Periuk Perdagangan dan jasa Kota dan Lokal
Permukiman
Industri Non Polutan
3. Benda Perdagangan dan Jasa Regional & Kota
Permukiman
Pergudangan dan Industri
ringan non polutan
C. Pusat Lingkungan
1. Karawaci Permukiman Kota dan Lokal
Perdagangan dan Jasa
Industri eksisting Regional
2. Batuceper Permukiman Kota dan Lokal
Perdagangan dan jasa
Industri non polutan Regional
3. Neglasari Perdagangan dan jasa Kota dan lokal
Permukiman
Industri ringan non
polutan dan pergudangan
4. Larangan Permukiman Kota dan lokal
Perdagangan dan jasa
Wisata Belanja Cipadu Regional
5 Karang Tengah Permukiman Kota dan Lokal
Perdagangan dan jasa
Pusat Tanaman Hias Regional
6 Jatiuwung Industri Non Polutan Regional
Perdagangan dan jasa Kota dan lokal
Permukiman
Sumber : RTRW Kota Tangerang 2011-2030
Hal. 2-3
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Hal. 2-4
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Hal. 2-5
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Hal. 2-6
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
(Kabupaten Tangerang).
(Kabupaten Tangerang).
Hal. 2-7
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Hal. 2-8
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Hal. 2-9
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
2.2.1.3 Topografi
Dengan sebagian besar wilayah memiliki kemiringan lereng yang cukup datar,
kendala pembagunan fisik di Kota Tangerang dapat dikurangi sehingga akan
berdampak pada biaya pembangunan yang relatif lebih murah dibandingkan dengan
kemiringan lereng di atas 8%. Ada beberapa cekungan-cekungan kecil yang
berpotensi menimbulkan masalah banjir di beberapa tempat.
Hal. 2-10
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
2.2.1.4 Geologi
Kota Tangerang berada pada suatu tinggian struktur yang dikenal dengan
sebutan Tangerang High (Suyitno dan Yahya, 1974). Tinggian ini terbentuk oleh
batuan Tersier yang memisahkan cekungan Jawa Barat Utara di bagian barat dengan
cekungan Sunda di bagian timur. Tinggian ini dicirikan oleh kelurusan bawah
permukaan berupa lipatan dan patahan normal yang berarah utara-selatan. Di bagian
timur patahan normal tersebut terbentuk cekungan pengendapan yang disebut
dengan Jakarta Sub Basin. Cekungan Jakarta tersebut mempunyai ciri adanya
endapan alluvial yang tebal, sedangkan cekungan di barat Tangerang High memiliki
ciri endapan pantai dan delta. Struktur-struktur tersebut pada saat ini sulit dijumpai
di permukaan karena pada saat ini endapan kuarter yang berumur lebih muda telah
menutupi lapisan batuan tersebut. Endapan kuarter yang menutupi batuan tersebut
berupa batuan vulkanik yang berasal dari Gunung Gede-Pangrango dan Gunung
Salak.
Hampir seluruh wilayah Kota Tangerang ditutupi oleh batuan vulkanik yang
berasal dari Gunung Gede-Pangrango dan Gunung Salak, dan sebagian kecil ditutupi
oleh endapan alluvial.
1. Endapan Alluvium
Endapan ini terdiri dari lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal, dan bongkah.
Endapan ini berumur kuarter dan tersebar pada daerah pedataran serta sekitar
aliran sungai.
2. Endapan Kipas Alluvium Vulkanik Muda
Endapan ini terdiri dari material batupasir dan batu lempung tufan, endapan
lahar, dan konglomerat. Ukuran butiran pada endapan kipas aluvial ini akan
berubah menjadi semakin halus ke arah utara. Satuan ini terbentuk oleh
material endapan volkanik yang berasal dari gunung api di sebelah selatan
Kabupaten Tangerang, seperti Gunung Salak dan Gunung Gede-Pangrango.
Batuan ini diendapkan pada umur Plistosen (20.000 – dua juta tahun). Kipas
aluvial vulkanik tersebut terbentuk pada saat gunung api menghasilkan material
vulkanik dengan jumlah besar. Kemudian ketika menjadi jenuh air, tumpukan
material tersebut bergerak ke bawah dan membentuk aliran sungai. Ketika
mencapai tempat yang datar, material tersebut akan menyebar dan membentuk
endapan seperti kipas yang disebut kipas aluvial.
3. Satuan Batuan Tuf Banten Atas/Tuf Banten
Hal. 2-11
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Satuan ini terdiri atas lapisan tuf, tuf batu apung, dan batu pasir tufan yang
berasal dari letusan Gunung Rawa Danau. Tuf tersebut menunjukkan sifat yang lebih
asam (pumice) dibandingkan dengan batuan vulkanik yang diendapkan sesudahnya.
Bagian atas satuan tersebut menunjukkan adanya perubahan kondisi lingkungan
pengendapan dari lingkungan pengendapan di atas permukaan air menjadi di bawah
permukaan air. Satuan ini berumur Plio–Plistosen atau sekitar dua juta tahun yang
lalu.
Jenis tanah yang terdapat di Kota Tangerang terdiri dari jenis aluvial, latosol
dan padeolik yang tersebar di beberapa bagian wilayah.
Tabel 2.6 Keadaan Suhu Udara per Bulan di Kota Tangerang, 2015
Suhu (C) Kecepatan
Bulan
Minimum Maksimum Rata-rata Angin
Januari 23,8 30,4 26,6 4,6
Februari 23,6 30,1 26,5 3,4
Maret 24,1 31,9 27,3 3,3
April 23,7 32,3 27,7 4
Mei 24,7 31,2 28,3 4
Juni 24,2 32,9 27,9 3,5
Hal. 2-12
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Rata-rata curah hujan di Kota Tangerang dalam kurun waktu tahun 2009-
2013 mengalami penurunan pada periode tahun 2009-2012, yaitu dari 166,7 mm
pada tahun 2009 menjadi 99,0 mm pada tahun 2012, tetapi mengalami peningkatan
pada tahun 2013 menjadi 201,8 mm. Curah hujan tertinggi dalam kurun waktu
tersebut terjadi pada bulan Januari 2013 yaitu 637,4 mm.
3.2.1.7 Hidrologi
Hal. 2-13
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
untuk minum, mandi maupun mencuci. Selain itu juga digunakan untuk kebutuhan
air bagi industri. Oleh karena itu, untuk beberapa aliran sungai yang mempunyai
cakupan daerah aliran sungai yang cukup luas perlu mendapat perhatian untuk
dilakukan perlindungan, untuk mencegah terjadinya pencemaran air.
Hal. 2-14
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
yaitu: Situ Cipondoh, dengan luas kurang lebih 126,17 ha; Situ Bulakan dengan luas
kurang lebih 22 ha; Situ Gede dengan luas kurang lebih 5,07 ha; Situ Cangkring
dengan luas kurang lebih 5,17 ha; Situ Bojong dengan luas kurang lebih 0,6 ha; dan
Situ Kunciran dengan luas kurang lebih 0,3 ha.
2.3 Kependudukan
2.3.1.1. Kependudukan
Laju pertumbuhan penduduk Kota Tangerang masih sebesar 1,96. Hal ini
disebabkan bukan hanya oleh pertumbuhan alami, tetapi juga karena daya tarik Kota
Hal. 2-15
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Tangerang yang merupakan wilayah hunian yang menarik bagi wilayah - wilayah
yang ada di sekitar Tangerang terutama DKI Jakarta. Selain itu Kota Tangerang juga
memiliki potensi ekonomi dalam sektor indutri perdagangan dan jasa.
Hal. 2-16
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Tengah
4 Cipondoh 17,91 162.419 9.074 197.906 11.056 216.346 12.086
5 Pinang 21,59 133.743 6.195 148.222 6.865 160.206 7.420
6 Tangerang 15,79 129.489 8.201 137.524 8.710 152.145 9.636
7 Karawaci 13,48 163.195 12.106 156.465 11.607 171.317 12.709
8 Cibodas 9,61 131.373 13.670 111.249 11.576 142.479 14.826
9 Jatiuwung 14,41 117.688 8.167 127.824 8.871 120.216 8.343
10 Periuk 9,54 108.482 11.371 119.249 12.500 129.384 13.562
11 Neglasari 16,08 91.346 5.681 82.607 5.137 103.504 6.437
12 Batuceper 11,58 79.535 6.868 95.538 8.250 90.590 7.823
13 Benda 5,92 66.507 11.234 77.541 13.098 83.017 14.023
Kota 164,55 1.531.666 9.309 1.652.590 10.043 1.798.601 10.930
Tangerang
Sumber : Kota Tangerang Dalam Angka 2008-2010, BPS
Hal. 2-17
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
2.5 Perekonomian
Hal. 2-18
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Hal. 2-19
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Tabel 2.13 Jumlah Sekolah Menurut Kecamatan dan Tingkatan di Kota Tangerang, 2015
SD MI SMP MTS SMA MA SMK
No Kecamatan
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
1 Ciledug 29 5 - 6 1 16 - 3 1 7 - 1 - 10
2 Larangan 25 6 - 6 1 4 - 3 1 - 2 - 4
Karang
3
Tengah 20 9 - 5 1 11 - 2 1 6 - 1 - 3
4 Cipondoh 31 14 - 22 1 21 - 13 1 11 1 4 - 18
5 Pinang 35 11 - 8 1 13 1 5 1 10 - - 1 12
6 Tangerang 30 20 1 7 8 23 1 3 3 13 - - 4 18
7 Karawaci 45 11 - 8 2 13 - 6 2 10 1 3 - 13
8 Jatiuwung 19 5 - 3 1 4 - 6 1 - 2 - 2
9 Cibodas 26 17 - 7 3 15 - 1 2 - - 1 4
10 Periuk 24 16 - 6 1 11 - 4 1 1 - 2 1 6
11 Batuceper 17 7 - 8 1 10 - 3 1 2 - 1 - 8
12 Neglasari 14 7 - 11 1 8 - 4 1 2 - 1 1 7
13 Benda 26 5 - 10 1 5 1 2 0 2 - 2 - 4
Kota Tangerang 341 133 1- 107 23 154 3 54 15 66 2 19 8 109
2014/2015 341 128 1 107 24 154 3 57 15 63 2 19 9 100
Sumber : Kota Tangerang dalam angka, 2015
Hal. 2-21
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Tabel 2.14 Jumlah dan Nama Perguruan Tinggi di Kota Tangerang 2015
No Nama Perguruan Tinggi Alamat
5 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bisma Lepisi Jl. Ks Tubun No. 11 A Pasar Baru
6 Akademi Sekretari dan Manajemen Lepisi Jl. Ks Tubun No. 11 A Pasar Baru
7 Sekolah Tinggi Bahasa Asing Lepisi Jl. Ks Tubun No. 11 A Pasar Baru
9 Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Lepisi Jl. Ks Tubun No. 11 A Pasar Baru
24 Akademi Kebidanan Yayasan Husada Madani Jl. Cempaka Raya No. 1 Perumnas
Hal. 2-22
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Hal. 2-23
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Hal. 2-24
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Hal. 2-25
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Sebagai rencana jangka pendek, yang dapat dilakukan dalam jangka 2 tahun (2018-
2020), antara lain adalah sebagai berikut:
Hal. 3-1
Laporan
Pendahuluan
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Rencana jangka menengah adalah rencana yang dapat dilakukan dalam jangka
waktu 5 tahun (2018-2023). Usulannya adalah sebagai berikut:
Rencana jangka panjang adalah rencana yang dapat dilakukan dalam jangka waktu
20 tahun (2018-2038), adalah sebagai berikut:
Perlu dibangun sistem pengelolaan limbah cair dan lumpur sisa olahan yang sesuai
dengan kondisi Kota Tangerang. Sistem sentralisasi atau terpusat kurang sesuai
diterapkan di kota atau kawasan kota yang sudah terbangun. Sebagai alternatifnya,
sistem desentralisasi atau komunal dapat dijadikan pertimbangan. Instalasi
pengolahan lumpur tinja sebaiknya dibangun di beberapa kawasan. Instalasi dapat
juga dibangun dan dioperasikan oleh pihak ketiga. Aturan main untuk pihak ketiga
perlu disiapkan oleh Pemda dan dikomunikasikan pada masyarakat luas.
Menegakkan hukum dan sanksi bagi pencemar lingkungan sesuai peraturan yang
ada.
Perlu adanya mekanisme pemantauan pencemaran yang dikoordinasikan dengan
instansi atau organisasi publik lain yang terkait, antara lain dengan Badan
Lingkungan Hidup atau Bapeda Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Rencana induk sistem pengelolaan air limbah dievaluasi setiap 5 (lima) tahun untuk
disesuaikan dengan perubahan yang terjadi dan disesuaikan dengan perubahan rencana
induk bidang sanitasi lainnya, tata ruang dan rencana induk SPAM serta perubahan strategi
Hal. 3-2
Laporan
Pendahuluan
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
dalam bidang lingkungan (local environment strategy), ataupun hasil rekomendasi audit
lingkungan kota yang terkait dengan air limbah pemukiman.
Sistem pengolahan air limbah domestik secara garis besar dikelompokkan menjadi
dua jenis, yaitu Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (Off Site System) dan Sistem
Pengolahan Air Limbah Setempat (On Site System) diilustrasikan pada Gambar 3.1.
Sistem pengolahan air limbah terpusat adalah suatu sistem pengolahan air limbah
dengan menggunakan suatu jaringan perpipaan untuk menampung dan mengalirkan air
limbah ke suatu tempat untuk selanjutnya diolah. Sistem pengolahan air limbah setempat
(On Site System) merupakan sistem pengolahan dimana fasilitas instalasi pengolahan
berada di dalam persil atau batas tanah yang dimiliki. Dalam sistem setempat,
kabupaten/kota dengan jumlah masyarakat minimal 50.000 jiwa yang telah memiliki tangki
septik diharapkan memiliki sebuah IPLT dengan kualitas effluent tidak melampaui baku
mutu.
Untuk menentukan opsi teknologi yang digunakan dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti pada Gambar 3.1, yaitu kepadatan penduduk, kawasan sentral bisnis (KBS),
sumber air bersih yang ada, sumber air permukaan, kedalaman air tanah, permeabilitas
tanah, kemiringan tanah, kemiringan lahan, dan kemampuan membiayai/kecocokan tarif
retribusi.
1. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk menjadi hal yang menentukan dalam penyediaan lahan untuk
pembangunan fasilitas pengolahan air limbah baik dengan sistem terpusat maupun
Hal. 3-3
Laporan
Pendahuluan
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
setempat. Tingkat kepadatan ini berkaitan erat dengan tingkat pencemaran yang
ditimbulkan pada air permukaan:
3. Permeabilitas Tanah
5. Kemiringan Tanah
6. Kemampuan Membiayai
a. Aspek Kelembagaan
Strategi pada aspek kelembagaan dalam peningkatan sanitasi sebagai berikut:
Hal. 3-4
Laporan
Pendahuluan
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
b. Aspek Keuangan/Pembiayaan
Strategi pada aspek keuangan/pembiayaan dalam upaya peningkatan sanitasi
systemsetempat bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
Hal. 3-5
Laporan
Pendahuluan
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
a. Sistem on – site
Sistem setempat atau individual umumnya digunakan untuk menangani air limbah
kakus (black water). Sistem ini menggunakan tnagki air limbah yang terletak di lahan
yang sama dengan unit bangunan dimana limbah dihasilkan. Suatu sistem setempat
yang memenuhi syarat harus:
Hal. 3-6
Laporan
Pendahuluan
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
- Wilayah dengan kepadatan sangat rendah lebih kecil, atau sama dengan 25
jiwa/ha
- Wilayah selain offsite (secara teknis sistem offsite sulit dikembangkan)
- Kedalaman air tanah rendah ≤ 2 m
- Permeabilitas tanah tinggi
- Merupakan wilayah permukiman pedesaan (berdasarkan peruntukkannya/
RTRW)
- Belum terdapat sarana prasarana sanitasi
- Sumber air sumur, sungai, mata air yang belum terlindungi
- Belum dilayani pelayanan persampahan
- Jarak antara sumber air dan unit pengolahan limbah minimal 10 meter
- Beban pencemaran rendah
- Pemeriksaan awal guna memastikan agar tangki air limbah memilii volume yang
memadai dan tidak mengalami kebocoran
- Penyedotan endapan lumpur dari dasar tangki air limbah secara berkala
- Pembersihan berkala terhadap bidang resapan
Dalam hal sudah terdapat jaringan IPL Terpusat skala perkotaan, setiap IPL
Terpusat skala permukiman dan kawasan tertentu yang berada dalam cakupan
pelayanan IPL Terpusat skala perkotaan, harus disambungkan pada IPL Terpusat
skala perkotaan.
Dalam hal permukiman baru dengan jumlah lebih dari 100 (seratus) unit rumah
tinggal, belum termasuk dalam cakupan pelayanan IPL Terpusat skala perkotaan,
permukiman baru tersebut harus membuat IPL Terpusat skala permukiman
sesuai persyaratan teknis yang berlaku.
Berikut perbedaan cakupan pelayanan sistem wilayah dan kawasan pada suatu kota.
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Cakupan Pelayanan
No Aspek
Sistem Wilayah Sistem Kawasan
Banyak diterapkan untuk
Kelayakan Banyak diterapkan untuk
1 wilayah yang lebih kecil, seperti
penggunaan wilayah yang lebih luas.
kawasan permukiman.
Lebih tinggi mengingat Lebih rendah karena skala
2 Investasi pengembangan awal yang pengembangan awal dapat
berskala lebih besar. dilakukan lebih kecil.
Lebih fleksibel karena
Kurang fleksibel mengingat
Pentahapan pengembangannya dapat
3 pengembangannya dilakukan
pengembangan dilakukan untuk wilayah-wilayah
untuk wilayah yang lebih besar.
lebih kecil.
Lebih sederhana karena hanya Lebih rumit karena jumlah
Pengelolaan
4 ada satu sistem dalam satu sistem di satu wilayah yang lebih
manajerial
wilayah. banyak.
Stuktur Lebih sederhana, walau
Lebih kompleks, mengingat
5 organisasi mungkin saja memiliki jumlah
banyaknya sistem .
pengelola personil lebih banyak.
Membutuhkan sistem
Penyaluran air Tidak selalu membutuhkan
6 pemompaan mengingat
limbah sistem pemompaan.
wilayah layanan yang luas.
Satu instalasi. Lebih dari satu instalasi.
Membutuhkan lahan yang lebih
Membutuhkan lahan yang lebih
kecil, walau jumlahnya lebih
luas di suatu tempat.
banyak.
Kapasitas lebih kecil, walau
Kapasitas yang lebih besar. dengan jumlah yang lebih
Instalasi
7 banyak.
pengolahan
Perlu teknologi lebih modern Masih dapat menerapkan
yang membutuhkan banyak teknologi sederhana yang rendah
energi. enegi.
Tidak selalu membutuhkan
Membutuhkan operator dengan
operator dengan kompetensi
kompetensi tinggi.
tinggi.
Tinggi karena menggunakan
Rendah jika dapat menggunakan
teknologi yang membutuhkan
pilihan teknologi sederhana.
banyak energi.
8 Biaya operasi Lebih mahal jika menggunakan
Lebih murah jika dioperasikan pilihan teknologi dan kapasitas
sesuai kapasitas rencana. yang sama dengan Skala
Kawasan.
Sumber : Juknis Rencana Induk IPLT
Hal. 3-8
Laporan
Pendahuluan
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Hal. 3-9
Laporan
Pendahuluan
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Pengelolaan air domestik yang berasal dari kakus (black water) penduduk Kota
Tangerang sebagian besar adalah dengan menggunakan pengolahan setempat (on site),
yaitu berupa tangki septik dan sistem peresapan di halaman rumahnya. Sedangkan
untuk air limbah yang berasal dari mandi, cuci dan dapur (grey water), umumnya
dibuang langsung ke saluran drainase yang ada di depan rumah. Namun sebagian
masyarakat juga masih melakukan pembuangan air limbah langsung ke badan air
seperti sungai dan situ, terutama bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan
tersebut.
Sistem pengelolaan air limbah domestik yang akan dikembangkan di wilayah Kota
Tangerang meliputi:
Hal. 3-10
Laporan
Pendahuluan
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
e. penurunan beban pencemaran limbah cair domestik pada anak sungai maupun
saluran pembuang sebelum masuk ke badan air penerima dengan membuat
instalasi pengolahan limbah domestik dengan menggunakan tanaman hias
(ecotech garden).
Sistem pengelolaan air limbah industri yang akan dikembangkan di wilayah Kota
Tangerang meliputi:
a. pemenuhan standar buangan yang sesuai dengan baku mutu air limbah industri;
Hal. 3-11
Laporan
Pendahuluan
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
2. Jaringan Drainase
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
konsep tanpa peningkatan run-off (zero delta Q) melalui upaya menahan air hujan
sebanyak-banyaknya sebelum akhirnya masuk ke badan air penerima seperti
rawa/situ, tandon air, dan sumur resapan.
a. penataan kembali sempadan sungai dan situ sejalan dengan penataan sungai
dan situ menurut fungsinya yaitu sebagai pengendali banjir, drainase, dan
penggelontor;
a. sistem jaringan drainase kota terdiri atas jaringan drainase makro dan mikro;
3. Jaringan Persampahan
Sampah adalah pencerminan wajah kota. Kota yang bersih tanpa terlihat sampah, akan
meningkatkan citra sebuah kota. Untuk memperoleh citra tersebut, perlu disusun
rencana sebagai berikut:
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Hal. 3-14
Laporan
Pendahuluan
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
IPLT terpusat direncanakan terdiri dari unit pengolahan terpusat yaitu prasarana
dan sarana untuk mengolah air limbah domestik yang dialirkan dari sumbernya melalui
unit pelayanan dan unit pengumpulan. Rencana IPLT terpusat harus terdiri dari unit
pelayanan, unit pengumpulan, unit pengolahan dan teknologi pengolahan lumpur.
1. Unit Pelayanan
Unit pelayanan berfungsi untuk mengumpulkan air limbah (black water dan grey
water) dari setiap rumah dan menyalurkannya ke dalam unit pengumpulan yang
berupa sistem jaringan perpipaan kota. Unit pelayanan terdiri dari sambungan rumah
dan lubang inspeksi. Sambungan rumah terdiri dari:
c. Perangkap pasir/lemak
e. Pipa persil
2. Unit Pengumpulan
Unit Pengumpulan adalah prasarana dan sarana untuk mengumpulkan air limbah
domestik dari unit pelayanan, melalui sistem perpipaan ke unit pengolahan terpusat.
Melihat akan fungsinya, perpipaan penyalur air buangan dibedakan atas pipa retikulasi,
pipa induk, bangunan pelengkap.
a. Pipa retikulasi terdiri dari pipa lateral dan pipa servis. Pipa lateral berfungsi sebagai
saluran pengumpul air limbahdari sambungan rumah ke pipa induk, sedangkan pipa
servis berfungsi sebagai saluran pengumpul air limbahdari pipa lateral ke pipa
induk.
b. Pipa induk berfungsi untuk mengumpulkan air limbahdari pipa servis dan/atau pipa
lateral dan menyalurkan ke unit pengolahan.
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
3. Unit Pengolahan
Unit pengolahan adalah unit yang mengolah air limbah menjadi air yang memenuhi
persyaratan baku mutu yang telah ditetapkan untuk dibuang ke badan air
penerima.Unit Pengolahan berupa prasarana dan sarana Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL), yang terdiri dari fasilitas utama, fasilitas pendukung, dan zona
penyangga.
a. Fasilitas utama terdiri dari bangunan dan lumpur, dan peralatan mekanikal dan
elektrikal. Proses pengolahan air limbah berupa pengolahan fisik (pengapungan,
penyaringan, dan pengendapan), biologis (secara aerobik dan anerobik)dan/atau
kimiawi (pemberian zat kimia tertentu ke dalam air limbah). IPAL dapat berupa IPAL
komunal yang mempunyai cakupan pelayanan skala permukiman atau skala
kawasan tertentu; dan/atau IPAL kota yang mempunyai cakupan pelayanan skala
perkotaan. Dalam hal fasilitas utama unit pengolahan tidak dilengkapi dengan
bangunan pengolahan lumpur, lumpur yang dihasilkan harus diangkut dan diolah di
IPAL yang mempunyai bangunan pengolahan lumpur atau diolah di IPLT.
c. Zona penyangga berupa tanaman pelindung yang ditanam di sekeliling lokasi IPAL
dan berfungsi sebagai zona hijau.
Teknologi pengolahan lumpur adalah cara mengolah lumpur yang dihasilkan dari unit
pengolahan, agar lumpur tersebut dapat dibuang atau dimanfaatkan lebih lanjut
dengan aman. Pengolahan dapat dilakukan dengan pengolahan fisik, pengolahan
biologis dan/atau pengolahan kimiawi.
c. Pengolahan kimiawi dilakukan dengan cara pemberian zat kimia tertentu ke dalam
lumpur.
Alternatif cara pengelolaan lumpur dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Hal. 3-16
Laporan
Pendahuluan
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Perencanaan setiap unit tersebut memerlukan perhitungan debit air limbah yang akan
diolah. Perhitungan debit air limbah untuk perhitungan dimensi jaringan perpipaan
dan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) adalah sebagai berikut:
Debit spesifik air limbah (Q) dihitung berdasarkan 80% konsumsi air bersih
perkapita atau sebesar (100-200) liter/orang/hari
Debit rata-rata air limbah tanpa infiltrasi (Qr) dihitung berdasarkan debit spesifik
air limbah dikali penduduk yang dilayani pada tahun proyeksi atu Qr = Q x jumlah
penduduk dilayani (m3/hari)
Debit harian maksimum air limbah tanpa infiltrasi (Qmd) dihitung berdasarkan
debit rata-rata harian dikali faktor maksimum harian atau Qmd = fmd x Qr (m 3/hari)
4. Debit jam puncak
Debit jam puncak tanpa infiltrasi (Qp) dihitung berdasarkan debit rata-rata harian
dikali faktor jam puncak atau Qp = fp x Qr (m3/hari)
5. Debit jam minimum
Debit jam minimum tanpa infiltrasi (Qmin) dihitung berdasarkan debit rata-rata
harian dikali faktor jam minimum atau Qmin = fmin x Qr (m3/hari)
6. Faktor-faktor debit
Faktor-faktor debit air limbah seperti faktor harian maksimum, faktor jam puncak
dan faktor minimum harus sesuai dengan standar dan kriteria teknis yang berlaku
disesuaikan dengan kondisi daerah perencanaan.
1. Lokasi IPAL harus sesuai dengan ketentuan tata ruang. Lahan yang dipilih
merupakan lahan yang tidak bermasalah dan didukung masyarakat
2. Pemilihan lokasi IPAL di ujung muara pipa induk harus mempertimbangkan aspek
Hal. 3-17
Laporan
Pendahuluan
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
terbaik untuk jenis tanah lokasi IPAL adalah tanah dengan jenis yang kedap air
seperti lempung
5. Lokasi IPAL harus dipilih tidak jauh dari jalan kota yang ada, dekat dengan
prasarana listrik dan badan air penerima
6. Lokasi IPAL harus merupakan daerah yang mempunyai sarana jalan penghubung
minimum 8 kali kapasitas air limbah yang akan dibuang, atau konsentrasi BOD
efluen maksimal 50 mg/L.
Kebutuhanlahan untuk IPAL terdiri dari (1) lahan untuk instalasi dan bangunan
penunjang dan (2) lahan untuk buffer zone. Kebutuhan lahan untuk instalasi dihitung
berdasarkan debit harian maksimum yang diproyeksikan 20 tahun untuk penerapan
IPAL berbasis teknologi proses alamiah atau proses biologis yang efisien dalam
kebutuhan konsumsi listrik. Kebutuhan lahan penyangga (buffer zone) minimum harus
dipersiapkan seluas 50 % dari kebutuhan luas lahan untuk instalasi.
Melihat dari adanya sistem pengolahan air limbah terpusat maka terdapat aspek
teknis pengelolaan limbah terpusat antara lain:
1. Aspek Kelembagaan
2. Aspek Keuangan/Pembiayaan
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Strategi pada aspek peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan sanitasi
sebagai berikut:
SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga negara secara minimal. Pemerintah daerah kabupaten/ kota
menyelenggarakan pelayanan dasar bidang ekerjaan umum dan penataan ruang harus
mengacu pada ketentuan SPM tersebut.
Indikator SPM adalah tolak ukur prestasi kualitatif dan kuantitatif yang digunakan
untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian SPM
berupa masukan, proses keluaran, hasil dan manfaat pelayanan dasar. Batas waktu
pencapaian adalah batas waktu untuk mencapai target jenis pelayanan dasar tersebut
secara bertahap sesuai dengan indikator dan nilai yang ditetapkan. Indikator kualitas
layanan sistem air limbah permukiman antara lain:
1. Persentase penduduk yang terlayani sistem air limbah setempat yang memadai
Hal. 3-19
Laporan
Pendahuluan
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Definisi operasional:
1. Kriteri tingkat pelayanan adalah bahwa sebuah kabupaten/ kota dengan jumlah
masyarakat minimal 50.000 jiwa yang telah memiliki tangki septik (sesuai dengan
standar teknis yang berlaku) diharapkan memiliki sebuah IPLT (Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja) yang memiliki kualitas effluent air limbah domestik tidak melampaui
baku mutu air limbah domestik yang ditetapkan.
2. Nilai SPM tingkat pelayanan adalah jumlah masyarakat yang dilayani dinyatakan dalam
persentase jumlah masyarakat yang memiliki tangki septik yang dilayani pada tahun
terakhir SPM terhadap jumlah total masyarakat yang memiliki tangki septik di seluruh
kabupaten/ kota.
3. Kriteria ketersediaan sistem jaringan dan pengolahan air limbah adalah pada
kepadatan penduduk >300 jiwa/ha diharapkan memiliki sebuah sistem jaringan dan
pengolahan air limbah terpusat dengan kualitas efluen instalasi pengolahan air limbah
tidak melampaui baku mutu air limbah domestik yang telah ditetapkan.
4. Nilai SPM ketersediaan sistem jaringan dan pengolahan air limbah dalah nilai tingkat
pelayanan sistem jaringan dan pengolahan air limbah dinyatakan dalam persentase
jumlah masyarakat yang terlayani sistem jaringan dan pengolahan air limbah terpusat
pada tahun akhir SPM terhadap jumlah total penduduk di seluruh kabupaten/ kota
tersebut.
1. Sistem setempat
SPM tingkat pelayanan adalah presentase jumlah masyarakat yang memiliki tangki
septik yang dilayani pada akhir pencapaian SPM terhadap jumlah total masyarakat
yang memiliki tangki septik di seluruh kabupaten/kota, atau dirumuskan sebagai
berikut:
Hal. 3-20
Laporan
Pendahuluan
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Keterangan:
A = tangki septik yang dilayani yaitu jumlah kumulatif tangki
septik yang dilayani oleh IPLT di dalam kabupaten/kota pada akhir tahun
pencapaian SPM
B = total tangki septik yaitu jumlah kumulatif tangki septik yang
dimiliki oleh masyarakat di seluruh kabupaten/kota
2. Sistem terpusat
SPM ketersediaan sistem jaringan dan pengolahan air limbah adalah persentase
jumlah masyarakat yang terlayani sistem jaringan dan pengolahan air limbah skala
komunitas/kawasan/kota pada akhir tahun akhir SPM terhadap jumlah total
penduduk di seluruh kabupaten/kota tersebut, atau dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
A = penduduk yang terlayani adalah jumlah kumulatif masyarakat yang
memiliki akses/terlayani sistem jaringan dan pengolahan air limbah skala
komunitas/kawasan/kota di dalam kabupaten/kota pada akhir tahun
pencapaian SPM
B = penduduk adalah jumlah kumulatif masyarakat di seluruh
kabupaten/kota
Adapun visi Kota Tangerang dalam sektor sanitasi adalah Terwujudnya Kota
Tangerang dengan Sanitasi yang Memadai dan Berkualitas. Hal tersebut dijabarkan dalam
misinya, yakni:
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana dan pengelolaan air limbah
domestik
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Survei ini dilakukan untuk mengetahui kualitas badan air penerima sesuai baku mutu
dan sesuai golongannya.
Hal. 3-22
Laporan
Pendahuluan
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
a. Untuk daerah dengan kualitas air tanah dangkal yang baik serta tidak terdapat
pelayanan SPAM dengan jaringan perpipaan, maka pengelolaan sanitasi dilakukan
dengan sistem sanitasi terpusat
b. Untuk permukiman dengan kepadatan 300 orang/Ha atau lebih, di daerah dengan daya
dukung lingkungan yang rendah meskipun penyediaan air minum dilayani dengan
sistem perpipaan, pengelolaan sanitasi menggunakan sistem sanitasi tepusat
c. Untuk permukiman yang menjadi prioritas maka pembuangan limbah rumah tangga
atau grey water harus melalui pengolahan atau IPAL terlebih dahuu sebelum dibuang
ke badan air atau sauran drainase
d. Desain sarana pengolahan air limbah harus memperhatikan baku mutu air limbah
domestik sehingga tidak mencemari badan air atau saluran drainase
e. Saluran limbah yang direncanakan harus terlindung sehingga tidak masuk ke dalam
saluran.
Dampak negatif perubahan iklim semakin nyata dan terbukti telah menerpa di
Indonesia. Bukti dan dampak negatiftersebut baru-baru ini disampaikan melalui the
Indonesia Country Report on Climate Variability and Climate Change yangdisusun oleh para
ahli dari berbagai sektor dan institusi terkait, yang berisi ulasan analitis mengenai dampak
perubahaniklim di Indonesia. Bukti-bukti tersebut sesuai dengan hasil kajian secara global
yang dilakukan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Dampak-dampak
tersebut memiliki tantangan terhadap pembangunan dalam aspeklingkungan sosial dan
ekonomi secara berkelanjutan, serta terhadap pencapaian tujuan pembangungan
Indonesia.
Hal. 3-23
Laporan
Pendahuluan
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
perubahan pola anginserta aspek-aspek cuaca ekstrim seperti kemarau, presipitasi berat,
gelombang panas danintensitas topan tropis.
Air limbah (waste water) dihasilkan sebagai akibat dari dampak adanya
kegiatan/usahayang memerlukan air untuk proses produksinya. Menurut Sigit Hernowo
(2003), sisabuangan atau limbah industri dapat berupa gas dan debu, cairan atau padatan
dimana sisabuangan cair yang dikeluarkan oleh proses-proses dalam industri sering
disebut air limbahindustri. Kandungan air limbah sangat bervariasi tergantung dari asal
kegiatannya. Airlimbah dari industri manufaktur sangat berbeda dengan air limbah dari
industri pertanianataupun industri pertambangan dan migas. Namun secara garis besar
komponen ataupunsenyawa yang ada pada air limbah terdiri atas senyawa kimia anorganik
dan organik.
Air limbah tersebut lazimnya diolah di dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL), namun ada juga yang dapat dimanfaatkan misalnya land application pada
tanamansawit. Land application adalah pemanfaatan limbah cair dari industri kelapa sawit
untukdigunakan sebagai bahan penyubur atau pemupukan tanaman kelapa sawit dalam
arealperkebunanan kelapa sawit itu sendiri (Apriyanto, 2008).
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Air limbah lainnya yang berpotensi menghasilkan emisi metan lainnya adalah
airlimbah yang berasal dari limbah industri antara lain industri kelapa sawit, industri
tapioka,Industri nenas, industri karet, pabrik gula, industri makanan dan petrokimia. Air
limbahdapat mencemari lingkungan dan merusak ekosistem yang terkena dampaknya. Air
limbahhasil pengolahan industri merupakan salah satu sumber penyebab terjadinya
pencemaran airselain dari limbah domestik seperti sampah rumah tangga, deterjen, septic
tank dan lain-lain.
Sumber dan jenis emisi GRK dari kegiatan pengelolaan limbah sesuai dengan
kategori yang terdapat pada IPCC Guideline 2006. Gambar 3.4 memperlihatkan skema
kategori sumber-sumber utama emisi GRK dari pengelolaan limbah.
Gambar 3. 4 Kategori Sumber Utama Emisi GRK dari Kegiatan Pengelolaan Limbah
Berdasarkan Gambar 3.4, pengelolaan limbah cair menjadi salah satu sumber
utama emisi GRK. Limbah cair yang dimaksud mencakup limbah domestik dan limbah
industri yang diolah setempat (uncollected) atau dialirkan menuju pusat pengolahan
limbah cair (collected) atau dibuang tanpa pengolahan melalui saluran pembuangan dan
menuju ke sungai sebagaimana yang diperlihatkan pada Tabel 3.3 dan Gambar 3.5. Selain
itu, collected untreated waste water juga merupakan sumber emisi GRK, yaitu pada sungai,
danau, dan laut. Pada collected treated waste water, sumber emisi GRK berasal dari
pengolahan anaerobik reaktor dan lagoon.
Hal. 3-25
Laporan
Pendahuluan
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Tabel 3. 3 Pengolahandan Pembuangan Limbah Cair, dan Potensi Emisi Gas Rumah Kaca
Hal. 3-26
Laporan
Pendahuluan
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Emisi gas rumah kaca dari kegiatan penanganan limbah mencakup gas metana
(CH4), nitrooksida (N2O), dan karbon dioksida (CO2) apabila terjadi pada kondisi anaerobik.
Berdasarkan IPCC 2006 Guidelines, CO2 yang diemisikan dari pengolahan limbah secara
biologi dikategorikan sebagai biogenic origin yang tidak termasuk dalam lingkup
inventarisasi GRK dari kegiatan pengolahan limbah.
CH4 terutama berasal dari proses penguraian anaerobik limbah padat, limbah cair
perkotaan, dan limbah cair industri pada saat ditimbun di TPA maupun dikomposkan.
Disamping CH4, proses ini juga mengemisikan CO2 dan N2O. CH4 juga diemisikan dari
collected untreated wastewater limbah cair kota yang mencakup air limbah yang terkumpul
dan tidak diolah (dibuang ke laut, sungai, danau, stagnant sewer/saluran air kotor yang
mampat), treated wastewater limbah cair kota (anaerobik, digester, septic tank, laterine),
dan fasilitas pengolahan air limbah industri. N 20 berasal dari proses pengomposan dan
pembakaran sampah padat kota dan proses biologi limbah cair kota. CO 2 terutama dari
pembakaran limbah padat
Hal. 3-27
Laporan
Pendahuluan
IIII- -
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Hal. 4-1
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Secara lebih rinci Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ditampilkan pada Tabel 4.1
berikut ini:
Hal. 4-2
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
4.2.1 Tenaga Ahli
Tenaga ahli yang diperlukan dalam penyusunan kajian ini adalah sebagai berikut :
4. Ahli Sipil
Ahli Sipil memiliki latar belakang pendidikan sarjana (S1) dalam bidang
Tekhnik yang mempunyai mempunyai kemampuan pengalaman 8 tahun
dalam bidangnya. Tugas dan tanggung jawab dari tenaga ahli ini antara lain :
Hal. 4-3
Laporan
Pendahuluan
Penyusunan Perencanaan Penanganan Limbah
Perumahan dan Industri di Kota Tangerang
Memberikan pemahaman manajemen proyek bagi para pekerja
konstruksi;
Memberikan jasa konstruksi bangunan sipil terutama bangunan tinggi
seperti perencanaan konstruksi , pengawas, peneliti dan konsultan;
Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh team leader atau
bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan dalam bidangnya kepada
team leader.
1. Operator
Mengetik laporan yang ditugaskan oleh tenaga ahli dalam menyiapkan
dokumen laporan pendahuluan, antara dan laporan akhir.
2. Surveyor
Surveyor bertugas melakukan survei dan pengumpulan data sesuai dengan
format yang telah ditetapkan
Hal. 4-4
Laporan
Pendahuluan
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Bab.I Pendahuluan
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar............................................................................................................................ i
Daftar isi...................................................................................................................................... ii
Daftar tabel................................................................................................................................ iv
Daftar gambar ............................................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................................1
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR