Você está na página 1de 30

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang mana
atas berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya, kami selaku penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah dengan
judul Asuhan Keperawatan Fraktur
Kami mengucapkan terimakasih semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna baik dari segi penyajian maupun materi. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak sangat kami perlukan, demi
kesempurnaan makalah ini.

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional
yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya
seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta maupun
pemerintah. Dalam pelaksanaannya tentu saja terdapat berbagai tantangan
atau masalah kesehatan yang perlu ditangani bersama.
Masalah kesehatan yang dihadapi dewasa ini semakin kompleks
dimana penyakit tidak menular semakin meningkat sedangkan penyakit
menular tetap menjadi perhatian serius. Hal ini berpengaruh pada ruang
lingkup epidemiologi, dimana terjadi perubahan pola dari penyakit menular
ke penyakit tidak menular yang disebut dengan transisi epidemiologi seiring
dengan perkembangan kehidupan masyarakat. Menurut data dari WHO
SEARO (2000), penyebab kematian penduduk di dunia 52% diakibatkan
oleh penyakit tidak menular, 9% akibat kecelakaan dan 39% akibat penyakit
menular dan penyakit lainnya.
Salah satu penyakit tidak menular tersebut adalah penyakit
muskuloskeletal atau penyakit yang menyerang tulang dan jaringan otot.
Saat ini penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak
dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan
WHO telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi dekade tulang dan
persendian. Masalah pada tulang yang mengakibatkan keparahan disabilitas
adalah fraktur. Fraktur merupakan kondisi terputusnya kontinuitas jaringan
tulang yang umumnya disebabkan trauma langsung maupun tidak langsung.
Dengan makin pesatnya kemajuan lalu lintas baik dari segi jumlah pemakai
jalan, jumlah pemakai kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan,
bertambahnya jaringan jalan dan kecepatan kendaraan maka mayoritas

2
terjadinya fraktur adalah kecelakaan lalu lintas. Sementara trauma-trauma
lain yang dapat menyebabkan fraktur adalah jatuh dari ketinggian,
kecelakaan kerja dan cedera olah raga.
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat lebih
dari 7 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2
juta orang mengalami kecatatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang
cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah, sekitar 46,2% dari
insiden kecelakaan yang terjadi.
Walaupun penyebab terbanyak dari fraktur adalah peristiwa trauma,
tetapi di kalangan usia lanjut, fraktur lebih sering terjadi karena lemahnya
tulang karena suatu penyakit yang disebut fraktur patologik. Hal ini bahkan
menjadi masalah utama pada kelompok usia tersebut. WHO memperkirakan
pada pertengahan abad mendatang, jumlah patah tulang panggul karena
osteoporosis meningkat tiga kali lipat dari 1,7 juta pada tahun 1990 menjadi
6,3 juta kasus pada tahun 2050 kelak. Data dari International Osteoporosis
Foundation (IOF) menyebutkan bahwa di seluruh dunia, satu dari tiga
wanita dan satu dari delapan pria yang berusia di atas 50 tahun memiliki
resiko mengalami patah tulang akibat osteoporosis dalam hidup mereka.
Diperkirakan bahwa di Eropa 179.000 pria dan 611.000 wanita
mengalami fraktur panggul setiap tahunnya. Di negara Swiss pada tahun
2000, sebanyak 62.535 orang dirawat di rumah sakit karena patah tulang
diantaranya 57% perempuan dan 43% laki – laki. Di negara Cina, penyakit
osteoporosis mempengaruhi hampir 70 juta penduduk berusia di atas 50
tahun dan menyebabkan 687.000 patah tulang panggul setiap tahunnya. Di
Selandia Baru, pada tahun 2007 terdapat sekitar 84.000 kasus patah tulang
karena osteoporosis dengan 60% kasus terjadi pada wanita.
Kejadian terjatuh dan fraktur pada manula merupakan persoalan
penting kesehatan masyarakat yang terus meningkat dan dialami oleh
150.000 – 200.000 orang setiap tahun di Inggris, diantara jumlah tersebut
ditemukan sebanyak 60.000 kasus fraktur panggul. Data Badan Kesehatan
Amerika Serikat pada tahun 2001 memperkirakan terjadinya kasus patah

3
tulang akibat osteoporosis adalah 1.5 juta kasus pertahun dengan rincian
33% kasus patah tulang daerah belakang, 14% kasus patah tulang daerah
pergelangan tangan, 20% kasus patah tulang panggul serta lebih dari 30%
patah tulang pada bagian tubuh lainnya.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Depkes RI tahun 2007 di Indonesia terjadi
kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh,
kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam/tumpul. Dari 45.987
peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang(3.8%) dan
20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770
orang (8.5%) dari 14.127 trauma benda tajam tumpul, yang mengalami
fraktur sebanyak 236 orang (1,7%).
Selain dari memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III, berdasarkan pernyataan di atas kelompok tertarik untuk
mengangkat kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Fraktur”.

B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Agar kelompok dan pembaca yaitu rekan mahasiswa Akademi
Keperawatan mampu menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien
dengan masalah utama Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Fraktur.
b. Tujuan Khusus
Setelah memahami makalah asuhan keperawatan pada pasien
dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Fraktur, maka kelompok
dan pembaca yaitu rekan mahasiswa Akademi Keperawatan mampu:
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan masalah
utama Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Fraktur.
2. Menganalisa data pasien dengan masalah utama Gangguan Sistem
Muskuloskeletal : Fraktur.

4
3. Merumuskan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
pasien dengan masalah utama Gangguan Sistem Muskuloskeletal :
Fraktur.
4. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan masalah
utama Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Fraktur. dengan
masalah utama Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Fraktur.
5. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan masalah
utama Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Fraktur.

5
BAB II
LANDASAN TERORITIS

A. Definisi

Menurut Masjoer A, 2005 Fraktur atau sering disebut patah tulang


adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan tulang diantaranya
penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya dialami pada usia
dewasa. Dan dapat juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga.
Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang yang ditentukan
sesuaijenis dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih
besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smelzter and Bare, 2002).
Menurut mansjoer, 2000 Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan
oleh ruda paksa.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur
akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit
seperti osteoporosis, yang menyebabkan fraktur yang patologis (Mansjoer,
2001).
Jadi, fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, yang dapat
disebabkan oleh trauma maupun penyakit atau patologis.

B. Etiologi
Menurut FKUI (2010), penyebab fraktur adalah trauma yang terbagi
menjadi dua, yaitu:
a. Trauma langsung; berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan
fraktur di tempat itu.
b. Trauma tidak langsung; bila mana titik tumpuh benturan dengan
terjadinya fraktur berjauh

6
C. Klasifikasi

Gambar 2.2 Klasifikasi fraktur


Sumber : dokterbedahtulang.com

Menurut Helmi (2012), klasifikasi fraktur dapat dibagi dalam


klasifikasi berdasarkan penyebab, jenis, klinis dan radiologi.
a. Klasifikasi berdasarkan penyebaab
1. Fraktur traumatik
Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan
kekuatan yang besar.
2. Fraktur patologi
Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelimnya akibat kelainan
patologi didalam tulang.

3. Fraktur stres
Disebabkan oleh trauma yang terus-menerus pada suatu tempat
tertentu.
b. Klasifikasi berdasarkan jenis fraktur
Klasifikasi jenis fraktur dapat dilihat pada Gambar 2. Berbagai
jenis fraktur tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fraktur terbuka
2. Fraktur tertutup

7
3. Fraktur kompresi
4. Fraktur stress
5. Fraktur avulasi
6. Greenstick Fracture (Fraktur lentuk atau salah satu tulang patah
sedang disisi lainnya membengkok)
7. Fraktur transversal
8. Fraktur komunitif
9. Fraktur impaksi

D. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.3 Anatomy paha bagian depan


Sumber : www.changingshape.com
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat
badan, dan otot menyusun kurang lebih 50%. Kesehatan baiknya fungsi
system musculoskeletal sangat tergantung pada sistem tubuh yang lain.
Struktur tulang- tulang memberi perlindungan terhadap organ vital termasuk
otak, jantung dan paru.
Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk meyangga
struktur tubuh otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak
metrik. Tulang meyimpan kalsium, fosfor, magnesium, fluor. Tulang dalam
tubuh manusia yang terbagi dalam empat kategori: tulang panjang

8
(missalfemur tulang kumat) tulang pendek (missal tulang tarsalia), tulang
pipih (sternum) dan tulang tak teratur (vertebra). Tulang tersusun oleh
jaringan tulang kanselus (trabekular atau spongius).Tulang tersusun atas
sel, matrik protein, deposit mineral. Sel – selnya terdiri atas tiga jenis dasar
osteoblas, osteosit dan osteocklas. Osteoblas berfungi dalam pembetukan
tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matrik merupakan kerangka
dimana garam - garam mineral anorganik di timbun. Ostiosit adalah sel
dewasa yang terlibat dalam pemeliharahan fungsi tulang dan tarletak ostion.
Ostioklas adalah sel multi nukliar yang berperan dalam panghancuran,
resorpsi dan remodeling tulang. Tulang diselimuti oleh membran fibrus
padat dinamakan periosteum mengandung saraf, pembuluh darah dan
limfatik. Endosteum adalah membrane faskuler tipis yang menutupi rongga
sumsum tulang panjang dan rongga – rongga dalam tulang kanselus.
Sumsum tulang merupakan jaringan faskuler dalam rongga sumsum tulang
panjang dan dalam pipih. Sumsum tulang merah yang terletak disternum,
ilium, fertebra dan rusuk pada orang dewasa, bertanggung jawab pada
produksi sel darah merah dan putih.pembentukan tulang. Tulang mulai
terbentuk lama sebelum kelahiran. (Mansjoer. 2000 : 347)

E. Patofisiologi
Patofisiologi fraktur adalah jika tulang mengalami fraktur, maka
periosteum, pembuluh darah di korteks, marrow dan jaringan disekitarnya
rusak. Terjadi pendarahan dan kerusakan jaringan di ujung tulang.
Terbentuklah hematoma di canal medulla. Pembuluh-pembuluh kapiler dan
jaringan ikat tumbuh ke dalamnya, menyerap hematoma tersebut, dan
menggantikannya. Jaringan ikat berisi sel-sel tulang (osteoblast) yang
berasal dari periosteum. Sel ini menghasilkan endapan garam kalsium dalam
jaringan ikat yang di sebut callus. Callus kemudian secara bertahap dibentuk
menjadi profil tulang melalui pengeluaran kelebihannya oleh osteoclast
yaitu sel yang melarutkan tulang (Smelter & Bare, 2001).
Pada permulaan akan terjadi pendarahan disekitar patah tulang, yang

9
disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost, fase
ini disebut fase hematoma. Hematoma ini kemudian akan menjadi medium
pertumbuhan sel jaringan fibrosis dengan kapiler didalamnya. Jaringan ini
yang menyebabkan fragmen tulang-tulang saling menempel, fase ini disebut
fase jaringan fibrosis dan jaringan yang menempelkan fragmen patah tulang
tersebut dinamakan kalus fibrosa. Ke dalam hematoma dan jaringan fibrosis
ini kemudian juga tumbuh sel jaringan mesenkin yang bersifat osteogenik.
Sel ini akan berubah menjadi sel kondroblast yang membentuk kondroid
yang merupakan bahan dasar tulang rawan. Kondroid dan osteoid ini mula-
mula tidak mengandung kalsium hingga tidak terlihat foto rontgen. Pada
tahap selanjutnya terjadi penulangan atau osifikasi. Kesemuanya ini
menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi kalus tulang.s

F. Manifestasi Klinik
Adapun tanda dan gejala dari fraktur menurut Smeltzer & Bare (2001)
antara lain:
a. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti :
1. Rotasi pemendekan tulang
2. Penekanan tulang.

b. Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur
c. Ekimosis dari perdarahan subculaneous
d. Spasme otot, spasme involunters dekat fraktur
e. Tenderness
f. Nyeri mungkin disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.

10
g. Kehilangan sensani (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/
perdarahan).
h. Pergerakan abnormal
i. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
j. Krepitasi

G. Penatalaksanaan Medis
Proses penyembuhan dapat dibantu oleh aliran darah yang baik dan
stabilitas ujung patahan tulang sedangkan tujuan penanganan pada fraktur
femur adalah menjaga paha tetap dalam posisi normalnya dengan cara
reduksi tertutup dan imobilisasi.
Adapun prinsip penanganan fraktur menurut Smeltzer & Bare (2001)
meliputi :
a. Reduksi fraktur
Penyambungan kembali tulang penting dilakukan agar posisi dan rentang
gerak normal pulih. Sebagian besar reduksi dapat dilakukan tanpa
intervensi bedah (reduksi tertutup). Pada kebanyakan kasus reduksi
tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang keposisinya
(ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi
manual. Dan apabila diperlukan tindakan bedah (reduksi terbuka) dengan
pendekatan bedah fragmen tulang di reduksi. Alat fiksasi interna dalam
bentuk pin, kawat, skrup, plat, paku atau batangan logam dapat
digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya
sampai penyembuhan tulang yang sulit terjadi. Alat ini dapat diletakkan
di sisi tulang atau dipasang melalui fragmen tulang atau langsung
kerongga sum sum tulang. Alat tersebut menjaga aproksimasi dan fiksasi
yang kuat bagi fragmen tulang.
b. Imobilisasi Fraktur
Setelah fraktur di reduksi, fraktur tulang harus di imobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajarannya yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau

11
interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi
kontinu, pin, atau fiksator eksterna. Implant logam dapat digunakan
untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna untuk
mengimobilisasi fraktur.
c. Fisioterapi dan mobilisasi
Fisioterapi dilakukan untuk mempertahankan supaya otot tidak mengecil
dan setelah fraktur mulai sembuh mobilisasi sendi dapat dimulai sampai
ekstremitas betul betul telah kembali normal.
d. Analgetik
Diberikan untuk mengurangi rasa sakit yang timbul akibat trauma. Nyeri
yang timbul dapat menyebabkan pasien gelisah sampai dengan shock
yang biasanya di kenal dengan shock analgetik.

H. Komplikasi
Adapun komplikasi dari fraktur (Smeltzer & Bare, 2001) yaitu :
a. Komplikasi segera (immediate)
Komplikasi yang terjadi segera setelah fraktur antara lain syok
neurogenik, kerusakan organ, kerusakan syaraf, injuri atau perlukaan
kulit.
b. Early Complication
Dapat terjadi seperti : osteomelitis, emboli, nekrosis, dan syndrome
compartemen

c. Late Complication
Sedangkan komplikasi lanjut yang dapat terjadi antara lain stiffnes (kaku
sendi), degenerasi sendi, penyembuhan tulang terganggu (malunion).

I. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Doenges, Moorhouse & Geissler (1999) pemeriksaan
diagnostik pada pasien fraktur adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan sinar-X untuk membuktikan fraktur tulang.

12
b. Scan tulang untuk membuktikan adanya fraktur stress.

BAB III
TINJAUAN KASUS

Tangggal masuk : 28 Maret 2018


Tanggal pengkajian : 29 Maret 2018
No. MR : 497541
Ruang : Ruang Penyakit Bedah
Diagnoda medik : CLOSE FRAKTUR TIBIA FIBULA SINISTRA

13
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama : Ny. N
Umur : 66 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : jl. Tondano
Penanggung Jawab :
Nama : Ny.S
Umur : 50 Tahun
Jenis kelamin : perempuan
Hub.dgn klien : keponakan
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien dibawa ke IGD diantar oleh keluarga dengan keluhan
nyeri pada betis sebelah kiri dan tidak bisa digerakkan karena patah
setelah ditabrak sepeda motor.
Pada saat dilakukan pengkajian klien tampak lemah,kesadaran
composmentis,tampak bengkak pada bagian kaki yang patah,klien
mengeluh nyeri pada kaki (betis) sebelah kiri karena patah dengan
skala nyeri :4. Dan nyeri bertambah jika kaki tersebut
digerakan.keluarga klien selalu membantu dalam memenuhi
kebutuhannya.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Klien belum pernah mengalami patah tulang sebelumnya,klien juga
tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular lainnya.
c. Riwayat kesehatan keluarga

14
Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
mengalami penyakit keturunan ataupun menular lainnya.
4. Data psikologis
Klien tampak menerima keadaan sakit sekarang dan berharap bisa cepat
sembuh.
5. Data sosial
Hubungan klien dengan keluarga baik,terlihat dari anak dan keluarganya
yang lain selalu menunggu nya.
6. Data spiritual
Klien beragama kristen protestan, klien dan keluarga selalu berdo'a
supaya cepat senbuh.
7. Kebiasaan sehari-hari

No. Kebiasaan Di Rumah Di Rumah Sakit


1. Nutrisi

a.Makanan

 frekuensi 3x sehari
3x sehari
 jenis makanan Nasi,lauk
pauk,sayur
Nasi, lauk-pauk,
b.Minuman
sayur
 frekuensi 6-7 gelas /hari
Air putih
-jenis minuman
6-7 gelas/hari

Air putih
Eliminasi

a.BAB

 frekuensi
 konsistensi 1x/hari
 warna Lembek
2. Kuning
b.BAK

15
 frekuensi 4-5x/hari 1x/hari
 warna Jernih
 bau kekuningan Lembek
 jumlah Khas
+ 1300 cc/hari Kuning

Terpasang kateter

Jernih kekuningan

Khas

+1300cc/hari

Istirahat tidur
3. 6-7 jam/hari 6-7 jam/hari
 lama tidur Tidak ada
 gangguan Tidak ada
tidur

Personal hygiene

 mandi 2x/hari Dilap 1x/hari


4.  gosok gigi 2x/hari
1x/hari

16
Klien selalu
dibantu oleh
Klien bisa keluarga dan
melakukan perawat dalam
Aktivitas aktivitas melakukan
5. Secara mandiri aktivitas

8. Pemeriksaan fisik

 keadaan umum :lemah


 kesadaran : compos mentis
 Tanda-tanda vital : TD : 150/90 mmHg P : 18x/Menit

N : 81x/Menit S : 36,5'c

1.Kepala

 inspeksi :simetris,distribusi rambut merata


 palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

2.Mata

 inspeksi :simetris,tidak ada katarak,konjungtiva anemis,sclera an


ikterik
 palpasi :tidak ada nyeri tekan

3.Hidung

 inspeksi :simetris,tidak ada pengeluaran,tidak ada pernafasan cuping


hidung
 palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

4.Telinga

 inspeksi :simetris,tidak ada pengeluaran


 Palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

5.Mulut

 inspeksi :simetris,mukosa bibir lembab,tidak ada sianosis


 Palpasi :tidak ada nyeri tekan

6.Leher

17
 inspeksi :simetris,tidak ada pembesaran vena jugularis
 Palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembengkakan

7.Dada

 inspeksi :simetris,pergerakan dinding dada baik


 palpasi :tidak ada nyeri tekan
 auskultasi :bunyi nafas vesikuler
 perkusi :bunyi rensonan

8.Abdomen

 inspeksi :simetris,tidak ada bekas operasi


 auskultasi :bunyi bising usus (+)
 perkusi :bunyi timpani
 palpasi :tidak ada nyeri tekan

9.Ekstremitas

 atas :pada ekstremitas atas,tangan bisa digerakkan dengan baik


 bawah :pada ekstremeritas bawah,kaki sebelah kiri(tibia-fibula) tidak
bisa digerakkan/fraktur, kondisi sekitar fraktur oedema, adanya luka

10.Genetalia

 inspeksi :simetris,terpasang kateter


 palpasi :tidak ada nyeri tekan

9. THERAPY

1.cairan RL 20 tts/menit

2.citicholine 3x1 (IV)

3.keterolac 3x1 (IV)

4.taxef 2x1 gr (14/st)

5.pronalges supp

18
6dexamethason 2x1 amp (IV)

7.rannitidin 2x1 amp (IV)

B. ANALISA DATA

Nama : Ny.N No.MR: 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Ruang Penyakit Bedah

Interprestasi
No Data Senjang Masalah
Data
DS : Fraktur
Gangguan
1
rasa nyeri
 Klien mengatakan nyeri

19
pada betis sebelah kiri
kerena patah

DO : Diskontinuitas
tulang
 KLien tampak lemah
 Skala nyeri 4
 Tampak edema pada bagian
fraktur
 Nyeri bertambah jika pada
bagian yang fraktur di
gerakkan
Pergeseran
fragmen tulang

Nyeri
Fraktur

DS :
Diskontinuitas
 Keluarga klien mengatakan tulang
aktivitas klien selalu dibantu
oleh keluarga
Gangguan
DO :
2 mobilitas
fisik
 Klien tampak selalu di bantu
oleh keluarga dan perawat
dalam melakukan aktivitas Perubahan
 Fraktur pada 1/3 tibia fibula jaringan sekitar
sinistra

20
Pergeseran
fragmen tulang

Depormitas

Gangguan fungsi

Gangguan
mobilitas fisik

C. DIAGNOSA

Nama : Ny.N No.MR : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Ruang Penyakit Bedah

Tanggal Tanggal
No Diagnoasa Keparawatan Paraf Paraf
Dtemukan teratasi
Gangguan rasa nyaman nyeri
1 b.d terputusnya kontinuitas 29-3-2018
jaringan pada tulang /

21
fraktur
Gangguan mobilitas fisik b.d
2 29-3-2018
kelemahan

D. INTERVENSI

Nama : Ny.N No.MR : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Ruang Penyakit Bedah

No Tujuan dan Intervensi Paraf


Rasional
kriteria hasil Keperawatan
 Pertahankan
 Menghilangk
imobilisasi
an nyeri dan
bagian yang
mencegah
sakit dengan
kesalahan
tirah baring,
posisi tulang
gips /
atau jaringan
pembidaian
Setelah dilakukan yang cedera
perawatan selama  Meningkatka
3x24 jam di n aliran balik
harapkan vena,
gangguan rasa menurunkan
nyaman nyeri edema, dan
dapat berkurang / menuunkan
atau teratasi nyeri
 Tinggikan
dengan criteria  Mempengaru
1 dan dukung
hasil : hi pilihan /
eksremitas
pengawasan
yang terkena
 Klien kefektifan
tidak intervensi
mengeluh  Menurunkan
nyeri edema /
 Skala pembentukan
nyeri0 hematum,
menurunkan
sensasi nyeri
 Evaluasi
 Untuk
keluhan
menurunkan
nyeri,
nyeri atau
perhatikan
spasme otot
lokasi,
karakteristik

22
dan
intensitas
nyeri
 Lakukan
kompres
dingin 24-48
jam pertama
sesuai
keperluan

 Kolaborasi
pemberian
obat
analgetik

 Pasien
 Kaji derajat
mungkin
imobilitas
dibatasi oleh
yang
pandangan
dihasilkan
diri / persepsi
Setelah dilakukan oleh cedera
diri tentang
perawatan selama
keterbatasan
3x24 jam
fisik aktual,
diharapkan
memerlukan
gangguan
informasi
mobilitas fisik
 Berguna
dapat teratasi
untuk
dengan kriteria
2 mempertahan
hasil :
kan posisi
fungsional
 Klien
eksremitas
melakuka
tangan / kaki,
n aktivitas
mencegah
secara
kontraktur
mandiri
 Mobilisasi
dini
menurunkan
 Beriakn
komplikasi
papan kaki,
tirah baring,
bebat
meningkatka

23
pergelangan n
penyembuha
n dan
normalisasi
fungsi organ

 Hipertensi
pertural
 Berikan / adalah
bantu masalah
mobilisasi umum
dengan kursi menyertai
roda, kruk, tirah baring
tongkat, lama dan
sesegera dapat
mungkin, memerlukan
intruksikan intervensi
keamanan khusus
dalam
menggunaka
n alat
mobilisasi
 Awasi TD
dengan
melakukan
aktivitas

E. IMPLEMENTASI

Nama : Ny.N No.MR : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Ruang Penyakit Bedah

Tanggal
No Implementasi Respon hasil Paraf
/ jam

24
29-3-  -mempertahankan  Nyeri
2018 mobilisasi bagian berkurang
yang sakit dengan
tirah baring dan
spalk

 -meninggikan dan
mendukung
ekstrimitas yang
terkena

 Nyeri
berkurang
 -mengevaluasi tapi masih
keluhan nyeri edema
lokasi,karakteristik
dan intensitasnya

 -mengukur TD
pasien  Neri p[ada
eksremitas
bawah
sebelah kiri
(tibia-
 Mengkolaborasikan fibula)
pemberian obat Nyeri nyilu
analgetik sesuai skala 4
indikasi
yaitu:keterolac

 TD :
150/90
 membantu mobilisasi mmHg
dengan kruk dan
mengintruksikan
keamanan dalam
menggunakan alat
mobilitas  Ketrolak

25
 Mempertahankan 2x1 amp
mobilisasi bagian IV
yang sakit dengan
tirah baring dan
spalk
 Meninggikan dan
mendukung
eksremitas yang
terkena
 Mengevaluasi
keluhan nyeri
 Mengukur TD pasien
 Berkolaborasi dalam
pemberian obat
analgetik sesuai
indikasi yaitu :  Membantu
ketrolak menyembu
 membantu mobilisasi hkan dan
dengan kruk dan menormalis
mengintruksikan akan
keamanan dalam fungsikan
menggunakan alat organ
mobilitas
 Mempertahankan
mobilasasi bagian
yang sakit dengan
tirah baring dan
spalk
 Meninggikan dan
medukung  Nyeri
eksremitas yang berkurang
terkena
30-3-  Mengevaluasi
2018 keluhan nyeri
 Mengukur TD pasien
 Berkolaborasi dalam
pemberian obat
analgetik sesuai
indikasi yaitu :
ketrolak
 membantu mobilisasi
dengan kruk dan  Nyeri
mengintruksikan berkurang
keamanan dalam tapi masih
menggunakan alat edema

26
mobilitas

 Skala nyeri
4

 TD :
130/90
 Ketrolak
2x1 amp
IV

 Membantu
penyembuh
an dan
normalisai
fungsi
organ

 Nyeri
berkurang

27
 Nyeri
berkurang
tapi masih
edema

 Skala nyeri
3

 TD :
130/90
 Ketrolak
2x1 amp
IV

 Membantu
penyebuha
n dan
normalisasi
fungsi
organ

F. EVALUASI

Nama : Ny.N No.MR: 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Ruang Penyakit Bedah

Hr/tgl/jam No. Evaluasi Keperawatan paraf

28
S : Klien mengatakan nyerinya sudah
berkurang

O : skala nyeri:3
Selasa,
klien masih tampak lemah
1.
31 Maret
20108

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi
S : Keluarga klien mengatakan aktivitas
klien masih dibantu oleh keluarga

O : Klien masih tampak dibantu oleh keluarga


Jum'at dalam beraktivitas
2.
31,des
2018

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena
stress pada tulang yang berlebihan. Selanjutnya penulis akan menyimpulakn

29
sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada didalam proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnose, perencanaan, implementasi, evaluasi.
1. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi langsung
yang penulis dapatkan dari keluarga pasein dan pasien itu sendiri, selain
itu juga penulis mendapatkan informasi dari perawat dan catatan medic
pasien.
2. Dua diagnose yang penulis temukan pada pasien setelah dilakukan
pengkajian yaitu :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan
pada tulang / fraktur
b. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan
3. Dalam menyusun rencana keprawatan pada pasien penulis mengacu pada
konsep dasar askep yang kemudian disesuaikan dengan kemampuan
pasien dan ruangan perawatan pasien
4. Dalam melakukan tindakan keperawatan penulis tidak melakukan semua
yangada dalam rencana keperawatan karena keterbatasan sarana,
kemampuan pasien dan waktu yang ada
5. Evaluasi dilakukan pada ketiga hari perawatan sesuai dengan rencana
yang telah ada, tetapi masih banyak diagnose yang belum teratasi.

B. Saran
1. Bagi pasien dan keluarga
Pada penderita fraktur tibia sangat dibutuhkan istirahat total dan
minimalkan pengeluaran energy, jadi hal yang paling utama yang
dapat dilakukan pasien dan keluarganya jika terjadi komplikasi adalah
berupaya untuk beristirahat total.
2. Bagi lahan peraktek
Perawatan penderita fraktur tibia memerlukan waktu yang cukup
panjang dan sangat beresiko terjadi komplikasi. Dengan demikian
perawatan kepada penderita haruslah dilakukan dengan cermat dan
tepat, untuk mencapai hal tersebut pihak rumah sakit hendaklah
mempunyai perawat yang telah berpengalaman dalam perawatan
pasien fraktur tibia.

30

Você também pode gostar