Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
I. JUDUL PENELITIAN
III. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
selain itu prevalensi diabetes mellitus juga terus meningkat. Menurut World
Health Organization (2014), secara global diperkirakan 422 juta orang dewasa
hidup dengan diabetes mellitus dan diperkirakan akan terjadi peningkatan pada
tahun 2035 menjadi 592 juta jiwa penderita. Prevalensi diabetes mellitus
1
bersama dengan China, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Meksiko
kemudian Kabupaten Toraja Utara sebesar 2,3%, dan Kota Palopo 2,1%.
kasus baru sebanyak 21.018 kasus, 57.087 kasus lama dengan 811 kematian
penyebab, diantaranya karena kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat, misalnya
2010).
diabetes mellitus dapat muncul secara akut, dua komplikasi akut yang paling
2
sering terjadi adalah reaksi hipoglikemia dan koma diabetikum. Komplikasi
yang lain muncul secara kronik yang timbul secara perlahan dan kadang tidak
yang paling sering adalah terjadinya perubahan patologis pada anggota gerak
bawah yang disebut kaki diabetik atau diabetic foot. Dalam kondisi kaki
struktural, tonjolan kulit kalus, perubahan kulit dan kuku, luka pada kaki,
infeksi dan kelainan pembuluh darah (Buchman, 2009 dalam Priyanto, 2012).
darah yaitu dengan melakukan 4 pilar yaitu, terapi gizi medis, aktivitas
pembuluh kapiler terbuka sehingga lebih banyak tersedia reseptor insulin dan
reseptor menjadi lebih aktif yang akan berpengaruh terhadap penurunan kadar
3
Menurut American Diabetes Assiciation (2010), salah satu latihan jasmani
atau olahraga yang dianjurkan adalah senam kaki diabetes. Senam ini bertujuan
memperkuat otot-otot kecil, otot betis, dan otot paha, serta mengatasi
keterbatasan gerak sendi yang sering dialami oleh penderita diabetes mellitus.
maksimum heart rate), durasi 30-60 menit dengan frekuensi 3-5 kali perminggu
bahwa senam kaki diabetes yang dilakukan secara rutin 3-5 kali dalam
Penelitian yang sama dilakukan oleh Ruben, Rottie, dan Karundeng tahun
(2016), juga memperoleh yang sama yaitu dengan melakukan aktifitas senam
kaki secara rutin berpengaruh terhadap perubahan kadar glukosa darah pada
peningkatan ambilan glukosa otot, jika pada senam kaki lebih mengkatkan kerja
otot ekstremitas bawah terutama ankle dan jari-jari kaki. Idealnya pelaksanaan
senam kaki diabetes dapat menurunkan kadar glukosa darah jika dilaksanakan
menunjukkan bahwa jumlah pasien diabetes mellitus pada tahun 2016 sebanyak
783 orang, dan pada tahun 2017 jumlah pasien diabetes mellitus dari bulan
4
Januari sampai September sebanyak 891 orang pasien. Khusus untuk bulan
September tahun 2017 jumlah pasien diabetes mellitus sebanyak 189 pasien
kali dalam sebulan, akan tetapi tidak sepenuhnya diikuti secara rutin oleh
dibutuhkan aktivitas fisik yang rutin salah satunya senam kaki diabetes yang
dibutuhkan pasien.
B. Rumusan Masalah
diabetes terhadap penurunan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Sebagai bahan kajian pustaka dan bahan bacaan dan rujukan untuk
diabetes .
6
3. Manfaat Bagi Peneliti
mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah. Diabetes mellitus klinis adalah
akan bersirkulasi di dalam darah, kadar glukosa dalam darah diatur oleh
7
penyimpanan glukosa. Pada pasien diabetes mellitus, sel-sel dalam tubuh
Smeltzer & Bare (2002) dikutip dalam Rendy & Margareth (2012),
diabetes mellitus tipe ini disebabkan oleh faktor genetik dimana penderita
diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu
8
dimana virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
lainnya.
Diabetes mellitus tipe ini dapat disebabkan oleh faktor atau kondisi
9
kromosom dan reseptor berubah. Diabetes mellitus dapat juga disebabkan
bayi lebih dari 4000 gram, pernah pre-eklampsia, poli hidramnion. Faktor
3. Etiologi
disebabkan karena:
1) Faktor genetik
10
terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada
2) Faktor immunologi
Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
3) Faktor lingkungan
11
mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel
sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak
yaitu:
Pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa
tersebut.
12
c. Glukosa darah 2 jam post prandial (GDPP)
makan.
Faktor resiko diabetes melitus dibagi menjadi faktor yang dapat diubah
Faktor resiko yang dapat diubah yaitu berat badan berlebih atau
berupa resistensi terhadap insulin yang muncul pada jaringan lemak yang
luas. Sebagai kompensasi akan dibentuk insulin yang lebih banyak oleh
13
Obesitas berhubungan pula dengan adanya kekurangan reseptor
insulin pada otot, hati, monosit dan permukaan sel lemak. Hal ini akan
mata, penyakit jantung, serta stroke (Fauzi, 2014). Hal-hal yang dapat
2010).
keras dan resiko untuk penyakit jantung dan diabetes lebih tinggi.
Faktor resiko yang tidak dapat diubah menurut Fauzi (2014) yaitu
14
meningkat. Kelompok usia yang menjadi faktor risiko diabetes adalah
risiko diabetes dan penyakit jantung yang lebih tinggi. Hal itu sebagian
Patologi diabetes melitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek
darah setinggi 300 ampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi
mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes melitus. Bila
15
jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat
dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap
menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat
hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto-asetat dan asam
7. Manifestasi Klinik
Menurut Priyanto (2012), gejala yang lazim terjadi, pada diabetes melitus
sebagai berikut:
a. Poliuri (banyak kencing). Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa
sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan
16
makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada
pembuluh darah.
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain
yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan
e. Mata kabur, hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa-
pembentukan katarak.
8. Pemeriksaan diagnostik
plasma puasa >126 mg/dl (7,8 mmol/L), dan glukosa plasma dari sampel
yang positif, asam lemak bebas (kadar lipid dan kolesterol) meningkat,
17
berkaitan dengan poliuri, maka peningkatan atau penurunan nilai elektrolit
2012)
menurun. Sedangkan fosfor lebih sering menurun. Gas darah arteri biasanya
urine, gula dan aseton positif. Berat jenis atau osmolalitas mungkin
9. Penatalaksanaan
timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes
18
yang dideritanya, ia akan terhindar dari hiperglikemia atau hipoglikemia.
a. Perencanaan makanan
karbohidrat, protein, dan lemak. Distribusi kalori dari karbohidrat saat ini
lebih dianjurkan dari pada protein dan lemak. Sesuai dengan standar
protein 10-15%, dan lemak 20-25% inilah makanan yang dianjurkan pada
dan latihan jasmani teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30
19
dan berenang. Latihan jasmani ini sebaiknya disesuaikan dengan umur
dan status kesegaran jasmani. Batasi atau jangan terlalu lama melakukan
(Perkeni, 2010).
c. Intervensi farmakologi
performance dan jumlah reseptor insulin pada otot dan sel lemak,
produksi glukosa oleh hati. Cara kerja obat ini pada umumnya melalui
yang terdiri dari dua macam obat, yaitu repaglinid dan nateglinid.
Dosisnya, untuk repaglinid 0,5 mg/tab dan untuk nateglinid 120 mg/tab.
20
glukosa hati, metformin ini tidak merangsang sekresi insulin dan
suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak yang terbagi atas dua
kerjanya insulin ini dibagi tiga yaitu; Insulin yang kerja cepat contohnya
insulin reguler bekerja paling cepat dan kadar glukosa dapat turun dalam
21
d. Edukasi
suatu hal yang amat penting dalam regulasi glukosa penderita diabetes
kronik maupun penyulit akut yang ditakuti oleh penderita. Dalam hal ini
dokter, perawat, ahli gizi dan tenaga lain. Untuk dapat menyuluh, dengan
dari kegiatan rutin sehari-hari seperti makan, tidur bekerja dan lainnya.
Pengaturan jumlah serta jenis makanan serta olah raga oleh penderita
22
serta keluarganya. Berhasilnya pengobatan diabetes tergantung pada kerja
1. Agar orang dapat hidup lebih lama dan dalam kebahagiaan. Kualitas
masyarakat.
23
melitus tetapi beresiko untuk menderita. Untuk pencegahan primer ini
tidak gemuk serta pentingnya pola makan yang sehat. Kepada remaja
10. Komplikasi
a. Komplikasi akut
24
dapat terjadi secara berulang dan dapat memperberat penyakit diabetes
sering terjadi pada pasien diabetes tipe 1 daripada tipe 2, namun dapat
juga terjadi pada pasien diabetes tipe 2 yang mendapatkan terapi insulin,
b. Komplikasi kronik
1) Komplikasi makrovaskuler
25
2) Komplikasi mikrovaskuler
3) Komplikasi neuropati
semua jenis saraf, yaitu saraf perifer, otonom dan spinal. Komplikasi
yaitu berupa ulkus kaki diabetic, pada umumnya tidak terjadi dalam 5-
masalah yang umum pada pasien dengan diabetes dan hal ini menjadi
cukup berat akibat adanya ulkus serta infeksi, bahkan akhirnya dapat
26
neuropati perifer, penyakit vascular dan penurunan sistem imunitas.
terjadinya ulkus.
1. Pengertian
senam adalah salah satu jenis olahraga aerobik yang menggunakan gerakan
penyakit diabetes melitus. Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik teratur
(3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar
bersepeda santai, jogging, senam, dan berenang. Latihan fisik ini sebaiknya
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien
melancarkan peredaran darah bagian kaki (Fauzi, 2014). Senam kaki dapat
27
meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi
2. Tujuan
Adapun tujuan yang diperoleh setelah melakukan senam kaki ini adalah
28
b. Dengan Meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan
10 kali
c. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke
atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit
kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan
29
d. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan
sebanyak 10 kali.
30
f. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan
10 kali.
g. Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan
gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali kelantai.
j. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki ,
tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara
bergantian.
31
k. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola
dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran
seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya
sekali saja. Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian
lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh. Kemudian
Setelah melakukan senam kaki, perhatikan respon pasien lihat tindakan yang
Indikasi dari senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita
32
pasien didiagnosa menderita diabetes melitus sebagai tindakan pencegahan
dini. Senam kaki ini juga dikontraindikasi pada klien yang mengalami
perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnea atau nyeri dada. Keadaan seperti
ini perlu diperhatikan sebelum dilakukan tindakan senam kaki. Selain itu kaji
keadaan umum dan keadaaan pasien apakah layak untuk dilakukan senam
kaki tersebut, cek tanda-tanda vital dan status respiratori (adakah dispnea
atau nyeri dada), kaji status emosi pasien (suasana hati/mood, motivasi),
A. Kerangka Konsep
33
B. Variabel Penelitian
1. Variabel independen
2. Variabel dependen
diabetes mellitus.
pengertian variabel yang akan diteliti dan sebagai patokan untuk menentukan
34
dengan durasi waktu
pelaksanaan maksimal 30
menit. Pelaksanaannya
dilakukan 3 kali seminggu
untuk kelompok intervensi
dan 2 kali seminggu untuk
kelompok kontrol selama 3
minggu didampingi peneliti
atau asisten peneliti.
2 Variabel penurunan kadar glukosa Alat: Hasil penilaian ordinal
Dependen darah sewaktu dalam darah Glukome gula darah:
setelah melakukan aktivitas ter yang mg/dl
Penurunan senam kaki. terstanda
Kadar risasi Ada penurunan:
glukosa Jika kadar
darah Kadar glukosa
gula responden turun
darah: minimal 10
tiap mg/dL sampai
minggu batas normal
diukur yaitu 100 mg/dL
Tidak ada
penurunan: Jika
kadar glukosa
responden
glukosa tidak
mengalami
penurunan
minimal 10
mg/dL sampai
batas normal
100 mg/dL.
D. Hipotesis Penelitian
35
1. Ada penurunan kadar glukosa darah responden setelah melakukan
seminggu.
V. METODE PENELITIAN
36
mengukur kadar glukosa responden seminggu kemudian setelah dilakukan
Pre-test post-test
Intervensi
O1 Senam Kaki 3x O2
seminggu
Keterangan :
1. Lokasi penelitian
37
2. Waktu penelitian
Desember 2017
1. Populasi
adalah bagian dari populasi target pada ruang dan waktu tertentu. Populasi
penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes mellitus yang berada di Wilayah
2. Sampel
yang akan terjadi dalam penelitian (Hidayat, 2017). Rumus yang dapat
N. Zα 2.p.q
n =
d2 (N-1) + Zα 2.p.q
38
Keterangan:
n = Jumlah sampel
Q = 1-p (100%-p)
dalam penelitian. Akan tetapi dalam penelitian ini jumlah responden tidak
sebanyak 30 sampel.
31,6932
n=
1,0404
n = 30,46 n = 30 orang
39
sebanyak 30 orang responden yang akan ikut dalam penelitian, terbagi dalam
3. Teknik sampling
40
D. Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
Alat yang digunakan untuk menilai senam kaki diabetes adalah lembar
2. Data Sekunder
Makassar.
yang benar dan sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang sudah terkumpul
41
a. Editing data
petunjuk pelaksanaan.
b. Coding data
data.
c. Processing data
data kasar dalam bentuk tabulasi pada lembar kertas data. Tujuannya adalah
d. Cleaning data
yang sudah dimasukkan untuk mengetahui data yang hilang, variasi data dan
konsistensi data.
42
F. Analisa Data
1. Analisis univariat
2. Analisis bivariat
dilakukan uji normalitas untuk jenis data numerik. Data numerik hasil
sehingga untuk memastikan perlu dilakukan uji normalitas data dengan uji
normal dan sebaliknya bila distribusi data tidak normal maka digunakan uji
Mann whitney test untuk jenis data yang tidak berpasangan. Sedangkan
sebaran data normal dan uji Wilcoxon bila sebaran data tidak normal. Hasil
penelitian ini dikatakan bermakna apabila nilai p lebih kecil dari 0,05
(Dahlan, 2014).
43
G. Etika Penelitian
penelitian, peneliti harus tetap menggunakan aspek etik dan menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan. Secara umum ada empat prinsip utama dalam kode
confidentiality)
Setiap manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi
44
ingin diketahui oleh orang lain. Dalam pelaksanaannya, peneliti tidak boleh
dan beban secara merata sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subjek.
and benefits)
45
VI. PERSONALIA DAN JADWAL PENELITIAN
A. Personalia Penelitian
1. Pembimbing
2. Pelaksana
Stambuk : NH 0216166
BULAN
NO KEGIATAN September Oktober November Desember Januari
2017 2017 2017 2017 2018
1. Konsul Judul
Penyusunan
2.
proposal
3. Ujian proposal
Perbaikan
4.
proposal
Pelaksanaan
5.
penelitian
6. Pengolahan data
Penyusunan hasil
7.
penelitian
46