Você está na página 1de 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAWATAN KOLOSTOMI

OLEH:
POLTEKKES KEMENKES MALANG
STIKES MAHARANI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kolostomi merupakan pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau usus besar
(Smeltzer & Bare, 2002). Indonesian Ostomy Association (INOA) mengatakan
bahwa jumlah kasus yang menggunakan stoma terus meningkat, dan penyebab
tersering di Indonesia sendiri adalah karena keganasan (Indonesian Ostomy
Association, 2010). Kurnia (2012) memaparkan, sekitar 100.00 orang yang
dilakukan indikasi pemasangan stoma pada umumnya disebabkan oleh kanker
kolorektal, kanker kandung kemih, kolitis ulseratif, penyait Crohn, diverticulitis,
obstruksi, inkontinensia urin dan fekal, dan trauma. Indikasi pemasangan kolostomi
pada neonatus dan dewasa tentu berbeda. Lukong, Jabo, dan Mfuh (2012) melakukan
penelitian terhadap 38 neonatus, dan indikasi pemasangan kolostomi yang ditemukan
adalah karena malformasi anorektal (97,4%) dan atresia kolon (2,6%).
Penyebab terbanyak dari indikasi pembuatan kolostomi adalah karena kanker
atau keganasan. The Union for International Cancer Control (UICC) mengumumkan
adanya hari kanker sedunia pada tahun 2005, seiring dengan tingginya angka
kejadian kanker di dunia. Jenis kanker, menurut UICC kebanyakan dapat dicegah
dengan cara menjaga gaya hidup sehat masyarakat perkotaan, yaitu menjaga pola
makan sehat dan berat badan ideal, melakukan olahraga secara rutin, teratur dan
terukur, serta mengurangi asupan alkohol (Anna, 2011).
Dalam, merawat pasien kolostomi membutuhkan ketelitian kebersihan dan
kesiapan yang baik karena jika tidak maka akan menimbulkan komplikasi infeksi
yang mengakibatkan penyembuhan menjadi lama bahkan bertambah parah (Bets,
2002). Kontaminasi feses merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab
terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus
menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan
mengganti kantong kolostomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merawat klien dengan kolostomi
ialah terkait perubahan pada eliminasi BAB klien, meliputi perubahan konsistensi
serta frekuensi BAB klien. Klien akan merasakan adanya perubahan tersebut, dan
disinilah fungsi perawat sebagai edukator untuk menjelaskan perubahan-perubahan
tersebut agar klien dapat menerima dengan baik. Edukasi yang diberikan tidak hanya
berupa cara perawatan kolostomi, namun juga meliputi apa yang harus dilakukan
klien terkait dietnya agar pengeluaran fesesnya tidak mengganggu kegiatannya.

B. Tujuan Intruksional
a. Tujuan Instruksional Umum
Pada akhir proses penyuluhan, peserta penyuluhan dapat mengetahui perawatan
kolostomi.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses pembelajaran selama 30 menit, keluarga dan pasien
dapat :
1. Menyebutkan pengertian dari kolostomi
2. Mengerti tujuan perawatan kolostomi
3. Mengetahui masalah kesehatan yang terjadi akibat kolostomi

C. Manfaat
a. Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapkan penyuluhan ini bermanfaat bagi pasien dan keluarga dalam
mengetahui tentang pentingnya perawatan kolostomi
b. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan penyuluhan ini bermanfaat bagi rumah sakit membantu dalam
menerapkan perawatan pada kolostomi
c. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam menerapkan perawatan
pada kolostomi
d. Bagi Mahasiswa
Sebagai tambahan ilmu dan refrensi untuk pedoman dalam merawat
kolostomi
BAB II
PENGORGANISASIAN

A. Rencana Kegiatan
1. Metode
Ceramah dan tanya jawab (diskusi)
2. Media
Laptop, power point, LCD, Leaflet
3. Waktu dan Tempat
 Waktu : Kamis, 27 September 2018
 Pukul : 10.00-10.30 WIB
 Tempat : Ruang 15 RSSA
4. Pengorganisasian :
- Pemateri :
- Moderator :
- Fasilitator :
- Observer :
5. Peserta : Keluarga/ wali pasien yang dirawat di ruang 15 RSSA.
6. Tahap-Tahap Kegiatan :

Kegiatan
Tahap Waktu Kegiatan Peserta Metode Media
Penyuluh
Pendahuluan 3  Membuka  Menjawab - -
menit kegiatan dengan salam
mengucapkan
salam
 Memperkenalkan  Mendengarkan
diri
 Menjelaskan  Memperhatikan
tujuan dari
penyuluhan
 Memperhatikan
 Menyebutkan
materi yang akan
diberikan
Penyajian 20  Menjelaskan  Mendengarkan Ceramah - PPT/
menit Pengertian dan memperhati- LCD
kolostomi kan - Leaflet
 Menjelaskan
jenis-jenis
kolostomi
 Menyebutkan
masalah
kesehatan akibat
kolostomi
 Menyebutkan
prinsip diet
kolostomi
 Menjelaskan
perawatan
kolostomi
Evaluasi 5 menit  Menanyakan  Menjawab Tanya -
kepada peserta pertanyaan jawab
tentang materi
yang telah
diberikan, dan
reinforcement
kepada peserta
penyuluhan yang
dapat menjawab
pertanyaan
Penutup 2 menit  Mengucapkan  Mendengarkan - -
terima kasih atas
peran serta
perserta
 Mengucapkan  Menjawab
salam penutup salam

B. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Peserta hadir ditempat penyuluhan
2) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan ruang 15 RSSA Malang
3) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
4) Kesiapan SAP.
5) Kesiapan media: PPT dan LCD
b. Evaluasi Proses
1) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
2) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
3) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
c. Evaluasi Hasil
BAB III
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kolostomi
- Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan
antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat
bersifat sementara atau menetap selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer Schrock,
MD).
- Kolostomi adalah pembuatan stoma (lubang) pada kolon atau ususbesar
(Smeltzer & Bare, 2002).
- Kolostomi merupakan tindakan pembedahan untuk membuka jalan usus besar
ke dinding abdomen anterior (Melville & Baker 2010).
- Akhir atau ujung dari usus besar yang dikeluarkan pada abdomen disebut sebagai
stoma.
B. Jenis – Jenis Kolostomi
a. Loop Stoma atau transversal
Merupakan jenis kolostomi yang dibuat dengan membuat mengangkat usus ke
permukaan abdomen, kemudian membuka dinding usus bagian anterior untuk
memungkinkan jalan keluarnya feses. Biasanya pada loop stoma selama 7 – 10 hari
pasca pembedahan disangga oleh semacam tangkai plastik agar mencegah stoma
masuk kembali ke dalam rongga abdomen. (Sumber: Melville & Baker, 2010)

b. End Stoma
Merupakan jenis kolostomi yang dibuat dengan memotong usus dan
mengeluarkan ujung usus proksimal ke permukaan abdomen sebagai stoma tunggal.
Usus bagian distal akan diangkat atau dijahit dan ditinggalkan dalam rongga
abdomen. (Sumber: Melville & Baker, 2010)
c. Fistula Mukus
Fistula mukus merupakan bagian usus distal yang dikeluarkan kepermukaan
abdomen sebagai stoma non-fungsi. Biasanya fistula mukus terdapat pada jenis
stoma double barrel dimana segmen proksimal dan distal usus di keluarkan ke
dinding abdomen sebagaidua stoma yang terpisah. (Sumber: Melville & Baker, 2010)

d. Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak
memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan,
perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak
memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi
single barrel ( dengan satu ujung lubang).
e. Kolostomi Temporer (sementara)
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk
mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula
dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang
yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel.Lubang
kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang
disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya masih terjadi
pembengkakan sehingga stoma tampak membesar.
C. Masalah Kesehatan yang Terjadi akibat Kolostomi
Masalah yang banyak terjadi pasca pembuatan kolostomi adalah
1. Iritasi
Biasanya terjadi pada kulit di sekitar stoma pada area kulit peristomal. Hal ini
banyak terjadi pada lansia, oleh karena lapisan epitel dan lemak subkutan yang
semakin tipis karena proses penuaan sehingga kulit menjadi semakin mudah
mengalami iritasi (Smeltzer & Bare, 2002).
2. Infeksi Candida Albicans
Individu yang memiliki stoma memiliki resiko terkena infeksi Candida albicans
yang biasa dikenal sebagai infeksi ragi atau jamur. Hal ini dikarenakan kulit
peristomal memilikikarakteristik hangat, lembap dan tertutup (oleh kantong
kolostomi)dimana lingkungan ini kondusif terhadap pertumbuhan jamur. Kulityang
terkena infeksi ini akan berubah menjadi kemerahan dan terasa gatal. (Eucomed,
2012)
3. Pengeluaran gas dan bau dari stoma
Pengeluaran gas dan bau pada stoma menjadi masalah pada ostomate karena
berbeda dengan pengeluaran melalui anus, pengeluarannya melalui stoma tidak dapat
dikontrol. Gas yang terdapat pada saluran pencernaan didapatkan dari beberapa jenis
makanan seperti makanan berpengawet, brokoli, kubis, jagung, timun, bawang, dan
lobak. Gas juga didapatkan dari menelan udara (secara tak sengaja) pada saat
berbicara, makan, merokok dan sebagainya. Oleh karena itu ostomate dianjurkan
untuk mengunyah makanan secara perlahan untuk meminimalkan udara yang masuk.
Bau pada gas atau feses yang dikeluarkan juga dapat diakibatkan oleh beberapa
makananseperti telur, keju, ikan, bawang, dan kubis (Canada Care Medical, n.d).
4. Konstipasi
Konstipasi dapat terjadi pada ostomate akibat diet yang tidak seimbang, serta
intake makanan berserat ataupun cairan yang kurang (Gutman, 2011). Apabila
ostomate mengalami konstipasi maka perlu peningkatan asupan makanan berserat
seperti gandum, sayur dan buat, serta asupan cairan. Konsumsi air minimal yang
direkomendasikan adalah 8-10 gelas air per hari, atau 1,5 hingga 2 liter air per hari
(dapat termasuk teh, kopi ataupun jus) (Hampton 2007). Melakukan aktivitas fisik
ringan seperti bersepeda, jogging juga dapat membantu meningkatkan pergerakan
bowel dan mengatasi konstipasi.
5. Diare
Diare umumnya terjadi pada pasien dengan ileostomi namun dapat terjadi juga
pada klien dengan kolostomi. Individu dengan pembuatan stoma di kolon asenden
dan transversal akan mengalami perubahan konsistensi feses seperti diare, namun hal
ini normal karena penyerapan air pada kolon asenden dan transversal masih minimal.
Penatalaksanaan diare, seperti halnya konstipasi, meliputi manajemen diet. Pada saat
diare terjadi, individu akan beresiko kehilangan banyak kalium, sehingga butuh
asupan makanan mengandung kalium seperti pisang, jeruk, tomat, ubi, kentang, dan
gandum (Canada Care Medical, n.d).

D. Prinsip Diet Pada Ostomet


Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait nutrisi pada pasien dengan kolostomi
ialah (Canada Care Medical, n.d; Gutman, 2011) :
1. Mengurangi makanan yang menimbulkan bau, dapat meningkatkan produksi
gas, meningkatkan jumlah feses, dapat menyebabkan sumbatan pada stoma
2. Perbanyak makanan yang dapat mengatasi gangguan pencernaan seperti diare
(menambah makanan yang mengandung potassium) ataupun konstipasi
(menambah makanan tinggi serat), dan yang dapat mengurangi bau pada feses.
3. Mengembalikan aktivitas usus dan mencegah produksi gas dengan makan tiga
kali sehari.
4. Gangguan pada pencernaan dapat juga berasal dari tekanan emosional, stress,
atau kurangnya aktivitas fisik
5. Usahakan disertai banyak minum.
Contoh makanan – makanan yang :
1. Mengandung potassium (rendah/non lemak, tinggi serat) : pisang, daging (non
lemak), jeruk, tomat, kentang (jika mengalami diare, kurangi konsumsi keju,
selai kacang, dan susu).
2. Mengandung gas : brokoli, kubis, bawang, timun, jagung dan lobak.
3. Dapat mengurangi bau pada feses: daun sup, mentega yang terbuat dari susu,
yogurt, jus tomat, jeruk, dan cranberi.
4. Dapat menyebabkan sumbatan : kelapa parut, kacang-kacangan, buah yang
dikeringkan, jagung, apel tanpa kulit,dll.
5. Dapat meningkatkan jumlah feses : gandum dan biji – bijian, kismis, buah prun,
sayuran mentah.
6. Dapat merubah warna feses : bit, vitamin untuk meningkatkan zat besi,dll.
7. Dapat menimbulkan bau : kubis,kol, keju, telur, ikan, kacang polong, bawang,
jengkol, pete.

E. Perawatan Kolostomi
1. Pengertian :
Mengganti kantong kolostomi dan membersihkan stoma kolostomi, serta kulit
sekitar stoma,secara berkala dan sesuai kebutuhan. Kolostomi akan mulai berfungsi
optimal sekitar 3-6 hari pasca pembedahan (Smeltzer & Bare, 2002).
2. Prinsip Umum dan Tujuan :
Prinsip umum :
a. Ganti kantong kolostomi secara berkala dan sesuai kebutuhan.
b. Bersihkan stoma secara dengan menggunakan NaCL atau air hangat,lalu
keringkan..
c. Perhatikan kondisi stoma dan kulitsekitar stoma setiap membukakantong
kolostomi dan setelah membersihkan stoma.
d. Pastikan lubang kantong kolostomi terpasang pas dengan stoma.
Tujuan :
- Menjaga kebersihan pasien
- Mencegah terjadinya infeksi
- Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
- Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya
3. Waktu penggantian kantong kolostomi :
- Kantong kolostomi harus dikosongkan jika sudah ⅓ atau ½ penuh (Truven
Health Analytics Inc.2012).
- Burch (2013) menyatakan mayoritas pasien dengan kolostomi mengganti
kantong kolostominya 3 kali sehari hingga 3 kali seminggu, dengan rata-
rata penggantian kolostomi secara rutin selama satu hari sekali.
4. Alat – alat
Untuk mengganti kantong kolostomi :
a. Colostomy bag atau cincin tumit
b. Bantalan kapas.
c. Kain berlubang, dan kain persegi empat.
d. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl.
e. Kapas kering atau tissue.
f. 1 pasang sarung tangan bersih.
g. Kantong plastic untuk balutan kotor.
h. Baju ruangan / celemek.
i. Zink salep.
j. Perlak dan alasnya.
k. Plester dan gunting.
l. Bila perlu obat desinfektan.
m. Bengkok.
n. Set ganti balut
Untuk Irigasi kolostomi (Burch, 2013).:
a. Kontainer atau wadah air,
b. Tube (selang untuk mengalirkan cairan),
c. Cone dan plastic sleeve plastic sleeve berguna untuk mengalirkan keluaran
feses dan cairan irigasi ke dalam toilet.
5. Langkah – langkah perawatan kolostomi
a. Penggantian kantong kolostomi dimulai dengan :
1) Cuci tangan, keringkan,lalu gunakan sarung tangan. Letakkan perlak dan
alasnya di bagian kanan atau kiri penderita sesuai letak stoma. Letakkan
bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh ostomate.
2) Buka kantong dengan melepaskan perlekatan kantong kolostomi dengan
kulit abdomen secara perlahan sambil sedikit menekan kulit abdomen
yang menempel dengan kantong. Letakkan colostomy bag kotor dalam
bengkok / kantong plastic untuk sampah yang telah disiapkan.
3) Bersihkan stoma dengan menggunakan kapas yang di basahi dengan air
hangat atau NaCl. Jika ingin menggunakan sabun, gunakan sabun yang
tidak mengandung minyak ataupun parfum karena dapat mengiritasi
(Truven Health Analytics Inc,2012). Kemudian keringkan kulit
sekitar colostomy dengan sangat hati-hati menggunakan kassa steril.
4) Observasi kulit dan stoma. Stoma yang normal akan terlihat merah atau
pink terang, lembap, tidak mengerut dan tampak seperti membran
mukosa oral, tidak ada sumbatan serta tidak ada nyeri,dan memiliki
produksi feses (Borwell, 2011). Stoma yang tidak sehat atau mengalami
nekrosis ditunjukkan dengan warna hitam atau biru kehitaman.
Permukaan stoma yang tidak sehat akan tampak kering, terdapat darah
yang terus keluar, stoma menonjol atau masuk ke dalam sebanyak 5 cm,
ujung stoma mengerut, sedikit atau tidak ada produksi feses dan terdapat
nyeri pada area stoma.
5) Oleskan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar
stoma
6) Sesuaikan lubang colostomy dengan stoma colostomy, tempelkan
kantong kolostomi dengan posisi sesuai kebutuhan, masukkan stoma
melalui lubang kantong kolostomi,dan rekatkan/memasang colostomy
bag dengan tepat tanpa udara didalamnya dengan plester hipoalergenik.
7) Bereskan alat – alat yang telah di pakai, rapihkan kembali lingkungan
sekitar ostomate. Lepas sarung tangan, lalu buang ke kantong plastik
untuk sampah yang telah disiapkan, lalu cuci tangan.
b. Irigasi Kolostomi. Merupakan suatu cara untuk mengeluarkan feses, yang
dilakukan secara terjadwal dengan memasukkan sejumlah air dengan suhu
yang sama dengan tubuh (hangat) (Putri, 2011). Pergerakan bowel baiknya
dalam keadaan regular dan bebas dari masalah saat akan dilakukan irigasi
kolostomi. Irigasi kolostomi tidak dapat dilakukan bila pasien mengalami
iritasi pada ususnya, prolaps stoma, hernia peristomal, dan pada stoma yang
terdapat pada kolon asenden dan tranversal (Putri, 2011).
c. Langkah – langkah irigasi kolostomi sebagai berikut (Burch, 2013; Putri,
2011; Smeltzer & Bare, 2002) :
1) Isi wadah dengan air hangat, tinggikan setinggi bahu (posisi duduk di
toilet).
2) Alirkan cairan irigasi hingga ke ujung selang (membuang udara yang ada
di sepanjang selang)
3) Posisikan kantong stoma (plastic sleeve) ke toilet
4) Olesi pelumas atau pelicin cone (jelly) sebelum masuk kestoma
5) Masukkan cone kedalam stoma dengan perlahan, kemudianalirkan cairan
sebanyak 300-500cc.
6) Untuk hasil yang maksimal, alirkan kembali 500cc-1000cc,tahan selama
10 detik setelah cairan mengalir.
7) Biarkan feses, cairan dan flatus keluar dari stoma menujutoilet melalui
sleeve selama 10-15 menit.
8) Tutup kantong atau ganti kantong dengan kantong kolostomibiasa dan
bereskan alat.
DAFTAR PUSTAKA

Selly, 2009. Asuhan Keperawatan Kolostomi: http://sely-biru.blogspot.com, diakses


tanggal 23 September 2018 jam 16:00 WIB.
http://www.upmc.com/patients-visitors/education/nutrition/pages/ostomy-nutrition-
guide.aspx
http://zeerrotul.blogspot.com/2013/09/askep-pasien-dengan-kolostomi.html
DAFTAR HADIR
PESERTA PENYULUHAN
Nama Alamat Tanda tangan

Você também pode gostar