Você está na página 1de 30

PERDARAHAN POSTPARTUM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II
Dengan Case Analyze Methode (CAM)

Dosen pembimbing: Ariani Fatmawati, S.Kep., Ners., M.Kep., Sp.Kep.Mat.


Disusun oleh :
1. Novin Nuraeny S (032016001) 9. Siti Patimah (032016009)
2. Mia Kusumah (032016002) 10. Farhan Fauzi (032016010)
3. Ressa Oktaviani (032016003) 11. Fitria Kanda P (032016039)
4. Rekha Rahmanilah (032016004) 12. Nden Ayu P (032016040)
5. Sindy Erma L (032016005) 13. Retno Anesti (032016041)
6. Syaharani Fadlika (032016006) 14. Nenda Nurfenda (032016042)
7. Muthya Yuniar (032016007) 15. Denis Kurnia S (032016043)
8. Shavira Nurul I (032016008) 16. Mayang Arlita A (032016044)

Sarjana Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Bandung
Tahun Akademik
2017-2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami

panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah-Nya

kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas “Post Partum”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami

menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam

pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak

kekurangan, baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami

menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Bandung, 13 Mei 2018

Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan postpartum atau perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan
lebih dari 500 – 600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan postpartum
adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500 – 600 cc dalam 24 jam setelah anak
dan plasenta lahir. Haemoragic Post Partum ( HPP ) adalah hilangnya darah lebih dari
500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi. Normalnya, perdarahan dari
tempat plasenta terutama dikontrol oleh kontraksi dan retraksi anyaman serat-serat
otot serta agregasi trombosit dan trombus fibrin di dalam pembuluh darah desidua.
Perdarahan postpartum dibagi atas dua bagian yaitu perdarahan postpartum dini dan
lanjut. Perdarahan postpartum dini adalah perdarahan yang berlebihan selama 24 jam
pertama setelah kala tiga persalinan selesai, sedangkan perdarahan postpartum lanjut
adalah perdarahan yang berlebihan selama masa nifas, termasuk periode 24 jam
pertama setelah kala tiga persalinan selesai.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Perdarahan Postpartum?
2. Apa saja etiologi dari Perdarahan Postpartum?
3. Apa saja manifestasi klinis dari Perdarahan Postpartum?
4. Bagaimana patofisiologi dari Perdarahan Postpartum?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Perdarahan Postpartum?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dari Perdarahan Postpartum?
7. Bagaimana NCP pada Perdarahan Postpartum secara umum?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada Perdarahan Postpartum menurut kasus?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian dari Perdarahan Postpartum.
2. Untuk mengetahui etiologi dari Perdarahan Postpartum.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Perdarahan Postpartum.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Perdarahan Postpartum
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Perdarahan Postpartum.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari Perdarahan Postpartum.
7. Untuk mengetahui NCP pada Perdarahan Postpartum secara umum.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Perdarahan Postpartum menurut
kasus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Perdarahan Postpartum adalah perdarahan kala IV yang lebih dari 500-600 mL dalam
masa 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua
bagian, yaitu :
1. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah
24 jam setelah anak lahir
2. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi
setelah 24 jam, biasanya antara hari ke 5 sampai 15 postpartum.
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai hilangnya darah 500 mL atau lebih dari
organ-organ reproduksi setelah selesainya kala tiga persalinan. Perdarah postpartum adalah
penyebab penting kematian ibu: ¼ dari kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan
(perdarahan postpartum, plasenta previa, solusio plasenta, kehamilan ektopik, abortus, dan
ruptur uteri).
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500cc yang terjadi setelah bayi
lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml setelah prsalinan abdominal. Kondisi dalam
persalinan menyebabkan kesulitan untuk menetukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka
batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal yang telah
menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh lemah, limbung,
berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan darah sistolik < 90 mmHg, denyut nadi
>100/menit, kadar Hb >8 g /dL.

2.2 Etiologi
Kondisi dalam persalinan sangat sulit menentukan jumlah perdarahan karena tercampur
dengan air ketuban dan serapan pakaian atau kain alas tidur. Sehingga penentuan untuk
perdarahan dilakukan setelah bayi lahir dan penentuan jumlah perdarahan dilihat dari
perdarahan lebih dari normal yang telah menyebabkan perubahan tanda-tanda vital.
Faktor terjadinya pendarahan post partum:
1. Atonia uteri
Dilihat dari faktor predisposisinya: umur, paritas, partus lama dan partus terlantar,
obstetric operatif dan narkosa, uterus terlalu regang dan besar, mioma uteri,
malnutrisi.
2. Sisa plasenta dan selaput ketuban.
3. Jalan lahir: robekan peritoneum, vagina serviks, forniks, dan rahim.
4. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah sering dijumpai pada perdarahan yang banyak, solusio
plasenta, kematian janin yang lama dalam kandungan, pre-eklamsi dan eklamsi,
infeksi, hepatitis, dan septic syok.
2.3 Manifestasi Klinis
Setelah persalinan pasien mengeluh lemah, pucat, limbung, berkeringat dingin,
menggigil, pusing, gelisah, hiperpnea, sistolik <90mmHg, nadi >100x/menit, kadar Hb <8
g%) ini karena kehilangan darah lebih dari normal dan dapat terjadi syok hipovolemik,
tekanan darah rendah, ekstermitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
1. Atonia uteri
Gejala yang selalu ada : Uterus tidak berkontraksi, lembek, dan perdarahan segera
setelah anak lahir (perdarahan postpartum primer).
Gejala yang kadan-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat
dan kecil,ekstermitas dingin, gelisah, mual, dan lain-lain)
2. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: Perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah
bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
3. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera,
kontraksi uterus baik.
Gejalan yang kadang-kadang timbul: Tali pusat putus akibat traksi berlebihan,
inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
4. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada: Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh
darah) tidak lengkap dan perdarahan segera.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus
tidak berkurang.
5. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali
pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat.
2.4 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb, Ht, Masa perdarahan dan masa pembekuan.
b. Pemeriksaan USG
Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi
intrauterine.
c. Kultur uterus dan vaginal
Menentukan efek samping apakah ada infeksi yang terjadi.
d. Urinalisis
Memastikan kerusakan kandung kemih.
e. Profil Koagulasi
Menentukan peningkatan degradasi kadar produk fibrin, penurunan fibrinogen,
aktivasi masa tromboplastin dan masa tromboplastin parsial.
2.5 Penatalaksanaan Medis
1. Sejak masa antenatal,atasi anemia dengan nutrisi, zat besi, vitamin dan mineral.
2. Pada ibu dengan riwayat perdarahan post partum sebelumnya, persalinan harus
berlangsung di rumah sakit
3. Tidak boleh memijat dan mendorong uterus kebawah sebelum plasenta lepas.
4. Penanganan: segera setelah diketahui perdarahan post partum, harus ditentukan
adanya syok.
5. Bila dijumpai adanya syok, maka segera berikan infus cairan, transfusi darah,
kontrol perdarahan dan pemberian oksigen.
6. Bila tidak ada syok atau syok sudah teratasi, segera lakukan pemeriksaan untuk
menemukan etiologinya.
2.6 Pathway Perdarahan Post Partum

Etiologi

Atonia uteri Persalinan dengan tindakan Retensio plasenta Inversio uteri

Kegagalan miometrium (episiotomi), Plasenta tdk dapat terlepas Fundus uteri terbalik

untuk berkontraksi Robekan serviks, masih sisa plasenta dalam sebagian/seluruhnya

Uterus dalam keadaan robekan perineum rahim masuk ke dalam cavum uteri

relaksasi,melebar,lembek Terputusnya kontinuitas Menggagu kontraksi uterus Lingkaran kontriksi uterus

Pembuluh darah tak pembuluh darah Pembuluh darah tidak dapat akan mengecil

mampu berkontraksi menutup Uterus akan akan terisi darah

Pembuluh darah tetap

terbuka

Perdarahan Post Partum(Perdarahan Pasca Persalinan)

Penurunan jumlah Persalinan dengan tindakan

cairan intravaskuler (episiotomi),

Jumlah hemoglobin Berlangsung secara robekan serviks,


dalam darah terus-menerus robekan perineum

Suplai oksigen ke Penurunan jumlah cairan Prosedur invasif Terbentuknya pintu masuknya virus

jaringan intravaskuler dalam jumlah Terputusnya kontinuitas dan bakteri patogen

Hipoksia jaringan yang banyak jaringan

mukosa pucat, Renjatan hipovolemik Nyeri Virus/bakteri dapat masuk dengan

akral dingin,konjungtiva mudah ke dalam tubuh


Resiko syok Nyeri Akut
anemis,nadi cepat tapi lemah hipovolemik Resiko infeksi

Ketidakseimbangan
perfusi jaringan perifer

Kelemahan umum Penurunan Tekanan Darah

Intoleransi Kekurangan
aktivitas volume cairan
2.7 NCP
Masalah yang lazim muncul :
a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan vaskuler berlebihan.
b. Perubahan perfusi jaringan perifer b.d hipovolemia.
c. Resiko tinggi infeksi b.d trauma jaringan, status cairan tubuh (lokhial) penurunan
Hb, prosedur invasif.
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan tindakan b.d
kurang informasi.
.
NCP
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Kurangnya volume Ibu menunjukkan volume 1. Kaji dan catat jumlah, tipe, dan 1. Perkiraan kehilang darah, arterial versus
cairan b.d kehilangan cairan kembali adekuat sisi perdarahan; timbang dan vena dan adanya bekuan membantu
vaskular berlebihan. Dengan Kriteria Hasil : hitung pembalut. membuat diagnosa banding dan menentukan
1. Pengisian kapiler 2. Kaji lokasi uterus dan derajat kebutuhan penggantian.
cepat kontraktilitas uterus 2. Peningkatan kontraktilitas miometrium
2. TTV stabil 3. Perhatikan hipotensi /takikardi, dapat menurunkan kehilangan darah.
3. Membran mukosa dan pelambatan pengisian kapiler 3. Tanda-tanda menunjukkan hipovolemik dan
kulit lembab atau sianosis dasar terjadinya syok
4. Sianosis (-) kuku,membran mukosa dan Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.
5. Volume perfusi bibir.
/sirkulasi adekuat 4. Observasi masukan dan
- haluaran;perhatikan berat jenis
urin.
2 Perubahan perfusi Perfusi jaringan kembali 1. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan 1. Nilai banding membantu dalam
jaringan perifer b.d adekuat sesudah kehilangan darah menentukan beratnya kehilangan.
hipovolemi Dengan Kriteria Hasil : 2. Pantau tanda vital: catat derajat 2. Luasnya keterlibatan hipofisis dapat
1. TTV dalam batas dan durasi episode dihubungkan dengan derajat dan durasi
normal hipovolemik. hipotensi.
2. Hb : 12-14 gr % 3. Perhatikan tingkat kesadaran 3. Perubahan sensorium adalah indicator dini
Sianosis (-) dan adanya perubahan perilaku. dari hipoksia.
3. Kesadaran kompos 4. Kaji warna dasar kuku, 4. Pada kompensasi vasokontriksi dan pirau
mentis mukosa mulut, gusi dan lidah: organ vital, sirkulasi pada pembuluh darah
4. Membran mukosa perhatikan warna kulit. perifer diturunkan yang mengakibatkan
lembab. sianosis dan suhu kulit dingin.

3 Resiko tinggi infeksi Infeksi tidak terjadi 1. Perhatikan gejala malaise, 1. Gejala-
b.d trauma jaringan, Dengan Kriteria Hasil: menggigil, anoreksia, nyeri gejala ini menandakan keterlibatan
statis cairan tubuh 1. TTV dalam batas tekan uterus, atau nyeri sistemik, kemungkinan menimbulkan
(ioktisial) penurunan normal pelvis. bakteremia, syok dan kematian bila
Hb. prosedur invasif. 2. Tanda-tanda infeksi: 2. Pantau kecepatan involusi tidak teratasi.
dolor (-), kalor (-), uterus dan sifat serta jumlah 2. Infeksi uterus memperlambat involusi
tumor (-), rubor (-), rabas lokhia. dan memperlama aliran lokhia.
fungsio laesa (-) 3. Kaji kadar Hb/Ht,berikan 3. Anemia sering menyertai infeksi, me
3. Involusi uterus suplemen zat besi sesuai mperlambat pemulihan dan merusak
normal. indikasi. system imun.

4 Kurang pengetahuan Pengetahuan klien 1. Jelaskan factor predisposisi 1. Memberikan informasi untuk
mengenai kondisi, bertambah. atau penyebab dan tindakan membantu.klien atau pasang untuk
prognosis dan Dengan Kriteria Hasil: khusus terhadap penyebab memahami dan mengatasi situasi
kebutuhan tindakan b.d 1. Klien dapat me hemoragi. 2. Berikan informasi yang perlu untuk
kurangnya informasi. njelaskan kemba 2. Kaji tingakat pengetahuan mengembangkan rencana perawatan
li tentang kondisi klien atau pasangan individu. Menurunkan ansietas dan
dan kesiapan dan kemampuan stress, yang dapat menghambat
prognosis penya untuk belajar. Dengarkan, pembelajaran dam memberikan
kitnya. bicara dengan tenang dan klasifikasi dan pengulangan untuk
2. Klien dpat berikan waktu untuk meningkatkan pemahaman.
mengulang bertanya dan meninjau 3. Kelompok-
kembali materi. kelompok spesipik, sepert kelompok
pengobata- 3. Rujuk pada kelompok pendukung histereoktomi, dapat
pengobatan pada pendukung bila tepat. memberikan infomasi terus menerus
penyakitnya. untuk memudahkan adaptasi positif.
3. Cemas klien
berkurang.
4. Klien dapat
mengambil
keputusan untuk
rencana
pengobatan dan
tindakan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS (Perdarahan Postpartum)

Seorang ibu P2A0 postpartum spontan hari ke-5. Klien datang ke UGD dengan keluhan
mengalami perdarahan sejak 2 jam sebelum masuk RS dan sudah mengganti pembalut
sebanyak tiga kali. Pasien mengatakan pada saat melahirkan ditolong oleh bidan dan
dilakukan manual placenta karena placenta tidak lahir setelah diberikan suntik oksitosin 10 iu
kedua. Hasil pemeriksaan TD 110/60 mmHg, Nadi 104x/menit, Respirasi 22x/menit dan suhu
37,3C, konjungtiva anemis, akral dingin, bibir kering dan pucat, kulit terlihat pucat, klien
terlihat tertidur dan lemas. Hasil pemeriksaan USG terdapat sisa placenta. Pasien diberikan
cairan RL guyur 2 plabot dilanjutkan, urin keluar 200 cc selama 2 jam. Pasien direncanakan
akan dilakukan tindakan kuretase.

3.1 Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1. Identitas
a) Nama : Ny. X
b) Usia : Tidak Terkaji
c) Jenis Kelamin : Perempuan
d) Pekerjaan : Tidak Terkaji
e) Diagnosa Medis : Perdarahan Postpartum

2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Klien mengeluh perdarahan sejak 2 jam SMRS dan telah menggati
pembalut sebanyak 3 kali dalam 2 jam.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien merupakan seorang ibu P2A0 postpartum spontan hari ke-5, klien
mengatakan pada saat melahirkan ditolong oleh bidan dan dilakukan
manual placenta karena placenta tidak lahir setelah diberikan suntik
oksitosin 10 iu kedua. Hasil pemeriksaan USG terdapat sisa placenta.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak terkaji
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terkaji
3. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum: Klien tertidur dan lemas
b) Tingkat kesadaran: Composmentis
E: 4 M: 5 V: 6
c) Tanda Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/60 mmHg
RR : 22x/menit
Suhu : 37,3oC
Nadi : 104x/menit
d) Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Pernafasan
Tidak terkaji
2) Sistem Kardiovaskluar
Konjungtiva anemis, akral teraba dingin, bibir kering dan pucat
3) Sistem Gastroinstestinal
Tidak terkaji
4) Sistem Endokrin
Tidak terkaji
5) Sistem Neurologi
Tidak terkaji
6) Sistem Perkemihan
Urin keluar 200 cc selama 2 jam, setelah diberikan cairan RL guyur 2
plabot.
7) Sistem Integumen
Kulit terlihat pucat
8) Sistem muskuloskeletal
Tidak terkaji
9) Sistem Reproduksi
Klien merupakan seorang ibu P2A0 postpartum spontan. Hasil
pemeriksaan USG terdapat sisa placenta, perdarah 2 jam SMRS.
3.2 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Ds: Perdarahan Kekurangan
- Klien mengeluh perdarahan Volume Cairan
sejak 2 jam SMRS dan Volume cairan ↓
sudah mengganti pembalut
sebanyak 3x Hb, O2 ↓
- Klien mengatakan saat
melahirkan ditolong oleh Penurunan TD
bidan dan dilakukan manual
placenta karena placenta Kekurangan volume
tidak lahir. cairan
Do:

- TD : 110/60 mmHg
- N: 104x/menit
- R : 22x/menit
- S : 37,3C
- Konjungtiva anemis, akral
dingin, bibir kering, dan
pucat, kulit terlihat pucat,
klien terlihat tidur dan lemas
- Hasil pemeriksaan USG
terdapat sisa placenta
2 Ds: Penurunan jumlah Ketidakseimbangan
- Klien mengeluh perdarahan cairan intravaskuler Perfusi Jaringan
sejak 2 jam SMRS dan
sudah mengganti pembalut Jumlah hemoglobin
dalam darah
sebanyak 3x
Do:
Suplai oksigen ke
- TD : 110/60 mmHg jaringan
- N : 104x/menit
- Konjungtiva anemis, akral
Hipoksia jaringan
dingin, bibir kering dan
pucat, Kulit terlihat pucat,
klien terlihat lemas Mukosa pucat, akral
dingin, konjungtiva
anemis, nadi cepat
tapi lemah

Ketidakseimbangan
perfusi jaringan
3 Ds: Robekan jalan lahir Resiko Infeksi
- Klien mengatakan pada saat
melahirkan ditolong oleh Perdarahan
bidan dan dilakukan manual
plasenta Volume cairan ↓
Do:
Hb, O2 ↓
- Klien dilakukan manual
plasenta
Daya tahan tubuh ↓

Kuman mudah masuk

Resiko infeksi
4 Ds: Robekan jalan lahir Intoleransi
- Klien mengeluh perdarahan Aktivitas
sejak 2 jam SMRS dan Perdarahan
sudah mengganti pembalut
sebanyak 3x Volume cairan ↓
Do:
Hb, O2 ↓
- Klien terlihat tertidur dan
lemas
Hipoksia
- konjungtiva anemis
- N: 104x/menit
Kelemahan umum
- Kulit terlihat pucat

Intoleransi aktifitas
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Perioritas :
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan perfusi darah keperifer.
3. Resiko infeksi b.d trauma jaringan.
4. Intoleransi aktivitas b.d suplai oksigen keseluruh tubuh.

3.3 Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan cairan IV isotonik 1. Diberikan RL untuk
cairan b.d kehilangan keperawatan selama 3x24 yang diresepkan (misalnya, penambah cairan dan
cairan aktif jam, kekurangan volume cairan normal saline atau elektrolit pada tubuh klien
cairan klien dapat teratasi Lactated Ringer) untuk untuk mengembalikan
dengan kriteria hasil : dehidrasi ekstra seluler dengan keseimbangannya.
aliran yang tepat yang awalnya
1. Tekanan darah
di guyur.
80/120 mmhg
2. Monitor adanya tanda – tanda 2. Agar dapat terus
2. Nadi 70-80 x/menit
dehidrasi (misalnya, turgor mengontrol kondisi klien.
3. Suhu 36,6°C - 37,2°
kulit buruk cappilary refill
C
4. Tidak ada tanda- terlambat, nadi lemah/thready
tanda dehidrasi, pulse, sangat haus, membran
elastisitas turgor mukosa kering dan penurunan
kulit baik, membran urin output)
mukosa lembab. 3. Tawarkan snack (jus buah, 3. Buah - buahan sangat
buah segar) membantu tubuh untuk
memenuhi kebutuhan
vitamin, kalsium dan gizi
tambahhan untuk tubuh,
sehingga konsumsi buah
untuk tubuh ni sangatlah
baik dan diperlukan setiap
harinya.

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor adanya daerah tertentu 1. Untuk mengetahui
perfusi jaringan keperawatan selama 3x24 yang hanya peka terhadap apakah adanya
perifer b.d penurunan jam, kondisi klien dapat dingin/panas/tajam/tumpul. penurunan pada sensasi
perfusi darah keperifer membaik dengan kriteria perifer atau tidak.
hasil : 2. Membatasi gerakan agar
2. Batasi gerakan pada kepala, tidak terjadi pendarahan
1. Menunjukan fungsi
leher dan punggung. yang lebih banyak.
sensori dan motori
carnial yang utuh:
tingkat kesadaran
membaik.
2. Tekanan darah
120/80 mmhg

3. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Dorong masukkan nutrisi yang 1. Agar klien sistem tubuhnya
trauma jaringan keperawatan selama 3x24 cukup. tetap normal, pertumbuhan
jam, klien tidak mengalami tetap baik dan untuk
peningkatan resiko dengan pemeliharaan kesehatannya.
kriteria hasil : 2. Dorong masukan cairan. 2. Agar klien dapat
mempertahankan cairan
1. Bebas dari tanda dan
dalam tubuhnya karena
gejala infeksi.
komponen penting bagi
2. Menunjukan
fluida ekstraselular,
kemampuan untuk
termasuk plasma darah dan
mencegah timbulnya
fluida transelular.
infeksi.
3. Dengan istirahat dapat
3. Menunjukan prilaku 3. Dorong klien untuk istirahat.
megurangi pendarahan yang
hidup sehat.
keluar.
4. Ajarkan klien dan keluarga 4. Agar klien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi. mengetahui tanda-tanda dan
gejala infeksi jika itu terjadi
infeksi.

4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu klien untuk 1. Agar klien mampu
b.d suplai oksigen keperawatan selama 3x24 mengidentifikasi aktivitas mobilisas.
keseluruh tubuh. jam, diharapkan klien yang mampu dilakukan.
mampu melanjutkan
aktifitas kehidupan sehari- 2. Bantu klien/keluarga untuk 2. Agar keluarga mampu

hari yang ingin dilakukan mengidentifikasi untuk membantu klien

dengan kriteria hasil : kekurangan dalam dalam beraktivitas.

beraktivitas.
1. Berpartisipasi dalam 3. Agar tahu jika adanya
3. Monitor respon
aktivitas fisik tanpa kontraindikasi pada
fisik,emosi,sosial dan
disertai peningkatan respon fisik,emosi,sosial
spritual.
tekanan darah, nadi dan spritual.
dan respirasi
2. Tekanan darah
120/80 mmhg
3. Nadi 70-80/menit
4. Respirasi 12-
20/menit
5. Status respirasi :
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat.

3.4 Implementasi
No. Tanggal / Jam Implementasi Respon Paraf
Dx.
1 13 Mei 2018 1. Monitor status hidrasi (mis, membran Klien masih terkulai lemah di atas tempat
09.30 mukosa lembab, denyut nadi adekuat dan tidur.
tekanan darah ortostatik) TD: 110/70
2. Monitor tanda-tanda vital pasien N: 100x/menit
R: 25x/menit
S: 37oC
1 13 Mei 2018 Berikan terapi IV, seperti yang ditentukan Pucat pada bibir dan kulit sudah mulai
11.30 berkurang

2 13 Mei 2018 1. Berikan cairan IV isotonik yang diresepkan Turgor kulit membaik, pucat pada bibir
(mis, lactated ninger), untuk rehidrasi dan kulit mulai berkurang, mukosa bibir
15.00
ekstraseluler dengan tetesan aliran yang tepat sedikit lembab
3 14 Mei 2018 1. Monitor TTV Tidak terdapat gejala infeksi.
08.30 2. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi TD: 110/70
sistemik lokal N: 98x/menit
R: 23x/menit
S: 36,7oC

4 14 Mei 2018 1. Monitor intake asupan nutrisi untuk Klien memerlukan bantuan untuk
13.45 mengetahui sumber energi yang adekuat melakukan perawatan diri (mengganti
2. Monitor kemampuan perawatan diri secara pakaian), klien menghabiskan ½ porsi
mandiri dari makanan yang diberikan RS

3.5 Evaluasi

No. Tanggal / Jam SOAP Paraf


Dx.
1 13 Mei 2018  S: Klien mengatakan masih merasa lemas, tetapi merasa
16.00 lemas berkurang setelah diberikan cairan infus.
 O: Pucat pada kulit dan bibir sudah mulai berkurang, TTV
dalam batas normal.
 A: Masalah teratasi sebagian
 P: Intervensi dilanjutkan
2 14 Mei 2018  S: klien mengatakan keluhan yang dirasakan sedikit
09.50 berkurang dari yang sebelumnya
 O: Turgor kulit membaik, pucat pada bibir dan kulit mulai
berkurang, mukosa bibir sedikit lembab
 A: Masalah teratasi sebagian
 P: Intervensi dilanjutkan

4 14 Mei 2018  S: Klien mengatakan masih merasa sulit ketika melakukan


11.00 perawatan diri.
 O: Klien dibantu melakukan perawatan diri (mengganti
pakaian) oleh keluarga
 A: Masalah belum teratasi
 P: Intervensi dilanjutkan, ditambah dengan bantu untuk
mendorong klien melakukan aktivitas normal sehari-hari
sampai batas kemampuan klien
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengertian
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500cc yang terjadi setelah
bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml setelah prsalinan abdominal. Kondisi
dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk menetukan jumlah perdarahan yang
terjadi, maka batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih
dari normal yang telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien
mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan darah
sistolik < 90 mmHg, denyut nadi >100/menit, kadar Hb >8 g /dL.

4.2 Etiologi Pada Klien


Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim dapat
menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan postpartum lambat
(biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan). Pada perdarahan postpartum dini
akibat sisa plasenta ditandai dengan perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta
lahir dan kontraksi rahim baik. Pada perdarahan postpartum lambat gejalanya sama
dengan subinvolusi rahim, yaitu perdarahan yang berulangatau langsung terus sdan
berasal dari rongga rahim. Perdarahan akibat sisa plasenta jarang menimbulkan syok.
Penilaian klinis sulit untuk memastikan adanya sisa plasenta, kecuali apabila
penolong persalinan memeriksa kelengkapan plasenta setelah plasenta lahir. Apabila
kelahiran plasenta dilakukanoleh orang lain atau terdapat keragauan sisa plasenta,
maka untuk memastikan adanya sisa plasenta ditentukan dengan eksplorasi dengan
tangan, kuret ata alat bantu diagnostic yaitu ultrsonografi. Pada umumnya perdarahan
dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim baik dianggap sebagai
akibat sisa plasenta yang tertinggal dalam rongga rahim.

4.3 Manifestasi Klinis


Setelah persalinan pasien mengeluh lemas, pucat, limbung, berkeringat dingin,
menggigil, pusing, gelisah, hiperpnea, sistolik<90 mmhg, nadi> 100x/menit, kadar Hb
<8% . Ini karena kehilangan darah lebih dari normal dan dapat terjadi syok
hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.
Klien pada kasus ini mengalami tertinggalnya plasenta (sisa plasenta), gejala
yang selalu yaitu plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak
lengkap dan pendarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul yaitu uterus
berkontraksi baik tetapi fungsi fundus tidak berkurang.
4.4 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb, Ht, Masa perdarahan dan masa pembekuan.
b. Pemeriksaan USG
Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi
intrauterine.
c. Kultur uterus dan vaginal
Menentukan efek samping apakah ada infeksi yang terjadi.
d. Urinalisis
Memastikan kerusakan kandung kemih.
e. Profil Koagulasi
Menentukan peningkatan degradasi kadar produk fibrin, penurunan fibrinogen,
aktivasi masa tromboplastin dan masa tromboplastin parsial.

Kriteria Diagnosis Sisa Plasenta, yaitu:

a. Pemeriksaan fisik : Pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan darah


rendah, denyut nadi cepat, kecil, ekstremitas dingin serta tampak darah
keluar melalui vagina terus-menerus.
b. Pemeriksaan obstetri : Mungkin kontraksi usus lembek, uterus membesar
bila ada atonia uteri. Bila kontraksi uterus baik, perdarahan mungkin
karena luka jalan lahir.
c. Pemeriksaan ginekologi : Dilakukan dalam keadaan baik atau telah
diperbaiki, dapat diketahui kontraksi uterus, luka jalan lahir dan retensi
sisa plasenta.
4.5 Penatalaksanaan Pada Klien
1.Resusitasi Cairan
Pengangkatan kaki dapat meningkatkan aliran darah balik vena sehingga dapat
memberi waktu untuk menegakkan diagnosis dan menangani penyebab perdarahan.
Perlu dilakukan pemberian oksigen dan akses intravena. Selama persalinan perlu
dipasang paling tidak 1 jalur intravena pada wanita dengan resiko perdarahan
postpartum, dan dipertimbangkan jalur kedua pada pasien dengan resiko sangat tinggi.
Berikan resusitasi dengan cairan kristoloid dalam volume yang besar, baik
normal salin (NS/NaCl) atau cairan Ringer Laktat melalui akses intravena perifer. NS
merupakan cairan yang cocok pada saat persalinan karena biaya yang ringan dan
kompatibilitasnya dengan sebagian besar obat dan transfusi darah. Resiko terjadinya
asidosis hiperkloremik sangat rendah dalam hubungan dengan perdarahan postpartum.
Bila dibutuhkan cairan kristaloid dalam jumlah banyak (>10 L), dapat
dipertimbangkan penggunaan cairan Ringer Laktat.
Cairan yang mengandung dekstrosa, seperti D 5% tidak memiliki peran pada
penanganan perdarahan postpartum. Perlu diingat bahwa kehilangan 1 L darah perlu
penggantian 4-5 L kristaloid, karena sebagian besar cairan infus tidak tertahan di
ruang intravasluler, tetapi terjadi pergeseran ke ruang interstisial. Pergeseran ini
bersamaan dengan penggunaan oksitosin, dapat menyebabkan edema perifer pada
hari-hari setelah perdarahan postpartum. Ginjal normal dengan mudah mengekskresi
kelebihan cairan. Perdarahan postpartum lebih dari 1.500 mL pada wanita hamil yang
normal dapat ditangani cukup dengan infus kristaloid jika penyebab perdarahan dapat
ditangani. Kehilangan darah yang banyak, biasanya membutuhkan penambahan
transfusi sel darah merah.
Cairan koloid dalam jumlah besar (1.000-1.500) mL/hari) dapat menyebabkan
efek yang buruk pada hemostasis. Tidak ada cairan koloid yang terbukti lebih baik
dibandingkan NS, dan karena harga serta resiko terjadinya efek yang tidak diharapkan
pada pemberian koloid, maka cairan kristaloid tetap direkomendasikan.
2. Berikan uterotonika : oksitosin/metergin
3. Tindakan definitif : kuretase
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Perdarahan Postpartum adalah perdarahan kala IV yang lebih dari 500-600 mL
dalam masa 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Menurut waktu terjadinya
dibagi atas dua bagian, yaitu Perdarahan postpartum primer (early postpartum
hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam setelah anak lahir dan Perdarahan
postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam,
biasanya antara hari ke 5 sampai 15 postpartum. atonia uteri, sisa plasenta dan
selaput ketuban, jalan lahir: robekan peritoneum, vagina serviks, forniks, dan
rahim, serta penyakit darah.
5.2 Saran
a. Pasien
Diharapkan pasien dapat memahami pengertian, penyebab, klasifikasi,
fisiologi dan penatalaksanaan pada saat post partum.
b. Perawat
Diharapkan kepada perawat dapat menggunakan proses keperawatan
sebagai kerangka kerja untuk perawatan pasien dengan post partum.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Sri dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui. Jakarta: Erlangga

Johnson, Y. Joyce. 2014. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Rapha Publishing

Nurarif Huda Amin, Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction

Nurul,H, & Dian, P.Y. (2015) . GAMBARAN HEMORAGIC POST PARTUM. Jurnal Edu
Health, Vol. 5 No. 2.

Você também pode gostar