Você está na página 1de 78

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat
dan hidayahNya sehingga Kuliah Kerja Nyata di semester khusus tahun 2018
di Dusun Soronanggan, Desa Panjangrejo, Kecamatan Pundong, Kabupaten
Bantul dapat terselesaikan dengan baik dan lancar hingga laporan akhir ini
disusun. Laporan ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban selama
pelaksanaan kegiatan KKN di wilayah Dusun Soronanggan yang dilaksanakan
pada tanggal 16 Juli 2018 sampai 28 Agustus 2018. Selama kegiatan KKN,
kelompok 225 tidak terlepas dari berbagai pihak yang mendukung secara
materiil maupun nonmateriil. Terima kasih kami ucapkan kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan rahmat
2. Kedua orangtua kami yang senantiasa memberikan doa dan dukungan baik
secara moral maupun material
3. Bapak Dr. Sutrisna Wibawa, M. Pd., selaku Rektor Universitas Negeri
Yogyakarta beserta jajarannya
4. Bapak Dr. Suyanta, M. Si., selaku Ketua Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakay (LPPM) Universitas Negeri Yogyakarta
5. Ibu Sri Palupi, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Lapangan yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, masukan, serta saran selama
kegiatan KKN di Dusun Soronanggan, Desa Panjangrejo, Kecamatan
Pundong, Kabupaten Bantul
6. Bapak Daru Kiswara selaku Kepala Desa Panjangrejo yang telah
memberikan dan mendukung kegiatan KKN Kelompok 225
7. Bapak Daru Kiswara selaku Kepala Dusun Soronanggan yang telah
memberikan dan mendukung kegiatan KKN kelompok 225
8. Bapak Ketua RT 1-4 dan jajarannya di Dusun Soronanggan yang telah
mendukung program kerja dan kegiatan yang dilaksanakan sehingga
berjalan dengan baik.
9. Tokoh masyarakat, pemuda, dan anak-anak, serta seluruh masyarakat
Dusun Soronanggan
10. Teman-teman kelompok 222-224 dan sesama anggota kelompok 225 yang
telah bekerja sama untuk menyelesaikan KKN di Desa Panjangrejo,
khususmya Dusun Soronanggan.

2
11. Serta seluruh pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan
program kerja KKN kelompok 225 di Dusun sehingga kegiatan dapat
terlaksana dan terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari program kerja KKN kelompok 225 belum terlaksana dengan
sempurna, tetapi kami berharap pengabdian yang telah dilaksanakan dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Kritik dan saran dari berbagai pihak sangat
kami harapkan agar dapat kami jadikan sebagai evaluasi dan perbaikan di
kegiatan mendatang. Semoga semangat warga Dusun Soronanggan semakin
meningkat untuk memajukan Dusun. Demikian laporan ini kami susun,
semoga pelaksanaan kegiatan KKN Universitas Negeri Yogyakarta di masa
yang akan datang menjadi lebih baik.
Yogyakarta, 28 Agustus 2018
Penyusun,

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. 2


DAFTAR ISI .................................................................................. 4
Membangun Karakter Anak dengan Media Dongeng ................................... 5
Pengenalan Rambu Lalu Lintas Kepada Siswa
Kelas VII SMP N 1 PUNDONG............................................................. 13
Kolase Baju Adat : Pengenalan Budaya Pada Anak-anak
PAUD KB Kemuning ............................................................................. 20
Parenting sebagai Upaya Mendidik dan Meneladani ..................................... 26
Matematika Mudah dengan Alat Hitung Tradisional..................................... 36
Pemanfaatan Limbah Plastik menjadi Kreasi Bunga Hias ............................. 42
Pengenalan Alat Musik Gitar dan Recorder .................................................. 50
Pengenalan Metode Pembelajaran (Number Head Together)
dan Media Pembelajaran (Talking Board) .............................................. 58
Melatih Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Usia Dini........................... 66
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 75

4
Membangun Karakter Anak dengan Media Dongeng
Muhammad Septian Sujatmiko
15201241082
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan sebuah negara yang masih menjunjung tinggi adat dan
nilai. Adat dan nilai berkembang sesuai dengan daerahnya. Terdapat beraneka
ragam adat dan nilai yang berkembang di daerah. Berdasarkan sensus penduduk
menurut BPS tahun 2010 terdapat lebih kurang 1.340 suku bangsa yang tersebar
di Kepulauan Indonesia. Salah satu nilai yang menjadikan masyarakat Indonesia
dikenal di penjuru dunia adalah rasa gotong royong yang masih kental di
masyarakat. Salah satu contoh gotong royong di Indonesia adalah pindah rumah
ala suku Bugis. Masyarakat suku Bugis memiliki tradisi unik, yaitu tradisi
memindahkan rumah mereka. Seluruh bangunan rumah akan diangkat secara
bersama-sama sanak saudara dan warga sekitar menuju lokasi yang sudah
ditentukan.
Rasa gotong royong tumbuh dalam jiwa masyarakat Indonesia karena sebuah
rasa kepedulian. Kepedulian tersebut ditanamkan oleh nenek moyang yang masih
tetap dijaga sampai sekarang. Sering penyebutan istilah gotong royong dalam
setiap daerah berbeda-beda, tetapi esensinya masih tetap sama. Gotong royong
merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama atau saling
tolong menolong dalam sebuah kegiatan. Seiring perkembangan zaman yang
semakin maju dengan kecanggihan teknologi, rasa gotong royong semakin
memudar. Apabila hal tersebut dibiarkan, entah apa yanng akan terjadi di masa
mendatang. Hal tersebut melatar belakangi mengapa penulis menulis artikel ini.
Menurut Undang Undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 3, Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan Nasional juga bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

5
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Sungguh ironis, pada zaman sekarang, media dongeng kian lapuk dan
dianggap basi. Dongeng tidak lagi dijadikan andalan dalam mengasah stimulasi
anak. Hal ini berakibat kurang pekanya anak terhadap lingkungan sekitar, rasa
solidaritas kepada sesama temannya kian rapuh, dan pribadi tolong menolong
sangat jarang. Semua berawal ketika para orang tua dan guru anak usia dini tidak
bisa mengimbangi arus zaman modern. Mereka lebih asyik membiarkan anak-
anaknya. Sebagian besar orang tua maupun pendidik di lembaga pendidikan,
seperti pendidikan anak usia dini (PAUD) maupun kanak-kanak mulai cenderung
terkesan bosan dan terlihat meragukan keampuhan sebuah dongeng. Meramu
sebuah dongeng yang positif merupakan kelebihan tersendiri dari seorang
pendidik PAUD. Sayangnya, bila dihadapkan dengan dongeng anak, mereka
kurang berminat untuk mempelajarinya. Bahkan orangtua hanya akan menyuruh
anak-anaknya menghabiskan waktu luangnya untuk duduk menonton televisi atau
gadget.
Sekarang ini, kita bisa melihat bahwa kelalaian orang tua dan para guru PAUD
tidak bisa mengimbangi perkembangan zaman. Hal ini terlihat dengan adanya
perkembangan teknologi yang semakin canggih dan maraknya acara anak-anak
menjadi nilai lebih bagi televisi. Mengingat fenomena tersebut, seharusnya para
orang tua dan para pendidik, khususnya pada lingkungan PAUD, seharusnya
mereka flashback saat mereka masih di usia dini. Eksistensi kegiatan mendongeng
ini cenderung makin memudar karena tergerus oleh usia dan zaman yang serba
canggih. Padahal perlu diingat bahwa banyak keuntungan yang didapat dengan
memberikan dongeng kepada anak-anak. Dongeng anak-anak sangat berguna
karena mampu merekatkan hubungan orang tua dengan anak, serta membantu
mengoptimalkan perkembangan psikologis dan kecerdasan anak secara
emosional.
Salah satu upaya untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti atau nilai-
nilai karakter. Nilai-nilai itu adalah moral, budi pekerti, kejujuran, kebaikan,
kemandirian, keagamaan dll, bisa ditanamkan pada anak-anak, melalui

6
bercerita pula anak-anak dapat belajar mengembangkan imajinasi,
mengekspresikan diri, dan dapat memetik hikmah dari cerita tersebut.
Manfaat dongeng antara lain;
1) Membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak,
2) Media penyampai pesan atau nilai moral dan agama yang efektif,
3) Pendidikan imajinasi atau fantasi,
4) Menyalurkaan dan mengembangkan emosi,
5) Membantu proses peniruan perbuatan tokoh dalam cerita,
6) Memberikan dan memperkaya pengalaman batin,
7) Sarana hiburan dan penarik perhatian,
8) Penggugah minat baca, dan
9) Sarana membangun watak mulia.

METODE
Metode yang digunakan dalam mendongeng adalah metode bercerita. Metode
bercerita merupakan sebuah penyampaian cerita dengan cara bertutur. Metode
tersebut menonjolkan segi aspek teknis penceritaannya. Langkah-langkah
menerapkan metode bercerita menurut Moeslichatoen, antara lain:
1) Mengkomunikasi tujuan dan tema dalam kegiatan bercerita kepada anak,
2) Mengatur tempat duduk anak dan mengatur bahan dan alat yang digunakan
sebagai alat bantu bercerita,
3) Pembukaan kegiatan bercerita, guru menggali pengalaman-pengalaman anak
dengan cerita atau dongeng yang akan diceritakan,
4) Pengembangan cerita yang dituturkan oleh guru,
5) Menetapkan rancangan cara-cara bertutur yang dapat menggetarkan perasaan
anak, dan
6) Menutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan isi cerita.

7
HASIL
Saat penyampaian dongeng yang mengambil tema tolong menolong
antarteman, anak-anak terlihat antusias. Anak-anak menjadi interaktif saat
mendengarkan cerita, walaupun ada satu atau dua anak yang lebih tertarik dengan
visual buku yang digunakan. Tampak pada gambar di bawah ini antusiasme anak-
anak dalam mendengarkan cerita.

Gambar 1 Antusiasme anak-anak dalam mendengarkan cerita


Hal tersebut tidak perlu dipermasalahkan karena anak memerhatikan jalannya
cerita. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah bosan.
Apabila seorang anak sudah bosan mendengarkan cerita, maka anak akan mencari
berbagai cara untuk mengisi kebosanannya. Selain itu, anak kurang memerhatikan
penceritaan disebabkan oleh visual yang enarik bagi mereka. Misalnya, buku
cerita yang digunakan untuk mendongeng terdapat gambar yang muncul.
Setelah selesai mendongeng, anak diberikan rangsangan mengenai cerita yang
disampaikan. Anak diharapkan dapat menirukan perilaku yang baik dalam tokoh
penceritaan. Anak akan disuruh secara acak menyebutkan tokoh yang dianggap
baik dan kebaikan yang dilakukannya dalam cerita. Apabila anak telah
mengetahui nilai yang terdapat dalam dongeng yang disampaikan, maka tujuan
mendongeng untuk membangun karakter anak telah tercapai. Pada gambar di
bawah ini, pendongeng menanyakan kepada anak-anak cerita yang telah
dibacakan.

8
Gambar 2 Pendongeng bertanya mengenai pesan moral dari cerita
Mendongeng tidak semata cerita pengantar tidur tentang mitos atau
sejenisnya, tetapi juga kejadian-kejadian nyata yang dikemas sedemikian rupa
dengan bantuan teknologi sehingga menarik dan kaya pesan moral. Cerita-cerita
yang mengandung nilai-nilai yang bertentangan dengan moral dan humanisme
bisa saja isi atau jalan cerita diubah, sesuai nilai-nilai budaya lokal, norma
atau agama. Luaran dari aktivitas ini cenderung membentuk kepribadian atau
karakter anak menjadi baik dan secara tidak langsung mengajegkan budaya lokal
tersebut sebagai aset yang tidak ternilai harganya.
Sesudah diberikan perlakuan karakter anak menjadi baik. Melalui metode
bercerita anak dapat menangkap pesan moral secara langsung yang dapat
membuat anak ingin meniru atau mencontoh karakter yang ada di dalam cerita
tersebut. Dengan anak melihat dan mendengarkan cerita menggunakan buku
cerita jadi anak dapat berimajinasi dengan cara melihat langsung gambar yang
mencontohkan karakter yang baik.

PEMBAHASAN
Anak merupakan generasi penerus bangsa yang seharusnya diperhatikan
karakternya. Karakter anak akan memengaruhi kemajuan bangsa Indonesia.
Apabila karakter anak baik maka dapat dipastikan Indonesia akan maju.
Sebaliknya apabila karakter anak kurang baik, maka bangsa Indonesia akan
mengalami kemunduran. Tugas setiap elemen masyarakat harus memerhatikan itu
semua, karena perkembangan karakter seorang anak terjadi di keluarga,
masyrakat, dan sekolah. Setiap elemen harus terjadi persamaan persepsi untuk

9
membangun karakter anak sedini munngkin. Karena di usia 3-7 tahun begitu
mudah untuk membangun karakter anak.
Mendongeng akan terjadi proses transformasi nilai melalui perilaku dan
karakter tokoh dalam cerita. Apalagi dalam mendongeng dibantu dengan
media dan teknologi, maka suasana mendongeng menjadi hidup, menarik dan
terjadi komunikasi sosial antara anak dan guru/orangtua. Penyampaian dongeng
dan cerita kepada anak-anak harus dilakukan dengan benar guna membentuk
karakter baik pada anak (Sarumpaet). Memperhatikan segi penalaran dan
logika cerita dengan pemilihan kata dan kalimat yang benar, sebab saat itu
sedang "mengukir" atau "memahat" karakter anak. Oleh karena itu, pendidik
maupun orang tua harus dapat membedakan secara jelas antara penyampaian
cerita yang bersifat imajinatif dengan cerita yang bersifat realistik.
Kendala yang harus diperhatikan adalah cara yang digunakan untuk
memfokuskan anak kepada apa yang akan disampaikan. Konsentrasi anak akan
mudah berubah ketika mereka sudah tidak tertarik dengan apa yang disampaikan,
jadi cerita yang disampaikan seharusnya mengikuti kebutuhan dan minat anak.

SIMPULAN
Dampak yang dirasakan akan mempengaruhi setiap perilaku anak sehari-hari
dalam perkembangannya menuju kedewasaan, jika seorang anak mendapatkan
pendidikan karakter yang cukup dari guru maupun orang tua, maka anak akan
tumbuh menjadi generasi penerus bangsa, pembangun muda dan pribadi yang
mulia.Selain itu karakter anak dikembangkan mulai dari pengembangan potensi
anak terlebih dahulu, kemudian perbaikan dan penyempurnaan kedepannya
seiring dengan proses penyaringan budaya yang sesuai dan cocok dengan karakter
dalam diri anak.
Teknik yang baik ketika bercerita dongeng bagi guru adalah (1) baik dalam
vocal, gerak dan komunikasi harus penuh ekspresi. (2) mengkondisikan anak
supaya tertib. (3) dalam pembukaan cerita, beri kesan pertama yang menggoda
sehingga membuat anak merasa penasaran. (4) menutup cerita dengan evaluasi
atau tanyak jawab sederhana kepada anak. (5) tuturkan apa yang dapat diambil

10
nilai dan makna cerita pada anak, agar dapat ditanamkan dalam
kehidupannya seharihari.
Dongeng merupakan rangkaian peristiwa nyata atau tidak nyata yang
disampaikan secara sederhana dan mengandung pesan moral yang baik. Kisah
nyata itu bisa berupa sejarah, biografi atau testimoni, serta kisah rekaan
seperti fabel, mitos, legenda atau hikayat. Sebuah dongeng tak boleh
memberi efek samping yang buruk bagi anak, dan ceritanya tidak boleh
mengandung unsur takhayul, horor, kekerasan, pornografi, dan tabu. Demi
menebar sebuah kebaikan, disarankan untuk mengubah jalan cerita dongeng
klasik. Contohnya cerita Aladin yang mengusap-usap poci lalu keluarlah jin
untuk mengabulkan permintaan seseorang. Kisah itu bisa diubah dengan
meminta sesuatu melalui doa dan usaha, tidak minta kepada jin. Mendongeng
atau bercerita tentang “sesuatu”, bisa dilakukan dengan banyak caraagar
dongeng lebih menarik dan hidup, misalnya dengan animasi suara melalui
aplikasi.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa metode bercerita atau dongeng
dapat dikatakan salah satu media pembelajaran anak usia dini yang dapat
memberikan manfaat positif bagi perkembangan anak, terutama perkembangan
moral, bahasa dan sosio emosional. Karakter anak dapat ditumbuhkan saat mereka
mendengarkan sebuah dongeng yang memiliki nilai moral.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ardini, Pupung Puspa. 2012. Pengaruh Dongeng dan Komunikasi Terhadap


Perkembangan Moral Anak Usia 7-8 Tahun. Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1,
Edisi 1, Juni 2012.

Depdiknas. 2003. Undang-undang RI No. 20 tahun 2003. tentang Sistem Pendidikan


Nasional Pasal 3.

Sophya, Ida Vera. 2014. Membangun Kepribadian Anak dengan Dongeng. Thufula. Vol. 2 |
No. 1 | Januari-Juni 2014.

12
Pengenalan Rambu Lalu Lintas Kepada Siswa Kelas VII SMP N 1
PUNDONG
Lukman Budhi Purnomo
15504241040
PENDAHULUAN
Angka kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Bantul pada tahun 2017
mengalami peningkatan dari tahun 2016. Pada tahun 2016 terjadi 1.125 kasus dan
meningkat pada tahun 2017 menjadi 1.309 kasus. Angka ini termasuk kecelakaan
yang melibatkan pelajar. Jumlah pelajar yang telah menggunakan kendaraan
bermotor untuk beraktivitas ke sekolah termasuk tinggi. Hal ini dapat diamati
pada setiap kali jam masuk sekolah atau jam pulang sekolah. Banyak dijumpai
pelajar yang menggunakan sepeda motor untuk berangkat atau pulang sekolah.
Didasarkan pada pengamatan selama berada di Desa Panjangrejo, banyak
dijumpai pelajar se-tingkat SMP yang menggunakan kendaraan bermotor untuk
berangkat ataupun pulang dari sekolah. Hal ini tentu sangat memprihatinkan.
Ditambah dengan etika para pelajar dalam berlalulintas yang kurang. Mulai dari
tidak mengenakan helm, melanggar rambu lalu lintas, berkendara secara ugal-
ugalan, masalah teknis seperti spion, knalpot bising, serta ukuran ban yang tidak
sesuai dengan spesifikasi kendaraan dan yang jelas tidak memiliki SIM.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka diaadakan sosialisasi etika
berkendara bagi pelajar se-tingkat SMP. Tingkatan SMP dipilih karena melihat
banyaknya pelajar se-tingkat SMP yang menggunakan kendaraan bermotor untuk
aktivitas sekolah di Desa Panjangrejo. Selain itu, pemilihan SMP N 1 Pundong
dikarenakan sekolah tersebut berada pada daerah KKN UNY Panjangrejo 2018.

METODE PELAKSANAAN PROGRAM


1. Target Materi
Pengenalan rambu lalu lintas jalan.
2. Tujuan Kegiatan
Memberikan edukasi kepada siswa-siswi kelas VII SMP N 1 Pundong tentang
rambu lalu lintas Jalan.

13
3. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan ini adalah presentasi dengan tema “Sosialisasi Etika
Berkendara”.
4. Tempat dan Waktu Kegiatan
Kegiatan ini diselenggarakan pada :
Hari, tanggal : Selasa, 7 Agustus 2018
Tempat : Mushola SMP N 1 Pundong
Waktu : 10.55 – 12.35 WIB

5. Susunan acara Sosialisasi Etika Berkendara

Waktu Acara Alokasi Waktu


10.55 –
Pengkondisian 10’
11.05
11.05 –
Pembukaan 5’
11.10
11.10 –
Penyambutan 5’
11.15
11.15 –
Perkenalan 5’
11.20
11.20 –
Pemateri 1 45’
12.05
12.05 –
Game 15’
12.20
12.20 –
Pemateri 2 15’
12.35
12.35 Penutup 1’

14
6. Alat
Berikut adalah alat yang digunakan dalam kegiatan sosialisasi etika
berkendara:
a. Laptop
b. LCD Proyektor dan Layar Proyektor
c. Microphone
d. Tikar
e. Meja
7. Bahan
Berikut adalah bahan yang digunakan daam kegiatan sosialisasi etika
berkendara :
a. Hadiah berupa 4 buah botol air minum dan
b. Hadiah berupa 5 buah paket alat tulis.

HASIL
Berikut adalah hasil dari kegiatan Pengenalan Rambu Lalu Lintas:
1. Kualitatif
Pemahaman siswa terhadap rambu lalu lintas bertambah.
2. Kuantitatif
Kegiatan Pengenalan Rambu Lalu Lintas ini diikuti oleh 216 siswa kelas 7
SMP N 1 Pundong.

PEMBAHASAN
Kegiatan Pengenalan Rambu Lalu Lintas terselenggara berkat kerjasama
antara KKN UNY Panjangrejo 2018, POLRES Bantul, dan SMP N 1 Pundong.
Meskipun acara ini merupakan program individu, tetapi dalam pelaksanaannya,
program ini merupakan kerjasama antara 3 mahasiswa Pendidikan Teknik
Otomotif FT UNY yang tersebar dalam 3 TIM KKN, yaitu KKN UNY Kelompok
222, KKN UNY Kelompok 224, dan KKN UNY Kelompok 225.
Bentuk kegiatan ini adalah presentasi dengan tema “Sosialisasi Etika
Berkendara”. Kegiatan sosialisasi menghadirkan pembicara dari DIKMAS

15
LANTAS POLRES Bantul dan materi dari mahasiswa jurusan Pendidikan
Teknik Otomotif FT UNY.
Sosialisasi dimulai dengan pemutaran video keselamatan berkendara.
Pemutaran video ini juga bersamaan dengan pengkondisian peserta.
Pengkondisian peserta dan pemutaran video ini memiliki alokasi waktu 10 menit.
Acara dilanjutkan dengan pembukaan acara oleh MC. Pembukaan acara dimulai
dengan membaca basmalah bersama-sama dan pembacaan susunan acara
Sosialisasi Etika Berkendara. Alokasi waktu untuk pembukaan adalah 5 menit.
Acara selanjutnya adalah sambutan. Sambutan disampaikan oleh Kepala
Sekolah SMP N 1 Pundong, Ibu Kusmiyati, seperti tampak pada gambar di bawah
ini.

Gambar 3 sambutan oleh Kepala SMP N 1 Pundong


Inti dari sambutan kepala sekolah adalah ungkapan terima kasih kepada
DIKMAS LANTAS POLRES Bantul dan KKN UNY Panjangrejo 2018 yang
telah sudi bersilaturahmi dan berbagi ilmu bersama siswa-siswi SMP N 1
Pundong.
Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan perkenalan oleh TIM KKN
UNY Panjangrejo 2018. Perkenalan disampaikan oleh saudara Lukman Budhi
Purnomo selaku perwakilan panitia Sosialisasi Etika Berkendara.
Acara selanjutnya adalah materi pertama. Materi ini disampaikan oleh Ibu
Roli dengan operator ibu Isti. Materi pertama meliputi pengenalan rambu lalu
lintas dan tata tertib berkendara berdasarkan UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan. Siswa sangat antusias mengikuti rangkaian meteri

16
pertama, meskipun beberapa siswa terlihat berbicara dengan temannya.
Materi pertama ditutup dengan pertanyaan kepada siswa oleh Ibu Roli. Terdapat 5
siswa mampu menjawab pertanyaan yang diberikan. Kelima siswa tersebut
mendapat hadiah dari DIKMAS LANTAS POLRES Bantul berupa perlengkapan
alat tulis. Sebelum menginjak acara selanjutnya, Mahasiswa KKN menyempatkan
diri untuk berfoto dengan pemateri dari DIKMAS LANTAS POLRES Bantul,
seperti tampak pada gambar di bawah ini,

Gambar 4 foto bersama mahasiswa KKN UNY Panjangrejo 2018 dan Narasumber
DIKMAS LANTAS POLRES Bantul
Acara dilanjutkan dengan permainan. Permainan ini dibersamai oleh
saudara Singgih Iswahyudi. Permainan ini merupakan permainan tebak gambar.
Permainan diikuti oleh 4 siswa yang terbagi ke dalam 2 tim yang bertanding
untuk menebak gambar. Permainan ini ditutup dengan pembagian hadiah kepada
seluruh peserta permainan. Terlihat pada gambar di bawah ini antusiasme siswa-
siswi dalam permainan ini.

Gambar 5 Permainan Tebak Gambar

17
Acara selanjutnya adalah materi dari mahasiswa. Materi dari
mahasiswa difokuskan pada pembudayaan sepeda untuk aktivitas sekolah. Hal ini
didasarkan pada permintaan Ibu Kepala Sekolah. Beliau meminta agar mahasiswa
KKN memberikan materi terkait dengan bidang yang dipelajarinya di kampus
atau pembudayaan sepeda ke sekolah. Setelah melalui perundingan, akhirnya
kami selaku mahasiswa KKN, membawakan materi pembudayaan sepeda di
sekolah. Siswa-siswi mendengarkan penjelasan mengenai materi pembudayaan
sepeda di sekolah dengan seksama, seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 6 Materi Pembudayaan Bersepeda Dari Mahasiswa


Kegiatan sosialisasi etika berkendara ditutup dengan membaca hamdalah
bersama-sama serta pengumpulan catatan oleh siswa terkait materi yang
disampaikan.

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, kegiatan Sosialisasi Etika Berkendaraan
ini diikuti oleh siswa-siswi kelas VII SMP N 1 Pundong dengan seksama. Para
siswa lebih memahami tentang Rambu Lalu Lintas. Dengan pemahaman tersebut,
diharapkan siswa akan menerapkannya dalam kegiatan berlalu lintas sehari-hari.
sehingga tercermin budaya etika berkendara yang lebih baik, khususnya di
kalangan pelajar SMP.

18
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Lukman. 2016. Polres Bantul: kasus kecelakaan lalu lintas Meningkat.
Diakses dari (https://jogja.antaranews.com/berita/336935/polres-bantul-
kasus-kecelakaan-lalu-lintas-meningkat) pada 4 Agustus 2018

Raharjo, Reza. 2018. 2017, Angka Kecelakaan Lalu Lintas di Bantul Meningkat.
Diakses dari www.republika.com pada 4 Agustus 2018

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 Tentang


Kendaraan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

19
Kolase Baju Adat : Pengenalan Budaya Pada Anak-anak PAUD KB
Kemuning
Erya Ananda
15405241029
PENDAHULUAN
Pendidikan Nasional merupakan usaha pembangunan manusia Indonesia
menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan
mengusahakan perkembangan spiritual, sikap dan nilai hidup, pengetahuan,
keterampilan, pengembangan daya estetik, serta perkembangan jasmani sehingga
manusia dapat mengembangkan dirinya bersama dengan sesama manusia
membangun masyarakat, serta membudayakan alam sekitarnya.
Dasar Pendidikan Nasional adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Tujuan Pendidikan Nasional yaitu membangun kualitas manusia yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu dapat meningkatkan
kebudayaan dengan-Nya sebagai warga negara yang berjiwa Pancasila
mempunyai semangat dan kesadaran yang tinggi, berbudi pekerti yang luhur dan
berkepribadian yang kuat, cerdas, terampil, dapat mengembangkan dan
menyuburkan sikap demokrasi, dapat memelihara hubungan yang baik antara
sesama manusia dan dengan lingkungannya, sehat jasmani, mampu
mengembangkan daya estetik, serta berkesanggupan untuk membangun diri dan
masyarakatnya.
Fungsi Pendidikan Nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat budaya
yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka pendidikan nasional harus
berfungsi sebagai alat pengembangan pribadi, pengembangan warga negara,
pengembangan kedudukan, dan pengembangan bangsa (Suryosubroto, 2010:12).
Beberapa aspek dasar-dasar kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Konsep dasar pendidikan nonformal:
 Pendidikan dipandang sebagai proses belajar sepanjang hayat manusia
 Kebutuhan belajar minimum yang esensial
 Proses pertumbuhan manusia dalam masyarakat transisi memerlukan layanan
pendidikan guna membantu pertumbuhan individu secara efektif

20
 Konsep dasar keempat terkait dengan peran pendidikan dalam
pengembangan pedesaan (Marzuki, 2010: 136-139)
Tugas pokok pendidikan nonformal:
 Sebagai persiapan memasuki dunia sekolah
 Sebagai suplemen atau tambahan pelajaran karena mata pelajaran yang
disajikan di sekolah terbatas
 Sebagai komplemen atau pelengkap karena kecakapan tertentu memang tidak
diajarkan di sekolah tetapi tetap dipandang perlu, sementara kurikulum di
sekolah tidak mampu menampungnya
 Sebagai pengganti karena anak-anak yang tidak pernah sekolah harus
memperoleh kecakapan sama atau setara dengan sekolah (ibid, 140)
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum
jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan
bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan
informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
6 (enam) perkembangan: agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial-
emosional, dan seni, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan
sesuai kelompok usia yang dilalui oleh anak usia dini seperti yang tercantum
dalam Permendikbud 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD
(menggantikan Permendiknas 58 tahun 2009).
Tujuan utama diselenggarakannya pendidikan usia dini untuk membentuk
anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai
dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di
dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa
dewasa. Tujuan penyerta diselenggarakannya pendidikan usia dini untuk
membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah,

21
sehingga dapat mengurangi usia putus sekolah dan mampu bersaing secara
sehat di jenjang pendidikan berikutnya.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat
1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan
penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun
(masa emas). Ruang lingkup Pendidikan Anak Usia Dini, di antaranya: bayi (0-1
tahun), balita (2-3 tahun), kelompok bermain (3-6 tahun), dan sekolah dasar kelas
awal (6-8 tahun).
Perkembangan anak usia dini meliputi perkembangan fisik, motorik,
kognitif, bahasa, emosi, dan sosial. Perkembangan setiap anak berbeda tergantung
lingkungan tempat anak tinggal dan pengasuhan orang tua.

METODE PELAKSANAAN PROGRAM


Metode pelaksanaan program adalah dengan melakukan pelatihan kolase
baju adat kepada partisipan anak-anak PAUD KB Kemuning sejumlah 20 anak
yang dimulai dari pengurusan perizinan, persiapan alat dan bahan, serta pelatihan
kolase baju adat.

Khalayak Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah murid-murid PAUD KB Kemuning,
Dusun Soronanggan, Desa Panjangrejo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Evaluasi dan Kriteria Keberhasilan


Tingkat keberhasilan program ini dilihat dari tingkat partisipasi anak-anak
PAUD KB Kemuning serta kritik dan saran yang diberikan dari guru PAUD
maupun rekan-rekan KKN UNY Kelompok 225.

Metode yang Digunakan


Pelatihan kolase baju adat dilakukan dengan mengikuti kegiatan awal di
PAUD KB Kemuning seperti senam bersama serta pembukaan dari guru PAUD

22
yang mengampu. Mahasiswa kemudian memberikan materi kolase baju adat
kepada anak-anak PAUD KB Kemuning setelah dipersilakan guru PAUD. Murid-
murid PAUD menempelkan kertas origami yang telah dipotong-potong ke gambar
baju adat kebaya kutu baru yang telah disediakan. Terlihat pada gambar di bawah
ini antusiasme anak-anak untuk menempelkan kertas-kertas origami pada gambar
baju adat.

Gambar 7 antusiasme anak-anak untuk menempel kertas origami pada gambar


kolase baju adat
Setelah itu, hasil kolase dijemur untuk dinilai guru PAUD yang mengampu.
Gambar di bawah ini merupakan hasil kolase baju adat yang telah ditempeli kertas
origami.

Gambar 8 kolase baju adat dengan tempelan kertas origami

23
Alat dan bahan yang digunakan adalah gambar kebaya kutu baru,
kertas origami, gunting, dan lem. Langkah pertama dalam pelatihan pembuatan
kolase baju adat adalah mencari gambar kebaya kutu bayu di internet lalu di print
dan difotokopi sejumlah 20 buah. Langkah selanjutnya membeli gunting, lem, dan
kertas origami. Langkah selanjutnya menggunting kertas origami menjadi ukuran
yang kecil.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Program kerja ini dilakukan untuk mengenalkan budaya Indonesia kepada
anak-anak PAUD KB Kemuning yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan
yakni tentang pakaian. Faktor pendukung di antaranya dukungan dari rekan-rekan
KKN UNY Kelompok 225, guru PAUD, serta wali murid PAUD, biaya yang
dikeluarkan tidak besar, serta antusiasme dari murid PAUD cukup baik. Faktor
penghambat yaitu masih ada murid PAUD yang bermain sendiri atau tidak
menyelesaikan tugas yang diberikan misalnya masih banyak bagian-bagian dari
gambar kebaya yang tidak ditempel dengan kertas origami.

SIMPULAN
Kesimpulan kegiatan kolase baju adat:
1. Dapat mengenalkan budaya Indonesia kepada anak-anak PAUD KB
Kemuning
2. Dapat meningkatkan kreativitas anak-anak PAUD KB Kemuning
SARAN
Saran untuk kegiatan kolase baju adat:
1. Memberikan kegiatan pembukaan pembelajaran yang lebih menarik
2. Pemberian materi yang lebih bervariasi

24
DAFTAR PUSTAKA

Marzuki, Saleh. 2010. Pendidikan Nonformal. Bandung: Remaja Rosdakarya

Suryosubroto. 2010. Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka


Cipta

https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini diakses pada 27 Agustus


2018 pukul 22.34 WIB

25
Parenting sebagai Upaya Mendidik dan Meneladani
Ismi Uswatun Khasanah
15104241046
PENDAHULUAN
Investasi terbaik bebas inflasi dan kerugian bagi orang tua adalah
mengasuh dan mendidik anak dengan cara yang tepat. Mengasuh anak sejak dini
adalah sebuah investasi masa depan, tentunya pengasuhan utama ialah
pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua didalam lingkungan keluarga.
Keluarga adalah kesatuan unit terkecil di dalam masyarakat. Di dalam
keluarga terjadi proses pemberikan pendidikan dari orang tua atau orang dewasa
kepada anak mulai dari usia dini. Di dalam lingkungan keluarga, anak
mempelajari banyak hal, dimulai dari bagaimana berinteraksi dengan orang lain,
menyatakan keinginan dan perasaan, menyampaikan pendapat, bertutur kata,
bersikap, berperilaku, hingga bagaimana menganut nilai-nilai tertentu sebagai
prinsip dalam hidup.
Di dalam lingkungan keluarga, orangtua berperan penting bagi kehidupan
anak. Di dalam BKKBN dijelaskan bahwa peran orang tua terdiri dari:
a. Peran sebagai pendidik
Orang tua perlu menanamkan kepada anak-anak arti penting dari pendidikan
dan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dari sekolah maupun dari
lingkungan. Selain itu nilai-nilai agama dan moral, terutama nilai kejujuran
perlu ditanamkan kepada anaknya sejak dini sebagi bekal dan benteng untuk
menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi.
b. Peran sebagai panutan
Orang tua perlu memberikan contoh dan teladan bagi anak, baik dalam
berkata-kata dan jujur dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dan
bermasyarakat.
c. Peran sebagai pendorong
Sebagai anak yang sedang menghadapi masa peralihan, anak membutuhkan
dorongan orang tua untuk menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri
dalam menghadapi masalah.

26
d. Peran sebagai teman
Menghadapi anak yang sedang menghadapi masa peralihan. Orang tua perlu
lebih sabar dan mengerti tentang perubahan anak. Orang tua dapat menjadi
informasi, teman bicara atau teman bertukar pikiran tentang kesulitan atau
masalah anak, sehingga anak merasa nyaman dan terlindungi.
e. Peran sebagai pengawas
Kewajiban orang tua adalah melihat dan mengawasi sikap dan perilaku anak
agar tidak keluar jauh dari jati dirinya, terutama pengaruh lingkungan tidak
baik dari keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
f. Peran sebagai konselor
Orang tua dapat memberikan gambaran dan pertimbangan nilai positif dan
negatif sehingga anak mampu mengambil keputusan yang terbaik.

Dari penjelasan tugas orangtua tersebut, dua tugas utama orangtua dalam
keluarga adalah memberikan pendidikan dan teladan kepada anak. Pendidikan
dalam keluarga adalah proses pembentukan mental dan tingkah laku seorang anak
manusia secara berkesinambungan dalam unit terkecil di dalam masyarakat, yaitu
keluarga. Jika dikaitkan dengan fenomena perilaku baik maupun buruk yang
dilakukan oleh anak di masyarakat, salah satu penyebabnya berasal dari
pendidikan yang diberikan oleh keluarga sejak usia dini. Hal itu disebabkan
karena seluruh tingkah laku anak di masyarakat didasarkan pada seberapa banyak
pengetahuan yang diberikan orangtua atau lingkungan dan seberapa banyak
pengetahuan yang dimiliki oleh anak.
Anak adalah representasi dari orangtua. Chilrdren see, children do. Anak
akan melakukan apa yang mereka lihat. Sebagian besar perilaku anak dipelajari
secara observasi melalui pemodelan, dari pengamatan orang lain, seseorang
membentuk gagasan tentang bagaimana perilaku baru dilakukan, dan pada
kesempatan selanjutnya, informasi ini berfungsi sebagai panduan tindakan. Maka,
apabila orangtua sering marah-marah karena hal kecil di rumah, maka anak pun
akan menirunya. Sebaliknya apabila orangtua meminta maaf apabila melakukan
kesalahan, anak pun akan meniru apa yang ia lihat dari perilaku orangtuanya.

27
Sebuah eksperimen pernah dilakukan oleh Albert Bandura
menunjukkan bahwa perilaku dapat dibentuk hanya dengan menonton model.
Beliau meletakkan anak usia dini dan boneka didalam suatu ruangan. Kemudian
beliau mempertontonkan sebuah tayangan video kepada anak yang berisi tentang
seorang pria yang memukul boneka. Lalu, si anak pun mulai meniru perilaku yang
ia lihat dari tayangan video tersebut. Anak tersebut memukul boneka
disampingnya, dan setiap kali melihat boneka apapun, si anak akan selalu
memukulnya. Hal tersebut merupakan respon atas apa yang anak lihat dan
pelajari, kemudian ia terapkan kedalam kehidupan sehari-hari. Berdampak sangat
banyak sekali apa yang anak lihat bagi kehidupan, bukan?
Pada zaman milenial ini, dimana kuasa gawai merajalela hampir disegala
tempat. Penggunanya tak lagi orang dewasa yang memiliki banyak urusan, namun
anak kecil pun tak mau ketinggalan mengikuti derasnya arus perkembangan
zaman. Anak kecil atau anak usia dini belajar banyak mengenai stimulus dan
respon perilaku terhadap orangtuanya. Apabila anak menangis, maka orangtuanya
memberikan gawai atau menyalakan televisi (TV) agar si anak tak lagi menangis.
Kemudian, dalam situasi lain, si anak menangis lagi, orangtua bukannya
menenangkan si anak atau memberikan suatu pengertian, namun malah
memberikan gawai atau menyalakan TV sebagai respon anak menangis. Jika hal
tersebut yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak, lantas darimana anak belajar
bagi kehidupan sehari-harinya? Yaitu dari gadget, TV, dan orang-orang diluar
lingkungan keluarganya yang tidak dapat kita prediksikan mana yang akan
mereka pilih.
Gawai atau TV memang dapat memberikan kesenangan dan dapat menjadi
media pendidikan, namun bukan menjadi tokoh yang bisa memberikan teladan
bagi anak. Anak membutuhkan sosok teladan bagi hidupnya. Mereka
membutuhkan pendampingan dari orangtua yang baik dan mampu memberikan
pendidikan yang baik, bukan hanya gawai atau TV yang asik.
Pendidikan didalam lingkungan keluarga diberikan sejak dalam kandungan,
kemudian diberikan secara intensif saat anak menginjak usia dini, sebab masa
anak usia dini sering disebut dengan istilah “golden age” atau masa emas. Pada

28
masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh
dan berkembang secara cepat dan hebat. Perkembangan setiap anak tidak sama
karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda. Makanan yang
bergizi dan seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Apabila anak diberikan stimulasi secara
intensif dari lingkungannya, maka anak akan mampu menjalani tugas
perkembangannya dengan baik.
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, sosial,
moral dan sebagainya. Anak usia dini menurut Richard D.Kellough (Kuntjojo,
2010) memiliki karakteristik sebagai berikut: a) egosentris, b) memiliki rasa
penasaran yang tinggi, c) makhluk sosial, d) makhluk yang unik, e) kaya dengan
fantasi, f) daya konsentrasi yang pendek, g) masa belajar yang paling potensial.
Sedangkan menurut Siti Aisyah,dkk (2010: 1.4-1.9) karakteristik anak usia dini
antara lain; a) memiliki rasa ingin tahu yang besar, b) merupakan pribadi yang
unik, c) suka berfantasi dan berimajinasi, d) masa paling potensial untuk belajar,
e) menunjukkan sikap egosentris, f) memiliki rentang daya konsentrasi yang
pendek, g) sebagai bagian dari makhluk sosial.
Anak usia dini suka berfantasi dan berimajinasi. Hal ini penting bagi
pengembangan kreativitas dan bahasanya. Anak usia dini suka membayangkan
dan mengembangkan suatu hal melebihi kondisi yang nyata. Salah satu khayalan
anak misalnya kardus, dapat dijadikan anak sebagai mobil-mobilan.
Menurut Berg, rentang perhatian anak usia 5 tahun untuk dapat duduk
tenang memperhatikan sesuatu adalah sekitar 10 menit, kecuali hal-hal yang biasa
membuatnya senang. Anak sering merasa bosan dengan satu kegiatan saja.
Bahkan anak mudah sekali mengalihkan perhatiannya pada kegiatan lain yang
dianggapnya lebih menarik. Anak yang egosentris biasanya lebih banyak berpikir
dan berbicara tentang diri sendiri dan tindakannya yang bertujuan untuk
menguntungkan dirinya, misalnya anak masih suka berebut mainan dan menangis
ketika keinginannya tidak dipenuhi. Anak sering bermain dengan teman-teman di
lingkungan sekitarnya. Melalui bermain ini anak belajar bersosialisasi. Apabila
anak belum dapat beradaptasi dengan teman lingkungannya, maka anak anak akan

29
dijauhi oleh teman-temannya. Dengan begitu anak akan belajar
menyesuaikan diri dan anak akan mengerti bahwa dia membutuhkan orang lain di
sekitarnya.
Masa kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung senang
bermain pada saat yang bersamaan, ingin menang sendiri dan sering mengubah
aturan main untuk kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, dibutuhkan upaya
pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik
perkembangan fisik maupun perkembangan psikis. Potensi anak yang sangat
penting untuk dikembangkan. Potensi-potensi tersebut meliputi kognitif, bahasa,
sosio-emosional, kemampuan fisik dan lain sebagainya.
Dusun Soronanggan, Badan, Grudo, dan Gedangan desa Panjangrejo,
Pundong, Bantul, terdapat banyak anak usia dini yang sedang menempuh
pendidikan di sekolah maupun belum menempuh pendidikan. Pemberian
pendidikan usia dini yang intensif dilakukan didalam keluarga, namun fenomena
yang ditemukan di dusun tersebut ialah orangtua meninggalkan anak di PAUD
(lembaga Pendidikan Anak Usia Dini) tanpa diawasi apa yang dilakukan si anak,
dengan siapa anak bermain, apa yang dipelajari anak, dsb. Orangtua banyak
disibukkan dengan pekerjaan lain. Padahal anak butuh pendampingan dari orang
tua, membutuhkan sosok yang mampu menjadi teladan baginya. Selain itu,
orangtua terkadang membiarkan anak bermain gawai, menonton TV, dan bermain
tanpa pengawasan di rumah. Akibatnya, anak kurang memiliki perilaku sopan,
sering bermain dengan gawai, berkata kasar, berkelahi secara verbal maupun non
verbal.
Disadari maupun tidak, perilaku anak yang demikian disebabkan oleh
lingkungan dimana mereka berada. Lingkungan pertama yang mereka peroleh
adalah lingkungan keluarga, dimana mereka akan belajar berperilaku pertama kali
adalah melalui orangtua sebagai figur utama. Kemudian anak akan mencari jati
diri mereka melalui lingkungan teman sebaya tempat mereka bergaul dan
bermain.

30
Apabila anak mengalami masalah, mereka cenderung marah atau
menangis melampiaskan perasaan mereka kepada orangtua. Kemudian hal yang
akan dilakukan orangtua kemungkinan adalah memarahi, membentak, hingga
melakukan kekerasan fisik dengan harapan si anak akan segera diam dan tenang.
Jika anak keras kepala, maka respon yang akan mereka berikan kembali ke
orangtua mereka jika hal tersebut terjadi adalah anak akan semakin marah atau
menangis. Lalu, apakah memarahi anak ketika anak bermasalah akan berhasil?
Tidak.
Sebagai upaya mencegah perilaku anak yang tidak sesuai, seperti sering
marah-marah, berkata kotor, melakukan kekerasan verbal maupun non verbal,
mahasiswa Bimbingan dan Konseling pelaksana Kuliah Kerja Nyata di desa
Panjangrejo mengadakan seminar parenting dengan tema “Parenting sebagai
Upaya Mendidik dan Meneladani” dengan tujuan agar orangtua memahami
bagaimana peran didalam keluarga bagi anak-anak mereka. Sasaran acara adalah
orangtua yang memiliki anak usia dini. Karena anak pada usia dini merupakan
masa emas bagi pertumbuhan seseorang. Anak usia dini adalah anak yang berada
pada usia 0-8 tahun. Menurut Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti, 2010: 7),
anak usia dini adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Sedangkan hakikat anak
usia dini (Augusta, 2012) adalah individu yang unik dimana ia memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosioemosional,
kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai dengan tahapan yang
sedang dilalui oleh anak tersebut.

METODE PELAKSANAAN
Melihat pentingnya pendidikan didalam keluarga mulai anak berusia dini,
mahasiswa KKN BK di desa Panjangrejo mengadakan suatu acara untuk
memberikan pemahaman kepada orangtua yang memiliki anak usia dini
pentingnya mendidik dan memberikan teladan bagi anak. Harapannya orangtua
akan memahami pentingnya mendidik dan meneladani anak sejak usia dini,
memahami karakter anak usia dini, dan memahami bagaimana mendidik dan
memberikan teladan yang baik bagi anak sejak usia dini.

31
Metode penyampaian ilmu mengenai pengasuhan anak atau parenting
ini dilakukan dengan seminar disertai sesi tanya-jawab. Karena melalui metode
seminar, pembicara yang ahli dalam pengasuhan anak dapat menyampaikan ilmu
dan materi dengan efektif kepada orangtua atau peserta seminar.
Seminar parenting dilaksanakan pada Sabtu 11 Agustus 2018 di Aula Balai
Desa Panjangrejo pada pukul 13.00-15.00 WIB dengan mengundang orangtua dari
dusun Soronanggan, Badan, Grudo, dan Gedangan. Peserta seminar terdiri dari
orangtua yang mayoritas adalah ibu, dan mahasiswa KKN Panjangrejo yang turut
ingin menimba ilmu melalui seminar.
Persiapan acara dilakukan sejak pagi oleh panitia. Panitia pelaksana adalah
mahasiswa Bimbingan dan Konseling dari dusun Soroanggan, Badan, Grudo, dan
Gedangan. Persiapan dimulai sejak pukul 07.00 WIB dalam bentuk pengemasan
snack, membeli air minum, membeli buah tangan bagi pembicara, persiapan
tempat, cek sound, dan persiapan teknis acara. Persiapan acara berakhir pada
pukul 12.30 WIB. Pada pukul 12.30 WIB, beberapa peserta telah datang. Dengan
dibantu oleh teman-teman KKN UNY, peserta melakukan registrasi terlebih
dahulu. Mayoritas peserta membawa serta anak-anak mereka yang masih berusia
dini dan usia sekolah dasar. Satu per satu peserta datang dan menempati kursi-
kursi yang telah disediakan di Aula Balai Desa.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Acara dimulai pada pukul 13.00 WIB sesuai rencana. Acara diawali dengan
pembukaan oleh pembawa acara saudara Muhammad Septian Sujatmiko. Acara
selanjutnya yaitu sambutan oleh Bapak Daru Kiswara, selaku Bapak Lurah.
Beliau memberikan sambutan selama 30 menit kepada peserta dan panitia
pelaksana acara mengenai pentingnya mengasuh dan mendidik anak dengan baik.
Kemudian dilanjutkan dengan acara utama yaitu seminar yang diisi oleh guru
senior dari Sekolah Islam Terpadu Ar-Raihan, Ibu Nur Hidayah, seperti tampak
pada gambar di bawah ini.

32
Gambar 9 seminar parenting dari Ibu Nur Hidayah
Seminar parenting yang disampaikan oleh ibu Nur Hidayah berisi
mengenai apa yang orangtua tanam ke dalam diri anak, maka itulah yang akan
mereka tuai kelak. Sebab itulah, mengasuh, mendidik, dan memberikan teladan
bagi anak sangat penting, melihat bagaimana cara anak usia dini belajar dari
orang-orang di lingkungannya.
Memahami karakteristik anak sejak usia dini sangat diperlukan sebelum
memberikan respon-respon terhadap perilaku anak, agar nantinya orangtua tidak
salah dalam merespon perilaku anak. Selain itu, anak usia dini yang beranjak
dewasa sebaiknya didekatkan dengan gender orangtua yang sama, misal anak
laki-laki didekatkan dengan ayahnya dan anak perempuan didekatkan dengan
ibunya. Tujuannya adalah agar anak laki-laki dapat belajar bagaimana berperan
dan berperilaku sebagai laki-laki dari sosok ayahnya, dan anak perempuan dapat
belajar bagaimana berperan dan berperilaku sebagai perempuan dari sosok ibunya.
Apabila orangtua memberikan respon negatif terhadap perilaku anak,
sebaiknya dihindari, meskipun perilaku anak tidak disukai oleh orangtua.
Sebaiknya anak diberikan pemahaman mengenai perilaku-perilaku yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan dengan cara yang tepat, agar anak tidak salah
dalam menangkap makna yang disampaikan oleh orangtua.
Seminar parenting juga diisi dengan sharing pengalaman antara Ibu Nur
Hidayah dengan peserta seminar. Peserta seminar sangat antusias mendengarkan
materi yang diberikan oleh Ibu Nur Hidayah, seperti pada gambar di bawah ini.

33
Gambar 10 antusiasme peserta seminar
Meski pada akhir pemberian materi, ada beberapa peserta yang izin pulang
terlebih dahulu dikarenakan ada sripah tetangga mereka di dusun Grudo.
Selebihnya, peserta seminar mengikuti acara hingga akhir.
KESIMPULAN
Peran orangtua sangat besar dalam mendidik dan meneladani anak mulai
dari anak usia dini. Karena pada usia dini hampir seluruh potensi anak mengalami
masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat sesuai
karakteristik anak. Orangtua perlu membentengi anak dalam tumbuh kembangnya
dengan pendidikan dan teladan. Maka sangat penting bagi orangtua untuk
mengajarkan segala hal yang perlu diketahui anak, tentunya mengajarkan dan
meneladani dengan cara yang tepat. Agar kelak anak dapat tumbuh menjadi
pribadi yang berakhlak baik, mudah bergaul, dan disenangi oleh orang-orang
disekitarnya.

34
DAFTAR PUSTAKA

Kartini Kartono. 1982. Peranan Keluarga Memandu Anak, Sari Psikologi


Terapan. Jakarta: Rajawali Press.

Hergenhahn, B.R., Olson, Matthew H. 2008. Theories of Learning (Teori Belajar),


edisi ke-7. Jakarta: Kencana Prenada Media Group’s

Admin. 2015. Pengembangan Pendidikan Karakter Anak Usia Dini dalam


Keluarga. Diakses dari https://www.jatim.bkkbn.go.id pada 7 September
2018 puku; 12.50 WIB.

35
Matematika Mudah dengan Alat Hitung Tradisional
Tesa Maulidani Wijaya
15305141051
PENDAHULUAN
Di era globalisasi ini, teknologi telah berkembang dengan pesat. Dari kalangan
anak-anak hingga kalangan berumur dapat menggunakan teknologi dengan baik.
Adanya teknologi sangat mempermudah segala aktivitas yang dilakukan
kebanyakan orang. Namun, tingkat kreativitas masing-masing orang akan
berkurang dengan berkembangnya teknologi. Dampak negatif dari kemajuan
teknologi inilah yang menjadi perubahan cukup signifikan di kalangan anak-anak
hingga kalangan berumur.
Salah satu alat yang mengalami perubahan sangat signifikan adalah alat
hitung. Alat hitung yang dahulu berbeda dengan alat hitung yang sekarang. Alat
hitung yang dulu berupa batu, kayu, bambu, daun, kertas, dan masih banyak yang
lainnya yang dapat disebut dengan alat hitung tradisional. Sedangkan alat hitung
yang sekarang atau yang dapat disebut dengan alat hitung modern terdiri dari
kalkulator dan komputer. Pada perkembangan alat hitung sendiri, dimulai dari alat
hitung yang berupa batu, kayu, daun, dan kertas yang kemudian berkembang
menjadi sempoa dilanjutkan dengan kemunculan komputer untuk pertama kalinya
yang kemudian menjadi salah satu alat hitung modern.
Tidak ada salahnya jika menggunakan alat hitung modern. Dengan
menggunakan alat hitung modern, mempermudah dalam perhitungan. Namun,
menggunakan alat hitung modern akan mengurangi tingkat kreativitas berpikir
anak. Dengan menggunakan alat hitung tradisional, akan mengembangkan tingkat
kreativitas berpikir anak. Dalam pengaplikasiannya, alat hitung tradisional
memang membutuhkan waktu yang lebih lama, tetapi sangat mudah digunakan.
Dengan latar belakang yang telah disampaikan, maka penulis ingin membuat
artikel yang berkaitan dengan alat hitung tradisional lebih mudah digunakan.

36
METODE PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pengajaran dan pembimbingan
dengan anak-anak sejumlah 15 anak yang dilaksanakan di POSKO KKN UNY
225 Dusun Soronanggan, Desa Panjangrejo, Kecamatan Pundong, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada pertemuan dilakukan metode demonstrasi,
pembimbingan, dan pendampingan. Kegiatan yang dilakukan dalam mencapai
tujuan pengabdian adalah sebafai berikut.
1. Persiapan
Menentukan alat hitung tradisional yang digunakan dan menentukan jadwal
pelaksanaan kegiatan.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pengenalan dan pengaplikasian alat hitung tradisional dilaksanakan
setiap Selasa dan Kamis pukul 15.00 – 17.00 WIB.
Khalayak Sasaran
Peserta dari kegiatan ini adalah anak-anak Dusun Soronanggan
Evaluasi dan Kriteria Keberhasilan
Tingkat keberhasilan kegiatan ini dilakukan melalui pengamatan langsung
terhadap proses pengenalan dan pengaplikasian alat hitung tradisional.
Metode yang digunakan
1. Demonstrasi digunakan untuk memberikan keterampilan langsung mengenai
proses pengenalan dan pengaplikasian alat hitung tradisional serta peralatan
dan bahan lainnya yang diperlukan dalam pengaplikasian alat hitung
tradisional.
2. Pembimbingan ditujukan pada anak-anak Dusun Soronanggan dengan
melibatkan seluruh peserta.
3. Pendampingan digunakan untuk membersamai, tanya jawab, dan berinteraksi
dengan anak-anak Dusun Soronanggan dalam pengaplikasian alat hitung
tradisional.
4. Evaluasi hasil kegiatan dilakukan guna mengetahui kekurangan dan kelebihan
dalam seluruh kegiatan pengaplikasian alat hitung tradisional di POSKO
KKN UNY Kelompok 225 agar kedepannya dapat lebih baik lagi.

37
Alat dan Bahan
1. Sempoa
2. Pensil
3. Penghapus
4. Kertas

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan permasalahan dan tujuan kegiatan tersebut, didapatkan hasil yaitu
pengaplikasian alat hitung tradisional menjadi salah satu alternatif anak-anak
Dusun Soronanggan dalam menghitung suatu hal atau mengerjakan tugas jika
tidak memiliki alat hitung modern. Hal pertama yang dilakukan adalah
mengenalkan pada anak-anak alat hitung tradisional, seperti pada gambar di
bawah ini.

Gambar 11 pengenalan alat hitung tradisional

Hal selanjutnya yang dilakukan adalah pengajaran dengan alat hitung


tradisional, seperti tampak pada gambar di bawah ini. Terlihat bahwa anak-anak
antusias dengan pengajaran menggunakan metode alat hitung tradisional.

38
Gambar 12 Pengajaran dengan bantuan alat hitung sederhana
Selain itu, bekal pengetahuan dan kreativitas untuk anak-anak Dusun
Soronanggan dapat dipergunakan untuk kehidupannya kelak.

Aktivitas Anak-anak Dusun Soronanggan dalam Kegiatan


Berdasarkan pengamatan selama kegiatan ini, diperoleh beberapa hal positif,
diantaranya:
1. Para peserta menunjukkan perhatian yang tinggi terhadap demonstrasi yang
disampaikan oleh mentor
2. Para peserta menunjukkan reaksi positif terhadap ketertarikan dalam kegiatan
pengaplikasian alat hitung tradisional
3. Para peserta mengikuti prosedur pengaplikasian alat hitung tradisional
4. Peserta aktif bertanya apabila terdapat prosedur yang tidak dimengerti
5. Peserta mampu mengaplikasikan alat hitung selama 2 jam
6. Pada tahap evaluasi, mentor memberikan review terhadap kegiatan peserta
untuk diberikan masukan dan solusi
Faktor Pendukung dan Penghambat
Dalam pelaksanaan suatu kegiatan tidak terlepas dari faktor pendukung dan faktor
penghambat. Faktor pendukung tersebut diantaranya:

39
1. Antusias peserta dalam kegiatan cukup baik
2. Sikap ingin tahu dan keinginan untuk mencoba hal baru dan bermanfaat dari
para peserta kegiatan
3. Alat dan bahan yang diguanakan mudah didapatkan
4. Jadwal kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
Faktor penghambat kegiatan ini adalah:
5. Kegaduhan terkadang terjadi

KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan dan berdasarkan pada tujuan kegiatan, maka dapat
disimpulkan, bahwa :
1. Kegiatan ini memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai kreativitas
anak-anak Dusun Soronanggan
2. Memberikan bekal keterampilan kepada anak-anak Dusun Soronanggan

SARAN
Saran dari kegiatan ini adalah:
1. Model demonstrasi dapat lebih kreatif lagi untuk menarik perhatian dan
pemahaman anak-anak Dusun Soronanggan, misalnya diinovasikan dengan
visualisasi gambar
2. Penambahan tutor untuk membantu kelangsungan kegiatan

40
DAFTAR PUSTAKA
Susanti, Vera Dewi, dan Swasti Maharani. 2016. IbM Membangun “Desa
Cermat” Melalui Bimbingan Belajar dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa. Madiun : IKIP PGRI Madiun.

Sujiwo, Dimas Anditha Cahyo. 2017. Bimbingan Belajar Matematika Pada Siswa
Desa Kalidilem Lumajang. Jember : IKIP PGRI Jember.

Anonim. (25 Desember 2017) Makalah Alat Hitung Tradisional Lengkap Gambar.
Diakses pada tanggal 28 Agustus 2018 dari
makalah2018.blogspot.com/2017/12/makalah-alat-hitung-tradisional-
lengkap.html?m=1

41
Pemanfaatan Limbah Plastik menjadi Kreasi Bunga Hias
Fellya Purwanita
17513247002
PENDAHULUAN
Permasalahan lingkungan telah menjadi isu global. Setelah hampir semua
masyarakat menyadari akan bahaya yang ditimbulkan dari kerusakan lingkungan.
Salah satu penyebab kerusakan lingkungan adalah pencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh menumpuknya limbah yang dihasilkan oleh manusia. Limbah
adalah segala sesuatu yang sudah tidak terpakai lagi sebagai barang produksi
maupun konsumsi, yang jika langsung dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan
terlebih dahulu dapat menjadi beban bagi lingkungan. Salah satu limbah yang
setiap hari bertambah adalah plastik. Sampah plastik berdampak negatif terhadap
lingkungan karena tidak dapat terurai dengan cepat dan dapat menurunkan
kesuburan tanah. Sampah plastik yang dibuang sembarangan juga dapat
menyumbat saluran drainase, selokan, dan sungai sehingga menyebabkan banjir.
Selain itu, sampah plastik yang dibakar bisa mengeluarkan zat-zat yang berbahaya
bagi kesehatan manusia.
Akibat dari peningkatan penggunaan plastik ini adalah bertambah pula
sampah plastik. Berdasarkan asumsi maka sejak dini harus dibimbing untuk
melakukan perbaikan khususnya di bidang lingkungan. Oleh karena itu, untuk
mengurangi limbah plastik, kita harus kreatif dalam memanfaatkan dan
mengolah sehingga menjadi karya yang berdaya jual. Salah satunya pemanfaatan
untuk membuat bunga hias dari plastik bekas.

METODE PELAKSANAAN PROGRAM


Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dalam bentuk suatu pelatihan
selama satu kali pertemuan dengan anggota sebanyak 30 wali murid PAUD KB
Kemuning yang dilaksanakan di PAUD KB Kemuning, Dusun Soronaggan. Pada
pertemuan, dilakukan metode demonstrasi, pelatihan, dan pendampingan.
Kegiatan yang dilakukan dalam mencapai tujuan pengabdian adalah sebagai
berikut:

42
1. Persiapan
a. Mengurus perizinan untuk melaksanakan kegiatan pengabdian.
b. Menghubungi kepala PAUD KB Kemuning untuk menetapkan jumlah
peserta dan jadwal pelaksanaan pengabdian.
2. Pelaksanaan kegiatan pengabdian pembuatan kreasi bunga plastik dalam
bentuk pelatihan keterampilan melalui metode demonstrasi, pelatihan, dan
pendampingan yang dilaksanakan pada pada hari Jum’at, 27 Juli 2018 pada
pukul 08.00 – 10.00 WIB.

Khalayak Sasaran
Sebagai peserta dari kegiatan pengabdian ini adalah wali murid PAUD KB
Kemuning.

Evaluasi dan Kriteria Keberhasilan


Tingkat keberhasilan pelatihan ini dilakukan melalui pengamatan langsung
terhadap proses pembuatan kerajinan limbah plastik dan hasil yang telah dibuat
menjadi bunga hias.

Metode yang Digunakan


1. Demonstrasi digunakan untuk memberikan keterampilan langsung mengenai
proses pembuatan bunga hias yang berbahan baku limbah plastik serta
peralatan dan bahan lainnya yang diperlukan dalam pembuatan produk
kerajinan.
2. Pelatihan pembuatan kreasi produk limbah plastik ditujukan kepada wali
murid PAUD KB Kemuning dengan melibatkan seluruh peserta pelatihan.
3. Pendampingan digunakan untuk membersamai, tanya jawab, dan berinteraksi
dengan wali murid PAUD KB Kemuning dalam pelatihan pembuatan kreasi
bunga hias dari limbah plastik
4. Evaluasi hasil kegiatan dilakukan guna mengetahui kekurangan dan kelebihan
dalam seluruh kegiatan pelatihan pembuatan kreasi bunga hias di PAUD KB
Kemuning, agar kedepannya bisa lebih baik lagi.

43
Langkah – Langkah Pembuatan
Pembuatan Bunga Hias Dari Limbah Plastik Bekas : Model Bunga Bulat
Alat Bahan
1. 1. Gunting 1. 1. Plastik bekas 2. 5. Selotip batang
2. 2. Tang penjepit kawat 3. 2. Kawat kecil 0,4
4. 6. Benang
3. 3. Tang pemotong kawat 5. 3. Kawat besar 6. 7. Tisu
7. 4. Selotip 8.

Cara pembuatan :
1. Potong kawat dengan ukuran 6 cm sejumlah 22 biji dan 9 cm sejumlah 11
biji.
2. Potong plastik dengan ukuran 4,5 cm x 4,5 cm sejumlah 33 buah.
3. Siapkan 1 biji kawat besar sebagai batang.
4. Siapkan 1 lembar tisu, kemudian bulat-bulat membentuk lingkaran dengan
jumlah 33 buah.
5. Isikan plastik persegi dengan tisu lingkar (dibungkus), kemudian tali pada
ujungnya dengan menggunakan benang (membentuk bulatan plastik
dengan isi tisu).
6. Siapkan kawat kecil kemudian lengkungkan bagian ujungnya.
7. Pasangkan bulatan plastik dengan kawat kecil ukuran panjang 6cm
kemudian di selotip, lalu gunakan selotip batang sebagai penutup tangkai,
lilitkan dengan merata. Dengan jumlah 2.
8. Pasangkan bulatan plastik dengan kawat kecil ukuran panjang 9 cm
kemudian di selotip, dengan jumlah 1. Kemudian selotip batang sebagai
penutup tangkai, lilitkan dengan merata bersamaan dengan 2 batang yang
berukuran 6 cm. (membentuk 3 tangkai bunga bulat).
9. Buat step 7-8 dengan jumlah tangkai 11 buah.
10. Siapkan kawat besar sebagai batang, pasangkan dengan selotip batang
dengan rapi dan berurutan sampai bawah sesuai yang diinginkan.

44
Dari penjelasan di atas, didapatkan hasil seperti tampak pada gambar di bawah ini

Gambar 13 hasil rangkaian bunga bulat dengan limbah plastik

Pembuatan Bunga Hias Dari Limbah Plastik Bekas : Model Bunga Sakura
Alat Bahan
4. 1. Gunting 9. 1. Plastik bekas 10. 5. Selotip batang
5. 2. Tang penjepit kawat 11. 2. Kawat kecil 0,4
12. 6. Benang
6. 3. Tang pemotong kawat 13. 3. Kawat besar 14. 7. Putik
15. 4. Selotip 16.

Cara pembuatan :
1. Potong kawat dengan ukuran 9 cm sejumlah 12 biji dan lengkungkan pada
bagian ujungnya.
2. Potong plastik dengan ukuran 10 cm x 4 cm sejumlah 12 biji.
3. Siapkan 1 biji kawat besar sebagai batang.

45
4. Lipat plastik menjadi 5 bagian, kemudian pada ujungnya digunting
melengkung.
5. Buka lipatan plastik kemudian bentuk seperti bunga sakura, isikan 2 buah
putik ditengahnya beserta kawat.
6. Ikat bunga plastik dengan menggunakan benang dengan kencang.
7. Lilitkan selotip batang pada tangkai bunga (kawat), sehingga membentuk
bunga sakura
8. Buatlah bunga dengan cara no 1-7 sejumlah 12 biji
9. Pasangkan bunga sakura pada kawat besar dengan menggunakan selotip
batang (hijau). pasangkan dengan selotip batang dengan rapi dan berurutan
sampai bawah sesuai yang diinginkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan pada permasalahan dan tujuan kegiatan, maka kegiatan
pengabdian ini menghasilkan 3 hasil, yaitu:
a. Pelatihan tentang pengelolaan dan pengolahan limbah plastik menjadi kreasi
kerajinan bunga hias diikuti oleh 30 peserta wali murid PAUD KB
Kemuning.
b. Bekal pengetahuan dan keterampilan kepada ibu-ibu selaku wali murid
PAUD KB Kemuning dapat meminimalisasi sampah plastik sehingga
memanfaatkannya menjadi barang-barang kerajinan yang bernilai ekonomi.
c. Kegiatan pelatihan telah cukup efektif, yaitu dengan telah dihasilkan produk
kerajinan dari sampah plastik, berupa kreasi bunga hias dari limbah plastik
berupa bunga sakura dan bunga bulat.
Aktivitas Wali Murid Dalam Kegiatan Pembuatan Kreasi Bunga Plastik
Berdasarkan pengamatan selama kegiatan pengabdian ini diperoleh beberapa hasil
positif, diantaranya:
1. Para peserta menunjukkan perhatian yang tinggi terhadap demonstrasi
yang disampaikan oleh mentor. Seperti tampak pada gambar di bawah ini,
dimana para peserta sangan berantusias untuk membuat kreasi bunga
plastik.

46
Gambar 14 wali murid membuat kreasi bunga plastik
2. Para peserta menunjukkan reaksi positif terhadap ketertarikan dalam
membuat kreasi bunga plastik. Terbukti dengan banyaknya wali murid
yang membawa sisa alat dan bahan yang ada untuk dilanjutkan di rumah.
3. Para peserta mengikuti prosedur pembuatan produk dan melakukan kerja
tim dengan cukup baik.
4. Peserta aktif bertanya apabila terdapat prosedur pembuatan yang tidak
dimengerti.
5. Wali murid mengerjakan pembuatan produk dengan baik selama 1,5 jam.
6. Pada tahap evaluasi mentor memberikan review terhadap salah satu karya
peserta untuk diberikan masukan dan solusi agar membuat bunga plastik
bila lebih rapi dan baik.

Faktor Pendukung dan Penghambat


Dalam pelaksanaan suatu kegiatan tidak terlepas dari faktor pendukung dan faktor
penghambat. Faktor pendukung dari kegiatan ini diantaranya:
1. Antusias wali murid dalam pelatihan cukup baik
2. Sikap ingin tahu dan keinginan untuk mencoba hal baru dan bermanfaat dari
para peserta pelatihan
3. Dukungan dari guru PAUD terhadap kegiatan pengabdian ini baik
4. Bahan-bahan yang diguanakan mudah didapatkan
5. Proses pembuatan sesuai dengan jam yang diberikan oleh pihak PAUD

47
Faktor penghambat kegiatan ini adalah:
1. Kegaduhan terjadi kadang terjadi karena anak-anak PAUD yang mengganggu
kefokusan ibunya
2. Siswa PAUD masih ada yang tidak mau ditinggal ibunya
3. Kekurangan bahan isolasi

SIMPULAN
Dari hasil kegiatan dan berdasarkan pada tujuan kegiatan, maka dapat
disimpulkan:
1. Kegiatan ini memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai kreatifitas
dengan menggunakan plastik bekas
2. Memberikan bekal keterampilan kepada wali murid untuk membuat produk
kreatif dari plastik bekas
3. Mengurangi limbah plastik di masyarakat Desa Soronanggan

SARAN
Saran dari kegiatan pengabdian ini adalah:
1. Model demonstrasi dapat lebih kreatif lagi untuk menarik perhatian dan
pemahaman wali murid, misalnya diinovasikan dengan visualisasi gambar
2. Dilakukan modifikasi bahan dalam pembuatan kreasi bunga plastik
3. Penambahan tutor untuk membantu kelangsungan kegiatan

48
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fauzan, Yudha Febrianta. (1 Maret 2017). PELATIHAN PEMBUATAN


KERAJINAN BERBAHAN PLASTIK BEKAS TRAINING MAKING
CRAFTS BASED PLASTIC WASTE, Artikel. Diakses pada tanggal (21
Agustus 2018), dari
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/viewFile/2909/2
833

Dzawil Ulya Ekadina. (17 Juli 2010). Pelatihan Pemanfaatan Barang Bekas
sebagai Bahan Pembuatan Reusable Bag untuk Melatih Siswa Madrasah
Ibtidaiyah dalam Melakukan Diet Plastik, Artikel. Diakses pada tanggal
(21 Agustus 2018), dari
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/viewFile/2909/2
833

Kustiyanto Ari. (28 November 2015). Limbah Plastik, Artikel. Diakses pada
tanggal (28 Agustus 2018), dari
http://tianlibra.blogspot.com/2013/06/artikel-limbah-plastik.html

Rahmad Muhammad. (15 Oktober 2017). Pemanfaatan limbah plastik manjadi


karya seni yang bernilai tinggi, Artikel. Diakses pada tanggal (28 Agustus
2018), dari http://garudamuda.org/blog/pemanfaatan-limbah-plastik-
manjadi-karya-seni-yang-bernilai-tinggi/

Widjiningsih, Dra. (1982). Desain Hiasan Busana Dan Lenan Rumah Tangga.
IKIP Yogyakarta.

49
Pengenalan Alat Musik Gitar dan Recorder
Titis Ramadhany
15208241045
PENDAHULUAN
Recorder ialah jenis alat musik melodis yang sumber bunyinya berasal dari
tekanan udara (aerophone) dan dimainkan dengan cara ditiup. Recorder atau
seruling, pada umunya, digunakan untuk pengajaran di sekolah. Recorder yang
sering digunakan kebanyakan orang adalah recorder sopran. Selain itu, ada juga
recorder sopranino dan recorder alto.
Recorder terbagi ke dalam 3 bagian, yaitu bagian kepala (head), bagian badan
(body), dan bagian kaki (foot). Di bagian kepala, terdapat mouthpiece (tempat kita
meniup) dan lubang suara. Di bagian badan, terdapat lubang 1 hingga lubang 6
dan lubang oktaf atau lubang 0 (ada di belakang recorder). Di bagian kaki,
terdapat lubang 7 dan lubang udara.
Recorder sopran mempunyai wilayah suara dari c’ (semua lubang ditutup
semua). Untuk nada tinggi hampir dapat dipastikan bunyinya disonan sekali.
Recorder termasuk alat musik melodis bukan ritmis (pengiring) dan akan dibagi
menjadi 2 kumpulan yaitu individu dan kelompok. Namun, ada beberapa jenis
recorder, yaitu:
1. Recorder Sopranino
2. Recorder Soprano
3. Recorder Alto
4. Recorder Tenor
5. Recorder Bass
6. Recorder Great Bass (Contra Bass)

Kata gitar atau guitar dalam bahasa Inggris, pada mulanya, diambil dari
nama alat musik petik kuno di wilayah Persia sekitar tahun 1500 SM yang dikenal
sebagai citar atau sehtar. Alat musik ini kemudian berkembang menjadi berbagai
macam model gitar kuno yang dikenal dengan istilah umum tanbur. Pada tahun
300 SM, tanbur Persia dikembangkan oleh bangsa Yunani dan enam abad

50
kemudian, dikembangkan oleh bangsa Romawi (Bellow, 1970:54-55). Pada
tahun 476 M, alat musik ini dibawa oleh bangsa Romawi ke Spanyol dan
bertransformasi menjadi guitarra Morisca yang berfungsi sebagai pembawa
melodi dan guitarra Latina untuk memainkan akor. Tiga abad kemudian, bangsa
Arab membawa semacam gitar gambus dengan sebutan al ud ke Spanyol
(Summerfield, 1982:12). Berdasarkan konstruksi al ud Arab dan kedua model
gitar dari Romawi tersebut, bangsa Spanyol kemudian membuat alat musiknya
sendiri yang disebut vihuela.

Gitar adalah sebuah alat musik berdawai yang dimainkan dengan


cara dipetik. Pada umumnya, menggunakan jari maupun plektrum. Gitar terbentuk
atas sebuah bagian tubuh pokok dengan bagian leher yang padat sebagai tempat
senar yang umumnya berjumlah enam dirapatkan. Gitar secara tradisional
dibentuk dari berbagai jenis kayu dengan senar yang terbuat dari nilon maupun
baja. Beberapa gitar modern dibuat dari material polikarbonat. Secara umum, gitar
terbagi atas 2 jenis yaitu akustik dan elektrik. Gitar akustik memiliki bagian badan
yang berlubang (hollow body). Terdapat tiga jenis utama gitar akustik modern
yaitu gitar akustik senar-nilon, gitar akustik senar-baja, dan gitar archtop. Gitar
akustik umumnya dimainkan sebagai instrumen solo menggunakan
teknik fingerpicking komprehensif. Gitar elektrik diperkenalkan pada tahun 1930-
an. Gita ini bergantung pada penguat yang secara elektronik mampu
memanipulasi bunyi gitar. Pada permulaannya, gitar elektrik menggunakan badan
berlubang (hollow body), tetapi kemudian penggunaan badan padat (solid body)
dirasa lebih sesuai. Gitar elektrik terkenal luas sebagai instrumen utama pada
berbagai genre musik seperti blues, country, reggae, jazz, metal, rock, dan
berbagai bentuk musik pop.

METODE PELAKSANAAN
1. Metode Pelaksanaan
Demostrasi yang kemudian diikuti oleh anak-anak.
2. Alat dan Bahan
Gitar dan Recorder

51
3. Teknik bermain
a. Recorder
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memainkan recorder,
yaitu:
1. Tangan kiri memegang seruling bagian atas, dengan posisi jari:
a. Ibu Jari menutup lubang oktaf
b. Jari Telunjuk menutup lubang 1
c. Jari Tengah menutup lubang 2
d. Jari manis menutup lubang 3
2. Tangan kanan memegang recorder bagian bawah, dengan posisi jari:
a. Jari Telunjuk menutup lubang 4
b. Jari Tengah menutup lubang 5
c. Jari Manis menutup lubang 6
d. Jari Kelingking menutup lubang 7
Berikut ini merupakan gambar pengaplikasian jari sesuai dengan kunci
nada.

Gambar 15 pengaplikasian jari sesuai dengan kunci nada


3. Untuk menghasilkan nada tinggi, lubang oktaf yang ditutup dengan
Ibu Jari Tangan kiri, dibuka ½ hingga ¾.
4. Kepala tegak dan bahu wajar (tidak tegang)
5. Dada membusung dan kedua belah siku terangkat sehingga tidak
menyentuh badan
6. Sumber tiupan diletakkan di atas bibir bagian bawah, bibir bagian
atas menyentuh sumber tiupan dengan wajar

52
7. Jangan memasukkan bagian kepala recorder (sumber tiupan)
terlalu dalam sehingga menyentuh gigi dan juga jangan digigit
8. Teknik Pernafasan dan Tiupan
Bernafas yang baik sama seperti bernyanyi yaitu menggunakan
pernafasan diafragma. Untuk menghasilkan tiupan yang bagus
ucapkan seperti kata ”THU”. Tiupan harus rata. Jangan terlalu kuat
meniup sehingga memekakkan telinga. Biasanya nada do (c’) adalah
yang paling susah dibunyikan.
9. Tuning Pada Recorder (melaras)
Recorder bisa dilaras (disesuaikan nadanya bila terdengar agak fals)
tetapi biasanya naik turunnya nada tidak sampai ½ nada. Untuk
melaras recorder bisa dengan menarik bagian kepala atau ekor dari
recorder dengan menyamakan bunyinya pada stem fluit, garputala,
atau keyboard.
b. Gitar
Pada umumnya, pada gitar terdapat 6 senar atau dawai. Diawali dari yang
paling bawah (paling kecil) hingga dengan yang paling atas (paling
besar). Hal ini berlaku untuk semua gitar, baik gitar akustik maupun gitar
elektrik. Keduanya mempunyai nada yang mirip di setiap senarnya.
Adapun perbedaan antara gitar akustik dengan gitar elektrik, salah
satunya yaitu pada tuningnya.
Berikut beberapa senar gitar yang menghasilkan masing-masing nada :
1. Senar 1 (senar paling bawah) menghasilkan E’ => 1 : E’
2. Senar 2 menghasilkan nada B => 2 : B
3. Senar 3 menghasilkan nada G => 3 : G
4. Senar 4 menghasilkan nada D => 4 : D
5. Senar 5 menghasilkan nada A => 5 : A
6. Senar 6 (senar paling atas) menghasilkan nada E => 6 : E

Kunci-kunci dasar tersebut akan dibagi menjadi 2 yaitu kunci dasar


(biasa) dan kunci dasar gitar minor. Namun, yang paling utama adalah C

53
Mayor, A Mayor, G mayor, E mayor, D mayor. Dalam bermain
gitar, diperlukan teknik dasar untuk mengetahui kunci-kunci nada.
Seperti pada gambar di bawah ini yang mana ditunjukkan titik-titik yang
ditekankan pada senar gitar sehingga menimbulkan suara sesuai dengan
kunci nada yang diinginkan.

Gambar 16 kunci dasar gitar

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kegiatan pengenalan ini dilaksanakan di Dusun Soronangan, Panjangrejo,
Pundong, Bantul dengan diikuti sekitar 15 anak. Hal yang pertama dilakukan
adalah mengenalkan pada anak-anak alat musik gitar dan recorder. Seperti tampak
pada gambar di bawah ini. Anak-anak antusias dalam mengenal gitar dan
recorder.

54
Gambar 17 pengenalan alat musik gitar kepada anak-anak
Hal yang dilakukan berikutnya adalah mengenalkan kunci dasar dalam
bermain gitar dan recorder. Anak-anak sangat antusias dalam belajar. Terlihat dari
anak-anak yang memperhatikan dengan seksama apa saja yang diajarkan oleh
mahasiswa KKN, seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 18 pengenalan kunci dasar dan cara bermainnya


Dalam kegiatan pengenalan alat musik gitar dan recorder ini, pastilah ada
kendala-kendala seperti, kurangnya alat musik yang digunakan dalam kegiatan ini

55
dan juga masih banyak anak-anak yang sulit menerapkan teknik yang
diajarkan. Walaupun ada kendala-kendala dalam kegiatan ini, kegiatan tetap
berjalan dengan lancar.

KESIMPULAN
Berdasarkan metode pelaksanaan dan hasil pembahasan diatas, dapat
disimpulkan bahwa dengan musik proses belajar mengajar dapat memberikan
pengaruh positif kepada pembelajar. Musik dapat menjadikan pembelajaran lebih
menyenangkan dan tidak membosankan. Penggunaan musik dalam proses belajar
mengajar juga dapat memberikan keseimbangan antara otak kanan dengan otak
kiri. Hal inilah yang akan membuat pembelajar mampu mengerahkan seluruh
pikiran mereka untuk belajar.
Gitar dan recorder merupakan alat musik yang sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, anak-anak Dusun Soronanggan
diperkenalkan alat musik tersebut agar dapat memainkannya dan dapat
mempelajarinya.

56
DAFTAR PUSTAKA
Soemirat, Cheppy.2009.Panduan Dasar Bermain Recorder.Jakarta:Kawan
Pustaka.

Sloane, Irving.1984.Classical Guitar Construction.New York: Sterling Publishing


Co.
http://12mapelfreddy.blogspot.com/2017/03/pengertian-dan-cara-memainkan-
recorder.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Gitar

http://pembelajaranmusik.blogspot.com/2012/05/teknik-bermain-recorder.html

https://sahabatnesia.com/cara-belajar-bermain-gitar/

http://witriyuliyani.blogspot.com/2011/06/pemanfaatan-musik-dalam-proses-
belajar.html

57
Pengenalan Metode Pembelajaran (Number Head Together) dan Media
Pembelajaran (Talking Board)
Mardika Novianti
15413241023
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan aspek strategis dalam membangun bangsa,
khususnya dalam membina potensi penerus bangsa yang dimiliki saat ini. Dalam
pelaksanaan pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang harus dipenuhi oleh
sekolah untuk membangun kelancaran dalam proses pembelajaran. Dalam proses
ini, sekolah dituntut memberikan kenyamanan dan ketersediaan fasilitas yang
lengkap dalam menunjang hasil belajar. Proses pembelajaran juga tidak akan
berlangsung dengan lancar jika hanya ditunjang dengan keadaan fisik sekolah
yang lengkap, tetapi juga diperlukan beberapa komponen lain seperti guru yang
berkualitas, kepala sekolah yang credible serta jajaran staff sekolah yang ada. Jika
hal itu tidak terkondisikan dengan baik, maka proses belajar mengajar pun akan
terhambat.
Selain itu, kondisi yang paling dekat dengan tidak berjalannya suatu proses
pendidikan dengan baik adalah guru. Guru sebagai orang pertama yang
berhubungan dengan siswa harus menguasai berbagai teknik belajar untuk siswa
agar tidak merasa bosan dengan materi yang diajarkan. Adi Wira Gunawan
(2003: 154) dalam buku “Genius Learning Strategy” menyatakan sesungguhnya
tidak ada pelajaran yang membosankan, yang ada adalah guru yang
membosankan, karena tidak mengerti cara menyajikan materi dengan benar,
menyenangkan, dan menarik minat serta perhatian siswa. Guru dalam mengelola
kegiatan belajar di kelas dituntut untuk memilih dan menetapkan metode atau
strategi pembelajaran yang akan dilaksanakan. Berbicara mengenai pemilihan
kegiatan belajar, hal itu akan berkaitan dengan bentuk partisipasi siswa yang
berdampak pada belum optimalnya hasil belajar. Ini disebabkan karena proses
pembelajaran yang menjenuhkan dan monoton. Proses pembelajaran akan
terorganisir dengan baik apabila terdapat kesiapan siswa dengan berbagai macam
potensi yang ada seperti aspek kognitif, aspek afektif, dan psikomotorik. Selain

58
itu, guru mampu menciptakan suasana belajar yang mendukung seluruh
potensi yang dimiliki oleh siswa. Potensi anak didik perlu ditingkatkan melalui
arahan dan bimbingan yang diberikan oleh guru di sekolah, baik dari sekolah
dasar maupun hingga mencapai pendidikan tinggi.
Selain guru, metode pembelajaran memegang peranan penting dalam
serangkaian proses pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan kecerdasan seorang
guru dalam memilih metode pembelajaran agar tujuan belajar dapat tercapai, baik
secara kognitif, afektif maupun psikomotorik yaitu dengan menerapkan metode
pembelajaran yang lebih ditekankan pada pembelajaran proses. Dalam proses
pembelajaran, seorang guru dituntut untuk menciptakan dan menggunakan
berbagai macam metode agar siswa tidak cepat merasa bosan atau mengantuk.
Dengan penggunaan berbagai macam metode oleh guru, maka proses
pembelajaran di kelas akan menjadi menyenangkan dan dapat meningkatkan
partisipasi siswa dalam mata pelajaran. Pada program kerja ini, bertujuan untuk
memperjelas materi pelajaran dan untuk mengatasi keterbatasan guru dalam
mengajar dan juga dapat meningkatkan partisipasi siswa dengan didukung media
pembelajaran yang dibuat sesuai dengan kebutuhan siswa.

METODE PELAKSANAAN
Number Head Together (NHT) merupakan salah satu metode pembelajaran
yang digunakan untuk menunjang proses pembelajaran. NHT merupakan sebuah
model pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa di dalam kelas dalam
mencari, mengolah, dan melaporkan informasi hasil diskusi yang diakhiri dengan
presentasi siswa di depan kelas. Metode ini, pada dasarnya, akan melatih siswa
untuk menjalin interaksi peserta didik karena langkah-langkah kerja yang ada
dalam metode ini dibuat agar peserta didik dapat berkerja sama dengan peserta
didik lainya.
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program ini adalah dengan
observasi. Observasi dilakukan sebanyak dua kali untuk mengetahui kondisi kelas
dan keadaan peserta didik yang ada. Selain kebutuhan dari peserta didik, dalam

59
observasi juga dilihat bagaimana guru dalam menyampaikan pembelajaran.
Berikut merupakan langkah-langkah penggunaan metode NHT.
1. Siswa dibagi dalam empat kelompok (sesuai jumlah peserta didik) dengan
setiap siswa dalam setiap kelompok mendapatkan nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakan tugas
tersebut.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahuinya. Seperti
tampak pada gambar di bawah ini. Para siswa sedang mendiskusikan jawaban
yang benar.

Gambar 19 Siswa sedang mendiskusikan jawaban yang benar


4. Setelah itu, guru akan memberi soal kepada siswa.
5. Guru memanggil salah satu nomor.
6. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
7. Siswa dengan nomor yang sama di kelompok lain akan menjawab pertanyaan
yang sama yang diberikan oleh guru.
8. Jawaban siswa akan ditulis dengan media yang sudah disediakan oleh guru.
9. Siswa dan guru membuat kesimpulan.

60
Alat dan Bahan
1. Kertas Asturo
2. Tali
3. Gunting
4. Streples
5. Spidol Hitam
6. Pelubang kertas
Langkah-langkah pembuatan nomor kepala (Number Head)
1. Kertas asturo digunting melingkar dengan diameter 7 cm.
2. Kertas diberi nomor sesuai dengan jumlah kelompok (misal 1-4 pada setiap
kelompok)
3. Lubangi dua sudut lingkaran dengan alat pelubang kertas.
4. Masukan tali rafia pada masing-masing lubang.
5. Kertas diikat menggunakan tali untuk diikatkan di kepala setiap peserta didik.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan tahap pelaksanaan yang telah dilaksanakan mulai dari tahap
observasi, analisis situasi dan masalah, hingga pengimplemtasian metode,
didapatkan beberapa hasil di antaranya :
a. Meningkatkan motivasi belajar siswa
Segala sesuatu yang baru dan segala perubahan dapat menumbuhkan
motivasi. Begitu juga dengan teknik NHT. Pemberian nomor merupakan hal
baru bagi siswa dalam belajar sehingga siswa dapat termotivasi dalam belajar.
Selain itu, interaksi yang tercipta mampu menjadi motivasi siswa untuk lebih
mampu mempelajari materi yang diberikan oleh guru. Hal ini dapat dilihat
saat proses pembelajaran berlangsung, dimana saat proses pembelajaran siswa
berusaha untuk memecahkan soal yang diberikan dengan metode NHT.
Selain itu, dalam metode ini siswa dibentuk berkelompok sehingga dengan
metode ini siswa yang mempunyai tingkat motivasi yang rendah akan melihat
teman satu kelompoknya dan menjadikannya motivasi dalam mengerjakan
tugas.

61
b. Menambah rasa percaya diri
Teknik NHT juga dapat menambah rasa percaaya diri siswa karena dalam
teknik ini ada pemanggilan nomor dalam menjawab hasil diskusi sehingga
dapat menumbuhkan rasa percaya diri. Siswa yang mempunyai tingkat
kepercayaan diri yang kurang, secara tidak langsung akan “dipaksa” untuk
menunjukan kepercayaan diri mereka di dalam kelas. Dalam pelaksanaannya,
siswa yang dipanggil untuk maju mengerjakan soal akan maju ke depan untuk
mempresentasikan jawaban yang sudah dikerjakan dalam kelompok.
c. Menambah keaktifan siswa
Teknik NHT akan menambah keaktifan siswa dalam belajar karena siswa
juga dapat mengutarakan pendapat atau mejawab soal yang diberikan oleh
guru. Dalam keaktifan siswa, dapat dilihat saat proses pembelajaran. Dimana
siswa dan siswi lebih mendengarkan dan memahami dengan didukung oleh
media yang digunakan yaitu Talking Board.

Namun dalam pelaksanaan program ini juga terdapat beberapa kendala, di


antaranya:
1. Karakteristik siswa yang belum terlalu paham dan banyak bermain.
Dalam pelaksanaan program ini, kendala utama yang dihadapi adalah
karakteristik anak yang masih menganggap metode ini seperti permainan
sehingga dalam pelaksanaannya sedikit terganggu dikarenakan sebagian
siswa ada yang masih belum paham dengan metode yang digunakan.
2. Kurangnya pemahaman diri siswa mengenai seseorang yang dianggap asing.
Kendala lain dalam berjalannya program ini adalah kurangnya kesadaran
siswa dalam memahami peran orang asing (mahasiswa KKN) sehingga
menjadikan mereka kurang dalam memperharikan penjelasan yang diberikan
oleh mahasiswa.

Walaupun terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan kegiatan, kegiatan


dalam berjalan dengan baik dan lancar. Para siswa juga merasa senang dengan
adanya metode pembelajaran yang baru yang mampu meningkatkan keinginan

62
dalam belajar dan memahami pembelajaran yang ada. Ditambah lagi dengan
media pembelajaran yang cukup efektif dalam memberikan pembelajaran.
Kegiatan ini diakhiri dengan foto bersama mahasiswa KKN, seperti tampak pada
gambar di bawah ini.

Gambar 20 Foto bersama siswa MI Maulana Maghribi dengan mahasiswa KKN

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang sudah dijelaskan pada bab
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa program kerja “Pengenalan metode
pembelajaran (Number Head Together) dan media pembelajaran (Talking Board)”
sebagai proses pembelajaran mempunyai beberapa manfaat di antaranya adalah
meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat saat proses
pembelajaran berlangsung, dimana saat proses pembelajaran siswa berusaha untuk
memecahkan soal yang diberikan dengan metode Number Head Together. Yang
kedua, menambah rasa percaya diri. Teknik NHT juga dapat menambah rasa
percaya diri siswa karena dalam teknik ini, ada pemanggilan nomor dalam
menjawab hasil diskusi sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa.
Yang terakhir adalah menambah keaktifan siswa, dimana hal ini dapat dilihat saat
proses pembelajaran. Para siswa lebih mendengarkan dan memahami dengan
didukung oleh media yang digunakan yaitu Talking Board.

63
SARAN
Saran dari kegiatan pengabdian (Pengenalan Metode Pembelajaran dan
Media Pembelajaran) ini adalah mahasiswa KKN lebih mampu memahami tiap
siswa yang belum terlalu memahami keberadaan orang asing sebagai pengajar
baru (selain guru) dan juga memahami karakteristik para siswa yang berbeda satu
dengan yang lain.

64
DAFTAR PUSTAKA

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani.(2016).Ragam Pengembangan Model


Pembelajaran.Kata Pena:Surabaya.

Huda, Miftahul.(2013).Model-model Pengajaran dan Pembelajaran.Pustaka


Pelajar:Yogyakarta.

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. (2016). Ragam Pembelajaran Model


Pembelajaran.Kata Pena:Surabaya.

65
Melatih Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Usia Dini
Arrazzaqu Widya Neidi
15112144006
PENDAHULUAN
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab 1 Ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia Dini
merupakan bentuk dari satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan informal
yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berusia di bawah 4 tahun,
yaitu minimal 2-4 tahun. Pendidikan anak usia dini merupakan tahap awal dalam
pendidikan anak sebelum anak memasuki masa pendidikan Taman Kanak-Kanak.
Pendidikan adalah hal yang sangat penting di masa usia dini karena pada masa
inilah anak mulai mengalami perkembangan kepribadian, sikap mental, dan
intelektual dibentuk pada masa usia dini. Kualitas masa awal anak atau masa
prasekolah merupakan cerminan kualitas bangsa yang akan datang.
Hurlock (1999:105), menyatakan bahwa perkembangan motorik adalah
suatu perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf,
urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Menurut Sujiono (2008:3), motorik
adalah semua gerakan yang memungkinkan didapatkan oleh seluruh tubuh,
sedangkan perkembangan motorik adalah proses seorang anak belajar tumbuh
terampil menggerakkan tubuhnya. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa motorik halus adalah pengendalian gerak yang berasal dari
koordinasi otot melalui kegiatan pusat syaraf dan urat syaraf. Gerakan tersebut
berupa keterampilan dalam menggerakan anggota tubuhnya.
Di Dusun Soronanggan, Kelurahan Panjangrejo, Kecamatan Pundong,
Kabupaten Bantul terdapat kegiatan pembelajaran bagi anak usia dini yaitu PAUD
yang bernama PAUD KB Kemuning. PAUD KB Kemuning merupakan salah satu
lembaga informal berupa kelompok bermain anak. PAUD KB Kemuning

66
memiliki kepengurusan satu kepala sekolah dan empat tim pengajar. Jumlah
anak yang terdaftar di PAUD KB Kemuning sebanyak 35 anak. Namun dalam
pelaksanaannya, jumlah anak yang mengikuti kegiatan pembelajaran di PAUD
KB Kemuning berkisar 20 anak. Sistem pembelajaran di PAUD KB Kemuning
dibagi ke dalam tiga kelas, yaitu Sentra Persiapan, Sentra Alam, dan Sentra Balok.
Anak-anak akan belajar di tiga kelas secara bergiliran berdasarkan penentuan guru
PAUD. Guru PAUD yang mengajar pun juga akan bergantian mengajar di tiga
kelas (sentra) tersebut. Materi pembelajaran yang diajarkan beragam mulai dari
pengenalan diri, keluarga, lingkungan sekitar, dan sebagainya. Materi
pembelajaran dibagi ke dalam dua semester di mana berlangsung selama satu
periode pembelajaran. Untuk menunjang proses pembelajaran di PAUD KB
Kemuning, KKN UNY Kelompok 225 melakukan pendampingan pengajaran di
tempat tersebut selama periode KKN berlangsung. KKN UNY Kelompok 225
memberikan materi yang sesuai dengan kurikulum PAUD KB Kemuning. Salah
satu materi yang diberikan adalah melatih kemampuan motorik halus pada anak
dengan kegiatan berupa menempel bentuk geometri. Kegiatan ini berfokus pada
anak usia sekitar 3 – 4 tahun.
Berdasarkan observasi di PAUD KB Kemuning, kemampuan motorik
halus anak PAUD tersebut masih kurang terlatih. Hal ini ditandai dengan
kurangnya kemandirian dan sikap inisiatif anak serta peran orang tua yang masih
memanjakan anak-anaknya sehingga ketika anka-anak diberikan tugas, mereka
tidak langsung dapat memahami maksud tugas tersebut, tetapi orang tua anak-
anaklah yang mengerjakan tugas tersebut. Jadi, orang tua kurang mendukung
proses perkembangan motorik anak dengan mengerjakan tugas anaknya.
Seharusnya, yang dilakukan orang tua adalah mendukung proses perkembangan
motorik halus anak dengan membimbing dan menuntun anak untuk
menyelesaikan tugasnya agar perkembangan proses motorik halus anak dapat
berkembang dengan baik. Tujuan diselenggarakannya kegiatan ini adalah untuk
melatih kemampuan motorik halus anak sejak usia dini agar mampu terampil
dalam menggerakkan anggota tubuhnya.

67
METODE PELAKSANAAN
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah wawancara
dengan pihak PAUD KB Kemuning dan observasi. Observasi dilakukan sebanyak
tiga kali untuk mengetahui kondisi kelas dan kondisi pembelajaran, baik di kelas
maupun di luar kelas, serta kondisi dari peserta didik. Berikut ini adalah
penjelasan dari metode pelaksanaan program sebagai berikut:
1. Target Materi
a. Mengembangkan keterampilan anak dalam menggerakkan anggota
tubuh.
b. Mengembangkan kemandirian dalam mengerjakan tugas.
2. Tujuan
a. Memberikan pelatihan pengembangan keterampilan motorik halus pada
anak sejak usia dini pada siswa PAUD KN Kemuning di Dusun
Soronanggan, Panjangrejo, Pundong, Bantul.
b. Memberikan edukasi kepada siswa PAUD KB Kemuning di Dusun
Soronanggan, Panjangrejo, Pundong, Bantul mengenai kemandirian
dalam mengerjakan tugas.
3. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan pada program ini adalah menempel bentuk geometri sesuai
dengan pola yang telah disediakan.
4. Tempat dan Waktu Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak sembilan kali bertempat di PAUD KB
Kemuning di Dusun Soronanggan, Panjangrejo, Pundong, Bantul, yaitu:
Hari, : Selasa, 17 Juli 2018. Jum’at, 3 Agustus 2018.
tanggal Rabu, 18 Juli 2018. Senin, 6 Agustus 2018.
Rabu, 25 Juli 2018. Rabu, 8 Agustus 2018.
Jum’at. 27 Juli 2018. Selasa, 15 Agustus 2018.
Rabu, 1 Agustus 2018.
Waktu : 08.00 - 10.00 WIB

68
5. Alat
Alat yang digunakan dalam pelaksanaan program ini adalah sebagai berikut:
a. Gunting kertas
b. Spidol
6. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan program ini adalah sebagai
berikut:
a. Kertas HVS berukuran A4
b. Kertas asturo
c. Lem kertas

Terdapat langkah dalam pembuatan media menempel bentuk geometri, yaitu:


1. Kertas asturo dipotong membentuk bangun geometri seperti lingkaran,
segitiga, persegi, persegi panjang, jajar genjang, trapesium.
2. Kertas HVS yang berukuran A4 digambari pola bentuk-bentuk geometri
seperti lingkaran, segitiga, persegi, persegi panjang, jajar genjang, trapesium
menggunakan spidol namun gambar pola tersebut dibuat garis titk-titik.
3. Pola bentuk geometri tersebut diberi nama sesuai nama bentuk dari geometri
tersebut agar anak dapat mengenal nama bentuk geometri dan jenis geometri.
Kertas HVS berukuran A4 digunakan untuk alas menempel bentuk geometri.
Lalu kertas asturo berbagai warna digunakan untuk membuat berbagai macam
bentuk geometri seperti lingkaran, persegi, persegi panjang, segitiga, jajar
genjang, dan trapesium.

HASIL
Berdasarkan pelaksanaan program tersebut didapat hasil sebagai berikut:
a. Pemahaman siswa mengenai bentuk-bentuk geometri bertambah.
Usia dini bagi anak adalah usia dimana kepribadian, sikap, dan intelektual
anak mulai terbentuk. Dengan mengenalkan bentuk-bentuk geometri ini
siswa menjadi paham mengenai apa saja jenis-jenis bentuk geometri. Siswa
antusias saat kami menunjukkan potongan kertas asturo yang berbentuk
jenis-jenis geometri. Ada beberapa siswa yang masih salah dalam

69
menyebutkan bentuk geometri tersebut, tetapi ada beberapa anak
lainnya yang sudah paham dan dapat menyebutkan seluruh bentuk geometri
yang ditunjukkan oleh kami. Pengenalan bentuk geometri ini bersifat
persiapan dalam pembelajaran di PAUD yang dimaksudkan agar anak dapat
mengenal bentuk geometri terlebih dahulu sebelum anak diberikan
permainan balok.
b. Pemahaman siswa mengenai warna bertambah.
Program ini juga dapat menambah wawasan siswa mengenai pengenalan
warna yang terdapat dalam bentuk-bentuk geometri. pengenalan warna
sangat tepat dilakukan pada anak usia dini ini dikarenakan pada usia dini
anak mulai mengenal warna, bentuk, dan lain sebagainya. Jadi otot dan
syaraf anak dapat berkoordinasi dengan baik. Hal ini dapat melatih
perkembangan motorik halus anak.
c. Kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas meningkat.
Anak jadi lebih mandiri dalam mengerjakan tugas, hal ini diketahui dari
ketika anak diminta untuk menempel bentuk-bentuk geometri siswa terlihat
antusias dan bersemangat menempel bentuk geometri tersebut sesuai dengan
pola yang ditentukan. Siswa juga antusias bertanya kepada kami untuk
memastikan bentuk geometri yang ditempel sesuai dengan pola yang
ditentukan. Ada beberapa anak yang mampu menyebutkan bentuk geometri
tersebut dihadapan gurunya tanpa diminta oleh guru. Lalu apa yang
disebutkan sudah benar dan sesuai dengan nama bentuk geometri tersebut.

PEMBAHASAN
Kegiatan Melatih Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Dengan
Menempel Bentuk Geometri ini diikuti oleh 20 siswa PAUD KB Kemuning di
Dusun Soronanggan, Panjangrejo, Pundong, Bantul. Kegiatan Melatih
Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Dengan Menempel Bentuk Geometri
terselenggara berkat kerjasama antara Tim KKN UNY Kelompok 225 dengan
PAUD KB Kemuning dan siswa PAUD KB Kemuning. Meskipun program ini
adalah program individu, akan tetapi dalam pelaksanaannya program ini

70
merupakan kerjasama dengan 2 mahasiswa yang merupakan anggota Tim
KKN UNY Kelompok 225. Bentuk kegiatan dalam pelaksanaan program ini
adalah mengajak anak-anak untuk menempel bentuk-bentuk geometri dengan cara
menempel pada kertas HVS yang telah disediakan sesuai dengan pola yang telah
ditentukan. Seperti tampak pada gambar di bawah ini. Terlihat antusiasme anak-
anak dalam mengikuti kegiatan.

Gambar 21 Antusiasme siswa dalam kegiatan


Kegiatan ini dilaksanakan dengan berkolaborasi bersama guru PAUD KB
Kemuning sebagai pendamping dan dipimpin oleh mahasiswa dari jurusan
Psikologi UNY. Kegiatan melatih kemampuan motorik halus anak diawali dengan
pengenalan warna yang terdapat pada bentuk geometri, siswa diminta untuk
menyebutkan warna yang ditunjukkan oleh kami bersamaan dengan pengondisian
para siswa. Pengondisian siswa dan kegiatan menyebutkan warna ini memiliki
alokasi waktu sekitar 15 menit. Selanjutnya siswa diminta untuk menyebutkan
jenis bentuk geometri yang ditunjukkan oleh kami. Dalam kegiatan ini para siswa
terlihat antusias dalam menyebutkan bentuk-bentuk dari geometri, meskipun
masih dominan anak yang belum mengetahui nama bentuk geometri tersebut.
Selanjutnya, siswa diberikan enam bentuk geometri yang nantinya akan ditempel
sesuai dengan pola yang disedikan pada kertas HVS. Siswa diberikan lem dan
kertas HVS berukuran A4 yang sudah terdapat pola bentuk geometri sesuai
dengan bentuk-bentuk geometri yang disediakan untuk ditempel. Kemudian,

71
siswa diminta untuk menempel bentuk geometri yang telah dibagikan dan
ditempel sesuai dengan polanya.
Setelah menempel bentuk geometri sesuai dengan polanya, anak diminta
untuk menyebutkan warna-warna dari bentuk geometri yang ditunjuk oleh kami.
Satu persatu siswa diminta menyebutkan warna dari bentuk geometri tersebut.
Selanjutnya, anak diminta menyebutkan nama bentuk geometri yang ditunjukkan
oleh kami, siswa satu per satu juga diminta menyebutkan bentuk geometri yang
ditunjukkan oleh kami. beberapa siswa sudah mampu menyebutkan nama bentuk
geometri dengan benar, tetapi beberapa anak masih salah dalam menyebutkan
nama bentuk geometri tersebut. Di sisi lain saat mengerjakan menempel bentuk,
siswa sudah lancar dan mengetahui bentuk mana yang harus ditempel sesuai
dengan polanya. Terakhir, siswa-siswa yang telah menyelesaikan kegiatan ini,
berfoto bersama dengan membawa kertas hasil kegiatan. Seperti pada gambar di
bawah ini, siswa berfoto dengan membawa hasil menempel bentuk geometri pada
kertas yang telah ada polanya.

Gambar 22 Siswa berfoto bersama dengan membawa hasil menempel bentuk


geometri

72
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan dari program Melatih
Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Dengan Menempel Bentuk Geometri ini
adalah sebagai berikut:
1. Siswa PAUD KB Kemuning menjadi lebih dapat mengenal bentuk-bentuk
geometri.
2. Siswa PAUD KB Kemuning menjadi lebih mengenal macam-macam warna,
3. Siswa PAUD KB Kemuning menjadi lebih mandiri.
4. Siswa PAUD KB Kemuning menjadi lebih aktif dan terampil dalam
menggerakkan anggota tubuhnya.

73
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E. 1999. Perkembangan Anak (jilid 2 edisi ke enam). Jakarta : Erlangga

Sujiono, Yuliani Nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT Indeks.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 14


Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Visimedia

74
BIODATA PENULIS

Nama : Sri Palupi, M.Pd.


NIDN : 0011115707
Agama : Islam
Keahlian :
1. Pengolahan Makanan Indonesia
2. Pendidikan Teknologi Kejuruan
Riwayat Pendidikan :
1. S1/PKK/IKIP N Yogyakarta/1985
2. S2/PTK/Pascasarjana UNY/2002
Unit Kerja Jurusan :
1. Pendidikan Tata Boga dan Busana/IV B/Lektor

Nama : Muhammad Septian Sujatmiko


NIM : 15201241082
Jurusan : PBSI
TTL : Sleman, 20 September 1996
Agama : Islam
Prestasi :
1. Juara 1 Futsal se-PBSI 2015
2. Juara 1 Futsal HIPER se-FBS 2015
3. Juara 3 Futsal BEM FBS 2016
4. Juara 1 Futsal BEM FBS 2018

Nama : Lukman Budhi Purnomo


NIM : 15504241040
Jurusan : Pendidikan Teknik Otomotif
TTL : Bantul, 18 Juni 1996
Agama : Islam
Prestasi :-

75
Nama : Erya Ananda
NIM : 15405241029
Jurusan : Pendidikan Geografi
TTL : Jakarta, 4 Agustus 1997
Agama : Islam
Prestasi :-

Nama : Ismi Uswatun Khasanah


NIM : 15104241046
Jurusan : Bimbingan dan Konseling
TTL : Sleman, 8 April 1997
Agama : Islam
Prestasi :
1. Juara 2 Video Edukasi Conseling Week #2
Tingkat Nasional UN PGRI Kediri 2017
2. Bronze Medal Internasional Eureka
Innovation Exhibition Universiti Kuala Lumpur Malaysia 2017

Nama : Tesa Maulidani Wijaya


NIM : 15305141051
Jurusan : Matematika
TTL : Semarang, 16 Juli 1997
Agama : Islam
Prestasi :-

76
Nama : Fellya Purwanita
NIM : 17513247002
Jurusan : Pendidikan Teknik Busana
TTL : Sleman, 29 Februari 1996
Agama : Islam
Prestasi :
1. Juara 1 Best Fashion Technology Peragaan Busana
DIMANTION
2. Juara 2 Peragaan Busana DIMANTION
3. Juara 1 Selekda Asean Skill Competition

Nama : Titis Ramadhany


NIM : 15208241045
Jurusan : Pendidikan Seni Musik
TTL : Pringsewu, 10 Januari 1997
Agama : Islam
Prestasi :-

Nama : Mardika Novianti


NIM : 15413241023
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
TTL : Boyolali, 14 November 1997
Agama : Islam
Prestasi :
1. Indonesia’s Youth Inovator

Nama : Arrazzaqu Widya Neidi


NIM : 15112144004
Jurusan : Psikologi
TTL : Sleman, 11 Maret 1996
Agama : Islam
Prestasi :-

77
78

Você também pode gostar