Você está na página 1de 19

MAKALAH MIKROBIOLOGI KLINIK

PEWARNAAN BAKTERI

Disusun Oleh

Efdinur Eriska

Erzarini Kurniati

Irani Safitri

PROGRAM STUDI FARMASI

STIKES HARAPAN IBU JAMBI

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Landasan Teori

Umumnya ukuran bakteri sangat kecil, bentuk tubuh bakteri baru dapat dilihat

dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 1.000 X atau lebih (Waluyo, 2004).

Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwarnai dengan suatu zat pewarna kimia agar

mudah diamati atau dilihat dengan jelas dalam hal ukuran, bentuk, susunan dan keadaan

struktur internal dan butiran. Sel sel individu bakteri dapat berbentuk seperti bola/elips,

batang (silindris), atau spiral (heliks) (Pelczar & Chan, 2007).

Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan

mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan

struktur dalam bakteri. Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi

tiga macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan diferensial dan pengecatan

struktural.

Bakteri yang diwarnai dengan teknik pewarnaan Gram terbagi dua golongan,

yaitu: Gram positif , bila warna zat pewarna pertama (karbol gentian violet) tetap

bertahan, dengan demikian warna se bakteri tampak ungu tua; dan Gram negatif, bila

warna zat pewarna pertama tidak bertahan (luntur) kemudian tercat oleh zat pewarna

tandingannya, misal: air fuchsin, safranin, dan oleh zat pewarna tandingan lainnya.

(Razali, 1987)

Penyebab terjadinya dua golongan bakteri yaitu Gram positif dan Gram negatif

ialah setelah diberi zat pewarna fenomenanya ini, berhubungan dengan struktur dan
komposisi dinding sel. Perbedaan ketebalan antara kedua golongan itu dapat merupakan

hal yang penting; dinding sel bakteri Gram negatif pada umumnnya lebih tipis dari yang

dimiliki bakteri Gram positif.

Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara komponen selular

dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terdapat tiga

mcam metode pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial dan

pewarnaan gram. Pewarnaan terhadap bakteri yang paling sering dilakukan adalah

pewarnaan Gram dan Ziehl‐Nelsen. Pewarnaan tersebut untuk mengetahui morfologi,

struktur, dan karakteristik bakteri.

Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan sebagai berikut:

pewarnaan sederhana, pewarnaan differensial (pewarnaan gram dan pewarnaan tahan

asam), pewarnaan khusus untuk melihat struktur tertentu : pewarnaan flagel, pewarnaan

spora, pewarnaan kapsul, pewarnaan khusus untuk melihat komponen lain dan bakteri

(pewarnaan Neisser (granula volutin), pewarnaan yodium (granula glikogen)

dan pewarnaan negatif (Gozali, 2009)

B. Tujuan Percobaan

 Mengetahui dan memahami macam- macam pewarnaan

 Mengetahui dan dapat melakukan pewarnaan sederhana

 Mengetahui dan dapat melakukan pewarnaan gram

 Mengetahui dan dapat melakukan pewarnaan gram negatif

 Mengetahui dan dapat melakukan preparat tetesan bergantung


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bakteri merupakan organisme prokariot. Umumnya ukuran bakteri sangat

kecil, bentuk tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan

pembesaran 1.000 X atau lebih (Waluyo, 2004). Sel bakteri memiliki panjang yang

beragam, sel beberapa spesies dapat berukuran 100 kali lebih panjang daripada sel

spesies yang lain. Bakteri merupakan makhluk hidup dengan ukuran antara 0,1 sampai

0,3 µm. Bentuk bakteri bermacam – macam yaitu elips, bulat, batang dan spiral. Bakteri

lebih sering diamati dalam olesan terwarnai dengan suatu zat pewarna kimia agar mudah

diamati atau dilihat dengan jelas dalam hal ukuran, bentuk, susunan dan keadaan struktur

internal dan butiran. Sel sel individu bakteri dapat berbentuk seperti bola/elips, batang

(silindris), atau spiral (heliks) (Pelczar & Chan, 2007).

Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan

mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan

struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan

kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras

mikroorganisme dengan sekitarnya. Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat

dibedakan menjadi tiga macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan diferensial dan

pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan

menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah

difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan


perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik

pewarnaan diferensial (Pelczar & Chan, 2007).

Bakteri yang diwarnai dengan teknik pewarnaan Gram terbagi dua golongan,

yaitu: Gram positif , bila warna zat pewarna pertama (karbol gentian violet) tetap

bertahan, dengan demikian warna se bakteri tampak ungu tua; dan Gram negatif, bila

warna zat pewarna pertama tidak bertahan (luntur) kemudian tercat oleh zat pewarna

tandingannya, misal: air fuchsin, safranin, dan oleh zat pewarna tandingan lainnya.

(Razali, 1987)

Penyebab terjadinya dua golongan bakteri yaitu Gram positif dan Gram negatif

ialah setelah diberi zat pewarna fenomenanya ini, berhubungan dengan struktur dan

komposisi dinding sel. Perbedaan ketebalan antara kedua golongan itu dapat merupakan

hal yang penting; dinding sel bakteri Gram negatif pada umumnnya lebih tipis dari yang

dimiliki bakteri Gram positif. Presentasi kandungan lipid bakteri Gram negatif lebih

tinggi daripada Gram positif. Kenyataannya dalam eksperimen pengecatan mennjukkan

bahwa perlakuan dengan alkohol mengeskstrak lipid, yang menyebabkan poisitas atau

permeabilitas didding sel meningkat. Denagn demikian, kompleks karbol gentian violet

dan lugol dapat disari keluar dan bakteri Gram negatif terwarnakan. Keterangan lain yang

hampir sama juga mendasarkan pada perbedaan permeabilitas antara kedua golongan

bakteri itu, yaitu pada bakteri Gram negatif kandungan peptidoglikan jauh lebih sedikit

sehingga kerapatan jalinannya jauh lebih sedikit daripada baktri gram posiif. Pori-pori

dalam peptidoglikan bakteri Gram negatif tetap masih cukup besar untuk dapat disari

keluar kompleks karbol gentian violet dan lugol. Selautnya, bila sel-sel Gram psitif

diperlakukan dngan lisozim untuk menyingkirkan dinding selnya, sisa strukturnya yang
disebut protoplas atau sel tanpa dinding akan tercatat juga oleh kompleks karbol gentian

violet dan lugol. Tetapi, sel ini mudah dihapuskan oleh alkohol. Kenyataan ini

menunjukkan bahwa struktur dinding sel bakteri Gram positif itu yag menjadi tempat

tertahannya zat pewarna pertama yaitu karbol gentian violet. (Razali, 1987)

Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya

berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-

senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan

sel bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai

dasar pewarnaan bakteri. Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam

dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna

basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam. Contoh zat

warna basa adalah methylen blue, safranin, netral red, dan lain-lain. Sedangkan anionnya

pada umumnya adalah Cl-, SO4-, CH3COO-, COOHCOO. Zat warna asam umumnya

mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan

zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti sel. Pewarnaan bakteri

dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi

pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup (Sutedjo, 1991).

Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari

bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Ikatan ion dapat

terjadi karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna.

Terdapat tiga mcam metode pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan

diferensial dan pewarnaan gram. Pewarnaan sederhana menggunakan pewarna tunggal,

pewarnaan diferensial memakai serangkaian larutan pewarna atau reagen. Pewarnaan


gram merupakan metode pewarnaan yang paling umum digunakan untuk mewarnai sel

bakteri (Umsl, 2008).

Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif, salah satu di

antaranya berwarna. Pada zat warna yang bersifat basa, warna terdapat pada ion positif

(zat pewarna+ Cl-) dan pada pewarna asam, warna akan terdapat pada ion negatif (zat

pewarna-Na+). Hubungan antara bakteri dengan zat pewarna basa yang menonjol

disebabkan terutama oleh adanya asam nukleat dalam jumlah besar dalam protoplasma

sel. Jadi, jika bakteri itu diwarnai, muatan negatif dalam asam nukleat bakteri akan

bereaksi dengan ion positif zat pewarna basa, Kristal violet, safranin dan metilin blue

adalah beberapa zat pewarna basa yang biasa digunakan. Sebaliknya zat pewarna asam

ditolak oleh muatan negatif bakteri menyeluruh. Jadi, mewarnai bakteri dengan zat

pewarna asam akan menghasilkan hanya pewarnaan pada daerah latar belakang saja.

Karena sel bakteri tak berwarna di atas latar belakang yang berwarna (Volk & Wheeler,

1993).

Pewarnaan gram ditemukan pada tahun 1884 oleh seorang dokter kebangsaan

Denmark Christian Gram (membuat zat pewarna khusus) pewarna tersebut merupakan

pewarna differensial karena dapat membagi bakteri menjadi dua kelompok fisiologi, yang

akan memudahkan untuk identifikasi. Prosedur pertama dari pewarnaan gram ini adalah

memberi pewarna kristal violet, setelah 1 menit dibilas dan kemudian akan diberikan

pewarna yodium, setelah satu menit dibilas dan kemudian akan diberi laputan alkohol

95% selama 30 detik, kemudian dibilas dan diberi pewarna safranin atau bismarck (untuk

buta warna merah) selama 1 menit. Zat pewarna kristal violet dan yodium akan

membentuk senyawa yang kompleks. Beberapa bakteri akan melepaskan zat pewarna
dengan mudah apabila dicuci dan beberapa bakteri yang lain zat pewarna akan bertahan

walaupun dicuci dengan alkohol 95%. Bakteri gram positif akan terwarna ungu (kristal

violet) dan bakteri gram negatif akan terwarna merah (safranin) (Umsl, 2008).

Pewarnaan terhadap bakteri yang paling sering dilakukan adalah pewarnaan Gram

dan Ziehl‐Nelsen. Pewarnaan tersebut untuk mengetahui morfologi, struktur, dan

karakteristik bakteri. Pewarnaan Gram dapat mengidentifikasi penyakit infeksi. Prosedur

pewarnaan Gram dimulai dengan pemberian kristal violet, setelah itu ditambahkan

larutan iodium maka semua bakteri akan berwarna biru. Setelah itu ditambah alkohol.

Bakteri Gram positif membentuk kompleks Kristal iodine yang berwarna biru. Setelah di

tambahkan safranin, bakteri Gram positif akan berwarna ungu. Contoh bakteri Gram

positif adalah Streptococcus, Bacillus, Stapilococcus, Clostridia, Corynebacterium

dhypteriae, Peptococcus, Peptostreptococcus, dll. Sedangkan bakteri Gram negatif akan

terdekolorisasi oleh alcohol dan pemberian safranin akan memberikan warna merah pada

bakteri Gram negatif. Contoh bakteri Gram negative adalah Neisseria, Klebesiella,

Vellonella, Shigella, Salmonella, Hemophillus, dll (Cappuccino & Sherman, 1983).

Proses pewarnaan gram ini memerlukan 4 jenis reagen. Bakteri terbagi atas dua

kelompok berdasarkan pewarnaan ini, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.

Perbedaan ini berdasarkan warna yang dapat dipertahankan bakteri. Reagen pertama

disebut warna dasar, berupa pewarna basa, jadi pewarna ini akan mewarnai dengan jelas.

Reagen kedua disebut bahan pencuci warna (decolorizing agent). Tercuci tidaknya warna

dasar tergantung pada komposisi dinding sel, bila komponen dinding sel kuat mengikat

warna, maka warna tidak akan tercuci sedangkan bila komponen dinding sel tidak kuat

mengikat warna dasar, maka warna akan tercuci. Reagen terakhir adalah warna
pembanding, bila warna tidak tercuci maka warna pembanding akan terlihat, yang terlihat

pada hasil akhir tetap warna dasar. Larutan yang biasa dipakai adalah ungu kristal, lartan

iodium, alkohol dan safranin (Tracy, 2005).

Teori Salton menjelaskan bahwa ada konsentrasi lipid yang tinggi pada dinding sel

bakteri Gram negatif. Sehingga jika lipid dilarutkan dalam pemberian alcohol, maka

pori‐pori akan membesar dan tidak mengikat pewarna. Hal ini menyebabkan bakteri

menjadi tidak berwarna. Sedangkan bakteri Gram positif akan mengalami denaturasi

selama pemberian alcohol. Hal ini akan mengecilkan pori‐pori sehingga menghasilkan

kompleks kristal iodium. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang kuat dan lapisan

peptidoglikan sebanyak 30 lapisan sehingga permeabilitas dinding selnya menjadi

berkurang. Sedangkan bakteri Gram negatif hanya memiliki 1‐2 lapisan peptidoglikan

sehingga memiliki permeabilitas dinding sel yang lebih besar. Pewarnaan Gram terdiri

atas Gram A (violet) (Kristal violet, Aalkohol, Ammonium oksalat, Aquades), Gram B

(cokelat) (Iodium, Kalium iodide, Aquades), Gram C (Aseton, Alcohol), Gram D (merah)

(Safranin, Alcohol, Aquades) (Madigan, 2003).

Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan sebagai berikut:

pewarnaan sederhana, pewarnaan differensial (pewarnaan gram dan pewarnaan tahan

asam), pewarnaan khusus untuk melihat struktur tertentu : pewarnaan flagel, pewarnaan

spora, pewarnaan kapsul, pewarnaan khusus untuk melihat komponen lain dan bakteri

(pewarnaan Neisser (granula volutin), pewarnaan yodium (granula glikogen)

dan pewarnaan negatif (Gozali, 2009)


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

 Alat

1. Kaca objek

2. bunsen

3. erlemeyer

4. tabung reaksi

5. ose

6. kertas saring

7. mikroskop

 Bahan

Kultur bakteri, zat warna; biru metilen, larutan karbol-fuchsinn basa, kristal violet,

larutan lugol, tinta cina, aquadest, alkohol, NaCl Faali,

B. Prosedur Kerja

a. Cara membuat preparat ulas

 Biakan cair

- Bersihkan kaca objek dengan sepotong kapas yang telah dibahasi alkohol

- Tulislah kode organisme pada sudut kaca objek dengan spidol

- Kocok tabung yang berisi suspensi bakteri, kemudian dipindahkan 2 mata ose

suspensi ke bagian tengah kaca objek

- Ulaskan suspensi diatas kaca objek


- Biarkan preparat mengering diudara sebentar

- Fiksasi diatas api untuk membunuh dan meletakkan bakteri pada kaca objek

 Biakan padat

- Bersihkan kaca objek dengan kapas yang sudah diberi alkohol

- Tulislah kode organisme pada sudut kaca objek dengan spidol

- Teteskan 2 mata ose NaCl Faali dibagian tengah kaca objek

- Sentuhkan ose pada biakan bakteri, kemudian dicampur dengan NaCl Faali sehingga

merata. Ulaskan campuran diatas kaca objek

- Biarkan preparat mengering diuadara sebentar

- Fiksasi diatas api

b. Cara Pewarnaan Sederhana

- Buat preparat ulas

- Beri larutan zat warna. Larutan zat warna yang digunakan adalah larutan biru metilen

atau larutan karbol fukhsin basa

- Biarkan zat warna selama 30 detik

- Cuci dan keringkan hati hati dengan kertas saring

- Periksa dengan mikroskop 100x bila preparat ulas dan teknik pewarnaan dilakukan

dengan benar, maka mikroorganisme bewarna dengan larutan biru metilen dan warna

merah dengan larutan karbol fuksin basa

- Laporkan hasil pengamatan

c. Cara pewarnaan gram

- Buat preparat ulas, kemudian fiksasi diatas api

- Beri larutan kristal violet selama 1 menit


- Cuci dengan air

- Beri larutan lugol selama 1 menit

- Beti lartan pemucat selama 10-20 detik. Perhatikan waktu pemucatann karena

pemucatan yang terlalu lama akan menghasilkan pewarnaan yang menyimpang

- Cuci’

- Kemudian keringkan dengan kertas saring

- periksa dengan mikroskop 100x dan laporkan hasil pengamatan.

d. Pewarnaan Negatif

- Ambil 2 kaca objek, beri 1 tetes tinta cina pada bagian ujung kanan salah satu kaca

objek

- Ambil kotoran gigi dengan tusuk gigi, kemudian camur dengan tinta diatas kaca

objek

- Tempelkan salah satu sisi kaca objek yang lain pada campuran ini, kemudia

gesekkan ke samping kiri

- Biarkan preparat mengering diudara. Preparat tidak boleh dipanaskan di atas api

- Periksa mikroskop 100x dan laporkan hasil pengamatan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Pewarnaan Sederhana/ Positif


Bakteri Hasil Pengamatan
Preparat ulas cair

Preparat ulas padat


Tabel 2. Hasil Pewarnaan Gram
Bakteri Hasil Pengamatan
Preparat ulas cair

Preparat ulas padat

Tabel 1. Hasil Pewarnaan Negatif


Bakteri Hasil Pengamatan
Preparat tusuk gigi

B. Pembahasan

Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan satumacam zat warna

dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui morfologi dan

susunan selnya . pewarnaan ini dapat menggunakan pewarnaan basa pasda umumnya antara lain

kristal violet , metylen blue , karbol , fuchsin , dan safranin(lay ,1994).


Pewarnaan negatif yaitu pewarnaan yang ditujukan terhadap bakteri yang sulit diwarnai, dimana

bakterinya tidak diwarnai melainkan latar belakangnya, metode pewarnaan negatif merupakan

suatu metode perwarnaan umum, dimana digunakan larutan zat warna yang tidak meresap ke

dalam sel-sel bakteri melainkan melatar belakangi sehingga kelihatan atau nampak sebagai

bentuk-bentuk kosong tak berwarna(negatif) (Lay.1994).

Pewarnaan gram merupakan pewarnaan yang digunakan untuk mengelompokan bakteri

gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna crystal

violet dan akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif

akan kehilangan zat warna crystal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat

pewarna air fucsin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan zat warna ini

disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya. Pewarna yang digunakan

dalam pewarnaan gram antara lain : crystal violet, alkohol, safranin, dan iodine (Lay.1994).

Prinsip pewarnaan sederhana didasarkan pada zat warna yang digunakan hanya

terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut yang merupakan suatu cara yang cepat

untuk melihat morfologi bakteri secara umum(Dwidjoseputro.1998).

Prinsip pewarnaan negatif yaitu suatu metode pewarnaan tidak langsung dimana digunakan

larutan zat warna yang tidak meresap kedalam sel bakteru melainkan ke dalam latar belakangnya

(Lay.1994)

Prinsip pewarnaan gram didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri ; sehingga

menyebabkan perbedaan reaksi dengan permeabilitas zat warna dan penambahan larutan pencuci

(Dwidjoseputro.1998).

Fuchsin carbon, merupakan campuaran fuchsin fenol dan dasar yang digunakan dalam prosedur

pewarnaan bakteri. Hal ini umumnya digunakan dalam pewarnaan mikrobkateria karena
memiliki ketertarikan untuk asam mycolic yang ditemukan di dinding sel mikroba, carbol

fuchsin juga digunakan sebagai antiseptik tropikal (Lay,1994)

Crystal violet atau ungu gentian adalah pewarna triarylmethane. Pewarna ini digunakan sebagai

histologis noda dalam metode gram klasifikasi bakteri. Crystal violet memiliki sifat sifat anti

bakteri, jamur dan obat cacing, dan sebelumnya penting sebagai antiseptik topikal

(Sutedjo,1991).

Lugol’s yodium, juga dikenal sebagai solusi lugol, merupakan solusi dari iodium dan iodida

dalam air. Larutan yodium lugol digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan, dan untuk

desinfikasi darurat air minum, dan sebagai reagen untuk deteksi pasti di dalam laboratorium,

pewarnaan dan tes medis (Dwidjoseputro.1998).

Safranin dalah noda biologis yang digunakan dalam histologi dan sitologi. Safranin digunakan

sebagai conterstain dalam beberapa protokol pewarnaan. Mewarnai seluruhinti sel darah merah.

Ini adalah counterstain klasik dalam gram stain. Hal ini juga dapat digunakan untuk deteksi

tulang rawan, musin dan butiran sel mast. Safranin biasanya memilki struktur kimia. Ada juga

trimetil safranin kedua senyawa berperilaku dasarnya identik dan aplikasi pewarnaan biologi dan

kebanyakan prosedur safranin tidak membedakan diantara keduanya. Persiapan safranin

komersial sering mengandung campuran dari kedua jenis. Safranin juga digunakan sebagai

indikator redok dalam kimia analitik (Sutedjo,1991)

Fiksasi adalah suatu metode persiapan untuk menyiapkan suatu sampel agar tampak realistik

dengan menggunakan grutaldehid dengan proses pemabakaran. Fiksasi bertujuan untuk

mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri pada objek glass tanpa merusak struktur selnya

(Lay,1994).
Menurut hasil pengamatan, pada pewarnaan sederhana dikemukakan bakteri dengan jelas bentuk

basil dan berwarna biru keungu unguan dalam pembesaran 400. Pada pewarnaan negatif,

ditemukan banyak bakteri, ditemukan bakteri dengan bentuk coccus dan pewarnaan negatif

mewarnai belakangnya berwarna biru gelap dan bakteri tidak terlalu jelas warna karena terlalu

menumpuk. Pada pewarnaan gram ditemukan bakteri jenis gram negatif dengan warna merah

dan memiliki bentuk basil pada perbesaran mikroskop hingga 400.

Beberapa faktor kesalahan pada praktikum antara lain pemberian zat warna yang berlebihan

sehingga sel bakteri tidak nampak, kurang maksimalnya dalam proses fiksasi sehingga masih ada

bakteri yang belum mati, dan faktor yang lain adalah pada proses pencucian terlalu deras dalam

membilas zat warna dengan air sehingga dapat menyebabkan bakteri larut terbawa air
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah

 Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan

mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar

dan struktur dalam bakteri

 Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan sebagai berikut:

pewarnaan sederhana, pewarnaan differensial (pewarnaan gram dan pewarnaan

tahan asam), pewarnaan khusus dan pewarnaan negatif

 pada pewarnaan sederhana dikemukakan bakteri dengan jelas bentuk basil dan

berwarna biru keungu unguan. Pada pewarnaan negatif, ditemukan banyak

bakteri, ditemukan bakteri dengan bentuk coccus dan pewarnaan negatif

mewarnai belakangnya berwarna biru gelap dan bakteri tidak terlalu jelas warna

karena terlalu menumpuk. Pada pewarnaan gram ditemukan bakteri jenis gram

negatif dengan warna merah dan memiliki bentuk basil pada perbesaran

mikroskop hingga 400.


DAFTAR PUSTAKA

 Dwidjoseputro, D. 1998. Basics of Microbiology. Malang

 Hadiutomo delay. 1990. Basic Microbiology Volume I. Jakarta: Erlangga

 Lay, Bibiana.W.1994. Microbial Analysis in the Laboratory . Jakarta:Rajawali

 Sutedjo, Mul Mulyani.1991. Microbiology of Land. Jakarta: Rineka Cipta

 Waluyo, lud. 2004. General Microbiology.Malang: UMM Press.

Você também pode gostar