Você está na página 1de 12

Alternatif Bentuk Usaha

Pada perkembangan jaman sekarang ini pertumbuhan perekonomian di Indonesia


semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat.
Perkembangan ini juga diikuti dengan pertumbuhan pajak yang semakin lama semakin
meningkat, hal ini dibuktikan dengan besarnya kontribusi pajak pada APBN negara. Pada
hakikatnya setiap orang yang berada di Indonesia pasti akan bersinggungan
dengan pajak suatu saat nanti, baik yang berprofesi sebagai kuli bangunan, dokter, dosen,
arsitek, montir, dan lain sebagainya. Hal ini terjadi karena adanya pajak penghasilan yang
diterapkan pada setiap penghasilan penduduk rakyat Indonesia, baik yang berbentuk perseoranga
n, Commanditaire Vennootschap (CV) atau Firma (Fa), maupun Perseroan Terbatas (PT). Akan
tetapi jika perhatikan lebih seksama pada penerapan sistem perpajakan, makaakan terlihat
beberapa kelebihan maupun kelemahan dari setiap bentuk usaha. Kita
sebagai pebisnis dapat melakukan tax avoidance (menghindari pembayaran pajak yang seharusn
ya tidak perlu dibayarkan/pembayaran pajak secara optimal). Jadi dengan
melakukan pembayaran pajak secara optimal ini menunjukan bahwa pebisnis
harus membayarkan pajak yang seharusnya dia bayarkan dan tidak membayar pajak yang
seharusnya bisa dihindaritanpa melakukan pelanggaran terhadap peraturan pajak.

1.Memahami Bentuk Usaha di Indonesia


a) BENTUK USAHA
Pada perusahaan di Indonesia bentuk usaha yang ada terbagi menjadi 4 bentuk usahayaitu
perseorangan, CV atau Firma, Perseroan Terbatas (PT) dan koperasi. Setiap dari bentuk usaha
memiliki perbedaan masing-masing serta memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri.

Perseorangan
Bentuk usaha perseorangan lebih dikenal dengan sebutan Unit Dagang (UD), di mana
tanggung jawab daripada usaha yang dijalankan sampai pada kekayaan pribadi.
CV atau Firma merupakan bentuk usaha yang dimulai dengan perikataan antara dua orang
atau lebih dalam menjalankan usahanya, tanggung jawab CV juga sampai pada kekayaan
pribadi daripada pemilik.

1
Perseroan Terbatas merupakan badan usaha yang memiliki tanggung jawab yang terbatas
sesuai dengan aset yang ada pada perusahaan
Koperasi merupakan organisasi bisnis yang berlandaskan pada asas kekeluargaan yang
dioperasikan oleh orang seorang demi kepentingan bersama

b) BENTUK USAHA TETAP


Bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya suatu tempat usaha (place
of business) yaitu fasilitas yang dapat berupa tanah dan gedung termasuk juga mesin- mesin
dan peralatan. BUT adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak berte
mpat tinggal di Indonesia atau berada di indonesia tidak lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari jangka waktu 12 (dua belas) bulan atau badan
yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di indonesia, untuk menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan di Indonesia yang berupa :
o Tempat kedudukan manajemen
o Cabang perusahaan
o Kantor perwakilan
o Gedung kantor
o Pabrik
o Bengkel
o Gudang
o Uang untuk promosi dan penjualan
o Pertambangan dan penggalian sumber alam
o Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi
o Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, dan kehutanan
o Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan
o Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain, sepanjangdilakukan
tidak lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan
o Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas
o Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempatkedudukan di indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung
resiko di Indonesia

2
o Komputer agen elektronik atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan
oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui
internet.

2. Pemilihan Bentuk Usaha


Dalam ketentuan pajak dari ketiga bentuk usaha di bawah ini memperoleh
perlakuan pajak yang berbeda.
Bentuk Usaha Di Indonesia
- Bentuk Perseorangan
Usaha yang didirikan oleh individu tanpa partner dalam merealisasi kegiatan usahanya.
Bentuk Usaha Perseorangan ini berupa : Restoran, Wartel, Usaha Dagang (Kios,Toko), Salon
dll. Dalam tata usaha perpajakan, WP perseorangan di beri identitas berupa NPWP.
Bentuk Badan Usaha
- Badan Usaha adalah organisasi yang di bentuk oleh lebih dari seseorangdengan disaksikan
notaris, dengan tujuan usaha yang sama dengan kegiatan bisnis (profit/nonprofit). Bentuk ini
terdiri dari : PT, CV, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Yayasan, dan Bentuk Organisasi
Lainnya.
Bentuk Usaha Tetap didirikan oleh Badan Usaha atau Pribadi yang
tidak berdomisili di Indonesia atau berdomisili di Indonesia tetapi kurang dari 183 hari
pertahun (pribadi) tapi melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. Bentuk ini terdiri : Tempat
kedudukan Manajemen, Kantor Cabang, Kantor Perwakilan, Pabrik, Gudang, Agen, Wilayah
Kerja Pertambangan, Perkebunan, Pertanian dll.

3. Memahami Pengaruh Pemilihan Bentuk Usaha untuk Alternatif Perpajakan


Dalam ketentuan umum perpajakan, Wajib Pajak dapat dibagi dua yaitu Wajib
Pajak perorangan dan Wajib Pajak badan. Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan kepada
setiap Wajib Pajak, baik Wajib Pajak perorangan maupun Wajib Pajak badan atas penghasilan
yang diterimanya dalam setahun. Perbedaan utama antara Wajib Pajak perorangan dan Wajib
Pajak badan dalam penghitungan PPh adalah besarnya tarif pajak. Lapisan terendah tarif pajak
bagi perorangan adalah 5% dan lapisan tertinggi bagi perorangan adalah 30% sedangkan bagi
Wajib Pajak Badan tarifnya 28%. Penghasilan dalam pengertian perpajakan memiliki makna

3
yang sangat luas, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang dapat dikonsumsi atau
menambah kekayaan. Sehubungan dengan usaha maka penghasilan sebagai tambahan
kemampuan ekonomis adalah laba usaha, yaitu penerimaan bruto dikurangi biaya-biaya, yang
dalam perpajakan disebut dengan penghasilan neto. Dalam menghitung besarnya laba usaha,
perpajakan mempunyai ketentuan mengenai penghasilan yang diperhitungkan dan biaya yang
tidak dapatdikurangkan yang diatur dalam UU PPh. Laba usaha yang diterima oleh badan usaha
maupun perorangan itulah yang akandikenai PPh. Namun demikian, bagi Wajib Pajak
perorangan, sebelum laba dikenakan pajak terlebih dahulu dikurangkan dengan Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) yang besarnya ditetapkan dan bergantung pada jumlah tanggungan
keluarganya. Sebenarnya, pihak yang memiliki sebuah usaha berbentuk badan adalah
juga perorangan sebagai investor. Hasil yang akan diterima oleh investor sebagai pemilik usaha
merupakan penghasilan kembali yang merupakan Objek PPh bagi perorangan. Namun karena
prinsip usaha adalah “going concern” maka keuntungan dari sebuah badan usaha tidak selalu
langsung dinikmati oleh investor (pemilik) tetapi dapat ditanamkan kembali untuk memperbesar
usaha. Sehingga penghasilan yang diterima oleh perorangan atas investasinya di badan usaha
bisa ditunda sampai keuntungan tersebut dibagikan ke perorangan.
a) Usaha Perorangan
Keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha yang dijalankan secara
peroranganseluruhnya akan dinikmati dan masuk ke kantong pribadi perorangan. Keuntungan
tersebut akan dikenai pajak sesuai dengan lapisan tarif pajak perorangan. Jikakeuntungan yang
diperoleh di atas Rp500.000.000,00 kelebihannya akan dikenai tarif tertinggi perpajakan sebesar
30%. Keuntungan usaha berupa selisih penerimaandengan biaya dihitung berdasarkan
pembukuan yang diselenggarakan oleh perorangan. Dalam usaha perorangan tidak
dikenal adanya pemisahan harta usahadengan harta pribadi perorangan, keseluruhannya adalah
harta miliknya perorangan. Namun demikian untuk keperluan penghitungan keuntungan
usaha tetap harus dibedakan antara harta untuk usaha dengan harta bukan untuk usaha, sehingga
dapat dipisahkan biaya penyusutan harta yang berhubungan dengan usaha. Karena tidak adanya
pemisahan antara harta usaha dengan harta pribadi maka dari sudut perpajakan kewajiban
mendaftar NPWP hanya melekat pada diri perorangannya. Begitu pula dengan kewajiban
melaporkan pajaknya. Pengeluaran-pengeluaran untuk kepentingan pribadi tidak diperkenankan,
seperti biaya gaji pemilik, pengeluaran berupa prive dan sebagainya. Bagi perorangan yang

4
omzet setahunnya belum melebihi Rp4.800.000.000,00 tidak wajib menyelenggarakan
pembukuan, sehingga keuntungan dihitung dengan menggunakan norma penghitungan
penghasilan neto. Konsekuensi menggunakan norma penghitungan penghasilan neto adalah tidak
pernah diakui adanya kerugian usaha.
b) Persekutuan Komanditer atau Firma
Persekutuan Komanditer (CV) atau Firma pada dasarnya adalah bentuk usaha
yangdidirikan oleh dua orang atau lebih yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham. Atas
bentuk usaha tersebut dan bentuk usaha lain yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham
mempunyai perlakuan yang sama dari sudut perpajakan. Sebagai sebuah badan usaha maka CV
atau Firma berkewajiban untuk mendaftarkan NPWP yang terpisah dengan kewajiban para
pemiliknya. Keuntungan usaha merupakan penghasilannya CV atau Firma yang akan dikenai
pajak dan dilaporkanoleh CV atau Firma sebagai Wajib Pajak. Sedangkan penghasilan seorang
investor dari penanaman modal di CV atau Firma adalah penghasilan berupa pembagian laba.
Jika seorang investor juga aktif menjalankan usaha, investor dapat saja menerima tambahan
penghasilan lain berupa gaji dan tunjangan-tunjangan lainnya. Dalam ketentuan perpajakan,
bergesernya aliran penghasilan dari CV atau Firma kepada pemilik tidak dianggap sebagai
terjadinya aliran penghasilan, sehingga pajak tidak mengakui adanya pengurangan berupa biaya
gaji pemilik di CV atau Firma. Sebaliknya penerimaan berupa gaji oleh pemilik tidak dianggap
sebagai adanya penghasilan bagi si pemilik. Demikian juga atas pembagian laba
yang diterima oleh pemilik. Pajak memandang bahwa antara anggota atau pemilik dengan CV
atau Firma diperlakukan sebagai satu kesatuan dalam penghitungan PPh atas keuntungan usaha.
Satu kesatuan dalam hal ini adalah tambahan kemampuan ekonomis dari usaha CVatau Firma
hanya akan dikenai PPh satu kali yaitu di CV atau Firma. Dengan demikian antara CV dengan
usaha perorangan memiliki persamaan perlakuan perpajakan yaitu keuntungan usaha sama-
sama diperlakukan sebagai satu kesatuan dengan penghasilan pemiliknya. Hanya bedanya
keuntungan usaha perorangan dikenai pajak di sisi perorangan sebagai WPOP sedangkan
keuntungan usaha CV dikenai pajak di sisi CV sebagai WP badan. Keduanya sama-sama tidak
diperkenankan memperhitungkan pengurangan biaya berupa gaji pemilik dan
pembagian keuntungannya. Dipandang dari sudut penghematan pajak, memiliki
keunggulan jika dibandingkan dengan usaha perorangan yaitu dari sisi tarif pajak. Sebagaimana
dijelaskan di atas, tarif pajak bagi CV adalah 28% sedangkan tarif pajak perorangan tertinggi

5
adalah 30%. Dengan demikian dengan membentuk CV dapat timbul penghematan pajak sebesar
2%. Dipandang dari sudut penghematan pajak, CV memiliki keunggulan jika dibandingkan
dengan usaha perorangan yaitu dari sisi tarif pajak.
c) Usaha Berbentuk Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas (PT) adalah bentuk usaha yang modalnya terdiri atas saham-saham.
Kepada pemilik biasanya diberikan sertifikat atau tanda kepemilikan atassahamnya di
perusahaan. Saham yang dimiliki tersebut dikenal sebagai surat berharga (marketable securities)
yang dapat diperjualbelikan kepada pihak lain. Keuntunganyang diperoleh pemegang saham
adalah hanya dari pembagian keuntungan atau dividen saja, meskipun dalam beberapa kasus dan
sebenarnya tidak dibenarkan secaraaturan, ada beberapa pemegang saham yang merangkap juga
sebagai pengurus yangikut aktif menjalankan roda usaha sehingga kepadanya juga diberikan
penghasilanlain berupa gaji. Perpajakan memandang bahwa antara pemegang saham dengan PT
adalah dua Wajib Pajak yang berbeda dan terpisah. Sehingga jika ada pengalihan kekayaan atau
harta baik berupa sumber daya atau resources dari perusahaan kepada pemilik dianggaptelah
terjadi arus mengalirnya penghasilan. Dengan demikian dividen yang diterima oleh pemegang
saham dianggap sebagai penghasilan yang akan dikenai pajak. Sebaliknya karena dividen itu
dihitung dari laba setelah pajak, maka di sisi perusahaan dividen tersebut tidak berpengaruh
terhadap besarnya keuntungan usahaatau laba usaha yang dikenai pajak. Bisa dikatakan bahwa
atas keuntungan atau labausaha akan dikenai pajak di PT dan ketika keuntungan atau laba
tersebut dibagikepada para pemegang saham akan dikenai pajak lagi di pemegang saham
(perorangan).

6
Pertimbangan terhadap Laba Usaha Akhir Tahun

Besok kita sudah memasuki Bulan Desember sehingga sebentar lagi sudah sampai pada
akhir tahun 2012. Tentu saja bagi sebagian orang akhir tahun dan awal tahun adalah momen
yang menyenangkan. Tetapi bagi perusahaan akhir tahun adalah masa-masa sibuk ketika
perusahaan harus melakukan tutup buku dan mempersiapkan Laporan Keuangan beserta Laporan
Pajak Penghasilan berupa PPh Pasal 21 Masa Desember dan PPh Badan tahun 2012. Sehingga
bulan Desember ini merupakan waktu yang tepat untuk perusahaan melakukan tax review
dengan tujuan mempersiapkan laporan atas kewajiban perpajakan. Selain melakukan tax review,
masih ada kesempatan bagi perusahaan untuk melakukan tax planning berupa strategi
menghadapi akhir tahun pajak. Tentu saja banyak hal yang dapat dilakukan oleh perusahaan
dalam rangka perencanaan pajaknya. Strategi dan perencanaan yang tepat akan membuat
perusahaan meminimalisir pembayaran pajaknya tanpa melanggar ketentuan perpajakan.
Perencanaan Pajak Penghasilan Akhir Tahun :

A. Review dan Analisis Pajak Terhutang Akhir Tahun PPh Badan


Buat estimasi pajak terhutang pada tahun berjalan dengan memperhitungkan kredit pajak
PPh ps.22, PPh ps.23, PPh ps.24, PPh ps.25, SKFLN, dan PPHTB. Apakah dari hasil estimasi
menunjukkan Pajak Lebih Bayar? Jika ya, faktor-faktor apa yang menyebabkan pajak menjadi
Lebih Bayar, misalnya perusahaan mengalami kerugian? Apakah dari hasil estimasi
menunjukkan Pajak Kurang Bayar dan apakah jumlahnya cukup signifikan?

B.Strategi Menghemat Pajak Penghasilan Akhir Tahun


1. Menunda pengakuan penghasilan ke tahun berikutnya :
a. Menunda pengakuan Sales ke tahun berikutnya.
b. Menunda realisasi penjualan aktiva tetap yang menghasilkan laba.
c. Menunda realisasi penerimaan Piutang dan atau pelunasan Hutang dalam valuta asing yang
menghasilkan laba selisih kurs.
2. Meningkatkan / mempercepat pengakuan biaya (kerugian) dalam tahun berjalan : a.Menjual
aktiva tetap yang nilai bukunya jauh di atas harga pasar.
b. Meningkatkan biaya iklan dan promosi pada akhir tahun.

7
c. Memberikan interim bonus kepada Direksi dan karyawan.
d. Mempercepat realisasi penerimaan Piutang dan atau pelunasan Hutang dalam valuta asing
yang menimbulkan kerugian selisih kurs.
e. Mempercepat realisasi atas rencana pembelian aktiva tetap baru.
f. Merealisasi program training karyawan ( local & overseas training).
g. Melakukan repair and maintenance aktiva tetap produktif perusahaan.
h. Meningkatkan biaya research and development dalam negeri.

C. Menghindari Pajak Lebih Bayar Dan Rugi Fiskal Melakukan langkah-langkah sebaliknya dari
Strategi Menghemat Pajak Penghasilan Akhir Tahun berjalan (butir B)

D. Langkah-langkah Penting Lainnya Pada Akhir Tahun Pajak


1. Melakukan review pembukuan agar up-to-date dan akurat.
2. Melakukanekualisasi PPh Badan dan PPN.
3. Melakukan ekualisasi PPh Badan dan Withholding Tax [PPh pasal 21, 23, 26 dan pasal 4 ayat
(2)].
4. Melakukan fiscal adjustment atas Laporan Keuangan komersial.
5. Melakukan pengecekan ulang keabsahan bukti-bukti potong dan SSP yang menjadi kredit
pajak.
6. Membuat daftar nominatif atas pengeluaran untuk entertainment.
7. Menyiapkan dokumen-dokumen pendukung atas transaksi hubungan istimewa. 8.Menyiapkan
detail perhitungan selisih kurs
9. Menyiapkan dokumen COD (Certificate of Domicile) dalam hal melakukan pembayaran
dengan menggunakan tarif tax treaty.
Tidak lama lagi 2012 akan berakhir. Perusahaan (badan) yang menggunakan tahun buku
yang sama dengan tahun kalender oleh ketentuan perpajakan wajib menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Badan paling lambat 30 April 2013.
Untuk itu, perusahaan perlu melakukan estimasi jumlah PPh Badan Terutang untuk tahun pajak
2012, yaitu melakukan penghitungan pajak berdasarkan data pembukuan yang aktual sampai
dengan 30 November 2012 ditambah dengan proyeksi laba/rugi sampai dengan 31 Desember
2012.

8
Dengan melakukan identifikasi koreksi fiskal positif dan negatif atas pos-pos laba/rugi
yang tercantum proyeksi tersebut dan memperhitungkan kompensasi kerugian (jika ada), akan
dapat diperoleh angka PPh Badan Terutang tahun pajak 2012. Kemudian setelah dikurangi
dengan Kredit Pajak (PPh pasal 22, 23, 24, dan 25), maka akan dapat diketahui apakah
perusahaan berada pada posisi Kurang Bayar atau Lebih Bayar atas PPh Badan.
Perencanaan PPh Badan Akhir Tahun
Strategi perencanaan PPh Badan akhir tahun hanya relevan untuk perusahaan yang
penghasilannya dikenakan dengan tarif umum, bukan yang terkena PPh Final seperti perusahaan
real estate, perusahaan properti dan perusahaan jasa konstruksi yang PPhnya dikenakan dari
penghasilan bruto dengan tarif khusus.
Membuat estimasi jumlah PPh Badan Terutang serta mengetahui posisi Kurang/Lebih
bayar adalah merupakan langkah pertama dalam perencanaan pajak akhir tahun. Semakin dekat
dengan akhir tahun maka semakin akurat estimasi dapat dibuat.
Namun di sisi lain waktu untuk mengimplementasikan strategi perencanaan pajak akhir
tahun akan semakin sempit. Oleh karena itu idealnya perencanaan pajak akhir tahun dilakukan
setidaknya sejak tiga bulan sebelum tutup buku akhir Desember. Hasil estimasi akan menentukan
strategi berikutnya.
Dalam hal estimasi berdasarkan proyeksi menunjukkan posisi PPh Badan Kurang Bayar
dalam jumlah cukup besar dan dipandang akan menguras kas perusahaan, maka perusahaan
dapat melakukan langkah-langkah antara lain sebagai berikut:
1. Menunda transaksi yang akan menghasilkan laba ke 2013.
Penundaan transaksi perusahaan yang akan menghasilkan laba di Desember 2012 ke
2013 dimaksudkan untuk mencegah pertambahan jumlah penghasilan kena pajak 2012 yang
dengan sendirinya akan menambah jumlah PPh Badan Terutang.
Contoh:
* Menunda realisasi penjualan aktiva tetap yang menghasilkan laba ke awal 2013 dimana
sebelumnya di rencanakan akan dilakukan di Desember 2012.
* Menunda realisasi penerimaan piutang atau pembayaran utang yang menimbulkan keuntungan
selisih kurs di Desember 2012 ke awal 2013.
Secara konvensional, penggeseran laba perusahaan ke tahun 2013 juga dapat dilakukan
dengan melakukan penundaan atau pergeseran pengakuan penjualan akhir 2012 ke awal 2013.

9
Namun ini cocok dilakukan apabila ketentuan perpajakan memperkenankan perusahaan
menganut stelsel kas murni (pure cash basis), sehingga perusahaan dapat menunda pengakuan
penjualan hingga pada saat menerima pembayaran dari pelanggan pada awal 2013 meskipun
penyerahan barang/jasa dilakukan di Desember 2012.
Sayangnya, ketentuan perpajakan Indonesia menganut stelsel kas campuran (modified
cash basis), di mana penjualan dalam suatu periode harus meliputi seluruh penjualan, baik yang
tunai maupun yang bukan, sehingga langkah ini tidak dapat dilakukan.
2. Mempercepat pengakuan biaya/rugi pada akhir 2012.
Dengan melakukan percepatan pengakuan biaya/rugi pada akhir 2012, maka penghasilan
kena pajak akan berkurang dan dengan sendirinya akan mengurangi jumlah PPh Badan Terutang.
Contoh:
* Menjual aktiva tetap perusahaan yang tidak produktif dan nilai bukunya jauh diatas harga pasar
pada Desember 2012 sehingga menimbulkan kerugian yang segera dapat diakui.
* Mempercepat biaya iklan dan promosi pada Desember 2012 yang sedianya merupakan budget
awal 2013.
* Membayar bonus 2012 kepada Direksi dan karyawan pada Desember 2012 yang sedianya
dibayarkan pada 2013.
* Mempercepat realisasi pelunasan utang dalam valuta asing yang menimbulkan kerugian selisih
kurs pada Desember 2012.
* Mempercepat realisasi atas rencana pembelian aktiva tetap baru di Desember 2012 yang
sedianya dilakukan pada awal 2013. Dalam hal ini, perusahaan dapat mengakui biaya
penyusutan untuk Desember 2012 meskipun aktiva tetap tersebut baru digunakan mulai Januari
2013.
* Merealisasi program training karyawan (local & overseas training) pada Desember 2012 yang
sedianya dilaksanakan pada awal 2013.
* Melakukan repair and maintenance aktiva tetap produktif perusahaan di Desember 2012 yang
sedianya akan dilakukan pada awal 2013.
Langkah-langkah yang dikemukakan di atas hanya merupakan beberapa contoh yang
tentu saja perlu disesuaikan dengan kegiatan masing-masing perusahaan.
Selanjutnya dalam hal estimasi menunjukkan PPh Badan Lebih Bayar, dan dengan alasan
tertentu perusahaan bermaksud menghindari pemeriksaan, maka strateginya adalah kebalikan

10
dari langkah-langkah di atas. Sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku di Indonesia, PPh Badan
Lebih Bayar akan dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu sebelum diberikan pengembalian
kelebihan tersebut ke perusahaan.
Dari perspektif perusahaan sebagai Wajib Pajak, kecuali dalam keadaan terpaksa,
perusahaan pada umumnya menghindari PPh Badan Lebih Bayar yang akan mengundang
pemeriksaan yang cukup menyita waktu, tenaga dan biaya. Perencanaan PPh Badan akhir tahun
yang menghasilkan pajak terutang lebih kecil di 2012 juga menguntungkan dari sisi time value of
money karena terdapat penundaan pembayaran pajak secara riil.

11
KESIMPULAN
Pilihan bentuk usaha ternyata berpengaruh terhadap aspek PPh yang akan dihadapi oleh
seorang investor. Kajian dari tiga pilihan apakah usaha perorangan, badan usaha yang modalnya
tidak terbagi atas saham seperti CV atau Firma atau PT ternyata menunjukkan bahwa pilihan
bentuk usaha yang tidak terbagi atas saham memiliki keuntungan pajak tersendiri. Keuntungan
tersebut jika dibandingkan dengan usaha perorangan adalah pengenaan tarif pajak tertinggi yang
lebih rendah dibandingkan tarif pajak tertinggi perorangan. Jika dibandingkan dengan
bentuk PT maka keuntungan CV atau Firma adalah tidak dikenakannya pajak ganda (double tax)
atas pembagian laba atau dividen. Pembahasan tersebut tentunya hanya memandang dari sudut
perpajakan khususnya PPh dengan kondisi apapun bentuk usaha yang dipilih memberikan hasil
yang sama bagi seorang investor. Secara lebih mendalam tentu pertimbangan pemilihan bentuk
usaha tidaklah sesederhana itu. Banyak aspek lain yang perlu dipertimbangkan, seperti
aspek tanggung jawab pemegang saham, aspek kemudahan akses ke pihak lain seperti bank,
danlain sebagainya. Namun demikian sudut pandang aspek pajak ini setidaknya dapat
dijadikansebagai salah satu pertimbangan dalam memilih bentuk usaha.

12

Você também pode gostar